Rumah sakit Konoha, seorang perempuan bersurai merah muda tampak berjalan menyusuri koridor jalanan rumah sakit. Pakaian serba hitam terlihat menghiasi serta membalut tubuh rampingnya, hanya mengabaikan setiap pandangan miris dari setiap pasang mata yang setiap kali menatap direksi dirinya. Sama sekali ia tidak memiliki niatan untuk berganti model pakaiannya sehari-hari, setidaknya setelah kejadian itu, seminggu yang lalu dimana ia dibawa oleh seorang teman perempuannya dan dipaksa untuk meratapi kenyataan yang tersaji tepat di depan matanya.

Aku sedang berduka, aku mengekspresikan apa yang tengah aku rasakan sekarang ini.

Itulah setiap kata ungkapan, ketika beberapa dari mereka yang menanyakan tentang pakaian serba hitam yang setiap hari selalu ia kenakan.

Berdiri sejenak di depan sebuah pintu coklat di hadapannya, setelah menghela nafas ia segera membuka pintu tersebut dan melangkahkan kedua kakinya lebih masuk kedalam sebuah ruangan dibalik pintu.

Tanpa sepatah kata pun perempuan itu melangkah menghampiri seorang pemuda yang tengah terbaring nyaman diranjang pasien, menghiraukan dua pasang mata yang sedari pertama memperhatikan kedatangannya. Pemuda bersurai raven yang terbaring nyaman di pembaringannya, serta satu lagi seorang perempuan bersurai merah dengan kacamata membingkai wajah yang tengah terduduk di samping pembaringan si pemuda raven.

Dengan cekatan, sesuai dengan kewajibannya berada di rumah sakit ini perempuan itu memeriksa keadaan si pemuda raven.

"Keadaanmu baik-baik saja, Karin-San merawatmu dengan baik." Setelah mengungkapkan hal seperti itu, perempuan merah muda itu berbalik badan hendak meninggalkan ruangan rawat inap setelah sebelumnya menyelesaikan apa yang dia kerjakan.

"Sakura?!" Namun sebuah suara menghentikan laju langkah kakinya. "Ma'afkan aku!" Hanya terdiam seraya langsung menundukan kepala menatap bawah kakinya, sama sekali tidak ingin ia dengar lanjutan dari pernyataannya tadi.

"Aku mengerti, Sasuke!" Membalikan badannya menghadap si pemuda raven. Memandang datar dengan kedua mata yang nampak bergetar, sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan yang saat ini mendera jiwanya.

"Kau percaya, kan?" Sahutnya memberikan pertanyaan ambigu, tidak jelas maksuda apa yang ia pertanyakan.

"Entahlah..." Sasuke terdiam. Seketika menundukan kepalanya untuk mengingat kejadian di saat pertarungan yang sebelumnya ia jalani dengan sosok yang baru kali ini ia sadari sangat penting, setidaknya ia mengakui ikatan itu dengannya.

"Aku sama sekali tidak bermaksud memberikan harapan palsu untukmu, setidaknya aku ada disana... Dan aku sangat yakin, bahwa dia tidak semudah itu untuk mati!" Sakura mendongkak, memperhatikan wajah Sasuke yang tanpa keraguan mengungkapkan pernyataannya itu.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto
NaruSaku: Finally © Esya27BC

.

.

.

.

Lembah kematian

Tempat yang sebelumnya sangat asri nan begitu indah, dengan hutan hijau mengelilingi serta Air terjun dengan dua sosok manusia yang mengapit di setiap sisinya. Kini, tempat tersebut seakan telah lenyap akibat apa yang tengah terjadi sekarang itu. Dua pemuda dengan dua kepribadian yang berbeda, saling berhadapan dengan sikap tegak menantang diantara satu dengan yang lainnya. Nafas terengah, penyebab hanya karena keduanya tampak kelelahan dengan pertarungan yang sampai saat ini belum dapat dipastikan.

"Aku tidak akan segan untuk mengalahkanmu, salah-satu yang sangat menentang tujuanku. Aku tidak akan menarik apa yang telah aku katakan sebelumnya, dunia Shinobi sangat kejam. Aku akan menjadi Hokage, aku akan menaklukan setiap negara dan hanya akan bernaung di dalam kekuasaan Konoha seorang. Setidaknya kedamaian yang seperti itulah yang pasti, menjadikanku sebagai raja dan tidak akan membiarkan satu orang pun menantang segala perintahku." Sahut seorang pemuda raven, berdiri tegak di dalam sebuah kubah aura ungu gelap yang membentuk seorang Iblis Samurai Susanoo.

"Sungguh sangat beruntungnya diriku, baru kali ini aku mendengar kau berkata yang sepanjang itu!" Seorang pemuda bersurai kuning, dengan sebuah aura kekuningan membentuk seekor rubah berekor sembilan Kurama menimpali apa yang sebelumnya pemuda raven itu ungkapkan. "Namun aku juga tidak akan menarik apa yang sebelumnya aku katakan padamu, Sasuke. Arti dari perdamaian, kita memiliki pandangan yang sangat berbeda. Untuk itulah, aku akan menghentikanmu dan membawamu pulang ke Konoha."

"Kau sangat naif, Naruto!"

"Yah, setidaknya aku meyakini perdamaian yang seperti itu."

"Kita selesaikan sekarang!"

"Sama seperti dirimu, aku sudah tidak mampu bertarung lebih lama lagi denganmu Saudaraku!"

Sasuke yang berada di dalam mode Susanoo miliknya melesat cepat, dengan sepasang sayapnya melayang mendekati tempat Naruto berada. Setelah berada di dalam jarak jangkauan yang dekat, Susanoo Sasuke menyabetkan pedangnya untuk menyerang Naruto. Namun dengan gerakan yang sangat cepat pula, Naruto yang berada dalam mode Kurama bermanuver kesamping kanan untuk menghindari sabetan dari pedang Susanoo milik Sasuke.

BUUUMMM

Suara ledakan, ketika pedang Susanoo Sasuke menghancurkan tempat dimana sebelumnya Naruto berada. Tidak sampai disitu, Sasuke langsung melesat cepat mengejar Naruto dan tidak ingin membiarkannya lolos.

BUUUMMM

Suara ledakan, Naruto berhasil menahan pukulan yang Sasuke lancarkan. Akibatnya, dua gelombang yang saling berbenturan membuat seluruh Air yang memenuhi Volume danau Air terjun membuncah kemana-mana.

BUUUGGGH

Naruto sama sekali tidak siap dengan serangan tersebut, sebuah kaki Susanoo yang telak menghantam tubuh Naruto dalam bentuk Kurama berhasil membuatnya terdorong menjauh ke belakang.

"Ayolah, Naruto! Kau tidak akan bertarung dengan gaya bertahan seperti ini, bukan?" Ungkap Sasuke, nampak geram karena sedari tadi Naruto sama sekali tidak berlaku Offensive seperti dirinya.

Memfokuskan energynya pada sebuah busur besar yang dibawa oleh Susanoo, Sasuke langsung melesatkan tiga anak panahnya menuju Naruto.

SWUUUSSSHHHHH

Naruto hanya tersenyum simpul, melihat tiga anak panah yang melesat memakan jarak dengannya. Ia memejamkan kedua matanya sejenak, kemudian ia membukanya kembali dengan pandangan kedua mata yang menyiratkan kepuasan tersendiri.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" Terdengar suara Sasuke yang berteriak lantang, kedua matanya memicing tajam melihat apa yang kini berada di hadapannya.

Naruto melemaskan kedua tangannya di sisi tubuhnya, bersamaan dengan itu sebuah aura kuning Kurama yang membungkus tubuhnya menghilang. Wajahnya mendongkak dengan kedua mata menatap langsung kedua mata Sasuke yang berbeda satu sama lain, dengan senyuman simpul ia sudah siap menerima tiga anak panah yang akan menghujam tubuhnya.

"Aku sudah sangat lelah, Sasuke. Ma'af... Karena aku akan membebanimu seperti ini, Saudaraku. Aku percayakan kedamaian itu padamu, dan aku mohon dengan sangat... Jagalah Sakura untukku!" Dengan senyuman terakhirnya, Naruto seketika memejamkan kedua matanya.

KABOOOMMM BLAAARRR

Tubuh Sasuke bergetar hebat, namun seketika kedua matanya membelakak lebar ketika melihat sebuah simbol kumpulan huruf Kanji sebelum ledakan besar itu terjadi. Sedetik kemudian, ia berlari cepat menyongsong kedepan tanpa memperdulikan efek ledakan yang ia hasilkan sebelumnya.

"A- Apa itu tadi?" Sasuke bertanya-tanya. Ia sangat yakin sekali bahwa sesuatu telah terjadi di tempat itu, terutama terhadap Naruto.

Sasuke berdiri tegak dengan di kelilingi kobaran Api hasil ledakan besar. Hanya mengabaikannya, memilih memfokuskan kedua matanya berkeliling memperhatikan daerah tempat dimana sebelumnya Naruto berada. Namun nihil, sama sekali ia tidak dapat menemukan apa yang ia harapkan.

PLUK

Tak berselang lama, sebuah kain yang berupa jubah merah motif Api yang sebelumnya Naruto kenakan terjatuh tepat menimpa bahu kanannya, seketika ia meraih jubah tersebut dan langsung merematnya dengan kepalan tangan. Lagi, sebuah Hitai-Ate Konoha kembali terjatuh dari langit dan terjatuh tepat di depan dimana Sasuke berdiri, meraihnya kembali sebelum Hitai-Ate itu tenggelam ke dasar danau.

... ... ... ... ...

Sakura Haruno, terduduk lemas dengan menelungkupkan wajahnya di balik kedua telapak tangan. Sama sekali ia tidak menyangkanya, setelah ia mendengar sendiri cerita Sasuke ketika kejadian pertarungan itu terjadi.

"Apa kau hiks sama sekali tidak berniat menepati janjimu hiks pa- padaku, Naruto?" Gumamnya lirih, kembali airmata terjatuh semakin deras memperburuk suasana hatinya.

Perempuan bersurai merah yang sedari tadi duduk di samping ranjang Sasuke segera bangkit, melangkahkan kedua kakinya menghampiri tempat Sakura.

"Tenanglah, Sakura-San!" Karin langsung memeluk tubuh ringkih Sakura yang langsung dibalas oleh si empunya.

"Mungkin a- aku hiks memang tidak pantas untuknya, se- sehingga ia lebih hiks me- memilih seperti itu. Yah, a- aku memang sudah sangat hiks terlambat bukan?" Racauan Sakura kembali menarik simpati dari Karin, membuatnya semakin mengeratkan pelukannya untuk menenangkan perempuan tersebut.

"Tidak Sakura, sama sekali kau belum terlambat! Setidaknya kita tahu bahwa Naruto sama sekali tidak terkena serangan terakhir yang aku berikan, inilah harapan terakhir yang aku yakini." Sakura mendongkakan kepalanya menatap Sasuke yang kini telah memposisikan tubuhnya untuk duduk, menumpukan punggungnya di sandaran kepala ranjang.

"Darimana keyakinanmu itu, Sasuke?" Sakura bertanya. Mimik wajah yang mengeras menjadi pertanda bahwa sama sekali ia belum lapang menerima perminta ma'afan Sasuke, dengan jelas dan pasti bahwa ia masih memiliki amarah terhadapnya.

"Entahlah..." Sahut Sasuke singkat, hanya mengabaikan ekspresi tak suka yang terpancar dari Sakura. "...Namun dengan Kuchiyose kita bisa memastikannya. Apakah Naruto masih hidup, atau tidak!"

"Maksudmu?" Tanya Sakura kembali, sama sekali belum mengerti dengan pernyataan tersebut.

"Gulungan Kuchiyose. Setiap pemegang kontrak dengan hewan Kuchiyose, menandakan status si pemegang kontrak. Jika nama yang tercantum di dalam gulungan tersebut ada, maka sudah di pastikan si pemegang kontrak masihlah hidup. Namun jika kebalikannya, maka sudah di pastikan si pemegang kontrak telah tiada." Jelas Sasuke, mengungkapkan apa yang sebenarnya ia ketahui.

Tubuh Sakura bergetar, kedua telinganya terasa sangat sensitif ketika mendengar kemungkinan kedua yang Sasuke ungkapkan.

Bagaimana jika kemungkinan kedua lah yang ada disana?

Sungguh, Sakura merasa tidak akan sanggup jika itu sampai terjadi.

"Kau takut?" Sakura kembali mengalihkan perhatiannya terhadap Sasuke, mendengar pertanyaan sinis yang Sasuke keluarkan itu. "Dunia ini sangatlah kejam, Sakura. Kita tidak selamanya hidup dalam sebuah harapan semu, kenyataan lah yang harus kita jalani!"

.

.

.

Gerbang Konoha

Enam sosok Shinobi terlihat berkumpul tepat di depan gerbang, satu orang diantara mereka berdiri tegak di hadapan kelima Shinobi yang ada di hadapannya.

"Hari ini, tepat 8 hari masa pencarian kita semua. Namun, sama sekali kita tak dapat menemukan sebuah petunjuk di tempat kejadiannya perkara. Untuk itu, mulai hari ini kita akan merubah rute pencarian untuk menemukan harapan datangnya petunjuk di daerah kejadiannya ledakan. Dengan kata lain, kita akan membagi team kedalam 3 kelompok." Sahut seorang pemuda berkuncir nanas mengungkapkan sesuatu hal untuk masa pencarian pada hari ini. Lima pasang mata hanya mampu terdiam, mengangguk membenarkan serta menyetujui ungkapan tersebut.

Raut lelah nan frustasi tercetak jelas dalam raut wajah kelima Shinobi tersebut, namun tidak menutup kemungkinan bahwa mereka sama mengharapkan sesuatu yang memang sangat mereka idamkan.

. .

Dia tidak akan semudah itu mati, Shikamaru! Sebelum ledakan itu terjadi, aku sempat melihat sebuah simbol Kanji tercipta di tempat dimana Naruto berada. Entahlah aku tak tahu apa maksudnya itu, sebelum aku terbaring kelelahan akibat pertarungan itu, aku sempat memeriksanya, namun aku tak menemukan apapun petunjuk dari kemunculan simbol Kanji tersebut.

Entah dimana, aku sangat yakin dia masihlah hidup!

Apa kau percaya padaku, Shikamaru?

. .

Tidak serta merta menerima atas kabar kematian salah-satu teman mereka. Shikamaru sebagai pemimpin dari misi pencarian ini, sebelumnya telah menerima keterangan dari si saksi mata yang berada disana. Keyakinan akan harapan dari hidupnya teman seperjuangannya semakin menguat, di dukung oleh kesaksian sosok Sasuke yang menambah persentasi harapan mereka.

"Persiapan sudah siap, tidak perlu menunggu lebih lama lagi untuk kita segera berangkat menuju lokasi pencar-"

"SHIKAMARU-NII?!" Sebuah suara menginterufsi apa yang hendak Shikamaru katakan selanjutnya. Seluruh pasang mata berbalik dan memandang seorang remaja bersurai coklat jabrik tengah berlari menghampiri, berteriak lantang untuk meminta perhatian semuanya.

"Ka- Kalian hosh hosh..." Belum sempat mengungkapkan informasi yang hendak ia sampaikan, remaja tersebut terlebih dahulu terengah menormalkan deru nafas lelah. "...Godaime-Sama memanggil kalian untuk segera menuju ke gedung Hokage!"

Shikamaru mengangkat sebelah alisnya heran, sama sekali belum tahu maksud dari tujuan untuk berkumpul disana.

"Apa Godaime-Sama memiliki misi untuk kita semua, Konohamaru?" Tanya Shikamaru memastikan kembali, berkerut bingung ketika hanya mendapatkan gelengan Konohamaru semata untuk menyanggah pertanyaan tersebut.

"Sudahlah, Shikamaru! Sebaiknya kita mendatangi panggilan itu terlebih dahulu, kita akan tahu nanti ketika kita telah disana." Sahut bijak seorang pemuda bersurai coklat jabrik, pantantnya dengan santai menunggang seekor Anjing besar berwarna putih.

"Baiklah!" Shikamaru menimpali. Menyetujui usulan yang diberikan oleh Inuzuka Kiba untuk terlebih dahulu mendatangi panggilan dari Godaime Hokage, Senju Tsunade.

... ... ...

Shikamaru, Kiba, Shino, Sai, Chouji, Lee dan terakhir Konohamaru telah sampai di gedung Hokage. Saat ini ketujuh Shinobi tersebut tengah berjalan menyusuri koridor gedung Hokage, tujuannya adalah ruang tempat dimana sang Hokage selalu bertugas.

BRAAAKKK

Namun sekitar 3m lagi mereka sampai di depan pintu ruang tempat Hokage berada, mereka dikejutkan oleh suara gebrakan yang berasal dari dalam ruangan tersebut.

"HENTIKAN LELUCONMU ITU, UCHIHA!"

Disusul oleh sebuah teriakan penuh amarah, mereka tentu hapal dan sangat tidak asing dengan siapa yang mengeluarkan suara teriakan tersebut. Jika bukan sang Godaime Hokage, terus siapa lagi?

"Kita masuk!" Shikamaru berujar, kemudian tanpa ragu ia mengetuk pintu di hadapannya 3x dan langsung membukanya.

Dapat ketujuh Shinobi itu lihat, di dalam ruangan tersebut telah berkumpul beberapa sosok yang amat mereka kenali. Yamanaka Ino, Tenten, Hyuga Hinata, Haruno Sakura, Uzumaki Karin dan terakhir Uchiha Sasuke yang tengah berdiri dengan seorang Karin yang menopang tubuhnya membantu untuk berdiri tegak.

"Shiso, aku mohon! A- Aku... Aku hanya ingin... " Seorang perempuan bersurai merah muda berujar lirih, memohon akan sesuatu yang tak dapat Shikamaru dan keenam Shinobi lainnya mengerti karena memang mereka baru saja datang.

"Atas dasar apa kau menyetujui lelucon ini, Sakura?" Sakura hanya terdiam, tak mampu menjawab ketika mendapatkan pertanyaan bernada datar nan tajam yang diberikan oleh seoarng wanita bersurai kuning pucat di hadapannya.

"Lantas, atas dasar apa kau mem- vonis Naruto sudah tiada? Kau bahkan tidak ada disana ketika kami bertarung, Tsunade!" Sasuke yang mengerti dengan situasi Sakura mengungkapkan pernyataan tersebut, tidak terlihat gentar walau sosok yang di hadapannya ini merupakan pemimpin tertinggi dari desa yang saat ini tengah ia injak.

Tsunade hanya mampu mengatupkan mulutnya, sama sekali tidak mampu mendapatkan jawaban dari pernyataan yang diajukan oleh Sasuke.

"Nampaknya kami ketinggalan sesuatu, bukan begitu?" Shikamaru yang sedari tadi terdiam memperhatikan pertikaian tersebut langsung melangkahkan kaki semakin masuk, berhenti di sebelah perempuan bersurai kuning pucat diikat ponutaill.

"Bolehkah kami mengetahui pokok permasalahan apa yang tengah terjadi saat ini, Godaime-Sama?" Shikamaru meminta dengan sopan, ia merasa sangat penasaran dengan penyebab pertikaian yang sebelumnya terjadi sekarang ini.

"Hh... Baiklah!" Tsunade nampak menghela nafas sejenak, kemudian ia langsung mengangkat topik pembahasan mengenai permasalahan ini. Dimulai dari ketika enam orang ini datang mengunjunginya, dilanjutkan dengan Sasuke yang mengungkapkan Naruto masih hidup beserta kesaksiannya yang meyakinkan. Membuatnya menganggap sebuah lelucon. Sehingga untuk menambah keyakinan Tsunade, Sasuke meminta Tsunade untuk melihat gulungan Kuchiyose Katak milik Naruto.

Hal itu membuatnya naik pitam, sama sekali ia tidak memiliki akses untuk gulungan yang dimaksud oleh Sasuke, yang ada gulungan kontrak Kuchiyose Katak hanya bisa di akses oleh Naruto seeorang pemegang kontrak satu-satunya. Dengan kata lain, ini memang tidak bisa dan jalan satu-satunya adalah mengunjungi gunung Myobokuzan untuk meminta kepada sang ketua Katak disana. Meskipun ia adalah salah-satu dari tiga orang yang bisa membuka portal ke gunung Myoubokuzan selain Jiraiya dan Naruto, jelas ia sangat sungkan dan tidak serta merta berbuat sewenangnya dengan keistimewaan tersebut.

"Apa salahnya kita mencobanya, Godaime-Sama?" Sahut Shikamaru seraya mengorek sebelah lubang telinganya santai. "Sejujurnya kami pun meyakini apa yang Sasuke ungkapkan, kami semua sama sekali tidak mengharapkan mimpi buruk yang telah terjadi ini. Setidaknya... Setelah kita memastikan kemungkinan dari sana, kita tidak perlu berharap lagi!"

"Nar- hiks Naruto-Nii hiks hiks..." Konohamaru menangis sesenggukan. "...Kau masih hiks hidup kan, Naruto-Nii? Sangat hiks tidak sopan jika kau hiks benar-benar mati sebelum hiks melihatku merebut caping Hokage hiks hiks itu darimu!"

... ... ...

Training Ground 47

Sebuah tanah lapang yang sangat luas, dengan beberapa area curam untuk mengasah kemampuan Shinobi. Training Ground yang sama sekali tidak dibuka untuk umum, Training Ground yang di khususkan untuk para pemegang gelar Kage dari generasi ke generasi.

Di sebelah utara dari tempat tanah lapang Training Ground, lebih tepatnya di sebuah pinggiran Training Ground yang memiliki dua batu besar yang saling menghimpit, tepat di depan dari pada dua batu besar tersebut terlihat sebuah kuil kecil yang memang sengaja di buat disana.

Lima belas orang terlihat tengah berdiri tegak di hadapan kuil tersebut. Setelah menyelesaikan berdebatan alot yang terjadi di ruang Hokage, akhirnya di dapat sebuah keputusan sehingga mereka sampai di tempat seperti ini. Keputusan untuk mengunjungi gunung Myobokuzan, dengan tujuan mencari sebuah pengharapan untuk keluar dari mimpi buruk yang telah terjadi sekarang ini.

"Aneh..." Tsunade bergerak maju dua langkah, bergumam sekilas karena mendapatkan keanehan yang sebelumnya tidak pernah ia temui di tempat ini. "...Seharusnya ada dua Katak penjaga disini, kemana mereka berdua?" Lanjutnya kembali, kedua matanya sempat berkeliling untuk mencari kedua katak penjaga portal gunung Myobokuzan.

Tidak ingin memikirkannya lebih lanjut, Tsunade langsung berjalan semakin mendekat dengan sebuah simbol yang tercetak di sebuah lantai di kuil tersebut. Merogoh saku baju untuk mengambil sebuah Kunai, dan langsung melukai telapak tangannya sendiri sehingga membuat darahnya menetes membasahi simbol tersebut.

Berselang 15 detik, sebuah sinar kehijauan muncul dari balik simbol tersebut. Semakin membesar, sehingga tepat di depan Tsunade membentuk sebuah portal yang berputar-putar pada porosnya.

"Kita masuk!" Setelah berujar seperti itu, Tsunade langsung melangkahkan kedua kakinya memasuki portal yang tercipta tepat di hadapannya. Begitu pula dengan 14 orang yang berdiri di belakangnya, melihat Tsunade yang telah masuk merekapun mulai melangkah menyusul Tsunade memasuki portal.

... ... ...

Myobokuzan

Mereka muncul dari dalam sebuah kolam kecil, sebelumnya perjalanan mereka terasa seperti melewati saluran air yang amat begitu besar. Ajaibnya, tak terlihat satu lembar dari pakaian yang mereka kenakan basah karena Air.

"Selamat datang di tempat pertapaan Katak, gunung Myobokuzan." Sahut Tsunade tanpa mengalihkan pandangannya dari arah depan.

"Su- Sugoi!" Masing-masing diantara ke 14 orang yang mengikuti Tsunade berdecak kagum. Dihadapan mereka, terhampar beratus-ratus tanaman yang menghiasi daerah sekitar. Pemandangan yang cukup indah, masih asri tanpa tersentuh sedikit pun tangan-tangan Manusia. Apalagi ketika melihat tanaman-tanaman di sepanjang jalan yang mereka lewati, cukup sangsi memang karena melihat ribuan tanaman yang memiliki ukuran tidak seharusnya.

Berbeda dengan Tsunade. Keningnya tampak mengerinyit, tanda kebingungan yang kini tengah melanda dalam dirinya. Dalam ingatannya, ia akan selalu melihat beberapa Katak yang selalu berjemur di sebagian daerah sini. Namun untuk saat ini, sama sekali ia tidak menemui satu pun Katak penghuni gunung Myobokuzan.

Sasuke mengalihkan perhatiannya sejenak memandang direksi Tsunade. Meskipun Tsunade tak mengungkapkan kegelisahannya itu tetap saja Sasuke menebaknya, seketika Sasuke meng- aktifkan Sharinengan miliknya untuk memperhatikan daerah sekeliling.

Terkejut, hanya itu yang mampu Sasuke lakukan. Melihat dengan kedua matanya, sebuah aura berwarna hijau yang seperti tengah berbondong-bondong melesat dengan cepatnya kearah jam 2 dari tempatnya berada.

"Senjutsu?" Gumam Sasuke, hal itu dapat di dengar oleh yang lainnya sehingga kini perhatian mereka teralihkan terhadapnya.

"Apa maksudmu?" Tanya Tsunade.

"Energy Senjutsu seakan dipaksa berkumpul dan langsung melesat cepat kearah jam 2 dari tempat kita berada. Nampaknya disana seperti ada kejadian yang menarik." Ungkap Sasuke, memberitahukan mengenai apa yang dapat ia simpulkan dari penglihatannya tadi.

Mendengar apa yang Sasuke katakan sontak Tsunade langsung mempercepat laju langkah kakinya, sehingga kini ia tengah berlari cepat lurus kedepan kearah yang Sasuke sebutkan.

'Disana tempat mempelajarinya pertapa Katak. Apa yang tengah terjadi sebenarnya?' Batin Tsunade berteriak disela langkah kakinya.

"Tsunade-Sama?!" Shizune berteriak memanggil. Tidak mendapatkan sahutan darinya, Shizune langsung memacu kedua kakinya menyusul langkah Tsunade diikuti dengan yang lainnya yang mengekor tepat di belakang dari pemimpin Konoha tersebut.

... ... ...

Tsunade berhenti tepat di atas sebuah bukit yang cukup tinggi, 12 orang lainnya menyusul dan kini berhenti tepat di sebelah kiri dari tempat Tsunade berdiri.

Dapat mereka lihat di bawah sana, sebuah tempat dengan Air terjun coklat, ditambah dengan dipenuhinya daratan tanah oleh patung-patung Katak yang terbuat dari patung berwarna hitam. Namun bukan itu yang menjadi fokus mereka, akan tetapi yang menjadi fokus mereka adalah begitu banyaknya Katak dengan posisi bertapa yang berkumpul memenuhi seluruh area.

"Hiks hiks hiks..." Seluruh pasang mata tersentak dengan suara isakan tersebut. Secepat mungkin beralih, mereka dapat melihat seorang Sakura yang kini tanpa sebab menangis sesenggukan dengan kedua telapak tangan menutup mulutnya untuk mencoba meredam suara isakan tersebut. "...Na- Naruto?" Setelah berbisik, tanpa ada yang meminta kedua kakinya langsung berpace cepat menuruni bukit tempatnya berada.

Melihat dan mendengar hal tersebut, membuat seluruh pasang mata beralih menuju tempat yang sebelumnya Sakura perhatikan.

Di bawah sana, lebih tepatnya diarea tengah dimana seluruh Katak berkumpul terlihat kumpulan aura hijau yang membumbung tinggi. Namun bukan itu yang menjadi fokus mereka, melainkan sesuatu yang tengah dilingkupi oleh aura hijau tersebut.

"..Byakugan!" Hinata sontak langsung meng- aktifkan mata Byakugan miliknya, melihat untuk lebih jelas menggunakan Kekkei Genkai yang dimiliki oleh Clan Hyuga. "I- Itu... N- hiks Naruto!" Ungkapnya dengan tangis sesenggukan, kedua matanya menatap penuh minat menuju seseorang yang dilingkupi oleh aura hijau.

TAP TAP WUSSSHHH

Baru saja Sasuke dan Karin dapat menyusul dan menginjakan kaki mereka berkumpul dengan yang lainnya, sedetik kemudian Sasuke langsung berlari tidak memperdulikan rasa sakit yang dia alami. Berlari menyusul Sakura yang terlebih dahulu berada di depannya, dengan senyuman simpul dia berujar menyadarkan seluruh orang yang terpaku terdiam di atas bukit.

"NARUTO, DIA MASIH HIDUP!"

.

.

.

END

.

.

A/N: Uhuhuhu... Chapter terakhir, penderitaan Sakura nya sudahan saja! Ya, alasannya Esya lebih memfokuskan terhadap pencarian harapan terbebasnya dari mimpi buruk seluruh pihak konohagakure. Entahlah, Ending yang seperti ini... Apakah bisa diterima oleh seluruh para pembaca?

Lima belas orang yang ikut ke gunung Myobokuzan: Tsunade, Shizune, Sakura, Sasuke, Karin, Sai, Shikamaru, Ino, Chouji, Tenten, Lee, Kiba, Hinata, Shino, dan Konohamaru.

.

.

Omake

Empat bulan setelah kejadian di Myobokuzan

Seorang perempuan bersurai merah muda melangkahkan kedua kakinya cepat membelah kerumunan Manusia yang memenuhi jalanan desa konoha, senyuman terpatri tak kunjung luntur dari wajah cantiknya. Ketika ia telah sampai di sebuah kediaman berlantai 2, ia lekas tak ingin menunggu terlalu lama untuk memasuki pintu masuk kediaman tersebut.

"Tadaima?!" Teriaknya seraya melepas alas sepatu yang ia kenakan.

"Okaeri!" Sahut seseorang dari dalam membuat senyum Sakura terpahat cantik di wajahnya.

"Naruto dimana, Okaa-San?" Tanyanya langsung pada seorang wanita baya bersurai kuning yang tengah mengenakan Apron, nampak baru saja keluar dari ruang dapur.

"Dia berada di belakang bersama Ayahmu, Sakura." Sakura kembali melangkahkan kedua kakinya kearah sang Ibu dan langsung mengecup sebelah pipinya, setelah itu ia langsung kembali melangkah lebih cepat kearah yang dimaksud dengan mengabaikan kekehan serta gelengan tidak mengerti dari wanita baya yang bersangkutan.

Setelah sampai di tempat, Sakura dapat melihat punggung seorang pria baya bersurai sama sepertinya dengan beberapa bagian yang menantang gravitasi tengah terduduk di sebuah kursi. Tepat di sampingnya, ia dapat melihat punggung seorang pemuda bersurai kuning cepak yang tengah terduduk di sebuah kursi roda.

Tidak ada yang meminta, kedua mata emerald itu sontak berkaca-kaca melihat punggung yang terlihat rapuh itu. Menggelengkan kepalanya sekilas, Sakura langsung melangkah maju dan langsung berjongkok tepat di depan pemuda kuning yang terduduk di kursi roda tersebut.

"Bagaimana keadaanmu, Naruto?"

"..." Tidak ada jawaban. Mulut pemuda kuning itu hanya terkatup dengan pandangan kedua mata kosong menatap lurus kedepan, meski Sakura tepat berada di hadapannya sama sekali itu tidak dapat menarik perhatiannya hanya untuk sekilas memandang wajah Sakura.

Sakura tersenyum kecut, kedua matanya sontak mengeluarkan cairan suci nan bening sebagai bentuk perasaan yang saat ini tengah ia alami.

Mengingat kembali apa yang di katakan oleh ketua Katak, Fukasaku.

. .

Di hari itu, Great Toad Sage memerintahkan saya untuk mensumon Naruto-Boy ke tempat ini. Sebelumnya saya sama sekali tidak mengerti dengan perintah tersebut, namun saya tetap melakukannya.

Dengan Kuchiyose pembalik, saya memanggil Naruto-Boy ke tempat ini. Setelah saya memanggilnya kesini, saya cukup terkejut dengan keadaan Naruto-Boy yang telah seperti ini.

Dia sekarat. Dengan keadaan yang compang-camping, ditambah dengan tangan kanannya yang telah menghilang entah kemana. Namun, bukan itu yang membuat kami di serang kepanikan! Meskipun kami masih bisa merasakan Chakra kehidupannya, akan tetapi sel-sel yang menopang kehidupan Naruto-Boy telah rusak dan perlahan namun pasti akan mati.

Kami para Katak segera bertindak untuk menyelamatkannya. Beruntungnya Naruto-Boy menguasai Sage Mode dengan sempurna, sehingga kami semua bisa mentransfer Senjutsu secara berkala untuk mempertahankan sel-sel yang menopang kehidupannya.

Suatu kesimpulan yang bisa kita dapatkan saat ini. Naruto-Boy tidaklah mati, akan tetapi Naruto-Boy juga tidaklah hidup.

Butuh usaha perwatan ekstra keras serta keajaiban untuk membuat Naruto-Boy seperti sedia kala, namun untuk Naruto-Boy bisa sembuh tidaklah mustahil.

. .

Titik demi titik air semakin keluar dari kedua mata emerald milik Sakura, bergabung dengan yang lainnya sehingga membentuk sebuah aliran sungai tepat diatas kedua pipi porselennya. Sungguh, Sakura merasa sangat miris melihat keadaan pemuda kuning yang amat ia cintai saat ini.

Sakura bangkit berdiri di depan Naruto, sedikit membungkukan badannya untuk mengecup bagian kening pemuda kuning tersebut.

"Aku mencintaimu, sangat!" Ujarnya masih mempertahankan posisinya saat ini. Sedetik kemudian ia menghamburkan diri memeluk Naruto yang masih tetap diam di tempatnya terduduk, walaupun sama sekali tidak mendapatkan respon yang berarti, Sakura acuh dan malah semakin mengeratkan pelukannya terhadap pemuda kuning tersebut.

Terimakasih kau masih sudi berada di sisiku, tidak peduli bagaimana pun keadaanmu akan aku pastikan bahwa aku selalu berada disisimu.

Giliranku yang akan menjagamu, melindungi serta mencintaimu... Selalu.