Disclaimer : Masashi Kishimoto

Black or Red

Chapter 1

Warning! : AU, OOC, typo, miss typo, dan masih banyak kekurangan lainnya.

Don't Like? Don't Read. Please Leave This Page.

Enjoy and happy reading!


Sakura menjalani hidupnya dengan monoton. Hanya bangun, mandi, sarapan, pergi sekolah, belajar, hingga akhirnya ia kembali tidur. Ia tidak seperti sahabatnya, Ino yang selalu menikmati kesehariannya dengan tertawa dan berjalan-jalan dengan pacarnya, Shikamaru.

Sakura tidak terlalu peduli dengan pasangan hidupnya di masa depan. Ia ingin meraih kesuksesannya sendiri, walaupun Ino selalu mendukungnya. Entah kenapa, ia merasa bersalah karena selalu mengabaikan Ino. Karena itu, ia memutuskan untuk berteman dan bersahabat dengan seorang Yamanaka Ino. Tidak dengan yang lain. Banyak yang sudah bergosip tentangnya dan ia sama sekali tidak peduli.

Sakura hanya peduli akan masa depannya untuk menjadi seorang dokter. Belajar adalah hal yang perlu ia lakukan setiap harinya. Ia tidak butuh seorang kekasih, pacar, pendamping hidup, atau kalimat sejenis lainnya.

Kaki jenjang Sakura yang di balut kaos kaki hitam panjang melangkah santai menuju papan pengumuman sekolah. Hasil ujian tengah semester baru saja keluar, dan ia ingin melihat hasilnya. Ketika sudah berada di depan papan pengumaman itu bersama segerombolan murid lainnya, mendadak saja bisik-bisikan tentang dirinya terdengar begitu jelas.

"Lihatlah Haruno Sakura. Lagi-lagi dia menduduki peringkat satu."

"Aku tidak menyangka bahwa dia selalu bertahan di nomor satu itu."

"Kau tahu? Dia begitu sombong dengan kepintarannya."

"Apa dia anti sosial? Dia jarang bicara dengan anak lain selain Yamanaka Ino."

Biarkan saja mereka membicarakan dirinya. Sakura sendiri hanya menganggap mereka angin lalu. Sakura menarik sedikit sudut bibirnya ketika mata zamrudnya menangkap namanya berada di angka satu. Entah sudah berapa kali, ia berhasil menduduki peringkat satu di sekolahnya. Ia tidak pernah menghitungnya.

"Bahagianya... karena berhasil menduduki nomor satu lagi. Benar bukan, Haruno-san?"

Sakura melirik seorang lelaki tinggi dengan rambut pirang jabrik yang acak-acakkan. Tidak seperti dirinya yang memakai seragam, lelaki itu mengenakan celana bahan panjang, dengan kemeja berwarna biru garis-garis, lalu di padukan dengan dasi berwana dark blue dan sebuah jas hitam.

"Aku terkejut kau berhasil meraih peringkat satu, meskipun nilai bahasa inggrismu di bawah rata-rata. Aku kecewa karena kau tidak lolos pelajaranku."

"Lalu, apa mau Naruto-sensei?" tanya Sakura karena mulai tidak suka dengan kalimat itu. Memang benar, ia mendapatkan nilai nyaris sempurna di semua pelajaran, pengecualian untuk pelajaran bahasa inggris.

Naruto tersenyum kecil. "Sepulang sekolah, temui aku di ruang guru, oke?" tanpa menunggu jawaban dari Sakura, Naruto langsung melangkah pergi.

Sedangkan Sakura, hanya mampu melirik punggung Uzumaki Naruto dengan sinis. Sakura tidak begitu menyukai Naruto yang juga guru bahasa inggrisnya. Uzumaki Naruto, guru yang paling muda di sekolah ini, bahkan usia guru itu hanya berbeda empat tahun darinya. Dia guru bahasa inggris karena dia sempat tinggal di Inggris beberapa tahun. Dia juga guru yang paling populer di sekolah ini.

"Naruto-sensei! Anda begitu keren hari ini!"

"Benarkah? Sankyuu... kalian juga begitu manis."

"Kyaaaaa..."

Beberapa kedutan tercetak jelas di dahi Sakura. Satu hal lagi, Naruto juga begitu menyebalkan.

xxx

"Mulai besok, kau akan datang ke jam tambahan bahasa inggris."

Sakura melongo, ia mengerjapkan matanya beberapa kalinya. "Hah?" responnya tak percaya.

Naruto memutar bola matanya dan mendecak pelan. "Kau ini tuli atau apa?"

Tangan Sakura terkepal erat, darahnya yang tiba-tiba mendidih membuat dirinya ingin melayangkan pukulannya ke arah guru bahasa inggris yang seenak jidatnya mengatakan dirinya tuli. "Sensei, boleh aku memukulmu?" Sakura mengangkat kepalan tangannya sambil menatap Naruto tajam.

Naruto tertawa sesaat dan balas menatap Sakura dengan tatapan yang tak kalah tajam. "Kau mau kuberi hukuman?" tanya Naruto dengan seringaian licik.

Kepalan tangan Sakura turun, ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Lebih baik mengalah daripada harus di hukum oleh guru menyebalkan macam Naruto. Sakura memasang seulas senyum yang sangat, sangat, sangat di paksakan sekali ke arah Naruto. "Aku akan datang ke kelas tambahan bahasa inggris besok. Jadi, aku permisi dulu." Sakura menunduk sesaat, lalu melangkah pergi dari ruang guru.

Naruto yang melihat Sakura menjauh darinya hanya tersenyum geli. Entah kenapa, muridnya yang satu itu sangat menarik baginya. Naruto menggeleng pelan, tidak seperti yang kalian duga, ia tidak mungkin menyukai seorang muridnya sendiri.

Drrt... Drrtt... Drrtt

Getaran ponsel di saku Naruto membuat lelaki bersurai pirang itu merogoh sakunya cepat. Ia membuka flip ponselnya dan nama Uchiha Sasuke langsung tertera di sana. Naruto mendesah pelan dan menjawab telepon itu.

"Halo, teme? Kenapa? Kau merindukanku? Ah, aku butuh senderan di sini," sapa Naruto ngaco.

"Jangan bodoh, dobe. Aku bukan spesies homo seperti kau."

Naruto mengangguk-angguk. "Ya, kurasa juga begitu. Kalau aku spesies homo, kau spesies bebek atau ayam seperti apa?"

"Hentikan omong kosongmu atau aku akan membunuhmu saat pulang nanti!"

Naruto tergelak dan tak bisa menahan tawanya, membuat orang yang di tertawakan di seberang sana mendecak kesal.

"Jangan salahkan aku jika aku membawa dukun ke rumahmu dan menyuruhnya memanggil makhluk halus untuk menerormu setiap malam!"

Seketika Naruto bungkam, menghentikan tawanya ketika mendengar kata 'makhluk halus' dari mulut sahabatnya, Uchiha Sasuke. Jujur saja, Naruto lebih memilih melawan sekelompok yakuza daripada roh halus semacam itu. Kenapa? Dia bisa saja memukul yakuza karena ia sudah menyabet ban hitam saat ia belajar karate. Tapi, jika lawannya adalah roh halus, mau dia menyabet ban hitam ataupun menjadi seorang petarung hebat macam Jackie Chan, itu adalah hal sia-sia. Percayalah, lawannya ada sosok dari dunia lain.

"Eng... maaf! Jadi, kenapa kau menghubungiku, sayang?" tanya Naruto dengan sedikit godaan di akhir kalimatnya. Bisa ia dengar dari ponselnya Sasuke sedang terbatuk-batuk. Entah dia hanya tersedak atau muntah-muntah, Naruto tidak akan pernah tahu.

"Aku cuma ingin bertanya, bagaimana mengajar di Tokyo High School?"

"Tentu saja menyenangkan, aku punya banyak fans di sini. Lalu, bagaimana denganmu? Apa kau betah mengajar di Konoha High School? Ini sudah kesepakatan kita, bukan? Kita akan bertukar tempat mengajar untuk satu tahun."

"Ya karena itu aku menanyakan keadaanmu. Apa kau masih hidup? Ah, tidak, mungkin kau sudah tidak waras karena tadi membuatku muntah."

Oh, jadi Sasuke muntah sungguhan?!

"Tenang saja, aku menemukan hal yang menyenangkan mengajar di sini. Bagaimana denganmu?"

"Tidak jauh beda denganmu. Ada yang ingin kudiskusikan denganmu sore ini. Bagaimana jika kita bertemu di Konoha Cafe?"

"Ah! Kau mengajakku berkencan? Kenapa tidak?"

"Dasar sinting!"

Tuut... tuuut... tuut...

Naruto menatap layar ponselnya. Sambungan telepon di putuskan secara sepihak oleh Sasuke. Apa Sasuke marah? Entahlah. Naruto tidak mau tahu dan tidak pernah mau tahu.

xxx

Naruto menyesap kopi susunya yang masih mengepul, lalu menatap Sasuke yang duduk di hadapannya sedang melipat tangan di depan dada.

"Jadi, ada perlu apa denganku?" Naruto meletakkan gelasnya.

"Tidak apa-apa, tidak ada hal yang penting." Sasuke mengindikkan bahunya. "Aku hanya ingin berterima kasih padamu."

Naruto menaikkan sebelah alis. "Untuk?"

"Aku jenuh mengajar di sekolah itu, semua murid perempuan itu berisik. Aku tidak suka. Aku tidak sepertimu yang suka teriak-teriakan seperti itu." Sasuke mulai bergidik ngeri kalau mengingat dirinya yang masih menjadi guru di Tokyo High School. Namanya selalu di panggil dengan cara menjijikan, wanita selalu membuntutinya, dan suara mereka selalu membuat telinganya tuli mendadak.

"Bukannya di Konoha High School sama saja? Kau pasti punya banyak fans disana." Naruto menyeringai tipis.

Sasuke ikut mengeluarkan seringaiannya, tentu saja Uchiha tidak akan kalah dengan seringaian seorang Uzumaki. "Memang fansku tetap banyak disana, tapi aku menemukan sesuatu yang menarik. Hyuga Hinata."

Naruto tertawa kecil. "Perempuan pemalu itu?"

"Setidaknya dia tidak berisik seperti yang lain," balas Sasuke acuh tak acuh. "Lalu, bagaimana denganmu?"

Naruto tersenyum lebar. Di kepalanya langsung terlintas seorang gadis berambut musim semi dengan iris mata berwarna emerald. "Haruno Sakura."

"Oh? Haruno Sakura yang itu? Pediam, jarang bersosialisasi, dingin, cerdas, tapi tidak pintar dalam bahasa inggris."

Naruto mengangguk, membenarkan segala ciri-ciri yang Sasuke sebutkan. "Bukankah kau ingin punya wanita tipe seperti Haruno-san itu?"

Sasuke mendecak pelan. "Mungkin, kau benar. Tapi, tiap kuadakan kelas tambahan bahasa inggris untuknya, dia tidak pernah bisa. Matematika saja dia bisa, masa bahasa inggris tidak?" Sasuke menyabet kopi hitamnya yang masih penuh di dalam cangkir putih, lalu menyesapnya beberapa kali.

"Begitukah? Besok aku akan mulai jadwal tambahan bahasa inggris untuknya. Sepertinya, menaraik," pikir Naruto dengan senyuman lima jarinya. Berharap hari esok akan datang.

"Good luck!" Sasuke tersenyum tipis.

"Same with you too, hope you get happiness in there." Naruto mengedipkan sebelah matanya.

xxx

Di sinilah Naruto sekarang. Entah sudah berapa kali ia menghela napas hanya untuk menjelaskan materi Simple Past Tense dan Past Perfect Tense. Pada akhirnya, Sakura, si murid jenius itu sama sekali tidak mengerti dengan penjelasannya. Merasa gemas, Naruto melangkah ke depan meja Sakura, lalu menggebrak meja itu pelan.

"Apa yang tidak kau mengerti? Ayolah, ini tenses mudah!" kata Naruto dengan suara tertahan di tenggorokkannya. Ia ingin sekali berteriak, namun muridnya ini perempuan. Ia tidak mau melakukan hal yang merepotkan karena membuat seorang murid menangis di pelajarannya.

Berbeda dengan Naruto, Sakura justru hanya menanggapi cuek. "Aku tidak pernah mengerti peraturan bahasa inggris. Kenapa verb yang digunakan di kedua tense itu berbeda? Padahal keduanya memiliki arti yang sama. Kenapa juga setiap subjek yang digunakan selalu memakai tobe yang berbeda? Itu memusingkan. Aku lebih menyukai matematika karena nilainya mutlak. Kalau kau bertanya hasil dari dua di tambah dua, semua orang pun pasti akan menjawab empat."

Naruto menepuk keningnya. Kenapa Sakura harus bertanya hal yang baru saja ia jelaskan? Naruto yakin, ajarannya sudah sangat mudah untuk di pahami. Murid lain saja bisa memahaminya, tapi kenapa Sakura yang jenius ini tidak bisa mengerti?

"Dengar, kau hanya perlu menghapal kata-kata dan rumus dari tenses itu."

"Sudahlah, pelajaran tambahan ini tidak akan berguna untukku." Sakura beranjak dari tempat duduknya, merapihkan alat tulis dan bukunya, lalu pergi meninggalkan kelas tanpa persetujuan sang guru.

Sakura paling tidak suka di paksa. Baginya, bahasa inggris itu menyebalkan, membingungkan, dan kata-katanya sulit untuk di ucapkan. Terlebih, gurunya adalah seorang Uzumaki Naruto. Ya, sebenci-bencinya Sakura pada gurunya yang dulu, Uchiha Sasuke, Sakura lebih-lebih sangat benci sensei yang bernama Uzumaki Naruto itu.

Baru saja ingin berbelok ke koridor lain, Sakura merasa pergelangan tangannya di genggam erat lalu di tarik oleh seseorang menuju salah satu kelas kosong di sana. Sakura menyipitkan matanya, ia tidak suka dengan sikap Naruto ini.

"Apa maumu?" Sakura bertanya dingin. Ia mulai menepis genggaman Naruto, namun Naruto tidak melepaskannya dan membiarkannya pergi begitu saja. Justru, lelaki itu malah menguncinya dengan kedua lengan yang terulur di sisi kiri-kanannya.

"Jangan berpikir kau bisa kabur dari pelajaranku," kata Naruto setengah berbisik.

Sakura melebarkan matanya. Jaraknya dengan Naruto terlalu dekat. Refleks, ia mendorong dada bidang milik Naruto dengan kuat lalu mundur beberapa langkah. Sakura menatap Naruto dengan pandangan menusuk, sedangkan yang di pandang hanya memasang wajah biasa.

"Kuberi kau warna hitam."

"Hah?!" Naruto tidak mengerti maksud kalimat itu.

"Bagiku, warna hitam itu suram, menyebalkan, gelap, dan aku sangat benci warna hitam," Sakura masih memandang Naruto tajam. "Dan aku membencimu sama seperti aku membenci warna hitam, bahkan lebih benci." Sakura langsung berlari dari kelas itu, meninggalkan Naruto seorang diri di sana.

Naruto tersenyum lebar melihat kepergian Sakura. "Kau punya murid yang menarik, Sasuke."

.

TBC


AN : Oke! Sebenernya ini adalah fanfic multichap yang di request oleh Rachel Kisaragi, Ehm, aku lupa pen name-nya XD. Aku buat fic ini setelah menonton Jmovie yang berjudul Close Range Love – Live Action. Film ini di adaptasi dari manga :D. Tapi, aku ingin membuat hal yang berbeda dalam fic ini. XD

Soal konflik fic ini... yang aku pikirin sih belum terlalu berat. Yah, akan berubah seiring berjalannya waktu. Mumpung fic Lost sebentar lagi udah mau tamat, jadi saya mau nambah utang #plak (inner : mau nambah lagi? Itu fic World is War dan fic dari fandom sebelah aja belom kelar.) Ya, aku juga udah mulai nulis di fandom Fairy Tail dengan pairing Natsu x Lucy, yang berminat boleh mampir :p

Lalu, bagaimana pendapat kalian mengenai fic ini? Semoga gak aneh ya :D. Apapun itu, aku menerima segala kritikan dan masukkan yang membangun. Khususnya untuk Rachel, aku harap kamu suka dengan fic yang aku buat ini. XD

See You in Next Chapter!