"Perhatian! Bagi semua penyihir junior dan senior tingkat satu diharapkan untuk berkumpul di aula utama," sebuah suara laki-laki bergema di seluruh penjuru sekolah, membuat seorang gadis berumur 16 tahun, berambut Indigo, bermata Lavender dan, berkulit putih seputih porselin itu tersentak. Ia menutup buku tebal yang sedang dibacanya, bergegas keluar dari perpustakaan menuju aula utama.

"Hinata-chan! Chotto matte!" teriak seseorang. Gadis berambut indigo tersebut menoleh ke sumber suara, ia mendapati sang sahabat memanggilnya seraya berlari ke arahnya dengan tergesa-gesa.

"Tenten-chan!" gadis yang dipanggil Hinata tersebut terpekik kecil melihat sahabatnya tiba-tiba berteriak memanggil namanya, ia berhenti berjalan untuk menunggu Tenten menghampiri dirinya. "Hinata-chan kau ke mana saja sih! Aku mencarimu," tutur Tenten setelah sampai di tempat Hinata.

"Gomen.. gomen.. tadi aku ke perpustakaan. Aku tak tahu bahwa Tenten-chan sedang mencariku, memangnya kenapa mencariku, Tenten-chan?" Mereka melanjutkan pembicaraan sambil berjalan menuju aula utama.

"Aku hanya mau mengajakmu membeli makanan di kantin, hehehe!" jawab Tenten sambil tertawa kecil. Hinata tersenyum, sahabatnya ini selalu terlihat ceria.

Mereka berbicara dengan serunya sehingga tak sadar bahwa mereka telah sampai di depan pintu aula. Ketika membuka pintu besar beraksen kuno tersebut, mereka terpukau, aula ini begitu luas dan mewah, terkesan kuno tapi menarik. Sudah banyak berkumpul para penyihir junior seperti mereka, itu ditandai oleh jubah biru dongker yang mereka pakai, dan juga penyihir senior tingkat satu yang memakai jubah merah.

Di bagian dada samping kiri jubah terukir simbol sekolah sihir Konohagakure. Dua tongkat sihir yang melambangkan persahabatan antara sesama penyihir, lambang desa Konoha di antara tongkat sihir, di atas dan bawah lambang konoha terdapat gambar bintang yang artinya agar penyihir dapat menerangi jalan yang gelap, membimbing seseorang menuju cahaya, dan lambang tersebut di bingkai dengan bunga daisy yang melambangkan kemurnian, kesucian, kesetiaan, kelembutan dan kesederhanaan.

Hinata dan Tenten berjalan menuju barisan kelas mereka, yaitu kelas junior 1. Di depan mereka berdiri seorang laki-laki berkulit pucat dan berambut merah, ia merupakan senior tingkat dua, itu terlihat dari jubahnya yang berwarna hitam, yang juga merupakan ketua dewan siswa di sekolah sihir Konohagakure.

"Pertama-tama saya mengucapkan selamat pagi dan berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada kalian semua yang hadir di sini." suara lantang milik Nagato terhenti.

"Sesuai dengan tradisi sekolah ini bahwa kalian, para penyihir junior akan mendapatkan pelatihan khusus dari senior tingkat satu selamat satu tahun penuh setelah bersekolah di sini selama dua bulan. Inilah saatnya, kami telah mengatur pelatih sekaligus partner yang tepat untuk kalian, jadi saya harap kalian tidak akan protes," lanjut Nagato. Semua penyihir junior yang mendengar itu menjadi ribut, mereka cemas kalau nantinya mereka tak dapat bekerja sama dengan senior mereka. Ada juga perasaan takut mendapatkan senior yang jahat.

Seakan mengerti dengan yang juniornya rasakan, Nagato langsung menanggapi, "Tenang.. tenang.. kalian pasti dapat bekerja sama dengan senior kalian dan tak perlu takut karena kami tidak jahat."

"Nantinya di setiap ruang latihan akan terdapat tiga team, jadi berusaha akrablah dengan team yang lain," kembali Nagato menjelaskan.

"Baiklah akan saya umumkan siapa pelatih kalian. Kelas Junior 1, Hinata Hyuga dengan Naruto Uzumaki," Mendengar namanya dan nama senior yang disukainya disebut membuat wajah Hinata memerah, seluruh badannya gemetaran, kepalanya terasa berputar-putar, jantungnya berdetak lebih cepat, Hinata tak dapat menahan semua ini lagi, dan pada akhirnya-

BRUKK!

Pingsan dengan wajah yang sudah memerah sempurna.

"HINATA-CHAN!" teriak Tenten histeris.

Magic Love

Chapter 1/2

Author : Yuuna Emiko

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Naruto x Hinata (NaruHina)

Rating : T

Genre : Romance, Friendship, Fantasy, Humor (little)

Warning : AU, OOC, gaje, abal-abal, miss typo, alur maksa, alur kecepatan, EYD berantakan, alur berantakan, Ide pasaran, mainstream, menyebabkan mual dan pusing, dll.

DON'T LIKE.., DON'T READ..,

"…." Berbicara biasa

'….' Dalam Hati

Summary : "Ketika Hinata berlatih mantra baru, secara tak disengaja senpai sekaligus pelatihnya terkena matra tersebut, sehingga menyebabkan senpai itu tergila-gila dengan Hinata. Bagaimanakah ceritanya? [RnR] [2shoot]"

Chapter 1 : "Cinta Pertama Hinata adalah Naruto"

Hinata POV

Perlahan-lahan ku buka mataku, silau, terasa silau. Bau menyengat menusuk ke hidungku, ketika itu aku tersadar, aku berada di UKS.

"Kau sudah sadar?" suara seseorang masuk ke dalam telingaku. Ini suara laki-laki? Tapi siapa? Diriku bertanya-tanya.

"Hey! Bagaimana perasaanmu?" Lagi-lagi suara itu terdengar. Tunggu, sepertinya pernah ku dengar, tapi siapa? Terasa tak asing di telingaku.

"Hinata?" Oh! Ini.. ini suara Naruto-senpai, ya.. suara Naruto-senpai.

Hinata POV End

Hinata menoleh ke arah sumber suara, cukup terkejut mendapati senpai yang ia suka ada di sampingnya. Wajah Hinata kembali memerah, ia alihkan pandangannya dari saffir Naruto yang menghanyutkan ke arah lain.

"Hinata, kau sepertinya memang sakit," Naruto memegang dahi Hinata dengan tangan kanannya dan memegang dahinya sendiri dengan tangan kirinya, mencoba mengecek suhu tubuh Hinata. Tambah memerah wajah Hinata. Detak jantung Hinata meningkat dua kali lipat.

"Hmm.. tidak panas. Tapi mukamu kenapa memerah?" Naruto masih sibuk dengan asumsinya sendiri.

'Dasar tidak peka, kalau Naruto-senpai di dekatku terus aku bisa mati jantungan, Aku tak tahan lagi'

Dan lagi.. lagi..

Bruukk!

Pingsan.

"HINATA! KENAPA PINGSAN LAGI!" Naruto berteriak frustasi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Oke, Hinata, jangan pingsan lagi ya? Aku mohon," Naruto membuang semua gengsinya sebagai senpai untuk memohon dihadapan kouhainya. Saat ini mereka sudah berada di dalam ruang latihan, tapi hanya team mereka yang baru datang. Ruang ini sangat luas, ada berbagai rak buku, dapur, tempat tidur bertingkat dua berjumlah tiga buah, dua kamar mandi, dan lain-lain.

Hinata tak tahan melihat wajah memelas Naruto yang terkesan lucu. "A-aku akan be-rusaha a-agar tidak ping-san," dengan terbata-bata Hinata menanggapi perkataan Naruto.

"Hinata kenapa kamu pingsan terus? Apa jangan-jangan kamu mengidap penyakit?" seru Naruto heboh. Melihat itu, Hinata jadi sweatdrop.

"BAKA! Hinata-sama masih sehat! Banget malah!" seru seseorang di belakang Naruto dengan aura hitam yang sudah mengelilingi tubuhnya.

Glek!

Naruto berusaha menelan salivanya walaupun sulit. Ia benar-benar tak suka dengan situasi seperti ini. Ini adalah situasi gawat. SOS.

"Ne-neji! Tu-tunggu dulu! Aku tak bermaksud begitu!" teriak Naruto, berusaha menjelaskan semuanya pada Neji.

"Dasar!" Neji mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Naruto, dengan seketika Naruto pingsan dengan keadaan mengenaskan plus tak berdaya.

Hinata terkejut dengan semua kejadian ini. Masih mematung, tanpa bereaksi apa pun. Setelah Neji, tiga orang kembali masuk ke ruangan itu. "Lho! Hinata-chan, kamu kenapa?" tanya Tenten dengan wajah kebingungan pasalnya kelakuan Hinata sedikit aneh. Ketika Tenten mendekat dan menepuk bahu Hinata, barulah ia tersadar, senpai yang disukainya sekaligus cinta pertamanya sudah terkapar tak berdaya dan mengenaskan di lantai.

Hinata menatap tajam ke arah Neji, aura gelap sudah mengelilingi tubuh mungil Hinata. Neji merasa dalam bahaya besar, gawat bahkan lebih gawat daripada situasi Naruto tadi, tapi yang terjadi tak seperti apa yang kalian pikirkan.

"Huawww! Neji-nii, kau sungguh jahat! Hiks.. hiks.. Naruto-senpai bangun! Jangan mati. Hiks.. hikss.." Hinata menghampiri Naruto seraya menangis dengan kencang. Neji dan Tenten jadi kelabakan, sementara dua orang lainnya hanya menatap mereka dengan pandangan aneh, sweatdrop sudah menghiasi kepala mereka berdua.

"Hinata-sama, tenang, tarik napas, dan buang. Lagi, tarik napas dan buang, lagi-" belum selesai Neji berbicara sudah keburu disela oleh Hinata.

"Aku tidak sedang melahirkan Neji-nii!" Teriak Hinata. Semua sweatdrop.

"Siapa juga yang bilang Hinata-sama sedang melahirkan?" ucap Neji pusing.

"Itu buktinya, tadi Neji-nii bilang 'Hinata-sama, tenang, tarik napas, dan buang. Lagi, tarik napas dan buang,' begitu," Hinata mengikuti cara bicara Neji.

"Di sinetron yang Tenten-chan nonton, situasi seperti itu dinamakan Orang lagi melahirkan," dengan polosnya Hinata berucap begitu, tak lupa menunjuk biang kerok dari kerusakan otaknya. Orang yang tunjuk hanya nyengir dengan wajah tak bersalah.

"Karena kau cewek Tenten, aku akan melampiaskannya kepada cowok saja," Tenten merasa selamat. Naruto yang baru bangun bingung, Neji kembali melihatnya dengan tatapan membunuh.

Kembali Neji mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Naruto, "Huaw! Ampun Neji!" dan setelah itu Naruto kembali pingsan dengan mengenaskan. Sebenarnya tadi Hinata sudah selesai nangisnya namun karena cinta pertamanya pingsan lagi, Hinata menangis lagi deh.

'Hinata kamu tak pernah berubah, kadang sangat kawaii dan manis terkadang jadi OOC, sama kayak Neji, kadang cool kadang OOC.' batin Tenten meratapi sifat temannya.

Keadaan menjadi berisik dengan tangisan Hinata dan kata-kata menenangkan dari Neji dan Tenten. Dua orang yang menyaksikan drama itu menjadi tambah sweatdrop.

"STOPPP!" salah satu dari dua orang itu mulai tak tahan dengan ini semua. Gadis berambut pink dengan mata beriris emerald tersebut terengah-engah. Habis kesabaran gadis itu.

"Sebenarnya kita mau belajar atau mau main drama sih!" teriaknya. Hinata berhenti menangis, Tenten dan Neji berhenti mengoceh, Naruto bangun dengan wajah bingung dan watados. "Ada apa?" tanya Naruto.

"KAU!" gadis itu menujuk Naruto dengan telunjuknya. Naruto bingung, "Aku?" menunjuk dirinya sendiri. Gadis tersebut mengagguk. "DAN KAU!" tunjuk gadis berambut pink itu ke Neji.

Mereka berdua mulai khawatir.

"DASAR! KAU PENYEBAB KEKACAUAN INI!" teriak gadis itu lagi, mendekat ke arah Naruto dan Neji.

Mereka cemas.

Gadis itu berdiri di hadapan dua orang tersebut.

'Ini gawat' batin mereka berdua bersamaan, mulai berkeringat dingin.

Kepalan tinju gadis itu mengarah ke arah mereka dan-

BUAKH!

Dua-duanya pingsan dengan tidak elitnya. Poor Naruto dan Neji.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Baiklah kita istirahat dulu, aku lelah," Ucap gadis berambut pink tersebur.

'Itu karena kau pakai tenaga sewaktu memukul kami' batin Naruto dan Neji bersamaan.

"Aku akan memperkenalkan diriku. Aku Sakura Harona dan orang di sebelahku adalah senpai yang akan mengajariku, Sasuke Uchiha," ucap Sakura sambil mengarahkan tatapannya ke arah cowok berambut raven, bergaya pantat bebek, dengan mata beriris onyx-nya yang sekelam malam, berkulit putih dan berwajah stoicdi sampingnya. Hinata dan Tenten mengangguk-angguk.

"Aku sudah tau orang di sebelahmu adalah Sasuke, dia adalah teman masa kecilku, orangnya menyebalkan, aku memanggilnya Teme, aku juga kenal Neji, dia itu teman sekelasku saat ini, dan lagi dia sama menyebalkannya dengan Sasuke" kata Naruto polos dan panjang lebar plus nggak nyambung.

"Aku memperkenalkannya ke Hinata dan Tenten, baka!"

"Sakura biarkan saja, dia kan Dobe!" suara Sasuke akhirnya terdengar setelah sekian lama membisu. Naruto cemberut, mengerucutkan bibirnya. Kebetulan Hinata melihat itu, dan kembali memerah wajahnya.

'Duh! Naruto-senpai imut deh! Aku tak tahan! Tapi, ingat Hinata, jangan pingsan!' batin Hinata berbicara.

"Hinata-chan, wajahmu memerah lagi, oh.. ya, tadi kenapa kamu pingsan Hinata-chan? Waktu kamu pingsan semua heboh, apalagi Neji dan Naruto," ucap Tenten ketika melihat wajah Hinata lagi-lagi memerah, seperti saat pingsan di aula utama tadi. Tak lupa jari jemari Tenten menunjuk ke arah Naruto dan Neji yang telah mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.

"A-no.. i-itu ka-karena Naruto-kun!" seperti biasa, Hinata tergagap, dan ia tak sengaja memanggil Naruto dengan suffiks kun. Setelah tersadar wajah Hinata tambah memerah. Tenten, Sakure dan Neji menatap Hinata dengan tatapan menyelidik, Naruto bingung, Sasuke stay cool dengan wajah stoic-nya. Neji beralih menatap Naruto dengan tatapan tajam tak lupa juga aura hitam mengelilingi Neji.

'Karena Naruto-kun yang jadi pelatihku adalah orang yang ku suka dan cinta pertamaku,' lanjut Hinata di dalam hati.

"Naruto, apa yang kau lakukan pada Hinata-sama?"

"Aku tak melakukan apa pun Neji!"

"E-eh! Ti-tidak! I-tu! Mak-sudnya Naruto-senpai, maksudnya tadi a-ku pusing ja-jadi pingsan deh!" Hinata gelagapan, jari telunjuknya sudah dimain-mainkan di depan dada, Hinata menunduk, sehingga wajahnya yang dihiashi oleh rona merah tertutup oleh surai indigo Hinata. Hinata terlihat sangat manis.

'Kawaii!' pikir Naruto, memandang Hinata dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Baiklah, kita mulai saja belajarnya," ucap Neji sambil menghela napas, sudah menghilangkan aura hitamnya.

"A-ku mau ca-ri buku dulu," Hinata pergi dengan berlari kecil ke arah rak buku. Ia berusaha meredam detak jantungnya yang menggila dan berusaha menghilangkan rona merah di wajahnya.

Hinata melihat-lihat buka yang ada di rak tersebut, tampak banyak sekali buku-buku tebal yang jika ditafsir telah berumur ratusan. Mata Hinata terpaku pada satu buku, sampulnya berwarna merah hati, terlihat lusuh, tetapi masih terlihat bagus.

Hinata mengambilnya dan melihat judulnya, 'Sihir Cinta' Hinata memandang lama buku itu. Menimbang-nimbang, membukanya atau meletakkan kembali buku itu ke tempatnya semula. Tetapi karena rasa penasarannya yang besar Hinata membuka buku itu dan membacanya.

Setelah membaca buku itu, Hinata tampak terkejut tetapi sedetik kemudian ia tersenyum tipis.

'Aku ingin mencoba mantra ini, apakah akan berhasil ya?' batin Hinata bertanya-tanya.

"Hinata-chan, kamu sedang baca buku apa?" tanya Tenten tiba-tiba, menghampiri Hinata bersama dengan Sakura.

"Ah! Ti-dak ada, ha-nya buku mantra biasa," ucap Hinata dengan senyum manisnya.

TBC

A/N : Terima kritik, saran dan pujian #berharap, tapi tidak untuk flame #plakk. Kalau ada typo Yuu minta maaf, maklum Yuu kan author baru dan masih nubi. Maaf juga sudah buat fic baru padalah yang lain belum selesai. Hehehe.. RnR ya..

Mind to Review?