Ketika Matahari telah terbenam. Bulan yang akan menggambil alih tugas Matahari untuk menyinari Bumi di malam hari.

Naruto And Beautiful Monster

Naruto © Masashi Kishimoto

NaruHinaKarin Forever

Saya tidak mengambil keuntungan sedikitpun dari fict ini

Warning: OOC, Typo, ecchi.

.

.

.

Brakkk

Kakashi datang dengan sedikit gebrakan di pintu kelas. Semua terdiam, "Naruto Uzumaki, Hinata Senju. Ikut aku keruanganku. Sekarang!" Kakashi berbalik dan melangkah ke ruangnya dengan di ikuti Hinata dan Naruto yang melangkah dengan gontai di belakangnya.

###

Dengan wajah datar. Kakashi masih terus menatap kedua muridnya. Hanya dengan satu mata saja, Kakashi telah mampu membuat kedua muridnya berkeringat dingin.

Naruto menelan ludahnya. Hinata memainkan jari telunjuknya gugup. Kedua remaja tanggung itu masih tetep menunduk. Menghindari tatapan mematikan dari senseinya.

"Apa kalian tahu, kenapa aku membawa kalian ke sini?!" Kakashi menyeringai jahat di balik maskernya. Matanya masih tetap tajam menatap keduanya.

Naruto dan Hinata tidak menjawab. Mereka hanya diam dengan kepala tertunduk.

Kakashi memejamkan matanya sejenak. Keputusannya sudah bulat. Ia tak akan menyesal dan tak akan pernah menyesalinya. Sebuah keputusan yang akan menentukan kelanjutan kehidupan bangsa manusia dan bangsa para monster. Harus, ia harus melakukannya. Demi masa depan, masa depan yang cerah dan penuh keharmonisan. Sensei, aku akan berusaha mewujudkan impianmu.

Kakashi membuka matanya yang tak tertutup masker. "Hinata. Ikut aku sebentar?!" Ujar Kakashi dengan nada pada gadis senju itu. Kakashi beranjak menuju sebuah pintu yang berada di bagian belakang ruang kerjanya

Hinata menurut dan mengikuti senseinya dari belakang.

Hinata terpukau melihat apa yang ada di dalam ruangan itu. Banyak sekali lukisan hewan yang berjejer rapi di dinding ruangan itu. Tapi ada yang aneh dengan hewan yang ada di lukisan itu. Ekornya. Iya, hewan-hewan itu memiliki ekor yang tidak lazim.

"Ke-kenapa ekornya...?" Tanya Hinata ragu.

Kakashi menghela nafas. Tanggannya merapal sebuah segel. 'Kekai' Ucap dalam hati. "Kau akan mengetahuinya jika sudah waktunya," Kakashi tersenyum. "Hinata. Apa kau... Mencintai Naruto?" Lanjut Kakashi masih dengan senyumannya.

BLUSHHHHH

Hinata gelagapan mendapatkan pertanyaan dari senseinya. Wajahnya sudah merah merona. Kedua tangannya melambai-lambai di depan dada.

Kakashi tersenyum melihat tingkah lucu muridnya. "Jujur saja, Hinata. Aku akan membantumu mendapatkan Naruto jika kau mau." Usul Kakashi.

"Benarkah?!" Hinata langsung merespon. "U-Umm... Ano... B-Benarkah yang sensei katakan tadi? A-Aku..."

Kakashi mendekati meja yang terdapat di sudut ruangan itu dan mengambil sebuah botol minuman lalu ia berikan ke Hinata. "Ini. Berikan pada Naruto ketika kalian sedang berdua." Kakashi menghirup nafas sejenak. "Tenang saja. Setelah ini, Aku akan menyuruh kau dan Naruto membersikan gudang yang ada di belakang sekolah. Gudang itu sudah tidak digunakan lagi. Jadi tidak akan ada yang menggangu pedekate kalian."

Hinata menatap pemberian Kakashi bingung. "I-Ini apa sensei?" Tanya Hinata lagi untuk yang ke sekian kali.

"Itu hanya perantara saja. Naruto pasti senang jika ada seorang gadis cantik seperti dirimu memberikannya minum saat dia kehausan. Dia pasti akan menganggapmu sebagai malaikat penolongnya. Jadi... Semoga berunrug Hinata." Kakashi memegang bahu Hinata. Mencoba memberi keyakinan pada gadis itu.

Kakashi kembali merapal segel tangan. 'Lepas' Ucap Kakashi dalam hati.

Kakashi menuju pintu keluar dan diikuti Hinata yang setia mengekor di belakangnya.

Saat ingin membuka pintu. Kakashi menghentikan gerakannya dan menyeringai lebar di balik maskernya. "Hinata. Bisakah kau membukakan 'itu' untuk-ku" Ucap Kakashi menunjuk pintu.

Hinata menatap heran. "K-Kenapa harus aku?"

Kakashi memutar bola matanya bosan. "Ayolah! Kau 'kan muridku yang paling cantik hahaha" Kakashi tertawa garing. Seringgaiannya makin lebar ketika melihat respon Hinata. 'Kena kau Naruto.' Batin Kakashi dengan tawa jahatnya.

Hinata menuruti perintah senseinya. Tapi sebelum dia mencapai pintu. Dia tergelincir oleh sebuah botol kosong yang tergeletak di lantai yang membuatnya jatuh terlentang.

"Aww... S-Sakit... K-Kakashi-sensei! Pinggul! Pinggulku sakit..." Hinata berucap lirih.

Tampa merasa kasihan. Kakashi yang melihat Hinata jatuh dan kesakitan malah mendekati pintu dan membukanya.

###

Naruto tak henti-hentinya berdoa atas keselamatan Hinata. Bagaimanapun, ini adalah kesalahannya. Ia tidak mau kalau Hinata kenapa-napa olehnya.

Sudah dua puluh lima menit ia menunggu. Bagaimana kalau Hinata diperkosa guru bejat itu? Bagaimana kalau Hinata dibunuh Kakashi-sensei?

Naruto mengacak-acak surai pirangnya dengan brutal. Ia tak boleh hanya duduk dan berdiam diri di kursi empuk ini. Ia harus melakukan sesuatu.

Pemuda uzumaki itu berdiri dan mendekati pintu yang dimasuki Kakashi dan Hinata tadi. Ia menempelkan kupingnya pada permukaan pintu. Mencoba mendengar apa yang Kakashi dan Hinata bicarakan.

"Hinata. Bisakah kau membukakan 'itu' untuk-ku" Naruto terlonjak kaget. Jantungnya hampir copot ketika mendengar suara yang ia yakini adalah milik senseinya. Sebenarnya apa yang sedang guru mesum itu lakukan.

"K-Kenapa harus aku?" Kini Naruto mendengar suara Hinata.

"Ayolah! Kau 'kan muridku yang paling cantik hahaha" Naruto mengumpat dan menyumpahi Kakashi ketika mendengar rayuan gombal senseinya. Rasanya ia ingin mendobrak pintu yang ia sandari ini dan memukul wajah senseinya. Persetan dengan status guru dan murid.

Brakkkkk

"Aww... S-Sakit... K-Kakashi-sensei! Pinggul! P-Pinggulku sakit..." Pinggul? S-Sakit pinggul? Naruto menatap pintu di depannya honor. Dia harus bertindak cepat. Jika terlambat sedikit saja keperawanan Hinata bisa melayang.

Naruto mundur dan mengambil ancang-ancang. Dengan kekuatan penuh, Naruto melesat ke arah pintu dengan cepat. Tapi sebelum dia mencapai pintu. Pintu itu sudah terbuka dengan sendirinya.

Naruto panik. Dia mencoba mengendalikan kecepatannya. Bisa Naruto lihat Hinata yang tengah terlentang di balik pintu itu.

Karena salah fokus. Naruto tidak melihat botol kosong yang teronggok di lantai dan akhirnya ia pun tergelincir dan jatuh tersungkur.

###

Gelap. Hanya kegelapan yang dapat Naruto tangkap pada pendengarannya. Bocah Uzumaki itu tersentak ketika hidungnya menyetuh sesuatu yang berada di depannya.

Dengan nafas memburu. Naruto bisa merasakan harum semerbak bunga lavender yang sangat menenangkan.

Naruto melayang. Dia semakin menghirup aroma yang saat ini tengah membuatnya nyaris gila. Seperti kurang puas. Naruto menghirup lebih dalam hingga hidungnya menyentuh permukaan yang bertekstur halus. Dia bahkan menggosok-gosokan hidungnya ke permukaan tersebut.

"Engh... N-Naruhhh..."

###

Kakashi menggelengkan kepala dan memijat pelipisnya. Kelakuan sungguh sangat kelewatan. Yah, walaupun tidak sepenuhnya salah Naruto.

"Se-Senseihhh... To-Tolong Akuhhh..." Hinata berucap dengan susah payah.

Kakashi mengalihkan pandanggannya ketika melihat wajah gadis senju itu yang sudah merah merona. Karena kasihan. Kakashi langsung menarik kerah seragam Naruto dari belakang. "Dasar mesum. Hinata, ayo!" Ucap Kakashi memberi isyarat kepada Hinata untuk mengikutinya dan menyeret Naruto. Seringaian jahat tertata rapih di wajah tampan Kakashi. Kalau Naruto sudah semesum ini, rencananya pasti akan berakhir dengan HAPPY END.

Hinata mengehela nafas. Tangannya dengan cepat menutupi rok yang dipakainya. Matanya terpejam. Menghindari tatapan cemas yang Naruto layangkan kepadanya. Setelah dirasa cukup jauh. Dia pun beranjak menuju tempat yang telah Kakashi katakan.

###

"Yosss! Ayo kita bersihkan gudang kotor ini!" Naruto bersorak. Tangannya ia kepalkan ke atas dengan wajah gembiranya.

Dia sangat senang dengan hukuman yang Kakashi berikan. Dia mengira kalau hukuman dari Kakashi akan sangat mengerikan seperti kata teman-temannya yang pernah terkena imbas dari keganasan sensei bermasker itu.

Kalau membersihkan gudang, semua pasti bisa melakukannya. Dan dengan bekal yang ia dapat dari Karin. Naruto pasti bisa membersihkan gudang ini dengan waktu kurang dari 15 menit.

Tapi masalahnya adalah saat ini dia sedang bersama Hinata.

Naruto melirik gadis senju yang saat ini berada di sampingnya. Dia menatap heran botol yang saat ini sedang dipegang gadis itu.

"Emm... Kalau boleh tau. Apa yang kau pegang itu?"

Hinata menatap botol yang ia pegang. "I-Ini dari Kakashi-sensei. Dia memberikannya padaku dan menyuruhku memberikannya ke Naruto-kun kalau kau kecapekan." Suara lembut itu kembali melantun dari bibir Senju Hinata.

Naruto tersenyum. Ternyata senseinya itu memang tidak sejahat yang ia pikirkan. Ternyata Kakashi-sensei masih memikirkan keadaan muridnya yang bodoh ini - fikir Naruto dalam hati.

Naruto menutup pintu gudang rapat-rapat dan menguncinya dari dalam lalu menyeret Hinata ke sudut ruangan yang terdapat tumpukan matras.

Hinata yang melihat tingkah laku Naruto menjadi was-was sekaligus senang. 'Mungkinkah Naruto-kun akan memperkosa-ku? Oh. A-Apa yang aku fikirkan.' Hinata menggelengkan kepalanya kasar. 'T-Tapi... Kalau sampai itu terjadi. Mungkin aku akan hamil dan akan melahirkan anak untuk Naruto-kun dan aku bisa bahagia dengan keluarga kecilku. Ohh... Indahnya...' Hinata menangkupkan kedua tangannya di pipinya yang merah dengan wajah imutnya.

Naruto tertegun. Bidadari. Ada bidadari di depan mataku. Kiba, apa kau tahu kalau di sini aku sedamg bersama bidadari. Saat ini Senju-san seratus. Tidak, reribu kali lipat lebih manis dari biasanya. Seandainya Hinata menjadi calon istriku seperti Karin. Hidupku akan sangat-sangat terasa nikmat. Aku akan bercinta dengan dua gadis sekaligus jika itu terjadi. Ahh... ya tuhan. Kabulkan lah permohonanku ini.

Naruto mennyuruh Hinata untuk duduk di matras.

"A-Ano, Apa yang harus aku lakukan sekarang, Naruto-kun? A-Aku sungguh tidak tahu cara memulainya. Tapi... A-Aku siap melakukan apapun yang kau mau." Ujar Hinata tanpa memandang mata Naruto.

Naruto tersenyum. Dia mengusap surai milik Hinata. "Tidak apa-apa, Senju-san. Kau hanya perlu diam dan menutup mata.

Hinata salah tingkah. Nafasnya memburu. Wajahnya merah sempurna. Dengan jantung yang menggebu-gebu, Hinata menidurkan tubuhnya dan menutup matanya perlahan.

Naruto menyeringai melihat Hinata menutup mata. Dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia harus cepat beraksi.

"Kage Bunshin" Bisik Naruto dengan suara sangat pelan.

Poff... Poff... Poff...

Muncul sepuluh sosok yang sangat mirip dengan Naruto. Mereka adalah klon bayangan yang Karin ajarkan kepadanya baru-baru ini. Sebuah sihir yang sangat bermanfaat untuk mengerjakan tugas yang Kakashi berikan kepadanya dan Hinata.

Naruto memberi isyarat kepada klon-nya dan dijawab dengan anggukan oleh klon-nya

Hinata POV

Kenapa Naruto-kun lama sekali. Apa dia juga tidak tahu cara memulai bercinta seperti aku? Ah, aku rasa tidak mungkin kalau Naruto-kun tidak tahu. Seluruh siswa juga tahu kalau Naruto-kun adalah siswa termesum ke-2 setelah kiba Inuzuka. Naruto-kun pasti tahu hal-hal vulgar seperti itu. Tapi, kenapa Naruto-kun masih belum memulai. Apa aku harus turun tangan.

"N-Naruto-kun?!" Ujar Hinata ragu.

"Hn...?!" Bisa Hinata dengar suara bariton yang jarang dia dengar dari sosok pujaan hatinya. Biasanya Naruto selalu mengeluarkan suara cempreng yang mampu merusak dunia.

Hinata mengambil nafas. "A-Apa kau sudah siap?" Tanya Hinata.

"Tenanglah! Kau hanya perlu diam dan menutup mata-mu. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk-mu, Senju-san. Jadi, Tenanglah!"

Mendengar itu. Hinata akhirnya menurut saja dengan ucapan Natuto. Tapi itu tak bertahan lama ketika suara benda jatuh terdengar di telinganya.

Hinata POV END

BRAKKK... Boff...

Naruto panik melihat salah satu klon-nya jatuh dari meja tempat pijakannya. Saat ini yang ada di pikirannya hanya satu. Bagaimana cara menghilangkan klon-nya? Tapi sayang, semuanya sudah terlambat ketika Hinata membuka kedua kelopak matanya.

"Naruto-kun?!" Tanya Hinata dengan tatapan meminta penjelasan.

Naruto nyengir kuda. "Hehe... A-Aku bisa jelaskan."

###

"...Begitulah ceritanya, Senju-san."

Hinata menatap kecewa pada pujaan hatinya. Perih. Hatinya seperti tertusuk ribuan jarum yang mampu membuat lubang besar di hatinya. Kecewa. Dia benar-benar kecewa dengan takdir yang ia jalani. Bahkan sampai saat ini Naruto tidak mengingat dirinya sama sekali.

Hinata mengusap air mata yang hampir tumpah di pelupuk matanya dengan tangan kanannya. Kemudian menatap Naruto dengan senyuman pahitnya.

"Calon istri Naruto-kun pasti sangat beruntung mendapatkan pria yang baik seperti Naruto-kun."

Naruto tersenyum. " Tidak juga kok. Lagi pula, gadis mana sih yang mau dengan pria mesum sepertiku."

'Aku mau, Naruto-kun! Aku mau! Aku ingin terus bersamamu selamanya' Hinata ingin mengatakannya. Tapi kata-kata itu seperti menyangkut di tergorokannya. Hinata menatap botol pemberian Kakashi.

"Hinata. Apa kau... Mencintai Naruto?"

"Jujur saja, Hinata. Aku akan membantumu mendapatkan Naruto jika kau mau."

"Ini. Berikan pada Naruto ketika kalian sedang berdua."

Kata-kata Kakashi kembali terngiang di kepala Hinata. Mencintai Naruto-kun? Ya. Aku mencintainya. Bahkan sangat-sangat mencintainya. Tapi jika aku melakukannya, berarti aku telah bersikap egois. Aku tidak akan melakukannya. Aku ingin Naruto-kun bahagia walau bersama wanita lain.

Hinata kembali menatap botol yang ia pegang. Membuka tutupnya dan menenggaknya hingga habis dan tak tersisa sedikit pun.

Naruto meneguk ludahnya melihat Hinata yang dengan penuh semangat meminum isi dari botol pemberian Kakashi. Naruto menggaruk kepalanya. 'Katanya untuk-ku. Kenapa diminum? Lagi haus banget lagi.'

PRANGGG...

Botol yang Hinata pegang terlepas dan berubah menjadi serpihan-serpihan kecil seperti hati Hinata saat ini.

Naruto memandang khawatir gadis senju itu. Sikap Hinata saat ini terlihat sangat aneh di mata Naruto Uzumaki.

Hinata tak bisa berfikir jernih. Bisa dibilang, saat ini dia hanya mengikuti instingnya. Insting sebagai wanita yang tengah kecewa akan takdir yang mengikatnya.

Dia menyandarkan kepalanya di bahu kokoh milik Naruto yang saat ini berada di sampingnya. Tangan kanannya melingkar di pinggang bagian belakang Naruto, sedangkan tangan kirinya dengan lihai mebelai gundukan di antara selangkangan Naruto. Lidahnya mulai menjilati leher Naruto dan menggigitinya.

Naruto yang diperlakukan seperti itu tidak bisa mengelak. Dia bahkan menikmati setiap sentuhan lembut yang Hinata berikan. Karin yang memiliki sifat mesum yang tidak ketulungan belum pernah melakukan hal ini pada Naruto. 'Oh. Shit...! Hinata sungguh agresif. Dia adalah istri idaman-ku'

"Naruto-kunhh... Aku mencintaihhh mu."

Naruto terdiam. Mengabaikan sejenak setiap sentuhan yang Hinata berikan kkepadanya. 'Dia mencintaiku. Kalau begitu bagus. Aku akan menikah dengan dua gadis sekaligus HAHAHA!' Narut tertawa dalam hati.

"Aku juga mencintaimu, Hinata!" Naruto mencium bibir mungil Hinata dan melumatnya ganas dan memejamkan mata birunya.

###

Naruto membuka matanya. Melihat ke sekelilingnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bisa Naruto lihat sebuah bangunan megah dengan tulisan 'PANTI ASUHAN SARUTOBI' "I-Ini kan...? Ah, Bukankah tadi aku berada di dalam gudang bersama Senju-san?" Tanya Naruto entah pada siapa.

"Sepertinya kita berada di dunia 10 tahun yang lalu." Naruto berbalik.

"Senju-san! Kenapa kau bisa berada disini jug-" Ucapan Naruto terpenggal oleh suara mobil mewah berwarna hitam yang berhenti di depan PANTI ASUHAN SARUTOBI.

Pintu mobil hitam itu terbuka dan nampaklah sesosok pria yang tak asing bagi Naruto dan Hinata. Pria berperawakan kekar dan tinggi. Tapi yang sangat mencolok dari penampilan pria itu adalah surai putih dan masker yang menutupi wajahnya.

Naruto dan Hinata langsung tahu kalau dia adalah Kakashi Hatake, senseinya yang baru-baru ini memberikan hukuman kepadanya.

Sosok Kakashi itu beralih ke pintu yang lainnya dan membuka pintu itu. Muncul bocah bersurai kuning dari pintu tersebut. Kakashi menggandengnya memasuki panti tersebut.

"B-Bukankah itu aku? Kenapa aku bersama Kakashi-sensei?!" Naruto menatap heran ke kedua sosok yang kini menjauhinya.

Hinata yang mendengar itu lantas tersenyum kaku. "Kalau kau ingin tahu lebih jauh. Sebaiknya kita mengikuti mereka." Hinata menarik tangan Naruto menyusul Kakashi dan Naruto kecil.

Flashback On

"Naruto-kun. Mereka semua teman-temanmu yang baru. Jadi kau harus akrab dengan mereka semua." Ucap kakek pemimpin panti asuhan tersebut. Sarutobi Hiruzen, itulah namanya. Pria yang sudah berusia lanjut itu tersenyum dan memperkenalkan satu per satu anak-anak asuhnya.

Naruto kecil tak memperhatikan celotehan kakek itu. Dia malah fokus pada gadis cilik yang sedang asik memeluk boneka kelincinya. Gadis kecil itu berada di barisan paling ujug diantara bocah yang lainnya.

Setelah selesai memperkenalkan seluruh anak asuhnya. Hiruzen pun pergi untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Naruto kecil mendekati gadis itu. Dia mengira bahwa gadis itu adalah temannya. Semua anak menatapnya kawatir bahkan ada yang berteriak "Jangan mendekati gadis iblis itu! Kau bisa kena sial kalau berada didekatnya." Perkataan kejam yang diucapkan oleh anak-anak itu tidak dihiraukan Naruto sedikitpun. Dia terus mendekati gadis itu dan menatapnya lama.

'Matanya terlihat menyeramkan. Pantas saja kalau anak-anak yang lain menyebutnya iblis.' Naruto mengerjapkan matanya dan PLAKKK... BRAKKK

Sebuah tamparan keras menghantam pipinya dan membuatnya jatuh tersungkur dan membuat keningnya berdarah karena keningnya membentur lantai.

Semua terdiam.

"Jangan ganggu aku." Gadis itu berteriak dan berlari meninggalkan Naruto dan yang lainnya.

Naruto mengusap darah yang ada di keningnya. Melihat ke sekelilingnya. Ia melihat seluruh teman barunya. Saat ini mereka tengah menatap takut pada gadis mungil yang menamparnya tadi.

###

"Aku hitung sampai sepuluh! Satu, Dua, Tiga, ..., Sepuluh!" Naruto membuka matanya perlahan lalu mengedarkan pandangannya dengan cermat. Dia menarik nafas dalam-dalam, "AKU MULAI!" Lalu berteriak sekencang kencangnya.

Naruto mencari persembunyian teman-teman barunya dengan penuh semangat.

"Cepat berikan!" Naruto mendengar sebuah suara dari arah sungai. Dia pun menuju asal suara tersebut.

Dia melihat gadis yang menamparnya seminggu yang lalu. Gadis itu tengah berjuang mengambil boneka kelincinya dari dua bocah nakal yang saat ini tengah bermain-main dengan bonekanya.

"Ayo ambil boneka jelekmu ini kalau kau bisa HAHAHAHA. Wakane, tangkap!" Ucap salah satu bocah kepada temannya yang bernama Wakane.

Wakane melompat untuk menangkap boneka tersebut. Tapi tangannya tak bisa menggapai boneka itu dan membuat boneka itu tercebur ke sungai.

"KAGUYA-CHAN!" Gadis itu melompat ke sungai tanpa pikir panjang. Dia mencoba menggapai bonekanya. Tapi sayang, kenyataan berkata lain. Gadis itu lupa kalau dirinya bahkan tak bisa berenang sedikit pun.

Dengan penuh ke khawatiran Naruto juga terjun ke sungai untuk menyelamatkan gadis tersebut.

###

"Hei, Bangun! Hei cepat bangun, jangan tidur terus." Naruto mengguncang-guncangkan tubuh gadis itu. Semburat merah menempel erat di pipinya yang bergaris dan itu membuatnya terlihat lebih lucu.

Naruto menatap tubuh mungil itu dengan pandangan mesum. Dari ujung rambut hingga ujung kaki tak luput sedikit pun oleh mata birunya. Lalu ia menatap kedua telapak tangannya dan menggerak-gerakan jarinya.

'U-Umm. Sepertinya aku harus memompa dadanya' Batin Naruto. Dia tersenyum mesum lalu menempelkan kedua telapak tangannya di dada sang gadis yang masih dalam masa pertumbuhan itu. Menekan dan meremas dada tersebut.

Nyut... Nyut...

Tak ada reaksi dari gadis di depannya.

Nyut... Nyut...

Naruto kembali beraksi. Mencoba membuat gadis itu sadar.

Nyut... Nyut... Nyut... Nyut... Nyut... Nyut...

Merasa kegiatan tidak mesumnya tidak membuahkan hasil dan tidak ingin berbuat lebih jauh lagi. Akhirnya dia pun mencoba cara yang kedua.

Naruto beralih ke wajah mungil gadis itu. Kedua tangannya ia tangkupkan di kedua sisi pipi tembem itu membuat bibir mungilnya sedikit membuka.

Naruto mendekatkan wajahnya yang sedikit memerah. Menempelkan benda kenyal itu pada bibirnya dan menghisapnya kuat-kuat. Berharap akan ada air yang keluar dari mulit mungil gadis tersebut seperti yang ia lihat di TV.

Hisap. Hisap. Dan menghisap terus Naruto lakukan. Tapi hasilnya masih tetap sama dengan percobaan pertama.

Dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Percobaan yang ia lakukan pada gadis itu tidak membuahkan hasil sedikit pun.

Seperti mendapat ilham. Otak Naruto yang hanya berfikir tentang hal-hal mesum itu akhirnya mendapatkan ide yang sangat cemerlang.

Jika percobaan pertama dan kedua tidak membuahkan hasil. Bagaimana kalau dia menggabungkan keduanya.

Naruto kembali menangkupkan tangan kirinya pada dada gadis itu dan menangkupkan tangan kanannya di pipinya.

Nyut... Nyut...

Naruto kembali menekan dada kanan gadis itu dengan tangan kirinya. Bibirnya masih setia menghisap mulut mungilnya.

"Enggh...Umh..." Berhasil. Usahanya membuahkan hasil. Dia menghentikan kegiatannya dan kembali mengguncang tubuh mungil itu.

"Engh... A-Aku dimana?" Gadis itu terbangun sambil memegangi kepalanya.

"H-Hei! Apa kau tidak apa-apa?" Naruto menatap kawatir padanya.

Gadis itu memundurkan tubuhnya menjauhi Naruto.

Naruto menghela nafas lalu berjalan menuju sudut goa yang terdapat boneka kelinci gadis itu dan mengambilnya.

Naruto memberikan boneka tersebut. "Ini. Boneka ini pasti sangat berharga bagimu kan?"

"Kaguya-chan!" Gadis itu langsung memeluk bonekanya lalu menatap Naruto sendu. "Te-Terima kasih. K-Kau orang yang sangat baik. Bahkan setelah aku berlaku tidak sopan padamu waktu itu."

Naruto tersenyum. "Hehehe... Yang lalu biarlah berlalu, Umm...?" Naruto menggaruk kepalanya.

"Hinata. Pa-panggil aku Hinata." Gadis itu berucap dengan malu-malu.

"Hehehe... Aku Naruto Uzumaki." Naruto menggaruk belakang kepalanya. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah serius. "Hinata. Janganlah mencoba lari dari kenyataan. Berusahalah untuk menjadi lebih baik lagi. Percayalah, masa depan mu pasti akan lebih cerah."

"Kau tak tahu perasaanku. Kenyataannya sampai saat ini hanya Kaguya-chan yang selalu menemaniku selama ini." Hinata berkata dengan suara lirih.

Naruto termenung. "Aku mengerti apa yang saat ini kau rasakan karena dulu aku juga merasakan apa yang saat ini kau rasakan. Apa kau tahu? Tak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkanku. Ayahku adalah pahlawan bagi keluarga Namikaze. Dia adalah orang yang sangat hebat di masanya. Yellow flash, begitulah orang-orang memanggilnya. Dia orang yang sangat dihormati. Tapi..." Naruto mengusap air matanya. Sakit. Hatinya sakit ketika mengingat cerita orang yang mengantarnya ke panti asuhan ini seminggu yang lalu. Mungkin jika orang itu tidak menyelamatkannya. Dia sudah dipastikan tewas saat itu juga.

"N-Naruto-kun. S-Sudahlah! Jangan diteruskan."

Naruto menggeleng. "Maaf, Hinata. Aku tak bermaksud membuatmu mendengarkan kehidupanku yang malang." Naruto melihat keluar goa dan ternyata matahari sudah mulai terbenam.

Dengan senyum lima jarinya. Naruto mengulurkan tangannya kepada Hinata. "Ayo kita pulang!"

Hinata tersenyum dan menyambut uluran tangan Naruto.

Mereka berdua pun pulang menuju panti dengan senyuman tersungging diwajah mereka masing-masing.

Itu adalah awal pertemanan Naruto dan Hinata jauh sebelum Hinata diadopsi oleh wanita bernama Senju Tsunade. Sebelum Hinata dibawa Tsunade menuju kediamannya yang baru, dia sempat menitipkan surat untuk Naruto.

Naruto sedih. Dia terpuruk saat itu juga. Dia mencoba mengejar mobil milik orang yang mengadopsi Hinata. Tanpa Naruto sadari, sebuah mobil melaju kencang dari arah belakangnya dan...

BRAKKK

Mobil itu menabrak tubuh munggil Naruto dengan keras.

Hiruzen selaku kepala panti pun membawa Naruto ke rumah sakit. Dan dokter pun mengatakan bahwa Naruto mengalami Amnesia.

Flashback Off

BRAKKK

Naruto mundur. Menyudahi cumbuan panasnya pada Hinata. Dia melihat Kakashi yang tersungkur di lantai. Pintu dan meja dibelakangnya hancur. Darah segar mengalir dari sudut bibir pria Hatake itu.

Naruto dan Hinata mendekati Kakashi dengan perasaan cemas. "Kau tidak apa-apa, sensei?!" Tanya Naruto.

"Grrrr... Hatake! Beraninya kau menghalangi jalanku." Sebuah geraman terdengar dari arah pintu. Muncul sosok rubah merah dengan 9 ekor yang melambai-lambai bak pembunuh yang siap menerkam mangsanya. Dia adalah Karin.

Naruto mengambil posisi siaga. Menyuruh Hinata untuk bersembunyi di belakangnya dan membuat bunshin.

"N-Naruto-kun. A-Aku taku-"

"DIAM KAU JALANG!" Karin meluncur. Menghajar bunshin-bunshin Naruto dan berakhir dengan kemunculannya dibelakang Hinata. Dia melayangkan tusukan tangan yang disertai kukunya yang panjang pada Hinata. Tapi Naruto dengan sigap melindungi Hinata dengan mengorbankan tubuhnya sebagai tameng.

Hinata, Karin, dan Kakashi tercengang melihat lubang yang mengaga di tubuh Naruto. "Naruto-kun!" Hinata menangkap Naruto. Karin berubah menjadi bentuk manusianya.

"N-Naru. Cepat gigit lenganku!" Kini giliran Karin yang beraksi. Dia mengasongkan lengan kanannya.

Naruto menurut. Dia menggigit lengan kanan kanan karin dengan cepat. Rasa sakit di perutnya membuat dia tak bisa berfikir jernih untuk saat ini.

Karin menatap khawatir pada luka yang ia torehkan pada dada Naruto. Pikirannya saat ini hanya untuk menyembuhkan Naruto dengan cepat. Dia merasa bersalah atas apa yang ia lakukan. Karin menatap tajam Hinata.

Hinata yang ditatap pun merasa takut, tapi rasa takutnya masih kalah dengan rasa khawatirnya pada Naruto.

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya luka pada dada Naruto pun sudah menutup berkat jurus penyembuhan Karin.

Karin dengan cepat membawa Naruto dengan jurus teleportasinya ke rumah dan meninggalkan Hinata dan Kakashi yang masih terluka.

TBC

Apa kalian mau merekomendasikan jurus untuk pair Naruto yang satu lagi? Sedikit bocoran buat kalian. Pair yang satunya berambut pirang hehehe...

Maafkan saya atas keterlambatan saya dalam meng-update fict ini. Kesibukan di sekolah saya sedang banyak. Belum lagi saat ini saya sudah menginjak kelas 12. Jadi saya harus sedikit fokus pada masa depan saya. Mungkin hanya ini yang bisa saya katakan(baca: ketik).

TERIMA KASIH :D

REVIEW PLEASE!