Judul: Do I Remember You?

Summary: Adu Du dan Probe masih tergila-gila mengganggu kehidupan BoBoiBoy, bocah superhero di Pulau Rintis. Dibantu Fang, Gopal, Yaya, dan Ying yang setia berada di samping BoBoiBoy, mereka berlima berusaha menghentikan Adu Du. Walau BoBoiBoy tahu, usahanya itu akan sia-sia karena ia divonis menderita suatu kanker otak. Siblings BoBoiBoyFang. NOT YAOI ._. RnR!

Genre: Angst and Drama

Rating: K+

A/N: Huft, summary-nya gaje amat-_-. Rasanya gatel mau nulis BoBoiBoy fanfiction lagi. Hahaha. Ff ini terinspirasi dari drama korea yang berjudul A Moment To Remember yang sukses bikin Author nangis galau. Ff ini juga melenceng banget dari jalan cerita kartun BoBoiBoy. So, i hope you enjoy and review ^^.

Disclaimer: BoBoiBoy milik Monsta studio. OC saya ambil dari fandom sebelah :3.

Warning: Kata baku, amburegul, dsb. Bahasa campur sama Malaysia. Kadang kalimat tidak jelas ._.

Don't be a silent reader!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"SELAMAT PAGI, FANG! AYO BANGUN!"

Matahari baru saja setengah muncul untuk menyinari dunia. Suasana yang dingin membuat sang lelaki bersurai raven enggan membuka selimut yang menutupi tubuhnya dari kaki sampai kepala. Padahal, tubuhnya sudah ditimpa seorang bocah lelaki bertopi jingga terbalik yang memaksa ia untuk bangun.

"BERISIK KAU, BOBOIBOY!"

Lelaki bersurai raven yang bernama Fang, menyibakkan selimutnya dan mendorong bocah bertopi terbalik yang bernama BoBoiBoy sampai jatuh dari kasur. BoBoiBoy hanya mengaduh kesakitan.

"Ayo sarapan! Sudah ditunggu Ochobot di bawah. Jangan nangis yaa kalau nanti jatah sarapan pagi ini habis dimakan aku," ejek BoBoiBoy lalu ia keluar dari kamar Fang.

"Cish!"

Fang segera merapikan kasurnya. Lalu ia menyambar handuk dari gantungan dan memasuki kamar mandi.

222

"Huh, Fang kebo sekali," ujar BoBoiBoy bertopang dagu sambil memutar-mutar sendok makan.

"Hish, tak baik kau katakan itu kepada kakakmu," balas robot berwarna kuning seraya meletakkan satu gelas susu di samping piring BoBoiBoy dan satu gelas air putih di samping piring Fang.

Tak lama kemudian, terlihat Fang yang menuruni tangga. Mengenakan seragam sekolah, jaket yang dililitkan di pinggang, tas selempang berwarna ungu, plus rambutnya yang selalu agak berantakan yang memberikan kesan cool. Ia duduk di hadapan BoBoiBoy dan langsung menyambar selembar roti tawar dan selai kacang.

"Kemana Ayah dan Ibu, Ochobot?" tanya Fang - tanpa mengalihkan perhatiannya mengoleskan selai di roti - kepada robot berwarna kuning yang bernama Ochobot.

"Seperti biasa lah. Berangkat pagi sangat," balas Ochobot.

'Lagi-lagi berangkatnya pagi banget. Sekalinya pulang, juga malam banget. Ga usah tinggal di rumah aja kalau begitu,' gerutu Fang dalam hati.

"Kau tak usah pikir macam-macam, Fang. Mereka kan bekerja demi kita juga," ucap BoBoiBoy seolah-olah bisa membaca pikiran sang kakak.

Fang hanya mendengus. Ia tidak begitu suka dengan orangtuanya yang sangat tergila-gila dengan pekerjaan. Ayahnya bekerja di suatu Departemen bagian Hubungan Internasional, sedangkan Ibunya sibuk mendesain gaun-gaun baru di musim hangat ini. Entah apa yang mereka lakukan di kantor masing-masing, Fang tidak mau tahu. Seandainya saja mereka bisa meluangkan waktu untuk anak-anaknya, pasti Fang akan terus mendukung mereka.

Tapi lain lagi dengan BoBoiBoy. Adiknya yang satu itu selalu saja positive thinking. Fang tidak mengerti dengan isi pikiran anak itu. BoBoiBoy selalu saja mendukung dan menyayangi orangtuanya yang tidak pernah bertatap muka dengan anak-anaknya. BoBoiBoy selalu ceria menjalani hari-harinya. Apalagi saat dia bertemu dengan Ochobot, robot yang sekarang menjabat sebagai pembantu di rumah ini. Robot yang memberikan kekuatan superpower melalui jam tangan yang sekarang dikenakan oleh BoBoiBoy dan Fang.

Satu hal lagi, orangtua mereka belum tahu bahwa anak-anaknya mempunyai kekuatan super.

"Cepat habiskan sarapanmu, Fang. Udah telat niiiiih," teriak BoBoiBoy yang sudah berdiri di ambang pintu rumah.

Fang sadar dari lamunannya. Ia segera melahap rotinya lalu meneguk air putih sampai habis. Fang segera mengenakan sepatu warna ungu-nya lalu berjalan melewati BoBoiBoy.

"Tunggu aku, Fang!"

222

-Kelas 5 Jujur-

"Hoahm,"

Entah sudah berapa kali teman sebelahnya menguap. BoBoiBoy terus menatap Cikgu Timmy yang mengajar Bahasa Inggris dengan aksen british-nya yang kental. BoBoiBoy harus menahan kantuk karena ia kurang mengerti dengan bahasa malaysia beraksen british yang dilontarkan oleh Bu Timmy plus teman sebelahnya yang terus-terusan menguap. Yang bisa mengakibatkan dirinya juga akan ikutan menguap.

"Pssstt! Gopal! Berhentilah menguap! Aku terganggu nih," bisik BoBoiBoy kepada anak gembul keturunan india.

"Apelah kau ni. Aku mengantuk sebab semalam aku begadang untuk menyelesaikan game Papa Zola. Terbaik!" balas anak itu seraya mengancungkan jempolnya.

Gopal. Laki-laki bertubuh gempal, Ketua Kelas 5 Jujur, keturunan india, dan memakai headband di kepalanya. Sahabat baik BoBoiBoy ini maniak game. Apapun yang kau tanya tentang game, pasti Gopal tahu, apalagi tentang game Papa Zola. Hobinya ialah makan. Ia menjadi semakin gila makan pada saat Ochobot memberikannya kekuatan Manipulasi Molekul lewat jam tangannya. Yaa, dia mengubah benda apapun menjadi makanan ringan.

"BoBoiBoy! What we can learn from the story of Beauty and The Beast?" tanya Cikgu Timmy seraya menatap BoBoiBoy.

Skak! BoBoiBoy sama sekali tidak mengerti apa yang di sampaikan Cikgu Timmy tadi. Yaaaaa, intinya Cikgu Timmy bercerita tentang dongeng Beauty and The Beast. Tapi BoBoiBoy tidak mengerti dengan isi yang diceritakan Cikgu Timmy tadi.

"Are you listening me, BoBoiBoy?" ucap Cikgu Timmy dengan nada setengah tinggi.

"Uhm, eh, i... i..."

"What is the text type of that story?"

Cikgu Timmy malah menambah pertanyaannya. Hal ini semakin membuat BoBoiBoy gelagapan. Apa lagi itu artinya? Kalau BoBoiBoy tidak menjawab pertanyaan tersebut, ia bisa dikeluarkan dari kelas saat ini juga.

"Okay, if you not answer my question, you must get-"

"The text type of Beauty and The Beast is narrative, Cikgu," jawab seseorang dengan nada cepat.

BoBoiBoy menoleh ke arah sumber suara. Seorang anak perempuan dengan pedenya mengancungkan jari telunjuknya. Ia baru saja membantu BoBoiBoy menjawab pertanyaan Cikgu Timmy.

"That's right, Ying! Very good!" balas Cikgu Timmy sambil tersenyum puas.

"And, the lesson we can get from that story is never look someone by its appearance. Sometimes, the good appearance have bad heart and the bad appearance have good heart, Cikgu," ucap Ying lagi.

Ying. Perempuan keturunan cina yang berkacamata. BoBoiBoy akui temannya itu sangat pintar di segala bidang. Selalu saja menyabet juara satu di kelas ini. Tapi terkadang hal yang menyebalkan ialah ia berbicara dengan nada yang sangat cepat. Bicara soal cepat, ia juga bisa berlari dengan sangat cepat. Itu karena Ochobot memberikannya kekuatan Manipulasi Masa lewat jam tangannya.

"Excellent! Now, are you understand, BoBoiBoy?" tanya Cikgu Timmy.

"Yes, i'm understand now, Cikgu," ujar BoBoiBoy.

Cikgu Timmy kembali berceloteh lagi seraya menulis di papan tulis.

"Terima kasih, Ying!" bisik BoBoiBoy.

"Hihihi. Sama-sama," balas Ying sambil mengedipkan sebelah matanya.

222

-Kelas 6 Disiplin-

Fang terus bertopang dagu sambil menatap ke arah luar jendela. Penjelasan teori matematika oleh Papa Zola tidak dihiraukannya. Kenapa Fang tidak menghiraukan Papa Zola? Jawabannya simpel. Itu karena Fang sudah mengerti tentang semua materi yang Papa Zola ajarkan hari ini. Makanya ia bosan seraya menatap ke arah luar jendela.

"Nah, murid-murid kebenaran! Siapa yang bisa menjawab persoalan volume kubus kebenaran di papan tulis ini?"

Kecuali untuk yang satu ini. Fang tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk mendapatkan nilai tertinggi.

"Saya, Cikgu!"

"Saya, Cikgu!"

Sial. Kenapa Fang selalu bertepatan mengangkat tangan dengan perempuan berhijab yang satu itu. Merepotkan saja.

"Waaah, semangat sekali Fang dan Yaya untuk menjawab soalan ini," ujar Papa Zola terkesan.

"Saya akan menjawab soalan itu, Cikgu," ujar Yaya - nama perempuan itu - seraya menuju papan tulis.

"Eh, saya lah yang akan menjawab soalan tu!" sergah Fang lalu maju ke depan.

"Tidaklah, kan saya duluan yang mengangkat tangan!" balas Yaya tak mau kalah.

"Saya duluanlah!"

"Saya!"

Murid-murid lain di kelas ini hanya menatap datar ke arah mereka berdua. Mau bagaimana lagi? Mereka sudah terbiasa dengan pemandangan ini. Fang dan Yaya selalu saja merebutkan posisi nomor satu di kelas ini.

"Kemarikan spidolnya, Fang!"

"Tidak! Aku akan menjawab soal ini lebih dulu!"

"APE?! KUASE GRAVITI!"

Ow ow. Fang lupa bahwa temannya yang satu ini mempunyai kekuatan manipulasi gravitasi yang diperoleh dari Ochobot. Seisi manusia dan benda di kelas ini melayang di udara, minus Yaya.

"Ehh! Sudah Yaya!" teriak Papa Zola panik.

KRING KRING!

Bel tanda istirahat telah berbunyi. Disaat itu juga, Yaya menghentikan kuasa graviti-nya.

"Hosh... Hosh... Baiklah, karena sudah bel, maka soalan ini akan menjadi pr kalian semua!" ujar Papa Zola seraya mengelap peluh di keningnya.

Akhirnya mau tidak mau, Fang dan Yaya kembali ke tempat duduk masing-masing. Diiringi tatapan tajam satu sama lain.

"Banguuuuun! Terima kasih, Cikgu!" ucap Yaya, Ketua Kelas 6 Displin sambil beranjak berdiri.

Perlakuan Yaya diikuti oleh semua murid di kelas ini.

"Terima kasih, Cikgu!" ucap semua murid.

"Terima kasih kembali, wahai murid-murid kebenaran!" ucap Papa Zola lalu keluar dari kelas.

Fang lalu berjalan keluar kelas. Ketika bertemu dengan Yaya, Fang hanya mendengus kasar.

222

BRAK!

"Kakakmu itu menyebalkan sekali, BoBoiBoy!"

Yaya menghempaskan dirinya di kursi dengan keras. Tatapan murid-murid di kantin tidak ia pedulikan. BoBoiBoy hanya menatap heran Yaya. Tidak biasanya Yaya begitu kesal dengan Fang.

"Haiya! Cuma itu saja, ma. Tak usah marah-marah, wo!" timpal Ying.

"Umm, memangnya Fang kenapa, Kak?" tanya BoBoiBoy polos seraya meneguk es tehnya.

"Halah, biasalah BoBoiBoy. Bertarung lagi untuk posisi nomor satu. Tak de habisnya," ujar Gopal lalu melahap burgernya.

Yaya hanya cemberut menatap Gopal. BoBoiBoy hanya tertawa kecil melihat kedua temannya itu. Seketika itu juga, BoBoiBoy menyadari ketidakhadiran Fang di sini.

"Kak Yaya, Fang kemana?" ujar BoBoiBoy seraya celingak-celinguk mencari keberadaan kakaknya.

"Huh, mana aku tahu!" balas Yaya jutek.

"Lu sekelas tapi tak tau kemana Fang?!" ujar Ying sakratis.

Yaya hanya memalingkan wajahnya. BoBoiBoy hanya menghela nafas kebingungan. Ia tahu, kakaknya yang satu itu enggan berkumpul seperti ini. Geng superhero - yang terdiri dari BoBoiBoy, Fang, Gopal, Yaya, dan Ying - terkadang lengkap karena Fang dipaksa BoBoiBoy untuk bergabung walaupun sekedar mengobrol biasa. Satu lagi, kakaknya terkadang malas makan. Makanya ia enggan ke kantin setiap hari, apalagi hari ini setelah berdebat dengan Yaya.

"Eh! Tau gak? Fang sedang bermain basket loh di lapangan!"

"Hah? Kapan?"

"Yaaa, sekarang lah!"

"Kyaaaa! Ayo kita lihat!"

"Waaa! Fang cool sekali!"

Tepat saat BoBoiBoy dilanda kebingungan, terlihat gerombolan cewek membicarakan Fang. Dari percakapan yang ia dengar, BoBoiBoy tahu Fang ada di mana.

"Aku ke lapangan dulu ya. Mau menyusul Fang. Bye!" ujar BoBoiBoy berlari keluar kantin sambil menenteng kantong plastik yang berisi dua donat lobak merah.

"Tunggu, BoBoiBoy! Kita ikut!"

222

"Kyaaaa! Fang cool sekaliiii!"

"Fang! Lihat aku! Aku sayang kamu, Fang!"

"Kyaaaa! Dia melihat ke arahku!"

"Heh?! Fang melirik akulah!"

"Aku!"

"Aku!"

Dengan susah payah, BoBoiBoy menerobos kerumunan para cewek yang sedang menonton aksi Fang di lapangan. BoBoiBoy harus ekstra keras menjaga donat kesukaan Fang agar tidak jatuh. Ketika BoBoiBoy sudah berada di depan barisan para fans Fang, ia segera menghampiri sang kakak yang asyik men-shoot bola basket.

"Fang! Berhenti bermain! Ayo makan dulu!"

Fang berlari lalu menangkap bola basket. Ia menoleh ke arah adiknya yang sedang menenteng kantong plastik berisi donat favoritnya. Fang mengangkat bola basket sejajar dengan kepalanya, lalu memutar bola basket dengan satu jarinya. Hal ini membuat para cewek makin berteriak histeris.

"HUWAAARGGHH! JADILAH MILIKKU, FANG!"

"AKU SAYANG KAMU, FANG!"

"I LOVE YOU, FANG!"

"I HEART YOU, FANG!"

Fang hanya menatap datar BoBoiBoy. Kenapa adiknya yang satu itu selalu ingat kalau ia belum makan?

"Jangan menatapku terus! Sebentar lagi bel nih!" omel BoBoiBoy.

Fang mendecih kesal. Ia lalu melempar bola basket secara asal. Dengan segera, para cewek memperebutkan bola basket yang sudah disentuh Fang. Fang dan BoBoiBoy segera duduk di deretan kursi khusus penonton.

"Sini donatnya!" ujar Fang lalu menyita kantong plastik yang dipegang BoBoiBoy.

Fang langsung melahap donatnya. BoBoiBoy hanya menggeleng pelan melihat tingkah lakunya. BoBoiBoy lalu menatap ke arah para cewek yang masih memperebutkan bola basket di lapangan.

"Fansmu itu mengerikan," ujar BoBoiBoy.

"Biarlah!"

Sesaat keheningan menghampiri mereka berdua.

"Minum?"

BoBoiBoy tersentak kaget. Ia menatap ke arah Fang yang tampangnya seperti menagih hutang. BoBoiBoy lupa membawakan Fang air mineral. Salah Fang juga sih, botol minumnya tertinggal di kelas.

"Butuh ini?"

Fang dan BoBoiBoy segera menengok ke arah suara. Terlihat Ying sedang memegang botol air mineral. Fang lalu menyambar botol air mineral itu lalu meneguknya.

"Ah, terima kasih, Ying," ucap BoBoiBoy.

"Sama-sama," ujar Ying sambil tertawa kecil.

"Kebiasaan gak bawa minum. Siapa yang repot jadinya?!" omel Yaya yang tiba-tiba datang setelah Ying.

Fang hanya memutar bola matanya.

"Hosh... Hosh... Tunggu aku, hoi!"

Terlihat Gopal tergopoh-gopoh menghampiri BoBoiBoy dan yang lainnya.

"Huh. Lambat sangat. Hihihi," ejek Ying sambil memeletkan lidahnya.

"Yelah tu," balas Gopal malas.

"Hahaha... Terbaik," ujar BoBoiBoy sambil mengancungkan jempolnya.

Tiba-tiba sebuah laser berwarna merah mengenai botol air mineral yang di pegang Fang. Semua hanya melongo kaget. Untung saja laser itu tidak mengenai Fang. Karena botol itu langsung hancur begitu dikenai laser.

"HUAHAHAHAHA! KELUARLAH KAU, BOBOIBOY!"

"Cish, kepala kotak itu lagi!" desis Ying.

Kelima superhero itu langsung berlari menuju tengah lapangan. Terlihat alien berkepala kotak berwarna hijau sedang menatap mereka dengan penuh kelicikan. Di sampingnya, ada robot tempur berwarna ungu.

"Mau apa kau, Adu Du?!" gertak BoBoiBoy.

"Huuh, sangarnye. Hahahaha!" ujar alien tersebut yang bernama Adu Du.

"Minta bola kuase lah. Mau apa lagi?" timpal robot berwarna ungu tersebut.

"Jangan harap tinggi-tinggilah!" timpal Yaya.

"Oooh, begitu. Probe, serang mereka semua!" perintah Adu Du kepada Probe - robot yang berwarna ungu itu.

"Baik! Mode: Mega Probe!"

Probe bertransformasi menjadi robot tempur yang besar, lengkap dengan senjata yang mematikan di seluruh tubuhnya. Seluruh murid yang berada di lapangan maupun di daerah koridor, segera terbirit-birit memasuki ruang kelas untuk berlindung. Lalu para murid mengintip peperangan yang akan segera dimulai ini lewat jendela kelas.

Mega Probe segera menembakkan semua laser miliknya ke arah lima anak superhero di Pulau Rintis ini. Dengan sigap, Gopal segera menukarkan semua sinar-sinar itu menjadi makanan ringan. Fang mengeluarkan jari bayangnya. Jari bayang mencengkeram kedua kaki Mega Probe. Mega Probe langsung kehilangan keseimbangan lalu terjatuh dengan keadaan terlentang. Di tambah Yaya mengeluarkan diameter gravitasinya di sekitar Mega Probe, menyebabkan Mega Probe tidak bisa bangun. BoBoiBoy lalu berpecah untuk menyerang Mega Probe.

"BOBOIBOY KUASE TIGE!"

Terlihat tiga manusia yang serupa. Cara membedakannya ialah cukup melihat warna jaket dan topi masing-masing.

"PEDANG HALILINTAR! HYAAAA!"

BoBoiBoy Halilintar. Mengenakan topi menghadap ke depan dan jaket didominasi warna merah. Ia menusukkan pedangnya tepat di dada Mega Probe.

"HUWAAARGGH!"

Mega Probe hanya menjerit kesakitan.

"Lepaskan Probe!" gertak Adu Du lalu menembakkan sinar laser ke arah Yaya.

"Yaya!"

"TANAH PELINDUNG!"

Kubah tanah langsung mengelilingi Yaya. Laser Adu Du bertabrakan dengan kubah tanah milik BoBoiBoy Gempa. BoBoiBoy Gempa mengenakan topi terbalik dan jaket didominasi warna gold.

"GERUDI TAUFAN!"

BoBoiBoy Taufan melancarkan serangannya ke arah Adu Du. Adu Du terlempar lalu mendarat di atas tubuh Mega Probe yang masih terlentang. BoBoiBoy Taufan mengenakan topi miring dan jaket didominasi warna biru dan putih.

"JANGAN SERANG KITORANG LAGI! BOBOIBOY TAUFAN, SEKARANG!" teriak Fang ke arah BoBoiBoy Taufan.

BoBoiBoy Taufan langsung menganggukkan kepala.

"PUSARAN ANGIN TAUFAN!"

"HUWAAAA!"

Angin puting beliung tersebut langsung membawa Mega Probe dan Adu Du pergi dari lapangan.

"AKU AKAN KEMBALI, BOBOIBOY!"

Itu kata-kata terakhir Adu Du sebelum menghilang dari pandangan kelima bocah tersebut.

"Kalian semua takpe kan?" ujar Yaya mencemaskan ketiga adik kelasnya.

"Kitorang takpe, Kak Mimi!" jawab BoBoiBoy Gempa.

Yaya tersentak kaget dengan balasan BoBoiBoy. Kenapa ia memanggilnya dengan nama Mimi?

"Mimi? Namaku Yaya lah!" balas Yaya jutek.

"Oh, iye keh?" tanya BoBoiBoy Gempa cengengesan.

"Dasar kau ni, BoBoiBoy!" cetus Gopal.

"Hey, Aramugam! Bel sudah berbunyi belum?" tanya BoBoiBoy Taufan.

Gopal hanya mengernyit tajam ke arah BoBoiBoy Taufan.

"Dey, namaku Gopal lah!"

"Sudah-sudah. Lebih baik kita ke kelas masing-masing. BoBoiBoy, cepat bersatu!" ucap Fang.

"Oke, Ah Meng!" balas BoBoiBoy Halilintar sambil mengacungkan jempolnya.

Fang hanya menatap lurus BoBoiBoy Halilintar. Setelah BoBoiBoy bersatu, mereka berjalan ke arah kelas masing-masing.

Fang berfikir sejenak. Kenapa adiknya itu salah memanggil nama teman-temannya, termasuk dirinya?

222

Fang menatap puas ke arah buku tulis yang ada di depannya. Pr matematika sudah ia selesaikan. Ia pasti mendapatkan nilai tertinggi, mengalahkan si Ketua Kelas 6 Disiplin, yaitu Yaya.

Tok Tok Tok!

Fang menatap ke arah pintu. Terlihat BoBoiBoy membuka pintu lalu berjalan ke arahnya.

"Fang, kau lihat tempat pensilku gak?" tanya BoBoiBoy to the point.

"Tidak," balas Fang datar.

"Hum, lalu kemana tempat pensilku? Seluruh alat tulis ada di dalam situ. Aku tidak bisa mengerjakan pr kalau begini caranya," ucap BoBoiBoy dengan lesu.

Tanpa mengatakan apa-apa, Fang segera keluar dari kamarnya. Ia melihat Ochobot yang sibuk membongkar laci meja ruang tamu. Ketika melihat Fang, Ochobot melayang ke arahnya.

"Enggghh, kau nampak tempat pensilnya BoBoiBoy tak?" tanya Ochobot kikuk.

Fang hanya memutar bola matanya.

"Terakhir kali kau letakkan dimana, BoBoiBoy?"

"Umm, di meja belajar. Entahlah aku tak yakin," balas BoBoiBoy dengan mimik kebingungan.

Fang langsung melesat memasuki kamar BoBoiBoy. Ia menelaah meja belajar BoBoiBoy. Disitu hanya ada buku prnya dan beberapa buku pelajaran. Fang membuka laci meja belajar BoBoiBoy. Isinya hanya beberapa gantungan bola sepak dan komik anak-anak. Setelah menutup laci meja belajar, Fang mengamati ruang kamar BoBoiBoy dengan memutar badannya secara pelan.

"Tuhkan tidak ketemu. Apa boleh buat beli yang baru aja besok?" ujar BoBoiBoy seraya menggaruk pelan pipinya.

Pandangan Fang terhenti pada tas milik BoBoiBoy. Ia segera membuka lalu mengobok-obok isinya.

BoBoiBoy hanya mengerutkan keningnya melihat Fang yang tingkahnya seperti merazia dirinya. BoBoiBoy langsung shock tinggi ketika melihat kakaknya mengangkat tempat pensilnya yang ia cari-cari.

"Ini apa?"

BoBoiBoy segera merampas tempat pensil yang ada di tangan Fang.

"Wuaaaaah! Terima kasih, Fang! Terbaik kau!" ucap BoBoiBoy sambil mengacungkan jempolnya.

"Lain kali cari secara teliti! Bikin susah je,"

"Hehehe, oke,"

Fang lalu berjalan ke arah pintu dan memegang kenopnya.

"Cepat selesaikan prmu! Setelah itu, kau harus tidur,"

"Okelah. Selamat malam, Fang,"

Fang hanya melempar senyum ke arah BoBoiBoy. Fang lalu menutup pintu kamar BoBoiBoy. Ochobot menghampiri Fang.

"Kamarmu sudah aku rapikan, Fang,"

"Oke, terima kasih, Ochobot. Kau harus istirahat juga,"

"Baiklah. Tapi kalau Ayah dan Ibu pulang macem mana?"

"Sudahlah biarkan saja,"

Fang berjalan memasuki kamarnya lalu menutup pintu.

'Dasar pelupa,' batin Fang seraya mengingat wajah lesunya BoBoiBoy.

222

"HUWAAAA! Aku kesiangaaaaaan!"

BoBoiBoy segera melompat dari kasurnya. Ia lalu membuka pintu kamar dan langsung berlari menghampiri meja makan. Dari situ ia melihat Fang yang sudah rapi mengenakan seragam, tas, dan sepatu di teras.

"Ukh! Fang tunggu aku!" ucap BoBoiBoy sambil melahap sandwich-nya.

"Salah sendiri kesiangan. Siapa suruh ada acara kehilangan tempat pensil segala. Aku duluan ya, bye!" ujar Fang lalu menutup pintu rumah.

"Tidaaaaak! Tunggu aku Faaaaanggg!" ucap BoBoiBoy dramatis.

BoBoiBoy lalu meneguk susunya dengan terburu-buru. Ia lalu melesat memasuki kamar mandi.

"Jangan buru-buru, BoBoiBoy!" ucap Ochobot.

BoBoiBoy tidak memperdulikan Ochobot. Setelah mandi kilat, ia langsung memasuki kamarnya. Ia memakai seragam dan atribut lengkap. BoBoiBoy menyambar tasnya lalu keluar kamar. BoBoiBoy langsung mengenakan sepatunya. Ia melirik sebentar ke arah jam dinding. Jam 7 lewat 10 menit!

"Jangan lupa bawa botol minum kau!" ucap Ochobot lalu menyodorkan botol minum ke arah BoBoiBoy.

"Oke, terima kasih Ochobot. Aku pergi dulu. Assalamualaikum!" ucap BoBoiBoy mengambil botol minum lalu segera lari keluar rumah.

"Waalaikumsalam. Hati-hati, BoBoiBoy!"

BoBoiBoy berlari sampai ia tiba di pertigaan jalan. Ia terhenti di situ. BoBoiBoy menatap bingung arah jalanan. Kemana arah sekolah? Ke kanan atau ke kiri? Tapi masa bodo. Ia harus ke sekolah tepat waktu. Ia mengambil jalan ke arah kiri.

"GERAKAN KILAT!"

BoBoiBoy terus berlari menggunakan kekuatan halilintarnya. Ia menengok ke arah bangunan yang ada di sisi kanan dan kiri. Ia menjadi semakin bingung. Perasaan BoBoiBoy mengatakan ini bukanlah jalan yang ia kenal. BoBoiBoy lalu berhenti berlari. Ia melihat-lihat sekitarnya. Terliat beberapa bangunan umum. Ada rumah sakit, mall, dan pasar. Ia mengernyit keheranan. Setahu dia, ketika berjalan menuju sekolah, ia tidak pernah menemukan rumah sakit, mall, ataupun pasar. Tanpa pikir panjang, BoBoiBoy berlari menuju arah sebaliknya.

"GERAKAN KILAT!"

222

Fang menopang dagu seraya melihat ke luar jendela. Matanya terfokus ke arah gerbang sekolah yang dijaga ketat oleh Yaya, Ketua OSIS Sekolah Rendah Pulau Rintis dan beberapa anak buahnya. Ia melirik sebentar ke arah jam kuasanya. Jam setengah delapan kurang lima menit. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Sampai detik ini, ia belum melihat keberadaan BoBoiBoy.

Fang kembali melirik ke arah luar jendela. Matanya fokus kembali ke arah gerbang. Panjang umur! Ia melihat BoBoiBoy yang berlari memasuki gerbang seraya terengah-engah. Fang sedikit menghela nafas lega melihat BoBoiBoy. Ia melihat Yaya tengah mengomel kepada BoBoiBoy.

Sejenak Fang berfikir, kenapa BoBoiBoy bisa telat? Jarak dari rumah ke sekolahnya hanya berkisar kurang dari sepuluh menit. Kalau dihitung-hitung, seharusnya BoBoiBoy sampai di sekolah sekitar jam tujuh lewat dua puluh menit tepat. Apa mungkin BoBoiBoy nyasar? Ah rasanya itu tidak mungkin.

"Katanya kebingungan nyari jalan karena tidak bareng kamu, Fang,"

Fang segera sadar dari lamunannya. Ia melihat Yaya yang menatapnya dengan mimik kebingungan.

"Maksud kau?"

"BoBoiBoy bilang bahwa dia telat bangun dan sedikit nyasar. Tapi tak seharusnya telat banget kan?"

Fang hanya mengerutkan dahinya kebingungan. Masa sih BoBoiBoy nyasar begitu dengan mudah? Sudah hampir lima tahun mereka ke sekolah dengan jalan kaki dan tidak pernah telat. Seharusnya BoBoiBoy hafal dong jalan menuju sekolah.

"Cikgu datang! Cikgu datang!"

Fang menghentikan pemikirannya begitu Yaya mengomando murid-murid untuk segera berdiri menyambut Cikgu Timmy.

222

Pelajaran terakhir memang begitu membosankan. Banyak murid-murid di kelas ini menguap bahkan ada yang sudah tertidur dengan kepala ditumpuk kedua tangan. Papa Zola hanya mengoceh panjang sambil terus menulis di papan tulis.

Tapi tidak dengan BoBoiBoy.

Dari tadi pagi sampai siang, pikiran BoBoiBoy tidak terfokus pada mata pelajaran hari ini. Pikirannya melayang kepada kejadian tadi pagi. Dimana ia sedikit nyasar menuju sekolahnya. Lucu sih, seharusnya ia sudah hafal jalan menuju sekolah walaupun tidak bareng dengan Fang. Tapi entah kenapa, ia merasa aneh dengan dirinya sejak kemarin.

Pertama, teman-temannya marah ketika ia memanggilnya. Apa yang salah memang? Kedua, ia tidak bisa menemukan tempat pensilnya, padahal ada di dalam tasnya sendiri. Ketiga, ia lupa jalan menuju sekolah. Dan oh yang terakhir, biasanya ia bangun awal dan selalu membangunkan Fang terlebih dahulu. Tapi mengapa sekarang ia telat bangun?

Mendadak kepala BoBoiBoy nyut-nyutan. Ia memijit dahinya pelan. Ia menutup matanya lalu segera menghilangkan pemikiran-pemikiran anehnya tadi.

KRING KRING!

"Baiklah, pelajaran hari ini sampai di sini sajaaaa. Kita akan adakan test esoooook,"ucap Papa Zola sambil membereskan peralatan mengajarnya.

"HAH?! APA?!"

Murid kelas 5 jujur ini langsung menjerit shock ketika mendengar kata test.

"Bangun! Terima kasih, Cikgu!"

"Terima kasih, Cikgu!"

"Sama-sama, wahai kebenaran!"

Setelah Papa Zola keluar, murid-murid di kelas ini langsung berkasak-kusuk mengenai test matematika besok. Gopal dan Ying segera menghampiri meja BoBoiBoy.

"Seronoknyaaaa besok test matematik," girang Ying.

"Habislah aku! Aku tak boleh main game pasti," ucap Gopal panik.

"Huh, apelah Papa Zola tu. Sikit-sikit test," ucap BoBoiBoy yang kepalanya sudah tidak nyut-nyutan lagi.

"Haiya, tak usah susah-susah. Tinggal belajar saja ma. Nah, yuk pulang bareng," ajak Ying lalu mengambil tasnya.

"Ayo! Kita ke kelas Kak Fang dan Kak Yaya dulu,"balas Gopal sambil menjilat permen lolipopnya.

"Uhm, kalian pulang duluan deh, aku ada urusan sebentar," ucap BoBoiBoy sambil menyambar tasnya lalu keluar kelas.

"DEY! KAU MAU KEMANA, BOBOIBOY?!" teriak Gopal.

Sayang sekali, Gopal. Sia-sia kau berteriak.

222

Bau obat-obatan langsung menyeruak masuk ke indra penciuman BoBoiBoy. Ya, sekarang ia berada di Rumah Sakit Pulau Rintis. Banyak orang berlalu lalang di sini. Ada yang duduk di kursi tunggu ada pula yang mengobrol dengan resepsionis. Entah setan apa yang merasukinya, kakinya terus melangkah dari sekolah menuju rumah sakit ini. Ia pun hafal jalannya karena ia sempat nyasar menuju jalan terletaknya rumah sakit ini.

"Ada yang bisa saya bantu, Dik?"

BoBoiBoy menoleh ke arah seorang resepsionis yang tersenyum manis kepadanya.

"Uhm, saya cuma mau sekedar periksa saja," balas BoBoiBoy kikuk. Mengingat dia sedikit pusing di sekolahnya tadi. Jadi, apa salahnya kalau diperiksa?

"Oh mau periksa. Namamu siapa, Dik?" tanya resepsionis tersebut sambil mencatat sesuatu di buku.

"BoBoiBoy,"

"Umurmu?"

"11 tahun,"

"Alamat?"

BoBoiBoy mengerutkan dahinya. Alamat? Rumah? Dimana yaa?

"Ummm..."

Gak mungkin rasanya ia mengatakan bahwa ia lupa dengan alamat rumahnya kepada resepsionis tersebut. BoBoiBoy hanya menatap sang resepsionis yang masih menunggu jawabannya dengan sabar.

"Alamatnya di..."

BoBoiBoy menjadi bingung. Ia hafal letak rumahnya. Tapi alamatnya apa?

Seolah mengerti dengan keadaan BoBoiBoy, sang resepsionis tersenyum lalu berkata, "Tunggu sebentar, ya!"

BoBoiBoy hanya mengangguk pelan. Bodohnya ia mengapa sampai lupa alamat rumah segala. BoBoiBoy hanya melihat sang resepsionis berjalan lurus ke arah lorong, lalu berbelok. Beberapa detik kemudian, sang resepsionis itu kembali sambil tersenyum ke arah BoBoiBoy.

"BoBoiBoy, mari saya antarkan!"ucap sang resepsionis tersebut.

"Terima kasih..."

"Panggil saya Ms. Elsa,"

"Terima kasih Ms. Elsa,"

Ms. Elsa mengantarkan BoBoiBoy sampai masuk ke sebuah ruangan yang BoBoiBoy tidak kenali. Di sana terlihat seorang lelaki yang mengenakan jas putih dan stetoskop yang terkalung di lehernya. Lelaki tersebut sedang berkutat dengan komputer dihadapannya.

"Dokter, ini pasien yang saya bawa," ucap Ms. Elsa sambil tersenyum.

"Baiklah, tinggalkan kami berdua," ucap lelaki tersebut dengan suara tegas.

Setelah Ms. Elsa keluar dari ruangan, BoBoiBoy segera duduk di kursi di hadapan lelaki tersebut. Lelaki itu lalu menatap BoBoiBoy sambil tersenyum. Ia lalu menjulurkan tangannya ke arah BoBoiBoy.

"Perkenalkan nama saya dokter Tadashi,"ucap lelaki tersebut.

BoBoiboy lalu menyambut uluran tangan dr. Tadashi.

"BoBoiBoy,"

"Nah, BoBoiBoy, apa yang kamu rasakan belakangan ini?" ucap dr. Tadashi sambil menggenggam pena di tangannya.

"Aku merasakan sakit kepala di sekolah tadi," ujar BoBoiBoy sambil mengusap pelan kepalanya.

"Selain itu?" ujar dr. Tadashi sambil menatap intens BoBoiBoy.

Kenapa dokter ini kepo banget alias mau tahu banget?

Gak apa-apa kali yaa cerita semuanya kepada dokter. Toh, dokter tidak pernah menertawakan penyakit pasiennya. Kalaupun iya, BoBoiBoy tidak segan-segan mengeluarkan golem tanah sekarang juga.

"Uhm, saya lupa jalan menuju sekolah dan..."

"Alamat rumah?" potong dr. Tadashi.

"Uhm, iya,"

"Ceritakan dari awal tentang kelupaanmu itu kepada dokter,"

BoBoiBoy hanya menggigit bibir bawahnya dan menatap ragu ke arah dr. Tadashi. Ia gugup untuk menceritakan semuanya kepada dr. Tadashi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

A/N: Huweeeeee panjang ameeet -_-. By the way, ceritanya gaje ya? Huhuhu :"( . Yaaaa, abis Author gak tahan buat numpahin ide ini ke ffn hehehe.

Mind to review? Kritik dan saran Author terima banget.