Yatta! Finally chapter terakhir apdet juga setelah banyak rintangan yang ada di depan mata(?)
big thanks to:
Review : Mari, Rukiya san, Lisette Lykouleon, Yuzu Nishikawa, Ritsu0593, Name ni chan, anniaa, Rei Arisawa, Kishiro Haisane, murochan, PouKyung.
Maaf apabila ada review dari kalian yang tidak Ha-Chan balas.
Favorite : Hatsune Cherry, Kirigaya Shiina, La Hyunra, Lisette Lykouleon, Midorima Rena, PouKyung, QiYamiharu, Red210, Yamasaki Naomi, YatogamiKushina, Yuzu Nishikawa,Zhang Fei, chae121, ey9, kxichxn, rukiya san, .
Follow : Hatsune Cherry, Kishiro Haisane, La Hyunra, Lisette Lykouleon, Machiato, Midorima Rena, PouKyung, QiYamiharu, Red210, Rei Ai, Ritsu0593, Yamasaki Naomi, YatogamiKushina, YuuRein, Yuzu Nishikawa, Zhang Fei, exolulu, ey9, rukiya san, theintrovertgirl.
Dan para silent readers :")
Tanpa kalian fanfic ini hanya sekedar tuliasan biasa.
Arigatou Gozaimasu minna :")
Tetsuya's Twin Sister
Chap 10
Kurobas belong to Fujimaki Tadotoshi-sensei
Tetsuya's Twin Sister belong to Hanyo4 ;3
Pairing : AkaxFem Kuro
Genre : Family, Romance
Rated : T
WARN : TYPO, OOC, KOMEDI GARING, BAHASA TIDAK JELAS ATAU SUKAR DIPAHAMI!
Happy Reading minna~
Dering ponsel membangunkan tidurnya. Sesekali ia menyentuh keningnya sendiri untuk memastikan bahwa demam yang di deritanya sudah sembuh. Kedua saudaranya, masih sibuk bergelayut di dunia mimpi. Hal itu terbukti karena mereka bertiga tidur diruangan yang sama. Yang membedakan hanya, Tetsuna tidur diatas ranjang, sedangkan Chihiro dan Tetsuya tidur berlapiskan karpet.
Untuk beberapa saat, Tetsuna merasa seperti sedang kembali ke masa kanak-kanaknya. Dimana mereka bertiga masih tinggal seatap waktu itu.
Tak mau membuang banyak waktu untuk melamun, Tetsuna mengambil malas ponsel flip nya.
Akashi-kun is calling
Ada sirat kesedihan di matanya. Mengingat percakapan keluarga pada malam sebelumnya. Tetsuna tahu, ini sama saja memberikan Akashi harapan palsu. Tapi ia tak bisa melanggar janjinya dengan Tetsuya. Tak boleh malah!
Dengan berat hati, ia menekan tombol berwarna hijau
"Ohayou Tetsuna. Apa kau sudah baikkan pagi ini? Maaf bila aku membangunkanmu" Ucap Akashi dengan lembut via telepon.
Tetsuna menggeleng. "Ohayou juga Akashi-kun. Tidak apa. Lagi pula memang sudah saatnya aku bangun. Dan juga kau tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja. Maaf sudah mengusirmu tadi malam" Tetsuna sangat menyesal melontarkan kata-kata yang tidak sopan kepada kekasih barunya kemarin malam.
"Apa boleh aku mengunjungi rumahmu hari ini?"
"Kau tidak perlu basa-basi Akashi-kun. Aku tahu kalau kau sudah ada di depan rumah kami saat ini"
Akashi terkekeh geli. "Lucu rasanya kau bisa mengetahui dimana aku berada sekarang Tetsuna. Apa kau punya kemampuan telepati sekarang? Ah, akhirnya tuhan mencabut kekuranganmu juga, wahai bidadariku"
Gadis bermarga Kuroko itu memutar bola matanya malas. "Mobil merah mencolokmu terparkir di depan rumah. Lagipula memangnya kau tahu apa kekuranganku, Akashi-kun?"
"Oh. Seharusnya aku berangkat naik kereta saja. Tentu saja aku tahu segala tentangmu, Tetsuna"
"Contohnya?"
"Tidurmu berantakkan"
Hening sejenak
"Apa Akashi-kun?"
"Tidurmu berantakkan"
Tetsuna menghela napas. Menstabilkan detak jantungnya. "Ku rasa kau merindukan kecupan panas dari gunting merahmu itu, Akashi-kun"
"Kata Tetsuna, aku sudah tidak boleh main gunting lagi"
"Kalau begitu, mau coba yang berwarna biru?" Gadis itu melangkahkan kaki hati-hati. Takut secara tidak sengaja menginjak kedua saudaranya. Pintu kamar ia tutup pelan.
"Hmm, boleh juga" goda Akashi
Ia berhenti di depan pintu utama. Lalu membukanya. Dilihat, sosok merah yang kini bersandang status menjadi kekasihnya, berdiri dengan sebuket mawar merah di tangannya. Wajahnya pun merona merah seperti udang rebus.
"Merindukanku?" Tanya Akashi sambil memutuskan panggilannya di handphone.
Tetsuna merunduk. Malu menatap manik heterokom itu. "Ti-tidak juga"
"Aku tidak ingat kalau aku sedang mengencani saudaranya Midorima. Ku kira gadis yang kucintai bermarga Kuroko"
"err, Midorima-san… Tsundere?"
Akashi mengangguk mantap. "Sekali lihat kau bisa langsung tahu"
"Aku kan tidak seperti Tetsuya yang peka dengan hal-hal sepele" Tetsuna mengembungkan kedua pipinya kesal
Seringaian nakal mulai terpatri. "Akhirnya kau mengakui apa kekuranganmu, sayangku"
"Akashi-kun mau masuk atau ku teriaki sebagai maling?"
"Maling yang mencuri hatimu?"
"Ah, baiklah. Sampai jumpa" Tetsuna hendak menutup pintu. Namun dengan sigap, tangan Akashi menahannya.
"Baiklah, aku masuk" ucap Akashi sedikit memelas.
Tetsuna berjalan menuju ruang keluarga, di ekori oleh Akashi. "Akashi-kun mau minum apa?"
"Air putih saja"
Akashi duduk di atas sofa. Sepi. Ia tahu kalau Chihiro dan Tetsuya masih terlelap.
'Dasar pemalas. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk menjaga Tetsuna, tapi dia malah asik-asikan tidur' batin Akashi kesal
Tak lama, Tetsuna datang dengan membawa nampan yang beisikan segelas air putih. "Jadi, kenapa Akashi-kun datang pagi-pagi begini?"
Akashi menaruh buket mawarnya diatas meja. Sepertinya barang tersebut sama sekali tidak menarik minat Tetsuna. Akashi sadar, gadis itu tidak seperti kebanyakkan gadis diluar sana yang akan luluh hanya karena di beri sebuket mawar. "Menjengukmu mungkin?"
"Bukan untuk memberi nii-san atau Tetsuya perhitungan kan? Oh iya, mereka sudah menceritakan segala hal yang terjadi kemarin"
Pemuda Crimson itu mengernyikan alisnya. "Tidak, tentu saja. Aku datang untuk bertemu dengan mu Tetsuna. Lagi pula…"
Tetsuna memiringkan wajahnya. "Lagipula apa?"
Akashi menatap Tetsuna serius. "Ada hal yang mengganggku sejak semalam. Apa yang kalian bicarakan kemarin? Tentang janji dan kembali. Apa maksudnya itu?"
Iris baby bluenya melebar. Ia masih belum siap untuk menyampaikan hal ini. Muncul pertanyaan di benaknya. Kenapa dadanya sangat sesak saat ini? Kenapa ia seolah tak rela meninggalkan Akashi untuk kembali ke Tokyo? Bukankah janjinya kepada Tetsuya lebih penting?
Ia menundukkan kepalanya. Tak mau membalas tatapan dwi warna itu. "A-Aku—"
"Akashi? Sejak kapan kau ada disini? Dan, oh Tetsuna. Apa kau sudah sembuh? Tidak pusing lagi?" Chihiro berdiri di ambang pintu sambil mengusap matanya dengan tangan kiri. Rambutnya berantakkan kemana-mana melawan arah gravitasi bumi.
Akashi menatap kesal Chihiro yang seenaknya mengganggu pembicaraan serius antara dirinya dengan Tetsuna.
Tetsuna menggeleng menjawab pertanyaan kakaknya. "Tidak nii-san. Lagipula istirahatkan merupakan obat yang paling ampuh. Setelah bangun tidur tadi, aku merasa sudah kembali sehat"
Chihiro berjalan mendekati adiknya. "Benarkah?" tangan kanannya menyentuh kening Tetsuna. Memastikan adiknya bohong atau tidak.
"Ya"
Akashi mendengus kesal. Ia cemburu. Dan dirinya seolah-olah diabaikan. "Ehem"
Chihiro melirik Akashi datar. "Kenapa? Cemburu? Aku kan kakaknya" ucapnya sinis
Akashi hanya mengangkat kedua bahunya. "Terserah kau saja" ia membuang pandangannya kearah lain.
Merasa ada seseorang yang sembarangan menyebarkan aura kelam, Chihiro menyingkir. Tanpa melirik Akashi, ia berjalan menuju dapur dengan santai. Walau dalam hati berdoa semoga tidak ada gunting merah yang tiba-tiba terbang.
Sepeninggalan Chihiro, keduanya diam sejenak. Tetsuna larut dalam konflik batin. Sedangkan Akashi masih menggerutu kesal.
"Hmm, Akashi-kun mau sarapan bersama disini?" tanyanya untuk mengubah topik pembicaran.
"Aku sudah sarapan Tetsuna" Ia kembali menatap tajam lawan bicaranya. "Aku ingin mendengar hal yang tadi ingin Tetsuna bicarakan"
Ia tahu dirinya sudah tidak bisa lari lagi. Cepat atau lambat, Akashi harus tahu! Inilah resikonya. Dan ia harus bertanggung jawab. "Aku, akan kembali ke Tokyo Akashi-kun"
"Kau kan sudah ada di Tokyo Tetsuna"
"Bukan seperti ini. Aku akan segera kembali ke rumahku—disini. Jadi, aku akan keluar dari Rakuzan" jawabnya jujur.
Akashi bukanlah orang yang bodoh. Ia tahu, gadisnya itu akan meninggalkan dirinya sendirian di Kyoto.
"Jadi, A-aku minta maaf. Kalau Akashi-kun nanti kesepian" Tetsuna mulai menitikkan air mata. Dengan sigap, Akashi menghapusnya lembut.
"Tidak apa. Lagipula, ada seseorang yang menunggumu menepati janji kan? Orang yang ku cintai takkan melanggar janjinya" ucapnya lembut
"Akashi-kun tidak marah?"
"Mana bisa aku marah kepada jelmaan malaikat seperti ini?" gombal Akashi. Bibir Tetsuna mengerucut. Gemas, Akashi mengelus pucuk kepala gadis itu.
"Tapi, aku punya satu permintaan lagi yang harus kau kabulkan"
Tetsuna memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya. "Apa itu?"
Akashi tersenyum tulus. "Tetaplah menjadi gadis yang kucintai"
Rona merah langsung menjalar di wajah Tetsuna.
Namun tiba-tiba, asap mulai keluar dari dapur. Chihiro keluar dengan terbatuk-batuk. Tetsuna dan Akashi cukup terkejut. Mereka panik, takut-takut ada kebakaran kecil di dapur.
"Ada apa nii-san?" Tanya Tetsuna cemas.
Chihiro menarik napas dalam lalu menghembuskannya. "Ah, aku lupa kalau aku tidak bisa masak" ucapnya datar.
. . . . .
Tetsuya masuk ke dalam kamar saudarinya. Terlihat, Tetsuna sedang memunggunginya. "Kau pulang malam ini?" Tanya Tetsuya.
Tetsuna memutar tubuhnya. Tersenyum lembut memandang saudara satu rahimnya itu. "Ya. Dan ini untuk terakhir kalinya aku pulang ke Kyoto. Sebentar lagi, ini akan menjadi rumahku lagi"
"Aku tidak apa-apa jika kau keberatan dan memutuskan untuk tetap menetap di Kyoto"
"Jangan bohong. Semalam kau bahkan merengek seperti anak bayi"
Bibir Tetsuya mengerucut. "Itu karena kemarin aku sedang PMS?" ucapnya kesal.
"Kau sedang datang bulan? Bukannya kau laki-laki?" Tetsuna membekap mulutnya dengan kedua tangannya sendiri.
"Bukan PMS yang itu! Tapi, Pengen Marah Selalu! Dasar kudet"
Bingung dengan istilah yang di pakai saudaranya, Tetsuna memiringkan kepalanya. "Kudet?" tanyanya lagi.
"Ih, memangnya di Kyoto tidak ada bahasa gaul apa? Kudet itu Kurang Update! Masa seperti itu saja tidak tahu!"
Tetsuna tertawa lepas. Tak lama, Tetsuya ikut tertawa. Sudah lama rasanya, keduanya bersama seperti ini. Kalaupun mereka bersama, masing-masing malah sibuk dengan urusannya. Seperti nya, ikatan yang sempat renggang, kembali erat lagi.
"Kalian jahat, Seru-seruan sendiri. Tidak mengajak nii-san" Chihiro—yang entah sejak kapan sudah berada diambang pintu.
"Salah sendiri, nii-san malah bergalauan ria menatap langit. Rindu dengan Nijimura senpai?" ledek Tetsuya. Tetsuna hanya menahan tawanya.
Chihiro mengembungkan kedua pipinya, kesal. "Jangan mengubah topic seenaknya Otoutou"
"hmm, baiklah. Mumpung kita lengkap bertiga disini. Bagaimana kalau kita menghabiskan waktu bersama?" usul Tetsuya.
"Tidak bisa. Sebentar lagi aku dan nii-san harus kembali ke Kyoto. Lagipula pagi tadi setelah Akashi-kun pulang, aku mendapat telepon dari Otou-san. Beliau bilang nii-san kabur. Bukankah kata nii-san, sudah dapat izin?"
"Err," Chihiro mengusap tengkuknya asal. "Otou-san memang mengijinkanku ke Tokyo kok… Tapi setelah ujian masuk perguruan tinggi. Tee hee" Chihiro menjulurkan lidahnya sambil memiringkan kepalanya. Tak lupa tangan kirinya yang terkepal seolah berpose sedang menjitak dirinya sendiri.
"NII-SAN" Tetsuya dan Tetsuna geram.
"Ah, Gomennasai. Aku kan datang dengan misi penyelamatan yang sangat penting" ucapnya membela diri.
"Misi penyelamatan apanya?! Sia-sia kau datang karena misinya dari awal toh sudah gagal" Tetsuya memukul-mukul Chihiro dengan guling.
Kedua tangan Chihiro menahan pukulan dua arah—Tetsuya dengan gulingnya, Tetsuna dengan buku kamus Inggris-Jepang.
"Itai Imoutou! Lagipula aku kan merindukanmu Tetsuya. Tidak tahu apa, uang jajanku sebulan ludes hanya karena membeli tiket Kyoto-Tokyo dan taman hiburan sialan itu!"
Tetsuna menghentikan pukulannya. "Karena itu kau mau nebeng pulang dengan Akashi-kun?"
Dengan wajah memelas. Chihiro mengangguk.
Tetsuna dan Tetsuya mundur menjauh.
"Berhuntung kita sudah tidak satu marga dengan orang itu ya Tetsuna" Bisik Tetsuya namun dengan suara agak keras agar Chihiro mendengarnya.
Tetsuna mengangguk mantap.
Chihiro hanya bersweat drop ria.
Pada akhirnya, kalau sedang membully dirinya, taka da aliansi yang lebih solid dibanding duo Tetsuya dan Tetsuna.
Walaupun kesal, Chihiro bersyukur dalam hati. Tidak ada yang berubah dari kedua adiknya. Bahkan kesalahpahaman dengan Tetsuya pun sudah selesai teratasi. Dirinya bukan kakak yang buruk. Tidak pula gagal sebagai seorang kakak.
Keluarga, dimana pun mereka berada, pastilah punya masalah. Namun pada akhirnya, mereka harus mencari sendiri solusi untuk menyelesaikannya. Begitupun keluarga kecil Kuroko.
Melihat senyuman seperti ini, Chihiro jadi merasa kembali ke masa kecilnya. Masa bodolah dengan segala permasalahan dunia. Terserah orang mau mengecapnya sebagai brocon dan siscon. Kebahagiaan terbesarnya adalah hal-hal kecil seperti…
Mereka berkumpul lagi.
END
Omake
Mobil mewah itu melaju di jalanan yang agak sepi. Langit malam yang jernih bertaburan bintang, menandakan bahwa mereka sudah cukup lumayan jauh dari Tokyo—mengingat langit Tokyo cukup terpolusi sehingga tidak bisa membedakan mana bintang, mana pesawat.
Gadis bersurai biru terlelap di lengan pemuda heterekom. Dengkuran halus sesekali keluar dari bibir plum itu.
"Ku dengar kau akan kuliah di Tokyo, Chihiro" Pemuda itu membuka percakapan dengan nada yang cukup tegas.
"Ah, Sasuga keluarga Akashi. Bisa tahu segala hal" Pemuda kelabu itu membuang wajahnya menatap jendela. Mereka berdua duduk disisi yang berlainan. Dipisahkan oleh keberadaan gadis yang sedang menjelajah alam mimpi.
"Kau ingin kembali ke Tokyo juga, karena Tetsuna atau—"
"Kau urusi saja urusan mu sendiri, tuan muda. Lagipula aku belum sepenuhnya rela Tetsuna menjadi kekasihmu"
Seingaian terbentuk di wajah Akashi.
"Tenang saja. Tetsuna akan aku jaga baik-baik nii-san"
Finally kelar juga fic pertama Ha-chan yang kalau di ms word panjangnya 50 lembar pas. banyak cerita di balik pembuatan ff ini. terima kasih untuk bunda-nama panggilan temen Ha-chan, yang kadang bersedia jadi editor paksaan.
ok balik ke topik. Fic ini akan ada sequelnya. Tapi yaa, mungkin agak lama. hehehee.
dan "nii-san" yang Akashi ucapkan untuk Chihiro, merupakan sindiran belaka. mereka gak punya hubungan darah kok /sekedar info/
DAN HA-CHAN BARU SADAR KALAU TERNYATA KUROKO TETSUNA ITU KALAU DI FFN MASUKNYA OC wkwkwkk /dibantai massa/
jujur, Ha-Chan masih penulis amatir yang buat ff demi kesenangan belaka dan untuk mengembangkan hobi. Maaf apabila gaya pembahasaan masih berubah-ubah. Karena penulisan Ha-chan sendiri masih dalam mode ombang-ambing /siapa yang nanya/
akhir kata, Terima kasih banyak bagi kalian yang sudah bersedia membaca fic abal ini :")
Arigatou Gozaimasu~