Hangat.

Gadis pirang Heartfilia itu masih enggan untuk membuka matanya. Kehangatan yang menyelimutinya benar-benar membuatnya nyaman. Ugh.. tapi sepertinya Lucy memang harus bangun. Keinginannya untuk ke kamar mandi sangat mendesak.

Dengan perlahan Lucy membuka kelopak matanya. Setelah membiasakan diri dari cahaya, iris caramelnya menangkap asal dari kehangatan yang menyergapnya.

Pria. Berotot. Tampan. Natsu.

Ah. Bagaimana Lucy bisa lupa? Pria inilah sumber masalahnya. Seulas senyuman terukir di wajah cantik Lucy ketika ia mengingat kalimat favoritnya sepanjang malam..

"... Aku mencintaimu, Luce"

Dikecupnya rahang tegas Natsu. Setelah melepaskan diri dari jeratan lengan yang memeluknya, Lucy melesat secepat kilat ke kamar mandi.


.

Unlucky?

.

Fairy Tail (c) Hiro Mashima

.

Epilogue

.


Lucy berjingkat perlahan mendekati sosok yang sedang tertidur pulas di atas sofa. Ia menunduk menatap wajah sosok tersebut, mengagumi wajah tampannya. Pipi Lucy sedikit bersemu ketika mengingat semalaman mereka tidur bersama di sofa ini. Natsu, pria itu, memeluknya sepanjang malam dan membisikinya kata-kata cinta.

Oh. Gadis mana yang tidak akan meleleh?

Awalnya mungkin Lucy memang kesal dengan Natsu. Koreksi, ia marah. Tetapi karena Lucy adalah tipe orang yang tidak menghakimi orang lain begitu saja, maka gadis itu mendengarkan penjelasan Natsu. Ia bersyukur mau mendengarkan. Karena hal itu merubah segalanya. Hari-hari muram durjana yang kemarin ia lewati seakan tidak berarti.

Seolah mendapat kado akhir tahun. Hadiah dari Tuhan karena Lucy telah menjadi gadis yang baik. Keajaiban atau apapun, yang pasti Lucy sangat bersyukur karena telah di berikan kebahagiaan: cintanya bersambut. Sosok yang kini berada di hadapannya.

Lucy masih tersenyum sendiri ketika lengan besar menariknya ke arah sofa membuatnya tersentak dan menjerit.

"Selamat pagi," sapa Natsu diatas tubuh Lucy.

Pria bermahkota pinkish tersebut memenjarakan Lucy di bawah tubuh besarnya. Senyuman hangat pria itu terukir di wajahnya yang berseri. Lucy mendengus dan menyentuh pipi Natsu dengan sebelah tangannya.

"Selamat pagi," jawab Lucy. tangannya membelai wajah di atasnya. Matanya memandang iris gelap di hadapannya, tenggelam dalam tatapan intens pria itu.

Natsu menyerukan wajahnya pada lekukan leher Lucy. Meresap aroma manis yang menguar pada tubuh gadisnya. Ia memberikan kecupan-kecupan singkat sepanjang leher menuju bahu. Pria itu dapat merasakan dada bidangnya mendesak sepasang benda kenyal di bawahnya. Tanpa sadar ia menyeringai.

"Na-Natsu.."

Lucy semakin gelisah ketika kecupan pria di atasnya berubah menjadi gigitan-gigitan nakal. Ya ampun, ini masih pagi.. Jangan membuat gerah sementara matahari masih bersinar malu-malu mengntip celah-celah tirai!

"NA-Natsuuu. ." Lucy kembali memanggil ketika tangan pria itu menyusup di balik kaos dan meraba-raba perut dan punggungnya. "Natsu, aku harus membuat sarapan.."

"Aku sedang menikmati sarapanku Luce.." ucap Natsu. Pria itu masih berlama-lama pada leher Lucy, sementara tangannya menjelajah di balik kaos gadisnya.

"Natsu..ah.. jangan," Lucy mendesah ketika pria itu melepaskan kaitan bra pada punggungnya, dan segera meremas dadanya yang bebas. Natsu memainkan dadanya di balik kaos polosnya, sementara bra yang di kenakan Lucy sedikit mencuat keluar kerah kaos.

Natsu tersenyum, pria itu mengecup seluruh wajah Lucy sebelum mencium bibirnya. Ciuman lembut miliknya sangat kontras dengan kedua tangannya yang bergerilnya memainkan dada Lucy. Sebelah kaki Natsu menyusup di antara paha Lucy, mendesaknya hingga terbuka.

"Na.. ah. Natsu.." desahan Lucy lolos ketika akhirnya Natsu menyingkap baju kaos Lucy dan mengulum dadanya. Mata Lucy terpejam merasakan dadanya yang di manjakan, sementara pangkal pahanya di desak oleh sebelah kaki pria itu. Seketika ruangan di sekitar mereka menjadi panas.

TING TONG

Lucy tersentak mendengar bel pintu apartemennya. Ia memandang Natsu yang masih bermain dengan dadanya, tampak tidak peduli dengan suara bel. Setelah beberapa menit Lucy terus merengek, akhirnya Natsu melepaskannya dengan wajah tidak rela. Membenarkan pakaiannya yang berantakan, Lucy membukakan pintu.

"Hai!"

"Hai Cana!" Lucy tersenyum lebar melihat sahabatnya.

"Aku pikir kau pingsan, maaf aku mengganggu.."

"Ah, tidak. Ayo masuk."

"Aku memiliki kabar untukmu," Cana masuk setelah Lucy mempersilahkan. Gadis model itu membawakan oleh-oleh dalam bingkisan untuk Lucy. Lucy mengucapkan terima kasih dan mereka terus mengobrol hingga ruang tengah.

"Kau tidak akan percaya, Lucy, Pria pinky brengsek itu datang di depanku dan―"

Ucapan Cana terhenti ketika melihat Natsu duduk dengan angkuh di ruang tengah. Tatapan tajam Natsu terarah pada mereka. Ekspresi wajahnya yang tegas seakan menilai. Wajahnya yang tampan―BUAK!

―terkena lemparan bingkisan oleh-oleh.

Hanya sepersekian detik, Cana Alberona dapat mengenai wajah Natsu, sang agen FBI, dengan bingkisan oleh-oleh yang dibawanya. Natsu terlalu terkejut sehingga tidak menyadari adanya bahaya dari wanita garang di depannya. Padahal Natsu seorang agen, tapi tetap tidak dapat menghindar. Wanita yang sedang murka memang mengerikan…


"Apa maumu?" hardik Cana. Ia duduk bersedekap di depan Natsu dan Lucy.

Wajah Natsu memerah dan berdenyut sakit. Tapi ia tidak akan mengangis, karena dia adalah pria! "Aku mencintai Lucy!" jawab Natsu tegas. Sekarang wajah Lucy yang memerah karena mendengar jawaban Natsu.

"Kau pikir aku akan percaya pada pria brengsek sepertimu?" cibir Cana.

"Cana, dia tidak brengsek." bela Lucy.

"Kau jangan membelanya, Nona Muda. Aku sedang menguji kelayakan pria ini untukmu. Aku tidak ingin melihat kau terus-menerus terluka karena pria brengsek." tegas Cana. Lucy terdiam tidak berani menyahut.

"Aku menjalankan misi. Kau tahu profesiku. Karena itu aku tidak dapat memberitahu kalian." Jawab Natsu.

"Baiklah, anggap saja aku percaya bagian itu. Tapi bagaimana untuk selanjutnya? Bagaimana kami dapat percaya bahwa kau tidak akan menyakiti Lucy lagi?"

Natsu terdiam sejenak. "Aku ingin menikahi Lucy."

Cana maupun Lucy tersentak mendengarnya.

"Tu-tunggu. Kami belum cukup mengenalmu. Kau tidak bisa menikahi gadis seenaknya!" protes Cana.

Natsu menghela napas. Wanita di depannya cukup alot. "Jadi bagaimana caraku agar kau percaya padaku? Aku benar-benar mencintai Lucy!"

Wajah Lucy semakin merah padam.

Ini dia, batin Cana. "Kalian boleh menjadi sepasang kekasih. Tapi dengan syarat, kalian tidak boleh bercinta atau melakukan sex sebelum menikah nanti. Baru aku akan percaya," ucap Cana tegas. Ia tersenyum miring, menantang Natsu.

Lucy dapat merasakan tubuh Natsu yang menegang di sampingnya. Ini konyol, batin Lucy. Gadis pirang itu menoleh pada sahabatnya dan siap akan melayangkan protes.

"Aku setuju." Natsu menjawab tantangan Cana dengan tegas. Tatapan matanya tanpa ragu menatap Cana yang menampilkan ekspresi tidak percaya. Lucy sendiri menatap Natsu dengan mulut terbuka karena terkejut.

"Aku setuju asal aku bisa menikahi Lucy dalam waktu dekat," ulang Natsu.

Cana memperbaiki ekspresinya. Ia tersenyum mendengar jawaban Natsu. "Kau boleh menikahinya minimal satu tahun lagi."

Lucy geram. Ini konyol. "Cana, jangan menekan Natsu lebih dari ini!"

Cana mengabaikan Lucy. tatapannya menilai Natsu.

Natsu masih terdiam.

"Bagaimana? Aku rasa itu lebih dari cukup―"

"Baiklah," potong Natsu. "Aku menerima syaratmu."

Cana mengajak Natsu berjabat tangan dan mereka saling mengucapkan kata 'deal'. Keduanya mengacuhkan Lucy yang masih protes.

"Kalian tidak bisa memperlakukanku seperti ini!"

"Ini untuk kebaikanmu" / "Ini untuk kebaikan kita"

Jawaban Cana dan Natsu serempak. Lucy sweat drop, ia tahu tidak dapat menentang keputusan dua orang keras kepala yang di sayanginya tersebut.


Lucy membereskan sisa sarapan. Hanya ia dan Natsu yang berada di apartemen Lucy. Cana sudah pulang sejam yang lalu karena ada urusan. Gadis model itu pergi setelah mengatakan akan mempercayai Natsu, dan tidak akan memaafkan Natsu apabila pria itu melanggar kasepakatan yang telah dibuat. Cana bilang ia tidak akan mengawasi mereka. Ia hanya akan memberikan sebuah kepercayaan. Mengingat kegilaan keduanya, Lucy menggelang tidak percaya.

"Kalian gila."

"Hm?" Natsu yang sedang membantu Lucy mencuci peralatan makan menampilkan wajah bertanya.

"Kalian sinting. Kau dan Cana," tunjuk Lucy.

"Kami masuk akal. Dia hanya menyayangimu, Luce." Natsu mengangkat bahunya santai. Pria itu tampak luwes mencuci peralatan makan. Sebenarnya Lucy di buat kagum.. pria ini bisa mencuci piring!

"Aku tahu. Tapi tidak seharusnya ia menyiksamu," ujar Lucy terdengar simpatik.

Natsu tersenyum. "Aku tidak apa, Luce. Ini adalah sebuah misi yang harus kulakukan untuk mendapatkanmu." Natsu menampilkan senyum miringnya.

Lucy membuang wajah meronanya ke samping. "Terserah kau saja."

Natsu menyelesaikan pekerjaan mencucinya. Ia melepaskan sarung tangan karet dan menatap gadis pirangnya. "Kau sedang ingin melakukannya?" goda Natsu.

Wajah Lucy merah padam. "Tidak!"

"Jujur saja, Luce. Aku tahu kau sedang bergairah~" pria itu terkekeh.

Lucy menghadap Natsu tidak terima, mengabaikan wajahnya yang seperti kepiting rebus. "Aku tidak! Apa kau lupa tadi pagi di atas sofa siapa yang menggoda siapa," ejek Lucy.

Natsu mendengus. "Itu karena kau menggemaskan," pria itu menarik Lucy ke arahnya. Memeluknya dengan sayang.

"Na-natsu… kau tidak boleh menyentuhku.." Lucy merasa dadanya akan pecah karena debaran jantungnya yang menggila.

"Kata siapa? Aku hanya tidak boleh melakukan hubungan sex denganmu," perkataan Natsu membuat Lucy termenung. Gadis itu tidak melihat wajah Natsu yang tersenyum jahil. "Tapi aku masih dapat menyentuhmu sesuka hatiku." Dan Lucy terkejut mendengarnya.

Wah.. Wah..

Jadi itu alasan Natsu mau menerima tantangan Cana? Dasar licik!

Lucy tidak berkutik saat Natsu melumat bibirnya. Pria itu membawanya pada ciuman panjang yang penuh gelora. Ruangan kembali panas ketika Lucy mulai membalas ciuman Natsu. Dan suara-suara desahan mulai terdengar. Beruntungnya aparteman Lucy kedap suara.. Hei kalian, tetap ingat kesepakatan dengan Cana tadi, oke?


FIN


Oke guys… maaf telat banget buat epilognya. Saya akan menghadapi mid semester, tetapi otak saya malah mengetik ini dalam waktu yang cepat. Mungkin inspirasi malah datang ketika sedang sibik-sibuknya…wkwk..

Terima kasih banyak sudah meninggalkan jejak:

hannah, vicky-chan, NataliaXaveria, guest, Allen Walker, Uchiha Cullen738, Guest, Sasara Keiko, yudi arata, Aimi S. Hiketsu, dark blue and pink cherry , Fic of Delusion , ft-fairytail ,putri aqua

Salam sayang,

Aquaflew