Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

Warning: AU, OOC, Typo bertebaran, abal.

Yang ga suka di persilahkan kembali.

.

.

Happy Reading.. ^^

.

.

.

Seorang gadis tengah terduduk lemah. Kedua tangannya memegang pedang yang ia tancapkan. Kepalanya tertunduk, menampakkan helai indigo dari tudung yang ia kenakan. Ia masih kelelahan meskipun sudah memulihkan HPnya. Mungkinkah karena ia masih pemula?

Berawal dari kekesalan dua minggu yang lalu karena sang ayah berencana menjodohkannya sebagai bentuk kerja sama antar perusahaan, ia terjun dalam game. Bernegoisasi pun percuma. Dan besok adalah pertemuannya. Meluapkan kekesalan dengan hunting sendirian sepertinya ide yang buruk. Karna pada akhirnya ia terjebak dalam kastil berlabirin yang di penuhi dengan monster. Apa yang bisa lebih buruk dari ini? Ugh, jika bisa ia ingin log out sekarang.

Lima monster bergigi tajam dengan kapak besar sudah bersiap untuk menyerang

'Sial! Tidak ada kemungkinan untuk keluar dari situasi ini.'

Gadis itu bangkit menerjang kelima monster.

Trang! Trang! Trang!

Sratzh!

Bagus, ia berhasil menebas salah satu dari mereka. Ia terus memainkan pedangnya, bertahan dan menyerang.

Serangan mendadak dari belakang. Kondisi tubuh membuatnya kurang waspada. Hanya mampu terbelalak saat monster itu mengayunkan kapaknya. Memejamkan matanya.

'aku.. berakhir..'

SRATZH!

Darah. Miliknyakah? Tapi ia tak merasakan apapun.

"Hey, bodoh!"

Gadis itu membuka matanya. Monster yang menyerangnya telah ambruk, tergantikan dengan pemuda raven dengan pakaian serba hitam berdiri dengan angkuh.

'Dia...'

"Kau mau diam di situ dan berakhir konyol heh?"

'Ugh, dia lagi. Kenapa dia selalu ikut campur.' Sebenarnya ia sangat berterima kasih karena pemuda ini telah menyelamatkannya dua kali. Yang pertama saat ia baru saja bermain dan tak tau cara memainkan pedang.

"Berdiri! Aku tangani yang belakang."

Monster yang lain mulai berdatangan dan pertarungan di mulai.

SRAAATZZH!

Pemuda itu menyeringai, nampaknya ia sangat menyukai tubuhnya terciprat darah. Monster-monster itu bukan tandingan yang sepadan untuk pemuda raven. Kecepatan dan ketangkasannya mampu menumbangkan semuanya hanya dalam hitungan menit.

"Akhirnya muncul juga." Gadis indigo mengalihkan pandangannya pada apa yang dilihat pemuda itu. Sosok mengerikan dengan postur besar menjulang.

'Bossnya, b-besar sekali.'

"Akan ku selesaikan ini." Ucapan pemuda itu menghentikannya dari keterkejutan.

"Tidak! Kita selesaikan bersama." Jika pemuda itu menyelesaikannya maka sia-sia saja ia kemari.

Pemuda itu terdiam, berpikir. "Baik, kita lihat apa kau mampu."

'Cih, sombong sekali.'

"Mulai saja tuan angkuh."

Mereka melesat melancarkan serangan, bertahan, menghindar, mengecoh saling bekerja sama. Dan akhirnya serangan terakhir keduanya menumbangkan Boss.

"Boss dikalahkan. Cloud level up. Yuna level up." Pemberitahuan yang membuat Yuna bernafas lega.

'Teknik yang lumayan untuk seorang pemula.' Cloud tersenyum tipis.

.

.

.

Yuna mengerjapkan matanya. Sejak kapan dia pingsan? Mencoba untuk duduk. Ugh, kepalanya terasa berputar.

"Sudah sadar rupanya." Sepertinya ia tau siapa pemilik suara itu. Mengalihkan pandangannya kesamping.

'Cloud-san.'

"Baguslah, aku bisa log out sekarang." Seraya berdiri meninggalkan pohon tempat ia duduk bersandar.

"T-tunggu, Cloud-san." Cloud menghentikan langkahnya. Pemuda ini memang angkuh dan menyebalkan. Tapi rasanya sangat tidak pantas jika Yuka tak berterima kasih.

"Terima kasih telah menolongku."

"Hn." Kemudian melanjutkan langkahnya.

'Respon macam apa itu! Huh, menyebalkan! Aku menyesal mengatakan itu.'

.

.

.

Bercermin sekali lagi sebelum ia turun. Dress violet simpel dan ia memasang jepitan rambut disebelah kanan. Gadis itu tersenyum. Sedikit berharap hari ini tidak seburuk dan semenyebalkan yang ia kira. Karena berdasarkan gosip yang beredar pemuda yang akan ia temui adalah orang yang dingin dan angkuh.

"Hinata-nee, apa kau sudah selasai? Tou-san menunggumu." Gadis barnama Hinata itu menoleh ke tempat adiknya berdiri.

"Aku sudah selesai, Hanabi-chan."

"Nee-chan cantik, tapi jangan pasang muka masam ya, aku tau nee-chan kesal. Maaf aku tidak bisa membantu apapun." Hinata hanya tersenyum menanggapi ucapan adiknya.

"Tak apa Hanabi-chan."

.

.

.

"Fugaku, Mikoto sudah lama menunggu?" Hiashi berbasa basi sambil menyalami keduanya.

"Tidak juga." Timpal Fugaku.

"Ini putriku yang ku ceritakan."

"Aku Hyuuga Hinata." Membungkuk hormat.

"Ah, manis sekali," ujar Mikoto memuji.

"T-terima kasih Uchiha-san." Hinata tersenyum malu. Sebelumnya Hinata sudah di beri tahu tentang keluarga Uchiha dari Tou-sannya.

"Dimana putramu itu?"

"Dia akan terlambat, sebaiknya kita santai dulu."

Lima belas menit mereka habiskan untuk berbincang, seperti dimana Hinata akan melanjutkan kuliah dan pertanyaan lain yang membuat keluarga Uchiha khususnya Mikoto mengenal gadis Hyuuga lebih jauh. Dan putra keluarga Uchiha itu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Membuat Hinata mulai kesal.

"Ah, itu dia,"suara Mikoto meredakan kekesalannya. Hinata menoleh ke arah pintu masuk restoran. Seorang pemuda mendekati meja mereka. Gadis itu terbelalak.

'C-cloud-san.'

.

.

.

TBC

.

.

.

.

A/N: bingung mau cuap cuap kayak gimana tapi terimakasih udah mampir.. ^^

.

.

MIND TO REVIEW?

.

.