Naruto sedang berkumpul dengan teman-temannya di sebuah bar. Dia pergi ke toilet ketika ada keadaan mendesak yang mengharuskannya ke sana, yang biasa disebut panggilan alam. Izuna maupun teman Naruto yang lain merasa penasaran pada ponsel Naruto. Apa saja yang disimpan pria itu di dalam ponselnya. Izuna mengambil ponsel Naruto dan mengobrak-abrik isinya. Yang membuatnya tersenyum geli saat melihat satu album foto seorang gadis mengenakan mini set yang sepertinya diambil diam-diam. Izuna menunjukkannya pada yang lain membuat mereka tertawa terbahak. Untuk apa Naruto menyimpan foto seorang gadis yang bahkan belum memakai bra? Mereka menertawakan Naruto sampai pria berambut pirang itu kembali dari toilet. Izuna dan yang lain mengejeknya. Dan yang membuat Naruto kesal mereka melihat foto Sakura yang seharusnya hanya dia yang melihat. "Kembalikan ponselku," Naruto mendekati Izuna mau mengambil ponselnya.
Izuna tertawa. "Kau mengenjani gadis yang masih pakai mini set?" Goda Izuna disela tawanya.
"Bukan urusanmu." Naruto hampir mendapatkan ponselnya kalau saja Izuna tidak melemparnya pada Shikamaru.
Shikamaru tertawa. "Sungguh?" Tanya pria berambut nanas itu menahan tawa. Shikamaru melempar ponsel Naruto pada Deidara begitu Naruto dekat.
Mereka terus melakukannya membuat Naruto kesal. Dan saat Deidara melempar ponsel Naruto pada Izuna dengan tangkas Naruto menangkapnya. Naruto mengantongi ponselnya dan mengedipkan mata pada teman-temannya. "Memang kenapa dengan gadis yang masih mengenakan mini set," katanya seraya duduk di samping Izuna.
.
.
.
.
.
.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto. Sejelek dan senistanya fic ini tolong jangan benci Pair/Chara di dalamnya.
.
.
Naruto memarkir MClareennya di garasi keluar Haruno dan segera masuk ke rumah utama. Dia berdiri di dekat jendela memperhatikan Sakura yang sedang membaca buku di bawah pohon di halaman belakang. Seorang maid mendekati Naruto dengan segelas jus segar. Pria itu mengambil jus pesanannya seraya tersenyum melihat ekspresi Sakura ketika membaca. Naruto menghabiskan jusnya dalam satu kali teguk dan segera berjalan mendekati Sakura.
"Hai,"
Sakura mendongak menatapnya membuat Naruto kembali tersenyum. Gadis itu ikut tersenyum kemudian membalas sapaannya. "Hai."
Naruto duduk di samping Sakura. "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Membaca," jawab Sakura dengan senyum polos kemudian kembali membaca buku.
"Hm." Naruto tidak mengatakan apapun setelahnya. Pria pirang itu hanya tersenyum memperhatikan Sakura.
Sakura menghela napas kemudian menatap Naruto cemberut karena mentertawakannya. "Apanya yang lucu?" kesalnya.
Naruto tertawa kecil. Tingkah Sakura seperti adik perempuan yang menggemaskan baginya. "Tidak ada." Senyumnya. Tapi perlahan dia mendekati Sakura. Diciumnya kening, lalu pipi kanan dan kirinya juga sudut bibir Sakura membuat gadis itu menatapnya. Sejak malam itu Sakura menyukai sentuhan Naruto. Dia ingin mengingat dengan jelas malam di mana Naruto pertama kali menyentuhnya. Naruto balas menatap Sakura dan perlahan mengecup bibirnya. Sakura diam, manik hijau cantiknya berkedip menatap Naruto. Pria pirang itu sangat gemas melihatnya, dan perlahan mengoda bibir Sakura dengan kecupan-kecupan kecil yang kemudian berubah menjadi ciuman nakal yang melibatkan lidah.
Kedua mata Sakura membulat merasakan lidah Naruto dalam mulutnya, perasaan jijik membuat Sakura mendorong Naruto. Rasanya sangat aneh ketika lidah pria itu berada dalam mulutnya. Tapi Naruto tidak peduli dan semakin memiringkan kepalanya, dia menyentuh lidah Sakura dengan lidahnya membuat gadis itu berjengit geli. Perlahan dia membimbing tubuh Sakura untuk tidur. Ciumannya semakin intens, dia tersenyum ketika Sakura dengan kaku mendorong lidahnya dengan lidah gadis itu dan menerima ciumannya. Ciuman Naruto semakin intens dan gila membuat Sakura yang tidak tahu apa-apa kewalahan.
"Ehem!"
Deheman khas Kizashi menghentikan kegiatan Naruto. Dengan tidak rela pria pirang itu melepas penyatuan bibirnya membuat Sakura bernapas terengah karena kehabisan oksigen. Sama seperti Sakura napas Naruto juga sedikit terengah namun ia menahan dan mengatur napasnya kembali normal untuk menghadapi Kizashi. Ayah Sakura menatap tajam Naruto yang sedikit menindih tubuh putrinya. Naruto dengan reflek menyingkir dari tubuh Sakura. Pria pirang itu tersenyum tidak enak karena kepergok oleh Kizashi.
"Sakura." Panggil Kizashi penuh penekanan memberi isyarat pada putrinya untuk pergi. Tatapannya tajam menatap Naruto.
Wajah Sakura terlihat takut, gadis itu segera mengambil bukunya dan pergi dari tempat itu.
Naruto berdiri di depan Kizashi yang terlihat marah menatapnya. "Paman, aku bisa jelaskan."
.
.
.
Satu minggu sudah putrinya menikah dan selama satu minggu juga Kizashi mengawasi Naruto dengan ketat. Sialnya pria berambut pirang satu itu memiliki seribu cara untuk menyentuh Sakura. Kizashi tidak suka. Sekalipun itu hanya berpegangan tangan, dia sangat tidak suka. Dia benci bila mengingat apa yang Naruto lakukan pada Sakura sampai harus menikah dengan cara seperti ini. Naruto yang dulu dia pikir pemuda menyenangkan kini sudah berubah menjadi pria menyebalkan.
Mebuki merasa kawatir dengan keadaan suaminya yang sudah seminggu ini tidak bisa tidur nyenyak. Kizashi lebih suka menghabiskan malamnya di ruang CCTV di banding kamar tidur hanya untuk mengawasi Sakura dan Naruto. Wanita cantik itu masuk dalam ruangan mendekati suaminya. "Kizashi-kun,"
"Hm."
"Kita sudah membuat peraturan. Aku pikir itu sudah cukup."
"Itu belum cukup,"
"Lalu?"
"Ingat apa yang dia lakukan pada putri kita? Aku harus mengawasinya sendiri."
Mebuki menghela napas kemudian duduk di samping Kizashi. "Kau sudah mengawasinya," dia kembali berusaha membujuk Kizashi. "Memang apa yang akan Naruto lakukan dengan CCTV di kamarnya?" Mebuki tertawa kecil berusaha mencairkan suasana. "Dia tidak akan melakukan apapun." hibur wanita itu lagi. Kizashi hanya menghela napas mendengar kata-kata istrinya. "Ayo kita tidur."
...
Sakura sedang berbaring di atas tempat tidur ketika tiba-tiba dia mengingat rasa sentuhan yang Naruto berikan malam itu. Gadis belia itu menatap atap kamarnya seraya membayangkan secara detail apa yang Naruto lakukan. Sentuhannya. Kecupannya. Bahkan geramannya. "Ahh!" dan Sakura merasa ingin menikmati malam seperti itu lagi sampai dirinya tidak sadar bahwa dia mendesah hanya karena mengingatnya.
Pelan-pelan tangannya masuk ke dalam selimut dan dengan kaku menyentuh miliknya sendiri. Sakura menarik napas merasa terkejut merasakan sentuhan tangannya. "Anh..." ingin berhenti melakukannya tapi tidak bisa menghentikan napsunya. Napas Sakura sudah memburu, kedua matanya terpejam, seraya minggigit bibirnya perlahan dia menarik celananya dan memasukkan tangannya. "Ahh..." rasanya memang tidak sama, Naruto lebih tau membuat dia melayang, tapi Sakura harus puas dengan tangannya sendiri.
...
Naruto mengingat kembali pembicaraannya dengan Kizashi. "Aku tidak akan memaksa. Aku tidak akan melakukannya lagi. Paman jangan kawatir." Pria tampan berambut pirang itu menghela napas. Ini salahnya. Kizashi yang dulu baik bahkan pernah menggapnya putranya sendiri kini membencinya. Di antara teman-temannya yang sedang mabuk alkohol dan suara musik gila Naruto terdiam tidak tampak terganggu dengan gelak tawa dan semua yang mereka lakukan.
"Mau kemana?" Tanya Shikamaru ketika melihat Naruto memunguti barang-barangnya di atas meja dan mengambil jas yang tersampir di lengan sofa.
"Pulang."
"Tentu saja. Istri mudanya kan sudah menunggu dia tunggangi di rumah." Dan kata-kata Izuna mampu mengundang gelak tawa di sana.
"Jaga mulutmu dia tidak seperti itu!"
"Ya. Ya. Ya. Sudah ayo pulang." Shikamaru tahu Naruto benar-benar tidak suka kata-kata Izuna. Untuk mencegah ada keributan Shikamaru mengantar Naruto keluar.
Naruto memarkir mobil kemudian segera masuk ke dalam rumah. Dari wajahnya dia terlihat biasa saja tapi sebenarnya dia tidak baik-baik saja. Ini tentang kehidupan seksnya. Sangat mudah mencari lawan main di ranjang tapi kini semuanya terasa sulit. Naruto tidak bisa dengan mudah bermain dengan wanita lain hanya untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Karena sekarang dia punya Sakura, milik Sakura. Seharusnya mudah bagi pria beristri untuk mendapatkan semua itu. Naruto membuka pintu kamarnya perlahan dan dikejutkan oleh Sakura di atas tempat tidur.
Sakura sangat terkejut saat tiba-tiba pintu kamarnya di buka. Yang paling membuatnya terkejut dan salah tingkah saat menyadari orang itu adalah Naruto. Di atas tempat tidur gadis itu terlihat kesulitan bicara. "Ak ... Tidak sedang melakukan apapun!" Di dalam hati Sakura berdoa semoga Naruto tidak tahu apa yang sedang dia lakukan.
Naruto berdiam diri di tengah pintu. Memperhatikan Sakura dengan tatapannya. Lihat dia. Naruto harus bisa menahan keinginannya untuk menepati janji pada Kizashi bila dia tidak akan memaksa Sakura. Menghela napas Naruto kemudian berjalan mendekati Sakura dan mematikan lampu kamar mereka. Di dalam gelap mereka sangat dekat. "Ikut aku, aku ingin bicara." Naruto menarik perlahan tangan Sakura untuk mengikutinya ke kamar mandi. Naruto berbalik membelakangi Sakura untuk menghidupkan lampu. Setelah kamar mandi dipenuhi cahaya dia berbalik menghadap Sakura. "Astaga!" Pria tampan berambut pirang itu menelan ludahnya saat menyadari Sakura tidak mengenakan celana. Dia bahkan melihat bulu kemaluan basah Sakura yang terpantul cahaya. "Sakura."
Sakura sama terkejutnya. Dia sangat malu pada Naruto yang terus menatapnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.