"Akabane"

Si surai merah itu menoleh. Melebarkan matanya.

"Asano-kun…?"

Keduanya terdiam.

"Sedang apa kau disini?"

.

.

.


Ib

Assassination Classroom by Matsui Yuusei

Ib by Kouri

Rating: T?

Genre: Friendship? Horror?

Untuk kali ini saya buta genre dan rating. Jadi mohon abaikan yang diatas, itu hanya mitos :v

Warning: OOC (tolong, kapan sih saya bikin fic IC), Typo, GaJe, Nyampah, Maksa, EYD berantakan, alur dikejar guguk(?) alias ngebut, Ib!AU (ini termasuk crossover gak sih?), de el el.

Enjoy Reading~!


.

.

.

Sekitar 2 jam yang lalu Akabane Karma melangkah keluar rumah dengan setelan kemeja rapi. Bukan, dia bukannya mau ngapel gadis kepang dua yang baru-baru ini ia kagumi. Di tangannya tergenggam sebuah pamphlet mengenai sebuah galeri seni yang akan buka hari ini. Gueterna's Art Gallery.

Langkahnya santai menghentak trotoar. Kedua telinganya tersumpal headset hitam yang terhubung pada smartphone-nya. Netra keemasan itu memindai sekitarnya dengan cepat. Bermodal denah di pamphlet, hanya butuh waktu setengah jam baginya untuk menemukan lokasi gedung yang terletak sedikit menepi dari pusat kota.

Dan sekarang disinilah ia –di sebuah art gallery yang penuh lukisan, mannequin, dan segala rupa karya seni. Karma melepas headsetnya, menyampirkan di leher. Ia cukup tertarik melihat karya-karya seni yang terpampang di hadapannya.

"Akabane"

Ia tersentak mendengar panggilan itu. cepat menoleh ke sisi.

"Asano…?"

Api imajiner muncul diantara keduanya.

"Sedang apa kau disini?" sang Asano muda yang pertama membuka mulut.

"Hanya berjalan-jalan dan melihat-lihat saja. Kau sendiri? Aku tidak tahu kau punya minat dalam karya seni seperti ini"

Asano mendengus, "Yah, tentu saja orang sempurna sepertiku sangat menghargai seni. Semua disini terlalu berharga untuk diapresiasi" Karma merasa tensi darahnya naik mendengar ucapan yang terdengar meyombongkan diri.

Keduanya kembali melihat-lihat.

"Ngomong-ngomong kau sendirian kesini?"

Asano kembali menoleh, "Kau pikir aku anak kecil yang harus ditemani?"

"Tidak bersama Ketua Dewan?"

"Pak Tua itu sedang berkencan dengan segala laporan pekerjaannya"

"Miris sekali. Kukira kau punya waktu khusus antara ayah dan anak"

"Berisik"

Keduanya kembali diam, sibuk melihat-lihat.

"Hm?" Karma berhenti di sebuah lukisan besar di lantai. Gambar lautan biru dengan ikan aneh didalamnya.

"Abbys of The Deep" Asano membaca papan di depan lukisan, "Unik. Lukisan yang dibuat di lantai. Seniman ini benar-benar kreatif"

Kembali berkeliling, keduany a berjalan berdampingan. Entah hanya kebetulan saja atau mereka memang diam-diam ingin berjalan-jalan bersama.

"Berhenti mengikutiku, Asano-kun. Aku tahu kau takut jadi anak hilang di tempat seperti ini. Tapi bisakah kau tidak mengekorku?"

Dahi si surai senja itu berkerut, "Aku tak sudi mengekor anak nista dari kelas laknat di atas gunung belakang sekolah"

"Cih" memilih untuk menghindari adu mulut –ayolah, ia ingin berjalan-jalan dengan tenang tanpa saling lempar sindiran Karma berbelok ke bagian ruangan lain, meninggalkan rival bejatnya di tangga.

Langkahnya terhenti di sebuah lukisan besar di ruangan paling ujung.

"Apa ini?" matanya memicing, mengeja tulisan yang entah kenapa terlihat samar.

"… World?" Karma memiringkan kepalanya, "Aneh"

Pret! Mendadak gelap di sekitarnya.

"O-oi! Apa-apaan?!" sesaat si surai merah panik dengan kegelapan tiba-tiba di sekitarnya.

Tak lama kemudian lampu kembali menyala.

"…"

Merasa ada yang tak beres, ia melangkah ke bagian lain galeri.

Ada yang aneh. Ia yakin tadi galeri seni itu ramai dengan pengunjung tapi kenapa –

"Hee, kemana semua orang?"

–yang dilihatnya sekarang adalah galeri kosong tanpa penghuni.

"Hei, kenapa sepi sekali?"

Ia melangkah ke lantai dasar. Melihat-lihat keadaan di ruang utama galeri.

"Apa ini?"

Langkahnya terhenti di depan lukisan Abbys of The Deep yang tadi dilihatnya bersama Asano. Ada beberapa jejak kaki mengarah ke dalam lukisan. Aneh, karena sebelumnya lukisan itu diberi pembatas, namun salah satu bagian pembatas terlepas, seperti ada yang sengaja melepasnya.

Ngomong-ngomong Asano, entah kenapa Karma jadi teringat akan anak tunggal Ketua Dewan itu. Entah dimana sekarang bocah itu, Karma tak tahu.

"?!"

Tiba-tiba ia dikejutkan dengan lukisan ikan di dekat kakinya. Ikan itu… berenang? Ke dalam lukisan? Yang benar saja?!

"Apa aku bisa masuk ke dalam?" ia bertanya-tanya. Melihat jejak kaki yang mengarah ke lukisan, ia makin penasaran. Ayolah, ini konyol. Melompat ke dalam lukisan? Ia yakin dirinya bisa dianggap gila.

Tapi pemikirannya kalah oleh rasa ingin tahunya.

Byur!

"?!"

Air! Ia melompat masuk ke dalam air?! Ia dapat merasakan arus yang mengelilingi tubuhnya, membawanya semakin dalam. Sesaat, ia merasa seperti tenggelam.

Hingga kedua kakinya menapak lantai sewarna laut itu.

Lukisan laut itu membawanya ke sebuah ruangan. Ia kemudian mengambil jalan ke kanan, menemukan sebuah pintu biru dan berusaha membukanya.

"Ck, terkunci"

Berbalik dan melangkah ke bagian kiri. Ada lagi sebuah pintu. Namun sebuah meja dengan vas mawar merah menghalangi.

"Mawar?" ia meraih bunga itu, "Hm, mungkin aku bisa menyimpan ini. Aku bisa memberikannya pada Manami nanti" ia tersenyum sumringah. Kedua tangannya menggeser meja dan membuka pintu.

"Kunci?"

Dilihatnya sebuah kunci tergeletak di lantai. Karma segera mengambilnya.

"Mungkin ini kunci untuk membuka pintu disana" ia melempar-lempar kunci itu dan melangkah keluar.

THIEF

"?!"

Entah sejak kapan dinding biru polos berubah penuh coretan.

THIEF

Melihat tulisan-tulisan itu bulu kuduknya berdiri. Ia melangkah cepat menuju pintu dan membukanya dengan kunci yang dibawanya.

"Apa-apaan itu?!"

Dan kejanggalan demi kejanggalan berikutnya membuat Karma gagal paham dengan apa yang terjadi. Ayolah, siapa yang tidak terkejut saat berjalan tiba-tiba muncul tangan aneh dari dinding yang mencoba meraih, atau dikejar-kejar manekin tanpa kepala, juga sebuah lukisan wanita yang tiba-tiba saja mengejar sambil mengeluarkan suara seperti tercekik. Berani sumpah, Karma merasa ia nyaris gila di galeri yang sekarang mirip rumah hantu itu.

Dan sekarang, setelah berpindah ke ruangan lain, dirinya tengah bermain kejar-tangkap dengan sebuah manekin. Sungguh konyol. Cepat-cepat ia kabur ke sebuah pintu, membantingnya keras. Merosot ketika bersandar pada dinding, gelagapan meraih oksigen demi bertahan hidup. Diedarkannya pandangan, menyadari ada banyak buku di ruangan ini.

Penasaran, diraihnya sebuah buku. Berisi tentang penjelasan mengenai beberapa koleksi karya seni sang seniman. Lady in Red; sebuah lukisan wanita yang dilukis berdasarkan seorang wanita kenalan sang seniman, bernama Irina. Membalik halaman berikutnya, sebuah penjelasan mengenai bunga mawar –yang membuat Karma menarik kesimpulan, mawar itu berhubungan dengan nyawanya. Jika kelopak bunganya terlepas semua, habislah ia. Membalik lagi halaman, ada sebuah tulisan;

BERSENANG-SENANG?

Oke, Karma mendadak emosi membaca tulisan itu. dengan gusar ia meletakkan buku itu pada tempatnya, meraih buku lain. Sebuah buku cerita bergambar.

Carrie Careless and the Galette des Rois

Menarik. Ceritanya berakhir dengan tokoh Carrie yang sepertinya mati setelah dibunuh tokoh temannya untuk mendapatkan sebuah kunci yang tertukar dengan koin yang seharusnya diletakkan dalam kue.

Ckrek!

Karma terlonjak ketika mendengar seperti ada suara pintu terbuka. Cepat-cepat ia meletakkan buku, kemudian berjalan ke seuah pintu. Benar saja, pintu itu terbuka. Tanpa pikir panjang si surai merah melangkah, berpindah ke ruangan lain.

Ketika berjalan di koridor, matanya menangkap ceceran kelopak berwarna jingga. Juga beberapa tetesan darah. Lagi-lagi dikerubuti rasa ingin tahu, ia menelusur helai-helai kelopak, membawanya masuk ke sebuah ruangan. Di dalamnya terlihan lukisan Lady yang tengan mencabuti helaian mawar jingga.

"Love me… Love me not… Love me… Love me not…"

Karma sweatdrop mendengarnya.

"Siapa itu?!" tahu-tahu si Lady sudah merangkak ke arahnya, meninggalkan setangkai mawar jingga di lantai.

Mampus.

Karma segera ambil langkah seribu. Ia merasa beruntung pergerakan Lady yang tak begitu cepat membuatnya dengan mudah menghindar. Tangannya segera meraih mawar yang tergeletak dan kabur setelah membanting pintu.

Prang!

Terdengar suara pecahan kaca.

"Graaaaa!"

Dan suara amukan Lady yang murka.

Bagus. Nyaris saja hidupnya tamat kalau tak segera lari menjauh. Dengan segera diletakkannya mawar pada vas, membuat helai kelopaknya tumbuh kembali. Sekarang, mungkin ia bisa mencari siapa pemilik mawar ini.

Omong-omong soal warnanya –jingga, Karma lagi-lagi teringat akan Asano.

"Cih"

Merasa aneh sendiri saat mengingatnya.

Ia kembali menyusuri koridor galeri, mencoba mencari jalan atau pintu yang semoga bisa membawanya keluar dengan segera. Hingga langkahnya terpaku melihat seonggok manusia yang terkapar tak jauh darinya.

Helaian jingga itu…

Ia segera mendekat.

"Asano…?"

Yang tergeletak di dekat kakinya adalah sang putra tunggal Ketua Dewan; Asano Gakushuu.

Tunggu. Asano? Bagaimana bisa ia…?

"Hei, kau masih hidup kan?" ujung sepatu Karma menyenggol helai senja itu pelan beberapa kali.

"Ukh…" sang kepalanya disenggol merintih pelan sebelum mengangkat pandangan. Seketika iris violet itu melebar, "Akabane?!"

"Cih, bangsat ini masih hidup. Padahal aku berharap kau sudah mati"

Asano mendengus pelan, kemudian menatap mawar jingga dalam genggaman Karma.

"Kau yang menyelamatkanku, bodoh"

"Oh? Jadi mawar ini milikmu?" Karma menyeringai, "Kalau begitu kucabuti saja lagi biar kau mati" tangannya meraih satu helai.

"Ooi! Hentikan! Sialan kau!" dengan cepat Asano menyambar mawar itu sebelum tangan Karma sempat mencabut satu helai. Karma mendengus sebal.

"Ngomong-ngomong kenapa kau bisa terdampar di tempat seperti ini?"

"Ceritanya panjang" Asano berusaha berdiri, "Kau sendiri?"

"Hmm, begitulah. Sulit untuk menjelaskannya" Karma melangkah santai.

"Sekarang kita harus mencari jalan keluar"

"Tunggu. Apa kau bilang? Kita?" Karma menaikkan sebelah alis, nadanya terdengar mengejek, "Tidak ada kata kita untuk aku dan brengsek sialan kelas A sepertimu dalam kamusku"

"Cih, terserahmu saja, rendahan kelas E"

Dan keduanya berjalan bersama. Meski saling tak mau mengakui, mereka yakin dalam hal ini –mencari jalan keluar dari galeri laknat ini mereka akan saling membutuhkan nantinya.

.

.

.

[…]

.


#CatatanAuthor

Ini tertulis gegara nyoba main Ib lagi, dan nemu video fanmade Ib di youtube. Juga demi pemenuhan asupan OTP tapi lagi mau yang versi friendship.

LANJUT atau DELETE?

Silakan sampaikan kritik, saran, masukan, hinaan dan cacian dalam kotak Review!

*Kalo lanjut, update agak lama mungkin. Usaha melarikan diri dari WB yang menyerang