Saya bukan pemilik Naruto atau Fairy Tail!

Golden Wizard – Chapter 13


"NATSU!" Teriakan keras keluar dari mulut seekor kucing berbulu biru.

Happy, sang kucing berbuku biru, terbang menyusuri lembah gunung bersalju, mencari keberadaan teman sekaligus ayah angkatnya. Linangan air mata membasahi wajah, rasa khawatir terus melilit hati. Saat-saat seperti ini ia sangat menyesali kelemahannya, andai saja ia bisa terbang lebih cepat, Natsu dapat terselamatkan.

Ketika berada di pertengahan lereng, kecepatan terbang Happy menurun, tubuhnya terasa begitu lelah, sehingga ia kehilangan Natsu yang terjun berguling dengan kecepatan tinggi. Dia adalah partner Natsu Dragneel, tapi ia tidak mampu menyelamatkan partner tersebut. Apa pantas ia menyebut dirinya sebagai pertner Natsu sang Salamander dari Fairy Tail?

Kini Natsu hilang, terkubur tumpukan tebal salju yang menyelimuti gunung. Happy sama sekali tidak menemukan tanda-tanda posisi Natsu, semua terlihat putih. Belum lagi tubuh kecilnya mulai terasa dingin, tidak tahu berapa lama ia bisa bertahan di tengah dinginnya salju. Tapi ia juga tidak ingin menyerah, Natsu telah merawat dan menyayanginya, melewati kesedihan serta kebahagian bersama.

Dia akan menemukan Natsu, atau mati kedinginan bersamanya.

Happy mengusap linangan air mata, sadar kalau sekarang bukan saatnya untuk bersedih. "NATSU, KAU DIMANA? JAWAB AKU!"

Happy berusaha terbang lebih tinggi agar dapat melakukan pencarian lebih luas, tapi kabut salju serta angin kencang yang mengitari gunung menghalangi rencananya.

Crack!

Perhatian Happy teralih pada gumpalan salju berukuran besar yang retak, iris hitamnya kini kembali diisi harapan. Berharap orang yang ia cari berada dalam gumpalan itu, meskipun ia pernah kehilangan harapan saat ibunya direnggut darinya ketika menjalankan misi.

Bug!

Gumpalan salju tadi terbelah, lantas hancur berkeping-keping. Memperlihatkan seorang remaja berambut salmon yang sedang terduduk. Happy membelalakn mata, cairan bening terlihat kembali membasahi wajah, tapi kini hatinya terasa begitu lega. Dia menarik napas dalam, lantas terbang mendekati remaja tadi sambil membuka mulut. "NATSU!"

"ARGH!" Tiba-tiba sang remaja, menggeram keras dengan tubuh yang terselimuti oleh api oranye. Dia berlahan mengangkat kedua tangan, lantas menghentakkannya ke lapisan salju tempatnya terduduk. "PRIA BRENGSEK! AKU AKAN MENENDANGMU SAAT BERTEMU LAGI!"

Remaja tadi terus mengulangi tindakannya berkali-kali, tidak menyadari apa yang tengah ia pukuli. Saat kemarahan mulai mereda, ia baru sadar bahwa partnernya tidak berada di dekatnya. "Na-natsu."

Remaja yang dipanggil Natsu membelalakkan mata begitu pandangan matanya terarah pada sumber suara. Di sana terbaring partnernya, bulu biru yang dimiliki terlihat menghitam, seperti baru saja terbakar. "Happy! Kau baik-baik saja Sobat?"

Happy tersenyum lembut, matanya menampakkan kebahagiaan meskipun kondisi tubuhnya terlihat memprihatinkan. "Su-syukurlah... k-kau baik-baik s-saja, Natsu."

"Happy, bertahanlah! Siapa yang melakukan ini semua padamu?" Iris hitam Natsu terlihat berkaca-kaca, bibirnya bergetar dengan gigi yang menggertak, sedangkan kepalan kedua tangannya nampak mengerat. "A-pa... apa pria brengsek itu yang melakukannya?"

"Bu-bukan, kau yang melakukannya, Natsu."

"A-pa ma..." Natsu membelalakkan mata, mengetahu kenyataan yang menyakitkan. "Happy, bertahanlah!"

Happy mengulas senyum tipis melihat tatapan sendu Natsu, berlahan ia menutup mata, dan menemui kegelapan.

"HAPPY!" Jerit Natsu.


[Februari – X783]

[Tepi Desa Enville – Kerajaan Caelum]

. . .

"HAPPY!" Iris hitam Natsu langsung terbuka lebar, napasnya nampak terengah, sedangkan tubuhnya terlihat dipenuhi peluh dingin.

Natsu bisa merasakan seluruh ototnya menegang, ia baru saja merasakan luapan emosi. Berlahan ia melepaskan napas panjang, lega mengetahui semuanya hanya mimpi. Andai semua benar-benar terjadi, ia tidak yakin bisa melalui hidup. Kehilangan Lisanna merupakan pukulan berat, apa lagi kalau ia juga sampai kehilangan Happy.

Natsu mengeratkan kepalan tangan, lantas mengayunkannya ke udara.

BLAM!

Benturan besar terjadi, Natsu tersadar kalau disekililingnya terhalang oleh Jutsu Shiki dari Rune milik Naruto.

"AHHH~" Teriak Natsu penuh frustasi.

Dia teringat, semua terjadi sebab ia mencoba melarikan diri dari Naruto. Pria yang ia temui tiga bulan lalu bersedia menerima permintaan Natsu untuk melatihnya, tapi ia harus memenuhi syarat yang diajukan Naruto, dan kini ia merasa menyesal menerimanya. Naruto bersedia melatih Natsu selama ia tidak kabur sebelum latihan dianggap usai, dan menyelesaikan semua latihan tanpa mengeluh.

Setelah tanpa sengaja bertemu Gildarts ketika mereka memasuki Desa Enville, ia berusaha kabur dengan mengikuti jejak Ace Fairy Tail. Dia sudah tidak tahan menerima lat... penyiksaan Naruto. Memang benar ia kini merasa lebih kuat, tapi latihan yang ia lalui sungguh berat. Bahkan lebih berat daripada semua latihan pemberian Igneel, dan Natsu belum ada niatan untuk mati muda, terlebih mati saat latihan, bukan dalam pertarungan.

Natsu nyaris mati kelaparan, andai ia tidak bersedia makan daging Vulcan saat diminta menghancurkan Gunung Bersalju beberapa bulan lalu oleh Naruto. Sebuah permintaan yang menghabiskan waktu sebulan baru bisa ia selesaikan.

Selanjutnya ia diminta mendidihkan air danau dengan luas puluhan kilo meter, dan hanya dibekali makanan yang harus ditangkap di danau tersebut. Natsu benar-benar ingin menghajar wajah pria bersurai pirang itu, tapi sampai sekarang ia tetap belum berhasil melakukannya. Sebab meskipun latihannya telah membuahkan hasil, kemampuannya tetap belum sepadan dengan Naruto.

Sebulan lalu, ia tidak lagi diminta menghancurkan gunung, tapi melelehkannya. Hanya panas api yang bisa melewati Rune, bukan api ataupun kekuatan fisik Natsu. Sebuah permintaan yang menurut Natsu merupakan hal mustahil, dan hingga saat ini masih belum dapat ia lakukan. Namun kenyataannya Naruto bisa melakukannya, pria itu hanya memerlukan waktu sepuluh menit melelehkan seluruh bagian gunung.

Andai hanya dirinya yang disiksa, Natsu bisa menerimanya dengan senang hati. Tapi Naruto juga melakukan penyiksaan pada Happy, mulai dengan menambah berat tubuh hingga ratusan kilo, sampai melarang kucing biru itu makan ikan selama sebulan penuh jika gagal menjalankan latihan sesuai yang ditargetkan. Itu merupakan penyiksaan terberat bagi Happy, dan ia tidak tahan melihat sahabat, sekaligus anak angkatnya menderita.

Setelah kepergian Lisanna, hanya Happy yang setia menemani perjalanan hidupnya. Dia pergi meninggalkan guild, berharap bisa mengasah kemampuan lebih baik. Pulang lebih kuat, dan bisa melindungi semua keluarganya, sebab ia tidak ingin kejadian yang dialami Lisanna terulang kembali. Tapi semua berubah semenjak pertemuannya dengan Naruto, ia merasa sedang berurusan dengan seorang Iblis.

Bahkan Iblis tidak sekejam Naruto, buktinya Mira baik-baik saja meskipun mengambil alih jiwa Iblis. Gadis itu tidak melewati latihan berat seperti yang ia rasakan beberapa bulan ini.

Jadi ketika ia bertemu Gildarts, ia berencana kabur mengikuti perjalanan Ace Fairy Tail. Berharap pria itu mau melatihnya, membuatnya kuat, tapi tidak perlu melewati latihan penuh siksaan seperti yang dijalaninya selama beberapa bulan terakhir. Namun semua berakhir kacau, sebab Naruto mengetahui rencananya, dan kini ia terkurung dalam Rune, menanti kedatangan pria bersurai pirang lantas menerima hukuman.

Hal yang lebih mengerikan, ternyata Gildarts juga mengenal Naruto. Sehingga pria tua itu mengindahkan semua perkataan Natsu mengenai tindak penyiksaan yang ia alami, dan memilih mempercayai Naruto sebab tahu betapa kuatnya pria bersurai pirang. Tidak pernah Natsu mengutuki kesialan dirinya, tapi setelah mendengar Gildarts lebih mempercayai Naruto, memaksanya melakukan hal tersebut.

Merasa semua usahanya untuk menghancurkan Rune buatan Naruto tidak membuahkan hasil, Natsu menduduk diri, bersila sambil menopang wajah dengan kedua telapak tangan. Memikirkan kembali pertemuannya dengan Gildarts beberapa hari yang lalu.

Gildarts mendatangai kawasan Kerajaan Caelum untuk mencari seseorang. Seorang gadis berusia 6 tahun, bernama Asia Hime... hime... ia tidak begitu mengingat nama marganya, atas permintaan kakak gadis tersebut. Menurut informasi yang berhasil dikumpulkan Gildarts, gadis cilik yang dicari telah jual dan dijadikan budak.

Perbudakan!

Sebuah perbuatan yang sangat Natsu benci. Entah kenapa manusia bisa melakukan hal tersebut pada sesamanya. Jangankan melakukan, bagaimana manusia bisa mengenal istilah dan perbuatan seperti itu. Dia ingat Igneel selalu mengatakan kalau manusia pantas untuk dicintai, tapi kenapa mencintai mahkluk yang rela memperbudak sesamanya?

Fairy Tail.

Natsu tersenyum mengingat semua member Fairy Tail, kumpulan manusia yang saling berbagi kasih dan sayang. Mereka memandang semua member sebagai keluarga, sehingga tidak heran jika guild itu menjadi pilihan banyak orang yang dikehidupan awal mereka dipenuhi dengan kepediahan dan kesendirian.

"Yo!" Sapaan dari suara maskulin menyadarkan Natsu dari lamunan.

Natsu langsung berdiri sambil menatap tajam pemilik suara tadi. "Naruto, lepaskan aku dari sini."

"Sudah aku bilang kan, Natsu, kita tidak bisa melarikan diri sebelum Naruto memutuskan kalau latihanmu selesai." Tukas kucing berbulu biru.

Natsu membelalakan mata melihat pemilik suara. "Happy, kau juga tertangkap?"

Saat sihir Rune yang memenjara Natsu aktif, Happy tidak tertangkap bersamanya, sehingga ia meminta kucing tersebut untuk pergi menemui Gildarts. Berharap setidaknya salah satu dari mereka berhasil melarikan diri, dan kembali menikmati kebebasan. Tapi sepertinya semua gagal, dibuktikan dengan kehadiran Happy bersama kedatangan Naruto.

"Aye." Jawab Happy yang tengah asik terbang di dekat gadis bersurai pink sambil menikmati ikan segar.

"Kau... ikan..." Ucap Natsu sambil melayangkan pandangan penuh ketidakpercayaan pada Happy. "Kau membocorkan rencana karena disogok dengan ikan kan, Happy?"

"Aye. Aku sudah seminggu tidak makan ikan, Natsu." Balas Happy yang kini terlihat menitikan air mata.

"Tch," Natsu mendecih mendengar alasan Happy, lantas mengulas senyum penuh pengertian pada partnernya. "Tidak apa-apa, Sobat."

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang, Natsu?" Tanya Naruto sambil mengulas seringai penuh kemenangan.

"Tidak ada." Balas Natsu dengan ketus. "Em~ bisakah kau lepaskanku sekarang?"

"Tidak." Jawab singkat Naruto. Dia lantas duduk di bawah salah satu pohon tidak jauh dari tempat terkurungnya Natsu.

Gadis bersurai pink yang sedari tadi hanya terdiam tiba-tiba berjalan mendekati Naruto, lantas mulai melepaskan pakaian Maid yang ia kenakan satu-persatu. "Master, apa perlu aku menari untuk menghiburmu?"

"Tidak perlu, Virgo. Tapi terima kasih atas inisiatifnya." Jawab Naruto sambil mengulas senyum hambar.

"Kenapa dia selalu bertindak aneh seperti itu setiap kali diabaikan untuk beberapa saat?" Bisik Happy pada gadis berambut putih di sampingnya.

"Entahlah. Tanyakan saja pada Naruto, dia itu pelayannya. Mungkin saja Virgo dididik seperti itu olehnya?" Balas sang gadis. Dia lantas menutupi mulut mungilnya yang hendak mengeluarkan tawa.

Kelima orang yang kini tengah berkumpul terus melanjutkan canda gurau. Mereka terlihat begitu akrab, setelah keempat dari mereka dilatih oleh orang yang sama, Naruto. Tapi hanya Natsu dan Happy yang mendapatkan latihan lebih berat, dan itu terkadang membuat pemuda bersurai salmon mengeluh.

Naruto melatih Shirone menggunakan chakra lebih baik dan efisien, mulai dari kontrol, hingga pengunaan untuk memperkuat pukulan. Dia juga mengajari gadis kucing itu menggunakan sihir Ilusi dan api serta angin, mengingat Shirone memiliki kemampuan terbang dengan sayapnya.

Sedangkan Virgo sering datang mendiskusikan perpindahan dimensi dengan Naruto, Raja Roh masih belum menemukan arsip perpindahan dunia selain Edolas. Belum lama ini, Naruto mulai mengajari Virgo teknik mengendali tanah lebih kuat dari sebelumnya, teknik yang ia saksikan langsung dari ninja Iwagakure saat berada di medan perang, begitu pula ketika ia dalam perjalanan menjelajahi Fiore dan Alvarez.

Natsu melirik Naruto, sorot matanya terlihat serius. "Naruto, apa kau tau keberadaan Igneel?"

Remaja yang mengaku sebagai anak Raja Naga Api itu teringat dengan sihir yang digunakan Naruto beberapa minggu lalu. Dia sempat terkejut ketika mengetahui Naruto ternyata adalah seorang Pembunuh Naga, sama sepertinya. Sebelumnya ia sempat mengira kalau dirinya adalah satu-satunya Pembunuh Naga yang ada di Earthland. Tapi setelah bertemu Naruto, kenyataan itu berubah. Menurut Naruto, ada 7 Pembunuh Naga lain yang berkeliaran di luar sana.

"Igneel? Itu naga yang membesarkanmu ya?" Naruto mengulas senyum ketika melihat anggukan pelan Natsu. "Uwriyel, naga yang melatihku, beberapa kali bercerita tentangnya. Igneel merupakan Raja Naga Api, lawan yang cukup tangguh..."

"HEI, Igneel bukan hanya cukup tangguh, tapi sangat kuat." Cela Natsu mendengar perkataan Naruto.

Naruto menaikkan kedua pundaknya. "Entahlah, aku hanya mengatakan sesuai yang cerita Uwriyel. Dia mengatakan kalau Igneel sama kuatnya dengan Phlegon, adik Uwriyel. Dia pernah bertarung melawan Igneel, ketika ayahmu itu baru saja diakui sebagai Raja Naga Api yang baru setelah menghilangnya Jakka, Naga Api yang dikenal sebagai Tuhan Naga Api, sama seperti Uwriyel. Dan dia menendang Igneel sampai ke Bulan..."

"MUSTAHIL! Igneel naga terkuat, tidak mungkin dia bisa dikalahkan oleh nagamu. Uw... uw... argh... ayahmu itu... namanya susah disebutkan... pasti membual." Tukas Natsu penuh keyakinan.

"Oh~ kenapa kau berpikir begitu?" Naruto menaikan alis pirangnya, tertarik dengan penjelasan Natsu.

"Igneel mampu menghancurkan gunung hanya dengan semburannya saja..."

"Tapi sekarang kau juga bisa menghancurkan gunung... yah, meskipun masih membutuhkan beberapa teknik dan menggunakan seluruh sihirmu." Naruto mengulas seringai tipis.

"Tapi... tapi..."

"Mungkin kau benar, Uwriyel membual." Naruto memotong perkataan Natsu, ia bisa melihat mata remaja itu berbinar. "Tapi kau juga bisa saja salah, dan Uwriyel benar-benar menendang Igneel sampai ke Bulan. Kau tidak mempercayaiku karena belum pernah bertemu Uwriyel, namun kita bisa mengetahui kebenarannya saat bertemu Igneel, lantas menanyakan langsung padanya. Aku yakin Raja Naga tidak akan berbohong."

"Ya. Igneel tidak akan berbohong!"

"Jadi maksudmu Uwriyel merupakan naga pembual? Naga yang dulu dikenal dengan julukan Tuhan Naga Cahaya dan Tuhan Naga Api?" Iris biru Naruto menatap tajam Natsu, sehinggga membuat remaja bersurai salmon nerfes.

"Em~ tentu saja tidak!" Jawab Natsu dengan cepat.

Naruto mengindahkan reaksi remaja di dekatnya, ia lebih memilih memandangi langit malam yang di penuhi cahaya bintang. Pikirannya kembali mengingat Uwriyel, naga tua yang telah membantunya ketika baru saja datang di Earthland. Andai saja ia tidak muncul di hadapan Uwriyel ketika baru memasuki Earthland, ia tidak yakin bisa selamat.

"...ruto!"

Naga Matahari itu tidak hanya menyelamatkan nyawanya, tapi juga membekali pengetahuan serta kekuatan untuk melanjutkan perjalanan hidup. Entah mau digunakan untuk mencari jalan pulang dan menikmati hidup di Elemental nantinya, ataupun memilih menetap di Earthland. Uwriyel bukan hanya memandang dirinya sebagai penerus, tapi juga anak yang tidak mungkin lagi akan dimiliki.

"NARUTO!"

"Huh?" Naruto tersadar dari lamunan, ia bisa melihat wajah geram Natsu.

"Kau mengabaikanku!" Bentak Natsu sambil menunjuk pria yang selama beberapa bulan terakhir ini telah melatihnya.

"Aye!" Tambah Happy. "Natsu terlihat siap memanggangmu."

"Ah, maaf. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

"Oh." Natsu mengerjapkan mata, sedikit terkejut dengan nada sendu suara Naruto. "Tentang apa? Bukan Ramen kan?"

"Hahaha~ tentu saja."

"Huh, mudah ditebak!" Sahut Shirone.

"Aku hanya bercanda."

"Huh?" Ucap keempat orang di dekatnya, mereka melayangkan tatapan tajam pada Naruto.

"Aku membayangkan tubuh telanjang Mirajane."

Natsu terlihat begitu geram mendengar ucapan Naruto, tangannya kini terlapisi Api, siap menyerang pria di dekatnya. "KAU..."

"Itu juga bercanda."

Naruto sering menyinggung nama Mirajane ketika berbicara dengan Natsu, semenjak ia melihat tubuh seksi gadis bersurai putih itu di Sorcerer Megazine [Majalah Penyihir]. Semua berawal ketika Naruto mengajukan syarat pada Natsu sebelum bersedia melatihnya untuk membawakan foto gadis seksi di tengah gunung bersalju, dan tanpa ragu remaja tadi menunjukkan foto Mirajane. Tentu saja Naruto senang menerima foto tersebut, ia bisa menggunakannya sebagai model atau bahkan karakter di buku yang ia tulis. Buku berkover hijau seperti karya Jiraiya, yang ternyata sangat populer di Kerajaan Alvarez.

"Hah, aku tidak percaya! Kau pasti benar-benar sedang memikirkan tubuh telanjang Mira." Api membara kini nampak membungkus kepalan tangan Natsu.

"Hahaha~ kenapa kau marah. Natsu? Kau bukan saudara, pacar, ataupun suaminya." Naruto mengulas senyum tipis. "Terkecuali kalau kalau kau... kau menyukai Miraaa~"

Happy langsung melebarkan mata ketika mendengar candaan Naruto. "Oh~ Natsuuu~ kau menyukai Miraaa~ bagaimana denga..."

"A-tentu saja tidak, dan kau tidak perlu ikut campur, Happy!" Bentak Natsu dengan wajah sedikit memerah, api yang sebelumnya membungkus lengan didikan Igneel itu telah sirna. "Mira adalah rekan se-guild-ku! Fairy Tail memandang setiap member sebagai keluarga, jadi wajar kalau aku marah saat kau berpikir jorok tentang salah satu guild kami. Belum lagi Mira merupakan kakak Liss..."

Remaja bersurai salmon itu tiba-tiba menghentikan perkataan, ekspresi wajahnya terlihat sendu. Natsu mengeratkan kepalan tangan, hatinya terasa nyeri ketika hendak mengucapkan nama teman dekatnya. Saat mengingat namanya; ia selalu terbayang dengan kegagalan serta kelemahannya. Dia tidak bermaksud melupakan, hanya belum siap untuk melangkah maju, meneruskan kehidupan tanpa kehadirannya; atau mungkin ia hanya lari dari pahitnya kenyataan, tidak sanggup berjalan di tengah Fairy Tail yang selalu mengingatkan tentang kehadiran sosok gadis itu.

"Natsu." Suara Naruto menyadarkan Natsu dari gelut pikiran.

"Yah?"

Naruto sempat khawatir saat melihat raut sendu Natsu. Mata hitam putra Igneel itu sempat memancarkan kesedihan, dan sakit yang mendalam. "Kau baru saja kehilangan seseorang?"

Sejenak Natsu terlihat terkejut mendengar pertanyaan Naruto. "Hm~"

Naruto mengangguk pelan sambil mengulas senyum hambar. Dia paham perasaan Natsu, sebab ia juga pernah mengalaminya. Mulai dari Sandaime, Jiraiya, Ayah, Ibu, teman, seluruh penduduk Desa Konoha, bahkan baru-baru ini ia juga kehilangan Uwriyel.

Yah, Uwriyel baru saja meninggal. Bersamaan dengan peristiwa pertarungan Naruto melawan Acnologia, yang ternyata merupakan bagian dari rencana keturunan musuh lama Uwriyel.

. . .

"Atlas Flame. Apa yang kau lakukan di sini?"Suara berat penuh wibawa dan ketegasan keluar dari mulut naga berkulit emas tadi.

"Uwriyel, aku hanya ingin menemui anak didikmu, dan menagih hutangnya setelah tanpa permisi mengkonsumsi api milikku."Jelas Atlas sambil memalingkan wajah, menghindari tatapan tajam Uwriyel.

Uwriyel merupakan naga yang sangat Atlas hormati, tapi kini menjadi ia takuti. Dia dulu nyaris dibunuh oleh Uwriyel setelah gagal melindungi Phlegon, dan membiarkan saudara naga tua tersebut mati dalam Perang Sipil. Di hari tersebut Uwriyel mulai mengasingkan diri, dan memilih angkat tangan dari kekacauan perang, meskipun Igneel pernah memintanya terjun kembali.

"Hei, ayah."Tukas sosok manusia yang diselimuti api emas. "Kenapa jiwamu melemah ketika 'Bos' bertarung melawan Acnologia?"

"..."Uwriyel mengerjapkan mata, baru menyadari kehadiran mahkluk lain selain Naruto dan Atlas. "Kau... oh, jadi kau berhasil bermanifestasi meskipun aku hanya pergi untuk sejenak."

"Ya."

Naruto yang sedari tadi hanya mengamati percakapan, kini terlihat menaikkan alis, tidak mengerti dengan maksud Uwriyel. "Apa maksudmu Ury?"

"Ury?"Gumam Atlas sambil menahan tawa.

"Sialan kau bocah! Sudah aku katakan berkali-kali agar tidak memanggilku dengan nama itu."Bentak Uwriyel.

"Nah~" Naruto mengibaskan tangan, mengabaikan bentakan Uwriyel. "Jadi, apa maksud perkataanmu tadi?"

"Pertemuanmu dengan Acnologia bukalah kebetulan, seseorang menginginkan kematianmu dan juga diriku."Jelas Uwriyel sambil melepaskan desahan lelah. "Dia memberikan informasi pada Acnologia bahwa kau adalah anak didikku, dan menyarankan untuk membunuhmu agar memancingku keluar memburu Naga Hitam itu. Namun Acnologia tidak mengetahui kalau sedang dimanfaatkan, orang itu... bukan, Dewa itu berkehendak memusnahkanku, baik fisik maupun jiwaku yang bersemayam ditubuhmu."

"Untuk apa?" Cela Naruto.

Atlas membelalakn mata begitu mendengar penjelasan Uwriyel. "Uwriyel... maksudmu anak Hyper..."

"Ya. Dia ingin mengambil jiwa ayahnya yang aku segel di Gunung Doom, tapi dia tidak bisa mengambilnya tanpa seizinku. Jadi dia memilih cara kedua, memusnahkanku, agar penghalang yang aku pasang di sekeliling Doom menghilang."

Naruto mengerjapkan mata berkali-kali, kepalanya terasa pening. "Tunggu dulu... tunggu dulu... apa yang kalian bicarakan dari tadi?"

"Huff..."Uwriyel kembali mendesah, ia baru sadar kalau bocah didikannya akan sulit memahami pembicaraan jika tidak dijelasakan dari awal. "Beratus tahun yang lalu, ketika adikku, Phlegon, baru saja mati di Perang Sipil besar antar naga, datang seorang Dewa menantangku bertarung. Dia bernama Hyperion, Dewa Cahaya Surgawi dan Matahari. Dia baru saja keluar dari belenggu Tartarus; dan berharap mendapatkan kembali kekuatan penuhnya setelah berhasil menyerap sihirku jika menang dalam pertarungan, sebab kita memiliki kekuatan sihir yang sangat mirip, Cahaya, Api dan Matahari."

"Pertarungan besarpun terjadi, sehingga membuat belahan Earthland hancur."Tukas Atlas melanjutkan cerita Uwriyel. "Awalnya, pertarungan hanya terjadi di kawasan Kerajaan Caelum, tapi karena besarnya kekuatan kedua belah pihak, meluasnya kehancuran akibat serangan Hyperion maupun Uwriyel tidak bisa dihindari. Hingga akhirnya, di hari kesepuluh Uwriyel berhasil mengalahkan Hyperion, dan menyegel jiwanya pada Lacrima yang kini tersimpan di dalam Gunung Doom, bekas sarang Uwriyel dan Phlegon."

Sejenak pandangan Naruto nampak menajam, tapi tidak lama kemudian berangsur melembut, seiring melemasnya genggaman kedua tangannya. "Bagaimana kau bisa mengetahui itu semua, Atlas?"

"Hahaha~ saat masih muda, aku merupakan salah satu pengagum Uwriyel."Jelas Atlas, mengabaikan dengusan Uwriyel yang mengeras. "Aku juga sahabat dari pamanmu, Phlegon. Aku, Phlegon, dan Igneel..."

Kelopak mata Uwriyel berkedut begitu mendengar nama Igneel disebutkan oleh Atlas, tapi tidak satupun dari ketiga mahkluk di dekatnya yang menyadari.

"...merupakan sahabat baik, kami bertiga menjadi simbol kekuatan Naga Api. Yah, setelah kematian ayahku, Ryuujin Jakka."Lanjut Atlas.

"Kembali kepermasalah awal, Dewa yang memberikan informasi pada Acnologia merupakan putra Hyperion, Helios sang Dewa Matahari."Ucap Uwriyel.

"Dia ingin membebaskan jiwa ayahnya sekaligus membalas dendam?" Tanya Naruto yang mulai mengerti arah pembicaraan Uwriyel sebelumnya.

"Ya."Jawab singkat Uwriyel. Dia menutup mata merahnya, tidak berniat menutupi kebenaran di hadapan Naruto.

"Dendam dan kebencian." Gumam pelan Naruto.

Naruto kini sadar, ternyata di manapun kau berada, kedua hal tersebut selalu ada. Sebagaimana cinta dan kasih sayang juga menghiasi setiap dunia, baik di Earthland, Element Nation, Edolas maupun Celestial Spirit World.

Uwriyel melirik Naruto. "Apa kau mengatakan sesuatu, Naruto?"

"Tidak." Jawab Naruto. "Tapi, kenapa dia baru bertindak sekarang?"

"Karena jiwa dan kakuatanku telah terbagi."Jelas Uwriyel.

"Maksudmu?" Tukas Atlas dan Naruto bersamaan.

"Kau masih tetap saja bodoh, Bos."Perkataan keluar bukan dari Uwriyel, tapi dari sosok manusia yang diselimuti api emas.

"Diam saja kau!" Bentak Naruto penuh geram, ia melayangkan pandangan tajam pada sosok tadi.

"Tch,"Sosok tadi hanya berdecih mendengar perintah Naruto, lantas mengulas seringai tipis dan kembali membuka mulut. "Ayah memiliki kekuatan besar, dia berhasil mengalahkan Hyperion, ayah Helios. Jadi, mustahil jika Dewa itu mampu mengalahkan Ayah dalam kekuatan penuh saat Hyperion saja tidak mampu mengalahkannya..."

"Benar." Potong Uwriyel. "Dia mengetahui kalau aku telah membagi jiwa dan kekuatanku, dan menunggumu berada dalam situasi terdesak sehingga tidak bisa membantuku saat dia menyerang. Situasi itu dengan mudah dia ciptakan dengan memanipulasi Acnologia untuk menyerangmu, dengan iming-iming bisa bertarung melawanku setelah berhasil membunuhmu. Tentu saja Acnologia tidak bisa menolak, dia haus akan kehancuran dan pertarungan."

Naruto membelalakkan mata, menyadari semuanya. "Saat Acnologia bertarung dengaku, Helios menyerangmu. Karena aku terlalu fokus pada Acnologia, aku tidak bisa mendengar panggilanmu. Pada akhirnya Helios..."

"Ya. Dia berhasil membunuh dan menghancurkan tubuhku"Potong Uwriyel.

"Itulah sebab dia..." Naruto menunjjuk sosok manusia yang diselimuti api emas. "...tadi mengatakan kalau jiwamu melemah saat aku bertarung melawan Acnologia."

Atlas menatap sendu Uwriyel. "Uwriyel, jadi kau sekarang..."

Uwriyel mengangguk pelan. "Sama sepertimu, hanya jiwa tanpa raga."

"Aku telah membunuhmu." Gumam Naruto.

"Huh?"Uwriyel menatap bingung anak didiknya. "Apa maksudmu, Naruto?"

"Kau mati karena menyetujui solusi tentang masalahku. Andai saja aku tidak melibatkanmu, dan menerima konsekuensi sihirku, kau tidak akan mati." Gumam Naruto sambil menundukkan wajah.

BOMMM!

Naruto terlempar jauh begitu menerima pukulan cakar Uwriyel. Tubuhnya berguling-guling diatas lantasi berwarna emas, menjauhi posisi Uwriyel dan Atlas, serta sosok manusia berapi. Dia bisa merasakan nyeri di seluruh tubuh, sebab luka yang ia terima dari pertarungan melawan Acnologia belum sepenuhnya sembuh.

"Bocah bodoh!"Suara Uwriyel menggema, memenuhi alam bawah sadar Naruto. "Aku membantu masalahmu karena keinginanku sendiri, bukan paksaan siapapun. Ketika aku memutuskan sesuatu, aku sudah siap menerima segala konsekuensinya, sebab tidak ingin memiliki penyesalan. Dan kau menyesal atas tindakanku? Jangan membuatku tertawa. Kau pikir siapa dirimu, Naruto?"

Naruto terus terdiam mendengar perkataan Uwriyel, tapi hatinya terasa begitu perih. "Aku... aku..."

"Kau apa?"

Hening!

Untuk sesaat suasana menjadi hening. Tidak ada satupun dari keempat mahluk tadi yang berbicara.

Naruto masih terdiam sambil menutup mata, mengabaikan tetesan darah yang mengalir di tepi bibirnya.

Uwriyel menatap tajam anak didiknya, menunggu jawan dengan penuh kesabaran.

Atlas memilih menutup mulut dengan rapat, tidak ingin mengganggu perdebatan naga yang ia hormati.

Sedangkan sosok manusia berapi emas terlihat asik mendaki punggung Atlas, mengabaikan situasi yang terjadi di sekelilingnya.

"Aku..." Suara lirih Naruto kembali memecah keheningan. "Aku adalah putramu!"

"Apa? Aku tidak mendengar perkataanmu."Tukas Uwriyel sambil menyembunyikan senyum tipis yang mulai terulas di wajahnya.

"Aku adalah putramu!" Ulang Naruto, tapi kini terdengar terucap penuh keyakinan.

"Jadi seharusnya kau sudah tau kalau semua ini bukanlah salahmu."Ucap Uwriyel. "Sebagaimana kau paham akan tindakan Minato Namikaze dan Kushina Uzumaki terhadapmu. Layaknya keputusan Hiruzen Sarutobi pada Desa Konoha, dan keinginanmu menyelamatkan Element Nation dari tangan Kaguya Ōtsutsuki serta peperangan."

"Ya." Gumam Naruto pelan.

"Kalau kau paham, kenapa kau masih diam dan berbaring saja di situ?" Sosok manusia berapi emas yang sedari hanya diam kini ikut angkat bicara, wajahnya terlihat dihiasi oleh seringai lebar.

Twich!

"Diam kau!" Bentak Naruto sambil mendudukkan diri, lantas melayangkan tatapan tajam pada sosok berapi tadi.

"Heh, mau tidak mau kau harus tetap pergi ke Gunung Doom, Naruto."Atlas kini memberanikan diri angkat bicara kembali. "Selain memenuhi permintaanku, kau juga perlu menjaga jiwa Hyperion yang tersegel di sana."

Naruto menaikkan alis, menatap Atlas penuh kebingungan. "Kenapa aku perlu ke sana? Jiwa Uwriyel masih baik-baik saja, jadi buat apa menjaganya. Uwriyel tadi bilang, selama jiwanya masih ada, maka penghalang yang melindungi puncak Doom tidak akan bisa diterobos maupun dimasuki."

"Jiwaku tidak akan bertahan lama, Naruto. Mungkin hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku akan melatihmu kembali, dan mengajarkan semua teknikku. Helios bukanlah lawan yang lemah, mungkin kau bisa mengalahkannya dengan kekuatanmu sekarang, tapi kau juga akan mati bersamanya." Jelas Uwriyel.

"Aku akan membantumu Uwriyel, sebab kelangsungan peninggalanku juga bergantung pada pertarungan akan datang."Tambah Atlas.

"Terima kasih, Atlas."Balas Uwriyel.

"Kau juga harus menerima keberadaanku, Bos!"

"Diam kau! Diam kalian semua!" Bentak Naruto. "Aku tidak ingin berlatih bersamamu lagi, Uwriyel. Dulu kau tidak pernah mengizinkaku keluar mencari ramen selama melatihku."

Uwriyel mengerjapkan mata, mendengar penolakan Naruto. "Jika kali ini aku mengizinkamu mencari dan makan ramen?"

Naruto menjawab pertanyaan Uwriyel dengan senyuman lebar.

. . .

Naruto tersenyum hambar mengingat percakapannya dengan Uwriyel beberapa bulan lalu. Dia mengembalikan pandangan pada api unggun. "Jika kau ingin bercerita, aku bersedia mendengarkannya."

Shirone menganggu pelan, menyetujui Naruto. Dia paham perasaan kehilangan seseorang yang penting dalam hidup, sebagaimana ia kehilangan kakaknya, Kuroka. Berbeda dengan Virgo, ekspresinya tetap datar. Tidak ada yang tahu apa yang sedang gadis roh itu pikirkan.

Mendengar perkataan Naruto, Natsu justru memalingkan wajah. "Aku tidak..."

"Aye, kita baru kehilangan Lisanna..."

"Happy!" Bentak Natsu membuat Happy terdiam.

"Lisanna?" Tanya Naruto.

Happy tersadar dari keterkejutan begitu mendengar pertanyaan Naruto. "Aye, Lisanna itu ibuku."

Natsu menatap tajam Happy. "Happy."

"Ibumu? Terus mana ayahmu, kenapa tidak bersamamu sekarang?" Naruto terus mengajukan pertanyaan, mengabaikan tingkah Natsu.

"Huh?" Happy manatap lucu Naruto. "Apa yang kau tanyakan? Natsu ayahku!"

"Eh?" Naruto menatap kucing biru tadi dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. "Kalau Natsu adalah ayahmu, berarti dia menikahi kucing! Ini merupakan fenomena baru, seorang manusia memiliki anak dengan seekor kucing!"

"LISANNA BUKAN KUCING!" Teriak Natsu penuh geram. "Dan kau tidak perlu menceritakan Lisanna padanya, Happy!"

Setelah itu remaja bersurai salmon tadi beranjak meninggalkan Happy dan yang lainnya. Meskipun pada akhirnya usaha yang ia lakukan kembali gagal, sebab sihir Rune Naruto masih terpasang dengan kuat. Dia terlihat begitu frustasi, bahkan tidak menyadari bahwa perkataannya sama sekali diindahkan oleh Naruto.

"Manusia... Kucing... punya anak!" Ucap Naruto berkali-kali. Mata pemuda itu terlihat kosong, ia benar-benar mengabaikan sekelilingnya.

Mendengar ucapan Naruto, seekor kucing putih mengulas senyum hambar. "Kenapa aku tidak terlahir sebagai seorang manusia?"


Hahaha~ chapter dengan 6K+ hanya tersisa 4K+ setelah disortir ulang. Saya menghilangkan interaksi awal pertemuan Natsu dengan Naruto, serta latihan yang dilalui Shirone dan Virgo. Habis terlalu panjang rasanya... :V

Silahkan tinggalkan review!

Salam... Deswa