'Bagaimana Sakura-Chan? Apa kau senang hari ini?'

"Tentu saja Naruto-Kun, bahkan aku merasa sangaaaaaaat bahagia. ~Ehehehe" Sakura berujar riang di sela langkah kakinya, ia berputar-putar mengekspresikan kebahagiannya. Para pejalan kaki bahkan menghentikan segala kegiatannya hanya untuk memperhatikan tingkah gadis musim semi tersebut, mereka nampak berkerut bingung karena memang sepanjang perjalanan gadis tersebut terus saja berceloteh ria tak tahu dengan siapa sang gadis tengah berbicara.

'Aku sangat bahagia mendengarnya, aku sangat mencintaimu Sakura-Chan.'

Sakura seketika menghentikan langkah kakinya, berbalik mengarah kesamping kirinya, kemudian ia menyunggingkan senyuman termanis yang membuat beberapa pemuda memerah karena melihatnya. "Aku juga mencintaimu, sangat dan sangaaaat mencintaimu. Ma'af karena aku terlalu lambat menyadari perasaanku, dan terlalu lama untuk membalas perasaanmu Naruto-Kun. Setelah ini... aku tidak akan membiarkanmu jauh dariku, kau harus ingat yah! ~Hihihihi"

'Tidak akan membiarkanku menjauh? Bagaimana kau bisa melakukannya?'

"Mou tentu saja bisa, ayo kita ke rumahku! Kau... kau harus meminta restu kepada kedua orangtuaku, Naruto-Kun!" Dengan wajah memerah akibat perkataannya itu Sakura berlari menerjang kedepan, dengan tangan kirinya yang tengah yang seakan menarik udara di sebelah kiri tubuhnya.

'E-eeeh?... Ke-kenapa harus meminta restu?'

"Kita akan segera melangsungkan pernikahan, kau milikku dan tak boleh ada seorangpun yang mengambilmu dariku." Sakura terkikik setelahnya, kedua matanya menajam ketika ia mengucapkan kalimat terakhir yang penuh penekanan.

'E-eeeh?.. Tapi aku belum siap, Sakura-Chan!'

"JANGAN MENOLAKKU, NARUTO-KUN!" Sakura berteriak hysteris, membuat semua pejalan kaki yang memang berpapasan dengannya menjadi terlonjak kemudian mengerinyit heran menatap Sakura. Sakura menyentakkan tangan kirinya, ia menatap setajam mungkin memperhatikan udara kosong sebelah kirinya.

'Baiklah, kita akan menikah secepatnya Sakura-chan.'

"Begitu lebih baik, aku sangat mencintaimu Naruto-Kun. ~Hihihihi" Sakura kembali meraih udara kosong dengan tangan, kembali melangkah yang kali ini lebih terlihat bahagia dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Tak jauh dari tempat tadi Sakura berdiri. Terlihat tengah bersembunyi di salah satu tiang seorang gadis bersurai pirang pucat yang nampak menutup mulutnya meredam isakan yang sedari tadi keluar dari mulutnya, airmata mengalir deras sedih melihat sahabatnya seperti itu. Ino Yamanaka, setelah ia di beritahukan mengenai keadaan Sakura saat ini oleh Shishonya Senju Tsunade, dengan segera gadis tersebut langsung mencari letak keberadaan Sakura dan terus mengikutinya hingga sampai disini.

'Sakura? kau...'

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto
NaruSaku: Finally
© Esya27BC

.

.

.

.

"Tadaima?!" Sakura melangkah memasuki kediamannya, kepalanya menengokan kesana-kemari seakan tengah mencari sesuatu. "Otou-San?.. Okaa-San?.. Apakah kalian ada dirumah?" Sakura berteriak mencoba mencari keberadaan kedua orangtuanya, terua berucap seperti seakan terus menuntut sebuah jawaban dari keduanya.

"O-okaeri, Saku-Chan!?.." Seorang wanita baya bersurai kuning menyambut keluar dari arah dapur berada, kedua pipinya nampak bekas jejak airmata karena mungkin tadi ia sempat menangis. Senyuman miris juga terlihat di wajah tuanya, putrinya yang sempat memberikan senyuman terhadapnya kini tengah berceloteh sendiri dengan pandangan mata mengarah kesamping kirinya letak udara kosong.

"Okaa-San lagi di dapur rupanya tadi, apakah Okaa-San sudah selesai masaknya? Dan.. Otou-San ada dimana? Saku ingin memberikan kabar gembira untuk kalian berdua loh! ~Hihihi" Sakura berujar peminim membuat Ibunya, Haruno Mebuki menjadi menelan ludahnya terasa tercekat.

Mengetahui satu fakta tentang putrinya kini, Sakura memang pribadi yang selalu blak-blakan dan sedikit err.. liar. Namun nampaknya kali ini sangatlah berbeda, Sakura bertingkah layaknya seorang gadis Remaja riang dan pemalu dengan dua rona merah yang melingkupi pipi mulusnya itu.

"O-otou-San sedang ada di kamar mandi sayang, da-dan apakah Saku bertanya tadi ingin membantu Kaa-san menyiapkan makan malam?" Tanyanya sedikit ragu, namun sedetik kemudian kedua mata Mebuki membulat setelah mendapatkan tanggapan dari putrinya itu.

"Tentu saja, Saku juga harus segera belajar menjadi seorang Istri yang baik untuk Naruto-Kun nanti." Sakura menjawab seraya mengacungkan V kearah samping kirinya, kemudian ia meleletkan lidahnya. "Naruto-Kun tunggu saja di ruang makan, aku akan memasakan sesuatu yang sangaaaat enak untukmu!" Setelah berucap seperti itu, Sakura segera melesat dan menarik pergelangan Ibunya yang tengah terdiam menahan terisak kearah dapur berada.

.

.

.

Seorang pria baya keluar dari kamarnya, mencium bau masakan yang menggugah selera, segera pun ia melesat menuju tempat ruang makan keluarga.

"Waaahhh... tumben menu makan malam kali ini terlihat mewah!?" Sahut pria baya tersebut melihat beberapa masakan yang tersaji diatas meja makan, asap mengepul juga terlihat menandakan memang masakan tersebut masihlah baru di sajikan.

"Otou-San?!..." Sakura berlari dan kemudian melompat dalam pelukan Ayahnya, hal itu membuat Ayahnya mengerinyit heran dengan tingkah putrinya, melirikan matanya kearah sang Istri seketika senyum miris tercipta di wajah tua pria tersebut. "...Otou-San lama sekali mandinya, Saku tadi membantu Okaa-san memasak loh! ~Hihihi."

"A-anata?!... hiks" Mebuki bukannya terisak karena Sakura menjadi anak yang terlihat bermanis manja, namun karena sesuatu yang ia dengar sendiri dari mulut Godaime-Hokage. Ketika Sakura baru meninggalkan ruangannya, Senju Tsunade dengan segera melesat ke kediaman Haruno untuk berbicara dengan keduanya mengenai keadaan Sakura saat ini.

"Eh kenapa Ibu malah menangis?" Sakura mengerinyit keheranan melihat sang ayah tiba-tiba melepaskan pelukannya, dan sekarang lihatlah Ibunya yang tengah menangis tengah di tenangkan oleh Ayahnya itu.

'Jangan-jangan mereka sudah tahu, aku kan belum berbicara pada pokok utamanya. Kenapa Ibu sudah menangis seperti itu?' Batin Sakura menggigit bibir bawahnya sendiri, ia berpikir kemungkinan keduanya sudah tahu maksud Sakura membawa Naruto berkunjung kerumahnya itu ingin meminta restu. Sehingga Ibunya kini tengah menangis terharu, karena putri satu-satunya itu sebentar lagi akan berkeluarga. (?)

"Bukannya tidak sopan, dan bukannya Saku ingin merusak moment romantis antara Otou-San dan Okaa-San. Namun, apakah tidak sebaiknya kita makan malam terlebih dahulu? Kasihan juga Naruto-Kun sudah menunggu terlalu lama, Okaa-San!" Sakura mengalihkan suasana agar prasangkanya tadi bisa di tutupi, Ibunya seketika menghapus aliran airmatanya, kemudian ia mendudukan diri di ikuti oleh sang Ayah di kursi meja makan.

Ketika Ayahnya Haruno Kizashi memperhatikan lebih lanjut keadaan meja makan, ia mengerinyit ketika mendapati empat buah piring tambahan yang berada tepat di samping kiri Sakura. "Apa kita tidak kelebihan jumlah piring, Hime?" Tanya Kizashi, Mebuki hanya menggelengkan kepalany seraya memberikan isyarat agar suaminya tidak banyak bertanya dan menyuruhnya untuk memperhatikan putrinya itu.

Sakura dengan bahagianya mempersiapkan sesuatu untuk makan malam Naruto. Di awali dengan menyedukan nasi keatas piringnya, menambahkan lauk pauk, serta yang terakhir ia menyediakan segelas air untuk menjadi pelengkap. Ia tersenyum lebar sesekali terkikik geli, seakan di depannya itu ada sesuatu yang mampu membuatnya geli seperti itu.

'Sakura?..' Pandangan keduanya sendu memperhatikan tingkah putrinya itu, sedikit menyunggingkan senyuman karena memang baru pertama kali ini keduanya melihat Sakura yang se-bahagianya seperti itu. Setitik airmatapun turun dari kelopak keduanya, Kizashi serta Mebuki mengingat kondisi Sakura yang bisa di bilang err.. memprihatinkan.

"Sa-Saku, sesekali kau juga harus memakan santapanmu itu!" Kizashi mengintrufsi kegiatan yang tengah Sakura lakukan, Sakura menoleh dan tersenyum manis mengangguk mematuhi apa yang Ayahnya itu katakan.

"Sa-Saku-Chan terlihat sangat lahap yah makannya, Kaa-san senang melihat Saku-Chan lahap seperti ini dan tidak seperti biasanya yang selalu makan pakai takaran porsi." Mebuki tersenyum bahagia melihat Sakura yang menyantap makanannya sangat lahap, ia bisa mnghela nafas lega karena meskipun begitu ia sudah tahu bahwa Sakura baik-baik saja.

"Tentu saja, karena Saku harus mengumpulkan tenaga untuk nanti kegiatan malam." Ujar Sakura tersenyum lebar, seketika ia melirikan kedua matanya kesana kemari setelah menyadari apa yang tadi ia katakan.

"Memangnya Saku memiliki kegiatan apa nanti malam?" Sakura gelagapan mendengar pertanyaan tersebut, ia hanya menunduk memiting kain baju bawahnya gugup. Jika Mebuki tak mengingat mengenai keadaan putrinya ini, ingin rasanya Mebuki berKyaaa-Kyaaa ria melihat putrinya menunduk gugup dengan wajah yang terlihat semakin manis dengan rona merah yang pekat itu.

.

.

.

"Saku memangnya mau membicarakan apa kepada Otou-San dan Okaa-san, sehingga kita di kumpulkan begini setelah selesai makan malam?" Kizashi pun sedikit heran dengan Sakura, setelah makan malam tadi meminta kedua orangtuanya berkumpul di ruang tengah keluarga.

"E-eh?.. Apa Otou-San dan Okka-San tidak mendengarkan apa yang tadi dikatakan oleh Naruto-Kun? Seharusnya kan Otou-San dan Okaa-San mendengarkannya, kasian kan Naruto-Kun kini terlihat gugup tuh karena harus mengulanginya lagi!" Sakura mengerucutkan kedua bibirnya sebal, karena menurutnya kedua orangtuanya itu acuh terhadap apa yang ia inginkan. Sedangkan dengan kedua orangtuanya, keduanya mengerutkan alisnya tanda tak mengerti dengan perkataan mengandung emosi dari putrinya itu.

"Naruto-Kun, katakan sekali lagi yah! Aku mohon!" Sakura menampakan wajah memelas mengarah kesamping kirinya, seketika ia tersenyum senang karena mendapatkan respon yang memuaskan dari Naruto dan itu hanya menurutnya saja.

"Bagaimana Otou-San, Okaa-San?" Sakura menggertakan giginya karena kedua orangtuanya hanya mengangkat alisnya ketika ia menanyakan hal tersebut.

"Kami pergi!" Sakura mulai beranjak dari meninggalkan sofa dan juga kedua orangtuanya, tak lupa ia menarik udara kosong seakan mengikuti langkah kakinya.

Kizashi dan Mebuki nampak tertohok dengan kelakuan putrinya itu, ia melihat pancaran kekecewaan dari kedua mata putrinya tersebut. Mebuki malah kini tengah menangis tersedu memeluk Kizashi yang berada di sebelahnya, keduanya nampak belum atau memang sama sekali tidak mengerti kenapa putrinya memancarkan kekecewaan seperti itu.

.

.

.

"Na-Naruuuuhhtooohhh-Kunnmmm.. ~Akh lebih cepat! ~Akkkhhhhh."

"A-anata?.." Mebuki dan Kizashi terbangun dari tidurnya ketika keduanya mendengar suara-suara aneh dari lantai dua tempat kamar putri mereka berada, keduanya memutuskan untuk memeriksa dan berakhirlah keduanya di depan kamar putrinya. Keduanya nampak terbelakak ketika memang suara-suara aneh tersebut memang terdengar dari dalam kamar putrinya ini, di tambah dengan desahan-desahan putrinya yang seakan tengah bergumul dengan sosok yang ia panggil Naruto. "...Ke-kenapa Saku hiks.. jadi seperti ini? Saku sudah gila, Kizashi-Kun?"

"Tidak, Saku hanya masih belum dapat menerima kenyataan. Saku tidak gila, Mebuki-Chan!" Sanggah Kizashi memeluk menenangkan Istrinya.

"Naruuuuuhhhhhhhh.. A-aku akan kelu- ~Kyaaaaaaaahhhhh."

"Hah.. hah.. Naruuuhhh, aku mencintaimu sangat dan sangat mencintaimu. Kumohon tetaplah disisiku, jangan pernah tinggalkan aku!"

"Kizashi-Kun, hikss.. apa yang harus hiks.. kita lakukan terhadap Sakura?" Istrinya bertanya masih tetap kukuh membenamkan kepalanya pada dekapan sang Suaminya.

"Kita serahkan pada Godaime-Sama, kita hanya bisa menguatkan mental Sakura terlebih dahulu. Nampaknya putri kita itu sangat kehilangan Naruto-Kun, sehingga.. sehingga membuatnya jadi seperti ini." Kizashi mengelus punggung menenangkan tangis sesenggukan dari Mebuki, ia juga terlihat sangat terpukul dengan keadaan putrinya saat ini.

.

.

.

Pagi hari sudah menjelang. Meskipun matahari belum menunjukan eksistensinya, namun itu tak menyurutkan semangat para penduduk desa Konoha untuk berkumpul di suatu tanah lapang yang terdapat suatu tugu peringatan pahlawan Konoha.

Berbanding terbalik dengan seorang gadis bersurai pirang pucat ini, Yamanaka Ino nampaknya tengah berlari melewati beberapa penduduk yang berpapasan dengannya. Airmatanya mengalir deras seperti tengah dilanda kesedihan yang begitu terasa di lubuk hatinya, ia meremas tangan kirinya sendiri dan terus berlari semakin kencang demi untuk segera mencapai tujuannya.

TOK.. TOK.. TOK

Mebuki yang kini tengah terlihat menyibukan diri dengan peralatan masaknya seketika menghentikan kegiatannya karena mendengar ketukan pintu pertanda seorang tengah mengunjungi kediamannya. Melepas dan menggantung apronya, setelah itu Mebuki melangkahkan kaki menuju pintu kediamannya.

CKLEK

Mebuki dapat melihat Yamanaka Ino yang berderai airmata disana, mempersilahkan masuk kedalam dan segera mempertanyakan maksud kedatangannya itu.

"Sakura?.." Ino hanya mengucapkan satu kalimat, Mebuki mengerti dan langsung menuntun Ino ke lantai dua tempat kamar Sakura berada.

. . .

"Ba-San tinggal dulu, Ba-San harus segera menyelesaikan pekerjaan di dapur agar nanti bisa menghadiri penghormatan terakhir untuk Naruto-Kun." Ino hanya mengangguk lemah mengerti dengan apa yang di katakan oleh Ibunya Sakura.

Menghela nafas sejenak untuk menormalkan keadaannya, seketika Ino langsung menghampiri lebih mendekat lagi menuju letak pintu kamar Sakura.

TOK.. TOK.. TOK

Ino tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, ia segera mengetuk pintu untuk mendapatkan perhatian dari seseorang yang berada diruangan tersebut.

CKLEK

Pintu terbuka dan menampilkan seorang gadis musim semi tengah mengucek kedua matanya mengusir rasa kantuk, mengerjapkan kedua matanya beberapa kali Sakura tersenyum simpul melihat sahabatnya kini yang berdiri di hadapannya, Sakura pun langsung mempersilahkan Ino untuk memasuki kamarnya tersebut.

Ino hanya termanggu menatap penampilan sahabatnya yang terlihat sangat acak-acakan, piyama tidur yang melorot setengah serta rambutnya yang errr.. tak beraturan. Melihat sahabatnya hanya terdiam, Sakura segera menarik pergelangan tangan gadis pirang itu untuk mengikutinya.

"ASTAGA!?.. SAKUR- ~Mmmmemmh" Ino seketika berteriak tersumbat, ketika ia memperhatikan keadaan kamar sahabatnya ini. Keadaan di dalam sini terlihat sangat... kacau, kasur dengan sprei awut-awutan, bantal bergeletak dimana-mana, serta yang terakhir ia melihat sebuah celana dan pakaian dalam yang memang tergeletak juga di permukaan lantai.

"Sssstt.. Nanti Naruto-Kun terbangun, kau jangan berisik Ino-pig!" Kedua bibir Ino langsung terkatup ketika mendengar pernyataan tersebut, seketika ia menatap Sakura telak mengarah ke kedua matanya.

"Naruto?.." Beo Ino mengulang kalimat yang terselip di pernyataan Sakura tadi, Sakura hanya cengengesan tak jelas dengan rona merah pekat yang menghiasi dua pipi putihnya. "...Sakura, Naruto tidak ada disini!" Sakura menggelengkan kepalanya, kemudian ia menunjuk kearah ranjang yang memang tak ada apapun di sana kecuali kasur dengan spei yang amat lusuh berantakan.

"Dia sedang tidur Pig, semalaman kami terlalu lelah. ~Ehehehe" Ino mencengkram kedua bahu Sakura hingga membuatnya sedikit meringis akibat cengkramannya, kedua matanya menatap tajam tepat di emerald Sakura.

"Dengarkan aku OK!.. Sakura, Naruto sudah tidak ada, kau sendiri pun tahu dia sudah... meninggal." Ungkap Ino dengan hati-hati, namun dengan Sakura yang mendengar sahabatnya berkata seperti hanya mampu menggertakan giginya geram.

"Dia ada disana Ino, apa kau tidak melihatnya? Dia ada disana, bahkan semalam kita telah melakukan SEX." Ino menghela nafas serta menutup kedua matanya sejenak, merasa perih karena sahabatnya kini menjadi seperti ini.

"Sakura? hiks.. Kemana Sakura hiks.. yang ku kenal dulu?" Ino mengguncang-guncangkan bahu Sakura menuntut suatu jawaban, Sakura sendiri mulai berontak merasa risih di perlakukan seperti ini oleh sahabatnya.

"Ino-Pig, ada urusan apa yah kau kemari? Apakah rumah sakit menerima pasien gawat darurat, sehingga kau pagi buta begini mengunjungi rumahku." Sakura mengalihkan topik pembicaraan karena ia juga tak ingin sahabatnya ini menjadi tak terkendali, mungkin sahabatnya ini tengah dilanda terjangkit penyakit gila dadakan di pagi hari. Itulah pemikiran Sakura, karena melihat sahabatnya ini tak terkendali. #Disini siapa yang harusnya dianggap gila?

Ino tak ingin menanggapi pertanyaan tersebut, sebagai gantinya ia menyered pergelangan Sakura menuju arah luar balkon kediamannya.

"Lihatlah mereka!.. Ini alasanku kemari, Sakura." Sakura mengerinyit heran, karena tak biasanya para penduduk Konoha terlihat berbondong-bondong berjalan tertib di pagi buta seperti ini.

"Woaaa.. Apakah Konohagakure akan merayakan suatu festival?.. Kuharap benar begitu, karena nanti aku akan mengajak Naruto-Kun untuk berkencan. ~Hihihi" Ino sendiri mengerinyitkan alisnya heran, kenapa Sakura yang saat ini berada di hadapannya begitu sangat bosoh? Lihat saja semua penduduk tersebut menggunakan pakaian serba hitam, kenapa Sakura bisa berpikiran masalah festival.

"Sakura?!.." Sakura sontak menanggapi panggilan tersebut, setelah mendapat perhatian darinya segera Ino mengungkapkan sesuatu. "..Naruto sudah meninggal, kami Konoha maupun banyak dari luar konoha berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir untuknya. Naruto meninggal akibat pertarungannya melawan Sasuke, kita semua pun sangat kehilangannya bukan kau saja yang merasa kehilangan."

"TIDAK!.. INO, KAU JANGAN MENGADA-NGADA CERITA!" Sakura berteriak hysteris menentang pernyataan dari Ino, kedua matanya menatap bengis kearah Ino. "KAU.. TAK MENGERTI!.. AKU BAHKAN MASIH MERASAKAN KEHANGATAN YANG TERTINGGAL DI VAGINAKU, INO. NARUTO-KUN SEMALAMAN BERADA DISINI, KITA MELAKUKAN HAL ITU BERSAMA!"

"SAKURA, SADARLAH! KAU JANGAN MENYANGKAL KENYATAAN YANG SUDAH TERJADI! NARUTO JELAS SUDAH MENINGGAL, KAU SENDIRIPUN MELIH-"

"CUKUP!.." Sakura menutupi kedua telinganya, ia tak sanggup jika mendengar lanjutan dari pernyataan tersebut. "..SEKARANG KAU PERGI! AKU MUAK MENDENGAR OCEHANMU ITU!" Setelah mengatakan lantang kalimat usiran tersebut, dengan segera Sakura berbalik dan beranjak masuk kedalam kamar meninggalkan Ino yang kini tengah jatuh terduduk dengan isak tangis yang tak mampu ia tahan sehingga mengalun sebuah lagu kesedihan di balkon kamar Sakura.

Sakura sendiri setelah mengunci kaca besar yang menghubungkan kamar dan dunia luar, ia segera melangkahkan kedua kakinya kembali menaiki ranjangnya.

'Sakura-Chan, kenapa kau berteriak tadi? Aku sampai terbangun tahu!'

"Naruto-Kun, kau dengar sendiri kan? Sahabatku menganggapmu telah meninggal, aku tahu kok kau tak akan meninggalkanku kan?.. Ino hanya membual, untuk apa ia menyampaikan kebohongan seperti itu? Naruto-Kun ada disini kan?.. Naruto-Kun masih berbaring diranjang saksi Cinta kita semalam, bahkan aku dapat memelukmu saat ini juga." Setelah itu Sakura sendiri langsung memeluk sebuah guling yang ia yakini sebagai Naruto, ia menyandarkan kepala merah-mudanya diatas guling tersebut. "Bagaimana kalau pagi ini kita melanjutkan kegiatan yang semalam? ~Hihihihi"

.

.

.

Tugu Pahlawan

Airmata masih terus setia menemani langkah Ino menuju tempat dimana Tugu Pahlawan berada, Rokie 12 bahkan Shikamaru langsung menghampirinya ketika mereka melihat Ino yang tengah berjalan gontai menuju arah mereka. Shikamaru dengan segera terlebih dahulu memeluk Ino, membenamkan kepalanya di dada bidangnya dan dengan tangan kanannya yang ia gunakan untuk mengusap punggung Ino menenangkan.

"Sakura hiks.. nampaknya di-dia.. dia sudah gila, Shika-Kun!" Ino menangis sesenggukan di dada kekasihnya itu, Shikamaru serta yang lainnya terlonjak kaget meskipun mereka sendiri telah mengetahui perihal keadaan Sakura saat ini. Namun berbeda jika yang menyatakannya adalah sahabat Sakura sendiri, mendengar Ino berujar seperti itu membuat semuanya menunduk dalam tak tahu apa yang bisa mereka katakan.

"Kenapa.. hiks.. Kenapa dia harus meninggal?" Ino semakin mengeratkan pelukannya menyalurkan kesedihannya terhadap kekasihnya itu.

"Uzumaki Naruto, dia adalah seorang Shinobi terhebat di Konoha -Ahh aku yakin seluruh dunia juga tahu bahwa Uzumaki Naruto adalah Shinobi terhebat di dunia Shinobi pada masa ini. Uzumaki Naruto adalah putra baptisku, aku menyayanginya seperti aku menyayangi diriku sendiri." Ternyata Godaime-Hokage Tsunade Sebju sudah memulai acaranya, semuanya menunduk dalam, mendengarkan bait demi bait kata yang di ucapkannya, tak sedikit pula yang menangis dan menyesali akan kepergian seorang Uzumaki Naruto. Terutama.. teman seangkatannya, sahabatnya selama ini, bahkan seseorang yang mencintai sosok Uzumaki naruto. "Kita berkumpul disini untuk memberikan penghorm-"

"Uzumaki Naruto belum meninggal!" Sebuah suara dingin mengintrufsi apa yang Senju Tsunade sampaikan, semuanya sontak melihat keasal suara. Disana terlihat seorang... (?)

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

A/N: Hohohoho.. Inilah Sekuel dari FF NaruSaku: Without You entah Esya mau membuatnya Two Shoot atau mau dibuat Three Shoot. (?) ~Ehehehe
Esya buat sedikit perubahan mengenai sifat Sakura! Esya hanya mengetahui seseorang yang tengah mengalami kemunduran MENTAL seperti Sakura ini selalu mengalami MOOD yang selalu berubah-rubah, yah untuk selebihnya Esya tak tahu. Kalau sifat GILAnya Sakura kurang dalam segi Feelnya, Esya mohon ma'af sebesar-besarnya! Alasannya karena Esya sendiri tidak berpengalaman menjadi orang GILA, kalau Reader yang sudah berpengalaman dengan sifat seperti ini PM aja Esya karena Esya minta membagikan pengalaman kalian sebagai orang GILA! #Bercanda KOK ~Ehehehehe

.

paramarthauzumaki45, mikaze9930, miiko mimi chan, rohimbae88, Ae Hatake, AripRif'an368, NSL, King Terry Jr, Uni-chan552, fannyc, Hyuuhi Ga Ara, Shinachiku Hanami, Hikari Cherry Blossom24, HyperBlack Hole, Kitsune857, miamato, argag74, Devan BoySteln, KenSherlocken, anto borok SNi, Nexad party, Ngorochiha, narusaku, 1, Wa-One, lutfi, dan Guest.

Untuk kalian semua, Esya ucapkan terimakasih banyak. Ma'af karena belum sempat balas Review, namun Sekuel FF NaruSaku: Without You untuk kalian semua KOK!
Juga untuk para Silent Reader Esya juga mengucapkan terimakasih, karena sudah mampir di FF NaruSaku: Without You Super GAJE milik Esya.

.

Review?
TIDAK MENERIMA FLAME DALAM BENTUK APAPUN!