Golden Shinobi

By Juubi

Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Rate M

Warning : Gaje, OOC, tipo dll

Enjoy it

...

.

Berjalan pelan, melewati koridor yang nampak begitu panjang. Mata dengan iris biru yang tenang, menatap ke depan ke tempat yang ia tuju. Kedua tangan dia masukan ke saku jaket yang sudah menjadi pakaian nya sehari-hari, terlihat keren namun bukan itu yang dia pikirkan.

Sudah empat hari sejak berakhirnya babak penyisihan, dan tinggal sepuluh hari lagi sebelum babak ke tiga. Semua peserta tengah berlatih keras untuk itu, meningkatkan kemampuan agar bisa mengalahkan lawan yang telah di tentukan. Ya, semua peserta tengah berlatih, tapi tidak untuk Naruto.

Empat hari ini dia belum memulai sesi pelatihan nya, hanya bersantai di rumah atau jalan-jalan ketempat yang dia sukai. Dia tidak berlatih bukan karena dia merasa hebat, atau merasa lawan yang akan dia hadapi itu mudah. Dirinya sendiri bahkan bisa di katakan orang gila latihan, hampir semua waktunya dia gunakan berlatih. Lalu kenapa dia tidak berlatih?

Entahlah, Naruto juga tidak tau kenapa dia enggan berlatih, tapi bisa juga di bilang kalau dirinya sedang malas latihan. Lagipula sesuatu yang di paksakan itu tidak baik, jadi dia tidak perlu memaksa dirinya untuk latihan. Alasan lainnya, mungkin karena...

Iris mata Naruto bergerak, menatap objek baru di pandangan nya. Dua orang pemuda yang baru muncul di salah satu persimpangan koridor, dan kedua nya Naruto kenal. Satu orang merupakan salah satu peserta yang lolos ke babak ke tiga, dan satunya lagi orang yang menjadi lawan Naruto di babak penyisihan. Naruto tersenyum.

"Yo Kiba, Shino. " Tangan Naruto terangkat, menyapa kedua genin yang seangkatan dengan dirinya. Dan seperti yang dia duga, kedua pemuda itu menoleh. Kiba terlihat antusias ketika melihat dirinya, sedangkan satunya tidak bereaksi apa-apa. Lagipula bagaimana Naruto bisa melihat ekspresi Shino, kalau kerah baju pemuda itu sampai menutupi wajah bagian bawahnya, di tambah kacamata hitam yang di pakai pemuda Aburame itu.

"Naruto. " Kiba mendekat dan mau tidak mau Shino juga mendekat. Senyum lebar Kiba tunjukan untuk Naruto, dan Akamaru yang selalu berada di atas kepala Kiba menggonggong seakan ikut menyapa. "Sedang apa kau di rumah sakit? "

"Aku habis menjenguk Lee. " Wajah Naruto sedikit menyendu, ingatan nya kembali berputar ke pertarungan Lee dengan genin dari Suna. Pertarungan yang luar biasa dan juga menegangkan, namun sayang harus berakhir tragis untuk Lee. Melihat bagaimana sikap Lee pada pertarungan itu, rasa hormat Naruto naik pada pemuda ceking itu. Melihat wajah Kiba ikut murung, Naruto mencoba tersenyum. "Kalian sendir sedang apa disini? Jangan bilang kalau Kiba masih harus mendapat perawatan setelah kalah dengan ku kemaren. "

"Apa maksudmu mengatakan itu, jangan remehkan aku ya... Dan jangan sombong. " Kiba membalas cepat, suaranya naik satu tingkat. Ekspresi nya kesal, namun sebenarnya dia tidak merasa tersinggung dengan ejekan Naruto. Untuk beberapa saat tatapan kesal masih Kiba tunjukan, namun sesaat kemudian tatapan nya sedikit menyendu. "Kami berdua habis menjenguk Hinata. "

"Hinata ya... " Dalam pandangan Naruto, Hinata kunoichi yang kuat bahkan dalam angkatan mereka gadis Hyuga itulah yang terkuat. Bukan hanya dari kemampuan namun juga tekad dan semangatnya. Namun sayang, lawannya waktu itu berada jauh di atasnya. "Bagaimana keadaan nya? "

"Dia sudah sadar dua hari yang lalu. " Kata Kiba sedikit murung. "Tapi dia masih harus di rawat, luka dalam nya cukup parah. "

Naruto mengangguk mengerti, dia cukup tau separah apa luka yang di derita Hinata. Gadis itu bisa saja kehilangan nyawa nya, dan hal itu benar-benar akan terjadi andai saja serangan terakhir Neji itu tidak di hentikan. Ngomong-ngomong soal Neji, orang itulah yang akan Naruto hadapi nanti.

Hyuga Neji, jenius dari clan Hyuga. Memiliki kemampuan yang hebat, terutama dalam taijutsu jarak dekat. Satu serangan dari nya dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Dan kebetulan sekali, Naruto cenderung bertarung jarak dekat. Yah, walaupun dia juga memiliki teknik jarak menengah sampai jauh sih. Akan seperti apa pertarungan mereka nanti ya, Naruto jadi tidak sabar.

"Naruto. " Panggilan Kiba membuat Naruto sadar dari lamunan nya, mata biru nya langsung terfokus pada Kiba yang kini tengah memasang wajah serius. "Dalam pertandingan nanti, lawan mu adalah Neji kan. Aku minta pada mu, kalahkan dia beri dia pelajaran. Untuk Hinata. "

Naruto menatap Kiba untuk sesaat, sebelum akhirnya tersenyum lebar. Mengepalkan kedua tangan nya, kemudian menyatukan nya di depan dada. Matanya menatap penuh percaya diri. "Aku pasti akan mengalahkan nya. Bukan hanya mengalahkan, tapi aku juga akan menghajar nya... Habis-habisan. "

.

.

.

.

"Aku di abaikan. " Guman seseorang yang dari tadi di acuhkan kedua teman nya. (Poor Shino) XD

..: Golden Shinobi :..

Mata tua miliknya menatap kertas yang penuh akan tulisan di depan nya, membaca setiap kalimat yang ada disana sebelum meletakan stempel disana. Mengalihkan pandangan nya, Hiruzen tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendesah. Tumpukan kertas-kertas itu seakan tidak ada habis-habisnya.

Kembali mengambil kertas yang baru, dan kembali membaca nya sebelum kembali memberikan stempel. Beginilah nasip nya, harus mengurusi pekerjaan sebanyak ini di umur senja nya ini. Seharusnya dirinya sekarang bisa bersampai dalam masa pensiun nya.

Hiruzen kembali menghela nafasnya, sudah saatnya dirinya diganti. Namun siapa yang pantas untuk menggantikan dirinya. Bibirnya tersenyum kecil saat tiba-tiba terlintas sebuah wajah di pikiran nya. Wajah seorang anak yang dengan senyum cerah.

Uzumaki Naruto, atau mungkin Namikaze.

Tok tok tok

"Masuk. " Hiruzen menatap pintu yang dengan perlahan terbuka, dia sedikit terkejut ketika mengetahui siapa yang datang berkunjung menemui dirinya. Orang yang tadi dia pikirkan, kini telah muncul dengan senyum lebar nya.

"Apa saya mengganggu Anda, Hokage-sama?" Naruto berbicara sopan, menunduk hormat sebelum memasuki ruangan.

"Kau sama sekali tidak menggangu, Naruto-kun. " Hiruzen tersenyum tulus sebelum kembali bicara. "Dan tidak usah seformal itu, bukankah kita sekarang hanya berdua. "

Naruto mengangguk sebelum menunjukan cengiran khasnya. "Baiklah Hokage-Jiji. "

"Nah, sekarang apa yang membawa mu kemari? " Tanpa menghilangkan senyuman nya, Hiruzen bertanya. "Apa ada yang ingin kau sampai kan? "

Naruto menggeleng pelan. "Aku hanya berkunjung dan juga... " Berjalan menuju sofa yang berada di ruangan itu, Naruto merileks kan dirinya dengan duduk di sana. Matanya menatap sang Hokage. "Mengawasi Jiji. "

Hiruzen tertawa untuk sesaat ketika mendengar ucapan Naruto, kemudian kembali bicara dengan nada ramah. "Memang apa yang bisa orang tua ini lakukan hingga harus di awasi? "

Naruto menaikan kedua bahu nya acuh, namun dia tetap menjawab. "Entahlah, mungkin saja Jiji meninggalkan pekerjaan Jiji dan memilih untuk membaca buku yang tidak senonoh. "

Naruto tertawa setelah mengatakan lelucon nya itu, sedangkan Hiruzen tersenyum miris. Tentu saja sang Hokage bersikap seperti itu, sebab apa yang Naruto katakan adalah hal yang dia lakukan satu jam yang lalu. Namun beberapa saat kemudian Hiruzen ikut tertawa (meski kecil), dan tanpa dia sadari beban nya sedikit berkurang saat ada Naruto disini.

Setelah berhenti tertawa mereka kembali mengobrol ringan, namun itu tidak berlangsung lama. Hiruzen memilih untuk melanjutkan pekerjaan nya sang masih banyak, sedangkan Naruto sendiri memilih membaringkan tubuhnya di sofa tadi.

Naruto memandang langit-langit ruangan dengan pandangan menerawang, entah apa yang dia pikirkan hingga membuat dirinya nampak melupakan ke sekitar. Dia bahkan tidak sadar orang yang sering bahkan selalu dia panggil 'Jiji' telah menghentikan pekerjaan nya dan tengah menatap dirinya. Naruto baru sadar saat...

"Naruto. "

Jiji-nya memanggil, dan Naruto menolehkan kepalanya sebagai respon. Pandangan bingung sempat Naruto lihat di wajah tua sang Jiji, namun wajah itu berubah jadi tersenyum maklum.

"Apa yang kau pikirkan? " Hiruzen menatap Naruto di mata, mencoba mencari tau pikiran pemuda itu. Namun beberapa detika kemudian Naruto kembali menatap langit-langit, membuat kakek yang menjadi sebagai Hokage itu tidak bisa melihat matanya.

"Hanya masalah kecil. " Jawab Naruto singkat. Jujur saja, walaupun Sandaime Hokage merupakan orang terdekatnya, Naruto tidak membuka dirinya seratus persen padanya. Dan Hiruzen sendiri tau akan hal itu.

"Apa ini mengenai pertandingan nanti? " Hiruzen kembali bertanya, namun beberapa saat kemudian ekspresi Hiruzen berubah seakan-akan teringat akan sesuatu. "Benar juga. Naruto, apa kau sudah mempersiapkan dirimu untuk pertandingan nanti? "

"Kalau maksud Jiji 'mempersiapkan' itu adalah latihan, maka bisa ku jawab belum. " Naruto kembali menoleh kearah Hiruzen, posisinya masih tetap berbaring. "Aku belum memulai latihan ku. "

"Kenapa? "

"Saat ini aku sedang mempelajari sebuah teknik, dan itu tidak bisa di selesaikan dengan cepat. Aku tidak mungkin menyelesaikan nya sebelum pertandingan. " Naruto menerawang, mengingat teknik yang dia maksud. Sebenarnya itu bukan alasan yang tepat untuk tidak berlatih, tapi mau bagaimana lagi. "Selain itu, tidak ada teknik baru yang bisa ku pelajari dalam dua minggu ini. "

Hiruzen diam untuk sesaat, memikirkan penjelasan Naruto barusan. Beberapa detik kemudian, dia kembali buka suara. "Kalau tidak punya teknik (jutsu) baru, kenapa tidak kembangkan teknik lama? Bukankah itu lebih bagus. "

Naruto diam beberapa saat, namun kemudian dia menghela nafas. "Masalahnya sama, waktunya begitu singkat. "

Sepuluh hari Naruto bilang singkat, memang teknik seperti apa yang Naruto punya? Seperti itulah pikiran Hiruzen saat ini. Setaunya waktu sepuluh hari cukup untuk mempelajari sebuah jutsu, setidaknya jutsu rank D sampai C. Bahkan kalau mengingat kemampuan Naruto, rank B bahkan A pun bisa di pelajari dalam sepuluh hari. Apa mungkin jutsu Naruto bisa di kategorikan...

Hiruzen menggeleng singkat. Dia tau seberapa hebat Naruto, tapi memiliki jutsu hebat di umurnya sekarang itu... Itu mungkin sih, lagipula dia tidak pernah melihat seluruh kemampuan Naruto.

Lagi-lagi Hiruzen menggeleng, saat ini bukan itu yang harus dia pikirkan. Seharusnya dia memikirkan solusi buat Naruto. Berpikir sesaat, akhirnya Hiruzen kembali bersuara. "Kalau begitu kenapa tidak minta sensei mu untuk mengajarkan teknik baru? "

"Kakashi-sensei sedang melatih Sasuke. Entah dimana mereka sekarang. "

Hiruzen menghela nafas, apa ini sebabnya Naruto tidak semangat latihan? Sensei nya sendiri tidak mau melatih Naruto dan lebih memilih melatih muridnya yang lain. Bolehkan sekarang Hiruzen menganggap Kakashi itu pilih kasih.

Mencari solusi lain, itu nampaknya akan sulit. Meminta jounin lain untuk mengajar Naruto sepertinya tidak mungkin, selain karena situasi sekarang, Naruto juga akan menolak hal itu. Sepertinya hanya ada satu cara. "Naruto. Kalau kau mau, aku bisa meluangkan waktu ku untuk mengajari mu beberapa teknik atau tips. "

Sebagai respon, Naruto mengambil posisi duduk, ekspresi wajahnya terlihat terkejut atau mungkin tertarik. Jujur saja, sudah lama dirinya tidak berlatih bersama Jiji-nya, terakhir kali berlatih saat dia hendak mengikuti ujian kelulusan genin. Naruto tidak bisa membantah kalau dia mengharapkan hal itu, tapi setelah di pikir-pikir. "Terimakasih Jiji, tapi maaf aku tidak bisa. Aku tau akhir-akhir ini pekerjaan Jiji semakin banyak, aku tidak ingin merepotkan mu. "

Hiruzen kembali menghela nafas. Apa yang dikatakan Naruto benar, dia memang sangat sibuk. Tapi dia ingin sekali membantu anak yang sudah dia anggap cucu itu, dia ingin menunjukan rasa kasihnya pada Naruto. Haah, seandainya saja...

"Yo sensei! "

Baik Hiruzen maupun Naruto menoleh keasal suara, dimana sekarang di jendela kantor terngah berjongkok seorang pria dewasa bertubuh besar. Naruto nampak bingun melihat pria bersurai putih itu, dia tidak pernah melihatnya. Namun ketika merasakn chakra orang itu, Naruto yakin dia bukan orang sembarangan. Beda dengan Naruto, Hiruzen malah menghela nafas.

"Jiraya, sudah ku bilang kalau masuk lewat pintu. " Ceramah Hiruzen dibalas oleh cengiran lebar dari Jiraya. Mengalihkan perhatiannya dari muridnya itu, Hiruzen menatap kearah Naruto yang masih memperhatikan Jiraya. "Oh ya Naruto, kau belum pernah bertemu dengan nya ya. Perkenalkan, dia adalah salah satu murid ku dulu, namanya... "

"JIRAYA, SANG PERTAMA KATAK DARI GUNUNG MYOBOKU. SANG PENAKLUK WANITA... "

Naruto hanya memandang sesaat kearah Jiraya sebelum kembali menatap Hiruzen, perkenalan yang (menurut Naruto) aneh tidak dia perhatikan lebih jauh meski nyatanya suara Jiraya yang masih bicara masih terdengar. Menatap sang Hokage sampai pria tua itu juga menatap nya, Naruto buka suara. "Sannin no Konoha. "

Meski itu sebenarnya sebuah pernyataan bukan pertanyaan, Hiruzen tetap mengangguk menjawab ucapan Naruto. Bibirnya membentuk senyum kecil karena menahan tawa saat melihat ekspresi Jiraya yang di abaikan Naruto. Namun perhatian Hiruzen kembali beralih, menatap Naruto yang telah berdiri.

"Uzumaki Naruto, senang bisa bertemu dengan anda. " Naruto menunduk hormat pada Jiraya, tanpa sempat melihat respon Jiraya Naruto berbalik menghadap sang Hokage. "Saya pamit dulu, Hokage-sama. "

Sikap Naruto yang tiba-tiba tentu saja membuat Hiruzen sedikit terkejut, namun dia tidak menghentikan Naruto untuk pergi. Tatapan terus tertuju pada Naruto yang berjalan menjauh sebelum menghilang di balik pintu, kemudian tatapan Hokage tua itu beralih kearah Jiraya yang memasang wajah bingung. "Jiraya, kemana saja kamu. Aku sudah meminta mu untuk secepatnya kembali ke Konoha. "

Jiraya yang dari tadi menatap kearah pintu, menoleh kearah Hiruzen. Setelah itu sebuah cengiran dia tunjukan. "Biasalah sensei, ada beberapa hal yang harus ku urus. " Ekspresi Jiraya kemudian berubah serius. "Anak tadi itu, dia anaknya Minato kan. " Hiruzen mengangguk. "Dia sedikit berbeda dengan yang aku pikirkan. "

"Salah satu alasan aku meminta kamu kembali juga karena itu. " Hiruzen juga nampak serius. "Kamu tau, Naruto sudah mengetahui siapa dirinya dan apa statusnya. "

"Benarkah? " Jiraya terkejut, tentu saja karena hal ini menyangkut rahasia rank-s desa. "Bagaimana bisa? Siapa yang memberitahu nya? "

"Itulah yang membuat ku bingung, tidak ada yang memberitahu Naruto tentang hal ini. " Kembali menghela nafas, Hiruzen memejamkan matanya mengingat pembicaraan pribadinya dengan Naruto. Beberapa detik kemudian matanya kembali terbuka. "Dia bilang padaku bahwa dia mencari tahu hal itu sendiri, aku tau dia anak yang pintar namun mengetahui informasi sangat rahasia seperti ini kurasa tidak bisa dia lakukan sendiri. "

Jiraya tetap dia, tidak ingin menyahut. Dia tau sensei nya belum selesai bicara.

"Dia terbuka dengan ku, tapi dia tetap menyembunyikan rahasia nya dari ku. " Mengatakan hal itu sedikit membuat Hiruzen sedih, karena bila Naruto masih menyimpan rahasia darinya artinya anak itu belum mempercayai nya seratus persen. "Selain itu, Naruto pernah bilang bahwa dia pernah bertemu dan berintraksi dengan Kyubi. Kau tau sendiri, selain orang-orang tertentu yang mengetahui identitas asli Naruto, makhluk itu juga mengetahui nya. Jadi ku pikir... "

"Kyubi yang memberitahu Naruto hal itu. " Jiraya memotong perkataan Hiruzen, sebuah refleks karena terkejut dengan kesimpulan penjelasan sensei nya.

"Ya, Kyubi mungkin ada sangkut pautnya dengan hal ini. Dan hal ini terasa aneh buat ku, baik saat Mito-sama maupun Kushina menjadi jinchuriki, Kyubi tidak pernah mau berinteraksi. " Hiruzen menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sebelum memejamkan matanya, jujur dirinya merasa lelah saat ini. "Aku takut makhluk itu merencanakan sesuatu terhadap Naruto. Dia sudah terlalu lama terkurung, keinginan nya untuk bebas pasti sangat besar. Oleh karena itulah.. "

"Tenang saja Sensei. " Jiraya kembali memotong perkataan Hiruzen, sebuah senyum lebar dia tunjukan. "Sang Gama sannin sudah disini, aku ku pastikan Kyubi tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadap Naruto. "

Yah, apapun akan mereka lakukan untuk Naruto, sang matahari dari Konoha. Namun sayang, mereka tidak tau yang sebenarnya.

..: Juubi no Kitsune :..

Naruto memasukan tangannya ke saku celana, mengambil kunci pintu apartemen nya. Sebuah kantong plastik tergantung di tangan nya yang lain, kantong itu berisi beberapa ramen cup. Mengeluarkan kuncinya, Naruto mulai membuka pintu nya. Tak butuh waktu yang lama, dia sudah masuk ke apartement nya.

"Tadaima. "

"Okaerinasai. "

Seorang gadis cantik bersurai merah menyambut kedatangan Naruto dengan ceria, senyum manis tercipta di wajah mulus gadis itu. Sebenarnya kata menyambut bukanlah kata yang tepat, karena sebenarnya gadis itu baru muncul di rumah itu atau tepatnya baru keluar dari tubuh Naruto.

Kyubi mendekat kearah Naruto yang sedang melepas sepatu ninja nya, mengambil kantong plastik yang tadi Naruto bawa sebelum pergi ke dapur dengan bersenandung ria. Naruto sendiri terlihat santai, walau jujur dia merasa senang melihat tingkah Kyubi.

Selesai dengan urusan nya, Naruto kembali berjalan. Tujuan nya sekarang adalah mandi, menyegarkan tubuhnya yang cukup lelah hari ini. Berjalan ke kamarnya melepas jaket serta mengambil handuk, dia kemudian menuju ke kamar mandi yang ke betulan melewati dapur. Naruto hanya bisa tersenyum kecil melihat Kyubi yang tengah asik memotong sayuran dan memanaskan air.

...

Selesai menyegarkan tubuhnya, Naruto kelaur dari kamar mandi. Dirinya nampak lebih segar dengan rambut pirang yang masih agak basah, begitupun tubuhnya yang saat ini bertelanjang dada. Dia hanya memakai celana pendek berwarna hitam, dan juga handuk yang dia gantung di bahu kirinya. Kalau ada wanita yang melihat Naruto saat ini, mungkin wajah mereka akan memerah.

Bukan nya narsis, tapi Naruto tau bahwa dirinya ini memang keren. (Bukankah itu narsis)

Melewati dapur, Naruto kembali melihat Kyubi. Yang pada saat ini tengah memakan ramen dengan mangkuk super besar. Naruto menghela nafas, seharusnya dia tau akan hal ini. Seharusnya dia sadar, dia harus membeli ramen lebih banyak tadi. Karena sudah di pastikan, saat ini jatah ramennya pasti sudah di makan sama rubah betina itu.

Tak ingin memikirkan kemalangan nya, Naruto kembali berjalan dan kali ini menuju kulkas. Melihat isi di dalam nya membuat Naruto kembali mendesah, sepertinya dia lupa membeli bahan makanan (lagi). Disana hanya ada sebotol air putih dan beberapa sayuran, masa dia harus makan bayam seperti MC salah satu kartun yang sering ia tonton, atau makan tomat seperti temannya si rambut pantat bebek itu.

Kembali menghela nafas, Naruto mengambil botol air disana sebelum akhirnya menutup pintu kulkas. Cukup keras hingga membuat Kyubi yang baru menghirup habis kuah ramennya menantap Naruto. Yang di tatap nampak acuh dengan meminum air yang ada di botol.

"Apa? " Ditatap seperti itu sedikit membuat Naruto risih, apalagi saat Kyubi hanya diam tidak menjawab pertanyaan. Tatapan Kyubi itu seperti sedang meneliti dirinya.

"Kau sudah mandi. " Terdengar seperti pertanyaan meski sebenarnya itu pernyataan. Karena bagaimana pun saat melihat penampilan Naruto saat ini, sudah jelas bahwa dia habis mandi. Dan fakta itu membuat Kyubi mendengus. "Padahal aku ingin mandi bareng. "

"Kau bilang apa tadi? "

"Eh, ti-tidak. Aku tidak bilang apa-apa. " Kyubi nampak gugup, dan Naruto semakin mengkerutkan keningnya. Tak ingin di tanya lebih jauh, Kyubi akhirnya berdiri setelah menegak habis minuman nya. "Sudah, aku pengen mandi dulu. "

Lagi-lagi Naruto di buat bingung oleh sikap Kyubi, sejak kapan gadis itu suka mandi. Setaunya Kyubi tidak pernah mandi, dan rubah bukan nya tidak suka air. Namun Naruto tidak terlalu ambil pusing, toh tidak ada ruginya bagi dirinya. Tapi... Setelah di pikir-pikir, mungkin pengeluaran hidupnya akan bertambah, mengingat sepanjang apa rambut miliki Kyubi pasti menghabiskan shampo yang banyak.

"Oh ya, Naruto. " Suara Kyubi mengalihkan perhatian Naruto, dapat dia lihat gadis jelmaan biju itu tengah berdiri di depan pintu kamar mandi. "Di dapur masih ada satu cup ramen lagi. "

Naruto diam, memandang Kyubi yang sudah memasuki kamar mandi. Tak lama kemudian senyum lebar tercipta di bibirnya. "Kau yang terbaik Kyu-chan. "

Setidaknya malam ini dia dapat makan ramen, walau hanya satu cup.

...

Menatap langit-langit kamarnya, Naruto mencoba menyamankan dirinya di tempat tidur. Dia baru saja selesai memakan ramen, tidak puas sih tapi cukup mengganjal perutnya. Namun meskipun begitu, dirinya masih merasa lapar. Oleh karena itulah dia memutuskan tidur lebih awal.

Namun meskipun niatnya untuk tidur, Naruto masih belum mengantuk dan merasa sulit untuk memejamkan matanya. Dia sedang banyak pikiran. Tentang pertandingan itu, rencana nya ke depan, latihannya, dan masih banyak lagi. Hal lain yang juga dia pikirkan adalah Kyubi. Gadis rubah yang tersegel di dalam tubuhnya, yang saat ini masih sibuk di kamar mandi.

Aneh juga, Naruto lebih sering menganggap Kyubi seorang gadis daripada seekor biju berekor sembilan.

Setelah Naruto memasang fuin agar Kyubi dapat keluar dari tubuhnya, banyak hal yang berubah. Mulai dari sikap sampai pandangan Naruto pada Kyubi mulai berubah, apalagi saat Kyubi melakukan aktivitas layaknya seorang manusia pada umumnya. Kyubi saat dia keluar dari tubuh Naruto (yang kebanyakan saat berada di rumah) benar-benar berubah dari sifatnya saat menjadi sosok biju. Namun Naruto sama sekali tidak keberatan akan hal itu, malahan dirinya merasa senang. Soalnya...

Kreiit!

Kepala Naruto menoleh kearah pintu, dan matanya sedikit melebar saat melihat siapa yang masuk. Seorang perempuan yang memiliki surai merah panjang hingga hampir mencapai tumit masuk dengan sikap malu-malu, rambutnya yang panjang itu terlihat sedikit basah karena pengeringan yang kurang sempurna. Namun bukan itu yang membuat Naruto terkejut, apa yang membuat Naruto terkejut saat ini adalah apa yang gadis itu pakai.

Dia memakai bikini!

Itu sih harapan reader. XD

Saat ini Kyubi memakai piyama tidur berwarna biru muda dengan motif garis biru gelap, itu sepasang dengan celananya. Tunggu dulu... Bukankah piyama itu milik Naruto, darimana Kyubi mendapatkan nya?

Dan lagi, kenapa piyama itu terlihat lebih ketat di tubuh Kyubi? Apa mungkin itu karena benda yang menonjol di dada gadis itu. Naruto memerah ketika menatap benda yang tadi dia pikirkan, pikiran nya mulai nyeleneh. Dan itu tidak baik.

"Naruto. " Terlalu banyak berpikir, Naruto tidak sadar Kyubi sudah berdiri di samping tempat tidurnya. Kyubi nampak ragu, namun tetap mengeluarkan suaranya. "Apa baju ini cocok untuk ku? "

"Huh? " Mata Naruto mengerjap bingung, sedikit nggak ngeh dengan pertanyaan Kyubi. Namun beberapa saat kemudian Naruto tersadar, dan saat itu juga dia menjawab. "Cocok. Ukuran tubuh mu pas dengan pakaian itu. "

"Heem. " Kyubi terlihat kurang puas dengan jawaban Naruto. Tentu saja, karena itu bukan jawaban yang Kyubi inginkan. Dengan wajah cemberut, Kyubi memposisikan tubuhnya untuk berbaring. "Geser! "

Tak mau tertindih tubuh Kyubi, mau tidak mau Naruto menggeser posisinya. Alis Naruto mengkerut melihat perubahan sikap Kyubi, tak biasanya gadis itu bersikap seperti ini. Apa mungkin biju yang berjenis kelamin perempuan bisa mengalami 'M'. Naruto semakin bingung saat Kyubi membelakangi nya, biasanya gadis itu menghadap dirinya bahkan dengan senang memeluk dirinya.

Ugh, Apa dirinya baru saja mengaharapkan hal itu?

Namun meskipun dalam posisi seperti itu, mereka masih terbilang sangat dekat. Salahkan tempat tidur Naruto yang hanya untuk satu orang. Dan karena hal itu, Naruto dapat mencium bau harum dari rambut Kyubi, harum shampo yang biasa dia gunakan namun dalam waktu bersamaan nampak terasa berbeda ketika Kyubi yang memakai. Tanpa sadar Naruto bergumam. "Wangi. "

Kyubi langsung merespon dengan membalikan tubuhnya, membuat wajah mereka berdua saling berhadapan. Kali ini ekspresi wajah jelmaan rubah berekor sembilan itu nampak lebih cerah. "Apa!? "

Naruto kembali bingung, namun melihat ekspresi Kyubi membuatnya hendak tersenyum. "Rambut mu sangat wangi. " Perkataan Naruto membuat Kyubi tersenyum senang, namun apa yang dikatakan Naruto selanjutnya menbuat senyum Kyubi menghilang. "Berapa banyak shampo yang kau habiskan. "

Wajah Kyubi mendadak memerah, namun bukan karena malu melainkan karena kesal. "Dasar baka! "

Buak!

"Aaw! Kyu kenapa kau memukul ku? "

"Itu karena kau baka! "

Buak!

...

Setelah 'permainan ranjang' tadi, Naruto serta Kyubi berbaring telentang menatap langit-langit bersama. Raut wajah mereka terlihat lelah, walau disana juga ada ekspresi bahagia.

Nafas Kyubi sedikit terengah, memukuli Naruto dengan wujudnya ini tidak berguna. Pukulan nya sama sekali tidak terasa di tubuh pemuda itu, salahkan fuin Naruto yang hanya bisa mengeluarkan secuil chakra nya saja. Memukul Naruto malah membuatnya lelah.

Mata merah Kyubi melirik kesamping, melihat Naruto yang sedang menatap langit-langit kamar. Tangannya kemudian bergerak, memegang tangan Naruto sebelum membawa nya kesamping. Menjadikan tangan kokoh pemuda itu sebagai bantalnya. Tentu saja, hal itu membuat perhatian Naruto pindah ke Kyubi, namun pemuda itu tidak mempermasalahkan apa yang di lakukan Kyubi.

"Apa yang kau pikirkan? " Kyubi bertanya pada Naruto saat wajah mereka saling berhadapan.

"Banyak. " Naruto tersenyum kecil, kepalanya dia gerakan kembali menghadap keatas. "Banyak hal yang aku pikirkan saat ini. "

"Hei. " Tangan Kyubi bergerak, meletakan nya di pipi Naruto sebelum menariknya pelan membuat mereka kembali berhadapan. "Tak perlu terus di pikirkan, tinggal hadapi dengan seluruh kekuatan mu saja. Dan kamu juga harus ingat, aku akan selalu bersamamu. Aku akan membantu mu. "

Naruto diam sambil menatap wajah Kyubi yang tengah tersenyum manis, namun sesaat kemudian dia ikut tersenyum. Sebuah senyum tulus dan juga cerah. "Kau benar. "

"Tentu saja. Aku selalu benar. "

"Ya ya ya, kau memang selalu benar. Dan sekarang waktunya untuk tidur. "

Kyubi cemberut melihat Naruto yang langsung memejamkam matanya dan menoleh kearah lain. Namun sesaat kemudian senyum kecil terbentuk di bibir merah muda miliknya. Dengan cepat dia memajukan kepalanya, tepat kearah wajah Naruto. "Selamat tidur. "

Cup

..: Golden Shinobi :..

Naruto duduk bersandar di batang pohon, mengistirahatkan tubuhnya yang habis melakukan pemanasan. Seperti katanya kemarin, Naruto memulai latihannya hari ini. Dan hal pertama yang dia lakukan adalah pemanasan. Pemanasan yang dia lakukan tidak banyak, hanya beberapa latihan fisik seperti push-up sit-up dll. Berlari keliling desa, lalu di tutup dengan bertarung dengan ratusan bunshin miliknya.

Sudah setengah jam lebih dia beristirahat, itu bisa dikatakan cukup lama. Itu bukan karena dia sangat lelah malahan dia sama sekali tidak kelelahan, alasan dia hanya diam disana adalah.

'Dia mendekat. '

Perkataan Kyubi yang berada ditubuhnya membuat dia menolehkan kepalanya kesamping, dan benar saja Naruto dapat melihat seorang pria yang berjalan kearah. Pria yang dari tadi mengawasi Naruto, bahkan sejak Naruto keluar rumah.

Pria bersurai putih panjang itu berjalan sambil memandang pemandangan sekitar, dia seperti tidak atau pura-pura tidak menyadari keberadaan Naruto. Namun beberapa detik kemudian pandangan mereka bertemu, dan pria itu tersenyum. "Oh kau, sedang apa kau disini, Gaki? "

"Seharusnya saya yang bertanya seperti itu. " Naruto membalas santai. "Mau apa anda kemari. "

"Hahaha... " Jiraya nampak gugup saat dia menggaruk belakang kepalanya, jujur saja melihat sikap Naruto itu membuat dia sedikit kesulitan bicara dengan sang bocah. "Aku hanya sedang inspirasi, dan tidak sengaja melihat mu disini. "

Apanya yang tidak sengaja, sejak pagi tadi Jiraya sudah mengikuti Naruto. Itu berawal dari dia yang menemukan kekkai saat berniat ke rumah Naruto. Kekkai yang sangat halus dan sangat sulit di rasakan, orang biasa bahkan ninja yang tidak mempunyai kemampuan tinggi tidak akan mampu merasakan nya.

Selain itu, Jiraya yakin kekkai itu bukan untuk menghalangi orang untuk masuk kerumah. Namun sampai sekarang dia masih tidak tau fungsi kekkai itu, yah mungkin dia harus melihat fuin yang membuat kekkai itu. Dan hal itu juga yang membuat Jiraya semakin penasaran dengan Naruto.

Jiraya sekarang sudah berdiri didepan Naruto, menatap pemuda pirang itu membuat nya sedikit kesal. Pasalnya Naruto nampak acuh dengan dirinya. "Oi Bocah. Kau masih belum menjawab pertanyaan ku. "

"Aku sedang istirahat. "

"Kau habis latihan? "

"Ya. "

Jiraya menghela nafas, kemudian dengan seenaknya dia duduk bersila didepan Naruto. "Benar juga ya, kau salah satu peserta ujian chunin itu kan. Pasti kau sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi lawan mu. Jadi kau berlatih apa? "

"Taijutsu. "

"Oi! Apa kau selalu bersikap seperti ini sama orang tua? " Jiraya emosi, Naruto seperti enggan menanggapi dirinya.

"Hokage-sama pernah bilang jangan mudah percaya sama orang yang tidak kamu kenal. " Naruto kembali menjawab santai, namun dalam hati dia tengah tertawa. Mengerjai orang seperti Jiraya cukup menyenangkan.

"Bukan nya kau sudah tau siapa aku. "

"Tau nama bukan berarti mengenal kan. "

"Haah... " Jiraya kembali menghela nafasnya, ada apa dengan bocah ini, sulit sekali bicara dengan nya. Tapi kalau di pikir-pikir ucapan Naruto ada benarnya juga, mereka berdua belum mengenal satu sama lain. "Kembali ke awal, kau tadi berlatihkan. Apa kau berlatih seorang diri. " Naruto mengangguk singkat. "Latihan akan lebih baik bila ada sensei yang menemani. "

"Sensei ku sedang sibuk, dan selain itu tidak ada orang lain yang bisa mengajari ku. "

"Bagaimana kalau kau menjadi murid ku, aku bisa mengajari mu jutsu-jutsu hebat. " Jiraya berucap dengan bangga, dadanya sedikit dia busungkan. "Berbangga lah karena aku sang sennin terkuat ini mau menjadi guru mu. " Namun hal yang Naruto justru lakukan adalah menatap datar Jiraya, membuat sang Gama sennin itu merasa aneh. "Apa? "

"Wajah mu kurang meyakinkan. "

"APA-APAAN UCAPAN MU ITU, BOCAH! "

"Hehehe... Hanya bercanda. " Naruto terkekeh kecil sebelum tersenyum tulus, sebuah senyum pertama yang Jiraya lihat dari pemuda itu. "Aku sangat senang bisa menjadi murid anda. Aku mohon bantuan nya. "

Dan Jiraya ikut tersenyum.

.

.

.

.

TBC

.

Hanya tiga hal yang akan saya sampaikan.

Pertama. Chap depan adalah pertarungan NaruNeji, dan disana salah satu jutsu Naruto akan terungkap.

Kedua. Setelah ini, saya akan mengerjakan fic TD. Kalau sudah selesai langsung saya update.

Ketiga. Tolong berikan komentar ada tentang chap ini

.

.

.

Juubi out