Raut penuh keterkejutan, mata membulat, serta mulut yang sedikut terbuka lantaran tak tahu lagi harus berkata apa. Kim Yesung bergeming di kursinya. Sepasang tangannya menggenggan cup kopi yang mulai mendingin. Menandakan betapa lamanya ia duduk di situ, sejak setengah jam yang lalu, setelah sidang selesai.

Ah, bicara tentang sidang. Hal itulah yang membuatnya dalam kondisi seperi ini. Terdiam seperti orang bodoh. Sidang tadi berjalan lancar, amat lancar sampai ia tidak percaya apa yang telah terjadi.

"Ini tidak mungkin. Semua ini di luar logika." Ujar Yesung seraya memejamkan matanya.

Apa yang terjadi? Well, seperti perkataan pengacaranya, ia akan memenangkan kasus dengan mudah. Singkatnya, Leeteuk membantunya terlepas dari jeratan hukum. Kata-katanya, fakta-faktanya, bahkan rekaman kamera yang dibawa Leeteuk sebagai barang bukti membuat Yesung tidak bisa bicara.

"Apa kau senang?" Tanya namja bersetelan jas di depannya. Leeteuk tengah menemaninya duduk di dalam kafe ini. Sebenarnya bukan menemani, melainkan melihat bagaimana reaksi Yesung ketika ia menang dalam kasusnya.

"Aku benar-benar tak bisa berpikir. Maksudku, bagaimana kau mendapatkan bukti itu? Dan rekaman cctv itu-ayolah! Apakah hotel itu memiliki cctv di dalam kamarnya?"

"Itulah faktanya," balas Leeteuk sambil menyeruput latte nya. "Lagipula, bukankah kau seharusnya senang? Kenapa kau bersikap seolah-olah hal ini tidak mungkin? Dari awal aku sudah memberi tahumu, aku akan menang."

"Tapi tetap saja..." Yesung menghentikan ucapannya. Ia tidak sanggup berkata-kata lagi. Rekaman cctv yang Leeteuk bawa, menunjukkan kalau ia yang dipaksa berhubungan dengan Krystal. Menunjukkan kalau ia adalah korban.

"Perlu kuajukan tuntutan atas pencemaran nama baik?"

"Tidak, tidak perlu. Aku tidak ingin berurusan lagi dengannya."

"Arraseo."

Yesung, sering mencuri-curi pandang namja di hadapannya. Mencari-cari apakah ada kejanggalan. Eoh? Apakah ia barusan berpikir kalau Leeteuk adalah hantu? Aigoo. Sadarlah Kim Yesung-ssi, kata Yesung dalam hati.

"Eum, aku ingin minta maaf atas sikapku pada awal bertemu denganmu, mianhamnida."

Leeteuk tertawa lembut. "Aku sudah tahu kalau kau akan bersikap seperti itu, jadi santai saja."

Yesung mengangguk, merogoh saku jasnya. "Ini," katanya sambil meletakkan amplop coklat di atas meja. Leeteuk memperhatikan amplop itu sejenak, lalu berdecak dan segera menatap Yesung tak suka.

"Aku sudah mengatakan kalau aku tidak membutuhkan uangmu kan?"

Yesung tersenyum kecil, "Ne, tapi akan sangat tidak baik kalau aku tidak memberimu apapun. Kau sudah membantuku memenangkan pengadilan."

"Ah, begini saja. Bagaimana kalau kau mengajakku ke rumahmu?"

"Ke rumahku?" Yesung mengernyit. "Untuk apa?" lanjutnya.

"Aku ingin melihat bagaimana tempat tinggal artis Kim Yesung." Balas Leeteuk dengan senyum sumringah. Semakin terlihat aneh di mata Yesung.

"Bukankah kau pernah berkunjung ke rumahku?"

"Aigoo, kenapa kau banyak pertanyaan sekali? Kalau kau tidak mau baiklah, tidak apa-apa. Kau tidak perlu melakukan apapun untukku."

Yesung gelagapan.; "Ah, ne. tentu saja, itu permintaanmu. Datanglah kalau kau sempat. Aku akan menyambut dengan baik kedatanganmu."

"Baiklah, hari ini. Setelah ini, kita langsung ke rumahmu."

Aneh. Batin Yesung tanpa berani mengucapkannya keras-keras. Semuanya yang ada di diri Pengacara Park Jungsoo ini membuatnya harus berpikir keras. Mulai dari awal kemunculannya, bantuannya, permintaannya, bahkan senyumnya yang sangat menyembunyikan maksud tertentu. Bukan senyuman tulus, Yesung tahu.

Tapi mau bagaimana lagi. Ia sudah cukup kenyang dengan hal-hal mistis atau keanehan di luar kepala yang mendatanginya satu-persatu. Masa bodoh dengan maksud asli Park Jungsoo. Yang harus ia lakukan adalah memenuhi permintaan pengacara itu. Padahal di rumahnya hanya ada dirinya seorang.

"Duduklah, akan kuambilkan minuman."

Yesung segera pergi ke dapur, mengisi dua cangkir putih dengan teh harum yang baru ia buat. Meletakannya di atas nampan dengan beberapa toples kudapan untuk menjamu pengacara Park.

"Kau tinggal sendiri?" Tanya Leeteuk seraya memperhatian keadaan rumah Yesung.

"Ne, seharusnya ada ahjumma yang menemaniku, tapi hari ini ia tidak ada. Ada urusan penting katanya."

"Yesung, aku ingin memberikan sesuatu padamu." Kata Leeteuk seraya merogoh saku jas bagian dalamnya. Mengambil sesuatu yang membuat Yesung makin heran lagi. Sebuah botol kecil keluar dari sana, menyimpan liquid berwarna biru bening yang bercahaya ketika terkena sinar matahari.

"Ambillah." Mau tak mau namja tampan itu menerimanya. Ia mengamati dengan teliti botol berukuran seibu jari itu.

"Apa ini, Park Jungsoo-ssi?"

Leeteuk tertawa. "Itu hadiah untukmu. Kau harus meminumnya sebelum kau bercinta dengan kekasihmu. Maka harapan terbesarmu akan terkabul."

Leeteuk tersenyum lebar. Ia mengatakan itu semua dengan cepat sampai-sampai Yesung memasang tampang bodoh. Kata-kata itu terlalu cepat masuk ke kepalanya. Bagaikan suara sepintas yang masuk ke kepalanya dan pergi begitu saja.

"Apa?" Tanya Yesung bernada ragu-ragu.

"Paling baik meminumnya pada saat bulan purnama. Ah, malam ini akan terjadi bulan purnama. Jadi kau harus meminumnya sore ini lalu lakukan dengan kekasihmu malam nanti. Kau tunggu saja apa yang akan terjadi."

Yesung mengangguk pelan, ia meletakkan botol kecil itu di atas meja lalu mengaitkan jari-jarinya. "Park Jungsoo-ssi, aku tidak mengerti."

Leeteuk berdecak. "Tidak perlu kau pikirkan dalam-dalam. Lakukan saja apa yang kukatakan. Jja, aku pergi sekarang. Terimakasih tehnya."

Eh? Leeteuk sudah menghabiskan tehnya. Kapan? Yesung tak menyadarinya sama sekali. Sial, Yesung merasa kecerdasannya mulai menurun drastis hanya dalam beberapa hari. Ini semua karena Ryeowook. Kepergiannya meninggalkan pengaruh besar pada namja tampan ini.

"Ah, membingungkan."

Yesung merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit rumahnya, ia jadi penasaran. Apa sebenarnya isi dari botol itu? Tanpa sadar, Yesung pun mengambilnya lagi lalu mengamati dengan teliti. Apa khasiatnya? Lalu apa benar harapannya akan terkabul? Harapan yang mana? Banyak sekali pertanyaan tanpa jawaban yang membuat Yesung merasa lelah. Ia memejamkan matanya. Beristirahat sejenak dan berharap kalau semua ini mimpi. Ia akan terbangun dengan Ryeowook tertidur di sampingnya.

Sampai kemudian suara bel berbunyi. Yesung terbangun, ia mendudukkan diri. Langit diluar sudah menunjukkan senjanya yang sangat indah. Perpaduan warna jingga itu yang paling Yesung suka. Ah, ia lupa kalau ada tamu yang tak sabaran memencet bel.

Seandainya saja Yesung tak tinggal sendiri, pastilah ia tidak perlu repot-repot bangun dan membukakan pintu. Malas-malasan Yesung berjalan. Sesampainya di sana, ia membukakan pintu lebar-lebar.

"Park Jungsoo-ssi?" kata Yesung seraya mengernyit bingung. Namja misterius itu datang lagi. Dengan pakaian putih bersih yang membuatnya seperti bersinar, mungkin halusinasi Yesung. "Apa ada barang yang tertinggal?"

Leeteuk menggeleng. Ia tersenyum seraya berkata, "Aku mengantarkan seseorang." Leeteuk menggeser tubuhnya, memperlihatkan seseorang yang tak terkira oleh Yesung. Seorang namja manis bersurai gelap lengkap dengan mantel musim dinginnya. Tak mampu mengucapkan sepatah katapun, hanya bisa memaku diri dengan tampang bodoh.

"Ryeowook!" Seru Yesung tak percaya. Ia langsung mendekat, memperhatikan dengan seksama namja manis di hadapannya.

"Hyung."

Ah, rasanya seperti angin sejuk datang bersamaan dengan panggilan lembut itu. Apa benar Ryeowook yang penuh kekuatan magis itu? Ne, Ryeowook kekasihnya. Kim Ryeowook yang dulu ia lihat bersimbah darah dan menghilang di depan matanya.

"Bagaimana…" Yesung masih tak percaya.

"Hyung, apa kau merindukanku?" kata Ryeowook lagi seraya tersenyum makin lebar. Tubuhnya sedikit tergoncang, ketika Yesung tiba-tiba memegangi masing-masing lengan atasnya.

"Pfftt…" Ryeowook menahan tawanya. Aigoo, Yesung seperti kerasukan saja, seperti hilang jiwanya. Itu yang Ryeowook tangkap di pikirannya. Ia terlalu mengejutkan Kim Yesung. Ryeowook tersenyum lagi. Dengan kedua tangannya melepaskan masing-masing tangan Yesung lalu memindahkannya perlahan agar memeluk pinggangnya.

"Begini, hyung." Katanya sambil mengalungkan lengannya di leher Yesung. Ryeowook pun mendekatkan wajahnya, menyatukan dahinya hingga terlihat kepulan napas mereka yang menyatu.

"Yesungie hyung…"

Ryeowook menutup matanya, mendekatkan bibirnya, makin dekat hingga akhirnya bersentuhan dengan bibir di depannya. Sudah lama ia tidak merasakan ini. Berapa tahunkah? Haha, Ryeowook merasa seperti sudah puluhan tahun tak merasakan ini. Menyesap bibir kekasihnya yang terasa lembut dan memasukkan lidahnya kedalam mulut Yesung yang sedikit terbuka. Ryeowook merasa gila, ia seperti menginginkan Yesung tapi namja itu justru terdiam bagaikan patung.

"Ah!" Ryeowook memekik. Lehernya terasa tercekik. Tentu saja karena Leeteuk menarik kerah kemejanya hingga tautan sepasang kekasih itu terlepas.

"Umma!" Pekik Ryeowook tak terima.

"Pulang saja, Ryeowook-ah. Kau lihat? Yesung tidak menginginkanmu. Toh sedari tadi dia diam menolakmu. Kajja!"

"Eh? Andawe! Yesung hyung!"

Ryeowook mengulurkan tangannya. Ditarik tubuhnya makin menjauhi Yesung. Dan saat itulah Yesung mengulurkan tanggannya. Menyelipkan jemarinya di sela-sela jemari Ryeowook lalu menariknya mendekat. Salah satu tangannya meraih tubuh Ryeowook hingga masuk ke pelukan hangatnya.

Ryeowook tersenyum. Sementara Yesung menatap Leeteuk dengan tatapan memohon dan kebingungan yang tak dapat tertutupi. "Aku mencintaimu, hyung."

Leeteuk berdecak. "Ah, terserah kalian." Katanya dan tanpa permisi masuk ke dalam rumah.

"Kajja, hyung!" Ryeowook menarik Yesung mengikuti Leeteuk. Mereka duduk berhadapan. "Ah, akan kuambil minuman!" seru Ryeowook lagi sangat bersemangat.

Tinggallah Yesung dengan Leeteuk seorang. Padahal baru saja ia bertemu dengan Leeteuk siang tadi. Tapi sekarang bertemu lagi dengan suasana yang berbeda. Awkward. Yesung merasa bersalah dengan sikapnya terhadap Leeteuk.

"Jadi, Park Jungsoo-ssi bukan seorang pengacara?"

"Bukan." Balas Leeteuk singkat.

"Ah, begitu." Yesung menganggukkan kepalanya. Terlihat sekali kalau ia sedang gugup. Ditatapi dengan tatapan dalam dan senyum yang seakan mengejeknya. Hm, bukan mengejek. Tapi Yesung merasa malu.

"Kau simpan botolnya?"

Yesung mengangguk lagi. Balasan itu membuahkan senyuman puas di wajah Leeteuk.

"Gunakan malam ini arra?"

Ragu-ragu Yesung mengangguk. Tadi katanya botol itu bisa mengabulkan keinginannya terbesarnya. Padahal keinginannya sudah terkabul sekarang, Ryeowook sudah kembali kepelukannya. Lalu apalagi yang ia harapkan? Yesung sendiri bahkan tidak tahu.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Ryeowook datang. Meletakkan minuman di atas meja. Lalu ia mendekati Yesung. Namja tampan itu tersenyum. Di pikirannya Ryeowook akan duduk di sampingnya dan bermanja di lengannya. Nyatanya tidak. Namja manis itu langsung mendudukkan diri tepat di pangkuan Yesung. Namja tampan itu berjengit kaget.

"Ryeowook…" panggilnya dengan nada resah.

"Wae?"

"Kau tidak sopan sekali." Siapa kira-kira yang mengatakan itu? Yesung? Ani, bukan. Leeteuk? Ye, benar. Umma Kim Ryeowook itu menatap Ryeowook tajam. Tapi, dengan gampang namja manis itu mengabaikannya. Bermesraan dengan Yesung seakan-akan Leeteuk tak ada di sana.

"Turunlah, Ryeowookie." Kata Yesung dengan nada lembutnya.

"Ani, kau takut pada ummaku? Biarkan saja, nanti juga dia pergi. Akh—aw! Umma!"

Ryeowook meringis kesakitan. Sebelah tangannya memegani tangannya yang lain. Ia benar-benar kesakitan sampai matanya berkaca-kaca. Yesung sangat panik, ia takut kalau sesuatu terjadi pada kekasihnya itu. Ditelitinya tangan kiri Ryeowook. Ada sesuatu di punggung tangan kirinya. Seperti tatto kecil, warnya hitam dan bentuknya bunga mawar, persis seperti dulu lagi. Tapi bedanya, di tepiannya kulit Ryeowook memerah.

"Di sini yang sakit?" kata Yesung sembari menatap ke dalam mata Ryeowook. Dibalas anggukkan kecil kekasihnya itu.

Tanpa pikir panjang, Yesung menelusupkan jarinya di sela-sela jari Ryeowook lalu menariknya mendekati bibirnya. Memejamkan mata, dikecupnya punggung tangan Ryeowook hingga tanpa disadarinya pipi sang kekasih merona merah. Namja manis itu tak berkedip dan tak berkutik.

"Hyungie…" Ryeowook mendekat, menggunakan satu tangannya untuk memeluk Yesung. Posisinya yang berada di pangkuan Yesung ini membuat namja tampan itu dengan mudah mendengar detakan jantungnya. Cukup menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang.

Yesung terbawa suasana. Ia menelusupkan tangannya yang terbebas ke tengkuk Ryeowook. Membuat Ryeowook sedikit menarik diri dan menunduk menghadap wajahnya. Ryeowook mengerti, ia memejamkan matanya dan semakin menunduk hingga bibir keduanya bersinggungan. Tidak seperti tadi. Sekarang Yesung lebih hidup. Bukan dirinya yang mendominasi, melainkan Yesung yang melumat bibirnya dan menggerakkan lidah di dalam mulutnya. Tangan namja tampan itu turun ke punggung Ryeowook, mengusapnya dengan gerakan lembut sampai-sampai Ryeowook berdesir dan mengeratkan tautan tangan keduanya.

"Sigh." Leeteuk menghembuskan napas seperti menyabarkan diri. "Aku pergi sekarang." Katanya sambil berdiri. Ia tak menunggu balasan sepasang kekasih itu. Ia tidak mau menjamur menunggu balasan yang dugaannya tidak akan diberikan. Menyebalkan, cukup membuatnya iri. Yeah, tapi ia cukup senang. Ryeowook tak perlu menderita lagi.

"Yang Mulia."

"Eh? Marcus, kenapa kau tidak masuk?"

Di luar ia bertemu dengan Kyuhyun. Namja berambut ikal itu menunggunya di pintu depan.

"Kalau aku masuk, Yesung akan mengingatku dan kehidupan artisku akan penuh dengan skandal mistis." Balas Kyuhyun seraya tersenyum.

"Ah, Marcus. Apakah kau tidak akan kembali ke kerajaan bersamaku?" desah Leeteuk.

"Mianhae. Ada urusan yang belum selesai di sini. Aku akan segera kembali bersamanya."

"Arraseo, cepatlah kembali. Arra? Aku membutuhkanmu di kerajaan. Aku berpikir untuk menyerahkan kekuasaanku padamu." Kata Leeteuk seraya membuat pola aneh di atas tanah dengan kapur putih.

"Bagaimana dengan Pangeran Ryeowook?"

"Dia sudah senang hidup di sini dan melupakan ummanya sendiri. Jja, aku pergi sekarang."

Leeteuk menepuk tangannya membersihkan dari noda kapur putih. Lalu ia masuk ke tengah-tengah pola lingkaran rumit itu. Tak berselang lama, cahaya putih muncul dari dasar tepian lingkaran melingkupi tubuh Leeteuk, menghilangkannya dalam sekejap.

Kyuhyun menghembuskan napasnya. Tugasnya dalam urusan Kim Ryeowook dan Nathan sudah selesai. Ah apakah kau ingat dengan Nathan? Apakah ia sudah mati? Serahkan saja pada Ryeowook untuk menjelaskannya. Sekarang Kyuhyun akan berjuang untuk takdir hidupnya sendiri.

Melangkah dengan santai di pusat kota Seoul, Kyuhyun tak dikenal sama sekali. Mudah baginya, hanya tinggal mengangkat tanagn dan merapalkan beberapa kata. Puff, semua tidak mengingatnya. Sampai di kawasan sekolah menengah atas, Kyuhyun berhenti. Ada yang menarik perhatiannya. Dari kejauhan sana, seorang namja menyeberang jalan sambil berlari lalu di belakangnya sekumpulan namja berseragam berbeda mengejarnya. Namja itu berlari mendekat, hendak melewatinya. Pasti akan berhasil kabur dari kumpulan namja itu, kalau saja Kyuhyun tidak mencekal lengannya sehingga ia tidak bisa kemana-mana.

"Sialan! Lepaskan aku!" teriak namja itu dengan suara lembutnya.

Kyuhyun tersenyum. "Akhirnya aku menemukanmu, Sungmin-ah."

"Hah?!" Namja yang dipanggil Sungmin itu melebarkan matanya. "Bagaimana kau bisa tahu namaku?" balas Sungmin sambil melotot. Perilakunya kasar sekali. Pakaiannya tidak rapi. Dasinya sudah tak kencang lagi, salah satu kancing seragamnya hilang entah di mana. Dan yang paling parah wajahnya yang terluka setelah berkelahi.

"Mati kau, Lee Sungmin."seruan keras mengalihkan perhatian keduanya. Sungmin berjengit. Segera ia bergerak untuk pergi, tetaapi tertahan lengan Kyuhyun yang masih mencekalnya.

"Sial, lepaskan tanganku! Aku bisa mati di tangan mereka."

"Ha! Kena kau, Lee Sungmin!" Sungmin melotot, ia memandang ngeri beberapa namja berseragam yang berhenti mengepungnya dan Kyuhyun. Kalau saja ini tidak malam hari, pastilah tidak akan sesepi ini. Lagipula siapa yang mau berdiam di taman di tengah malam yang dingin!

Kyuhyun menghela napasnya, ada saja yang mengganggunya. Ia pun menyembunyikan Sungmin di balik tubuhnya lalu menghadap namja yang memegang tongkat baseball, yang sepertinya pemimpin beberapa namja itu.

"Aku bias menolongmu, Sungmin-ah. Asalkan kau penuhi permintaanku. Permintaanku adalalah kau—"

"Ne, ne. nanti saja bicaranya. Sekarang kau bantu aku berkelahi melawan mereka."

Kyuhyun menatap Sungmin dengan senyum lebar. "Ok, call." Balasnya.

Sungmin sudah siap berkuda-kuda dengan tangan terkepal. " Aku hajar bagian sini, kau yang di sana itu." Katanya membuat Kyuhyun terkekeh.

"Kau tidak perlu mengatakan apapun." Kyuhyun mengangkat tangannya, memutarnya di udara dan dengan sekejap butiran cahaya putih berjatuhan dari langit. Mengenai dirinya dan gerombolan anak yang berada di situ.

"Ah, apa yang terjadi?" kata salah satu namja yang tadi mengejar Sungmin.

"Apa yang kulakukan di sini?" kata mereka lagi.

"Astaga bukankah kita seharusnya mengerjakan tugas Kang Seongsaengnim? Kajja."

Dan pergilah mereka semua. Sungmin? Namja manis itu terdiam dengan mulut terbuka. Ia menatap Kyuhyun kebingungan. "Kau memutar tanganmu—mereka lupa. Apa yang terjadi?" katanya kebingungan.

Kyuhyun tersenyum saja. Ia melepas mantelnya dan memakaikannya untuk Sungmin. Namja manis itu terdiam lagi sambil memegangi ujung mantel agar tidak terlepas dari tubuhnya.

"Kau bisa kedinginan, bodoh!" seru Sungmin dengan pipi merona. Ia malu karena Kyuhyun terlalu memperhatikannya.

"Eung?" Sungmin mengernyit, Kyuhyun mendekatkan tubuhnya dan mengarahkan tangannya ke punggungnya. "Hoi! Hoi! Apa yang mau kau lakukan?"

Kyuhyun menatap Sungmin dalam, satu tangannya memegangi tengkuk Sungmin dan menariknya mendekat. Tebaklah apa yang terjadi, Kyuhyun menempelkan bibirnya dan melumat bibir namja manis yang terlihat shock.

"Mhh, apa yang kau lakukan! Cabul!" seru Sungmin sambil mengalihkan wajahnya ke samping kanan. Pipinya terlihat memerah dan menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Kau tadi tidak membiarkanku bicara sampai selesai. Permintaanku adalah, kau menjadi kekasihku." Kata Kyuhyun lagi. ia mengarahkan wajah Sungmin menghadap padanya. Namja manis itu semakin memerah wajahnya, tapi tidak melakukan perlawanan sama sekali ketika wajah Kyuhyun mendekat lagi.

"Cabul." Katanya lagi sebelum akhirnya bibirnya dibungkam dengan bibir Kyuhyun.

Memang begitu akhirnya, Sungmin akan menekuk lututnya di hadapan Kyuhyun tanpa adanya sihir yang mempengaruhinya. Karena itulah takdirnya.

.

.

.

.

.

Kembali kepada pasangan utama dalam cerita ini. Yesung tampak berbaring di atas ranjangnya dengan keadaan topless karena bajunya terlempar jauh di atas lantai. Yesung tersenyum geli. Tangannya meraih pinggang seorang namja manis yang dengan berani menduduki perutnya.

"Kau benar-benar ingin melakukannya?" kata Yesung.

"Tentu saja." Balas Ryeowook seraya merendahkan tubuhnya. Meletakkan kedua telapak tangannya di masing-masing pipi Yesung. Ia mendekatkan wajahnya lalu dengan sengaja berhenti sebelum bibirnya bertempelan dengan milik Yesung. Ryeowook terkekeh geli melihat tampang Yesung yang menunjukkan kekesalannya.

Ryeowook tersenyum, dengan ibu jarinya mengusap permukaan bibir Yesung. Setelah itu barulah ia menempelkan bibirnya. Hanya sebuah kecupan kecil yang makin meningkatkan kadar kekesalan Yesung. Namja tampan itu tak bisa bersabar lagi menerima godaan sang kekasih. Tangannya ia tempatkan di tengkuk Ryeowook, kemudian mempertemukan bibirnya dengan menarik kepalanya. Salah satu tangannya yang lain menelusup masuk kebalik kemeja putih Ryeowook, dan meraba perut datarnya.

"Aish, hyung." Cerca Ryeowook langsung melepaskam tautan bibir keduanya. Ia merengut marah. "Sudah kubilang kali ini aku yang akan melakukannya." Katanya lagi sambil menahan tangan Yesung dari luar kemejanya. Kim Yesung tidak mau menurut pada aturannya. Padahal mereka sudah sepakat sebelumnya.

"Arraseo." Yesung terkekeh, mengeluarkan tangannya. Lalu membuka satu persatu kancing kemeja Ryeowook dari atas. Sampai pada kancing terakhir yang selesai ia buka. Yesung memandang ke bawah. Mengulurkan tangannya hendak melepas underwear Ryeowook, buru-buru Ryeowook menghalangi tubuh bawahnya itu.

"Jangan." Eja Ryeowook dengan tatapan tajam. Sudah lama tak bertemu, Yesung merasa Ryeowook sedikit berbeda dari sebelumnya. Yeah seperti sekarang ini, sering mengomelinya dan berani menggodanya.

"Lepaskan ini." Yesung memegangi sisi kemeja Ryeowook. Lalu memerosotkannya supaya terlepas. Sepasang alisnya bertaut bingung. Ia meraba dada kiri Ryeowook. "Ke mana perginya bunga itu?"

Ryeowook mengembangkan senyum. "Sudah pergi bersama Nathan." Balasnya seraya menggenggam tangan Yesung di atas dadanya.

"Lalu apakah kau baik-baik saja? Apa sekarang kau sudah aman?"

"Tentu saja. Dia sudah mati. Aku hanya tubuh yang hendak dikendalikan olehnya. Untunglah aku bisa bertahan melawannya." Ryeowook mengulurkan tangannya, membelai pipi lembut pipi Yesung. Yesung terlihat sangat khawatir sekali. Kegelisahan juga tertara di wajahnya yang mengalihkan tatapannya ke arah lain seperti melamunkan sesuatu. "Aku bertahan untukmu."

Tatapan mata hitam itu kembali kepadanya. Meskipun masih menyiratkan hal yang sama. "Kenapa kau pergi meninggalkanku waktu itu? Aku takut sekali. Kupikir kau sudah—" Yesung tak bisa melanjutkan perkataannya. Ia terlalu takut kalau sampai ucapannya menjadi kenyataan.

"Semua itu adalah tindakan ummaku."

Kedua manik Yesung melebar. Ia tidak menyangka kalau ternyata umma Ryeowook lah yang berusaha memisahkan mereka. Harimau saja tidak akan memakan anak sendiri. Tapi ini justru hendak membunuh anak sendiri.

"Dia sengaja membuatku sekarat di dunia ini. Kau ingat kenapa kau sampai berada di kamar hotel bersama wanita itu? Itu juga perbuatan ummaku. Dia ingin aku segera pergi dari dunia ini. Kau ingat, hal-hal yang akan menyakitiku jika kau melakukan sesuatu bersama orang lain? Hanya dengan kau bersetubuh dengan orang lain, aku akan kembali ke duniaku. Itu sangat menyakitkan kau tahu."

"Maafkan aku." Ujar Yesung tanpa menatap mata Ryeowook.

"Apa kau ingin tahu bagaimana aku berjuang?" Yesung mengangguk.

Dan semua kembali pada waktu dirinya bersimbah darah di dalam kamar. Ketika Yesung menghampirinya dengan derai air mata. Saat itu ia melihat dengan benar, kalau Kyuhyun berada di sana. Namja berambut ikal yang sebenarnya adalah orang kerajaannya itu sudah siaga di sana untuk membawanya kembali.

Ketika tersadar, ia sudah pulang ke rumahnya. Tertidur di ranjang empuk, tetapi satu tangan dan kakinya dirantai kuat dengan ujung sebuah dinding. Ryeowook masih linglung. Ia terbangun sambil memegangi kepalanya. Pusing melandanya dan dada kirinya terasa nyeri. Ia memaksa membuka kemejanya, lalu melihat tanda mawar itu sudah berwarna merah terang dan mulai menyakitinya. Darah keluar dari permukaan kulitnya. Ryeowook meringis.

Ia sudah tahu apa yang akan terjadi berikutnya kalau sampai seluruh tepian tanda itu mengeluarkan darah. Nathan. Sosok di dalam tubuhny itu masih berusaha keras untuk mengambil alih tubuhnya.

"Sialan. Tidak bisakah kau diam!" teriak Ryeowook seraya menekan kuat dada kirinya.

"Ryeowook!" Seseorang datang. Dengan mata sayu yang sedikit berbayang, Ryeowook melihat ummanya datang bersama Cho Kyuhyun dan beberapa tetua kerajaan.

"Berhenti di situ! Dia akan segera muncul." Ryeowook meringis kesakitan. Tangannya yang terantai dengan sendirinya menggenggam untaian besi pengikat tangannya, mencengkramnya kuat-kuat untuk melampiaskan rasa sakit.

"Tetua, kita harus lakukan ritual itu sekarang." Kata Leeteuk penuh kepanikan.

"Tapi Yang Mulia, jika tidak berhasil justru akan lebih parah keadaannya. Pangeran Kim Ryeowook akan mati. Dan kemungkinan Nathan akan berpindah ke tubuh terdekat. Sejauh ini Pangeran mampu bertahan karena ia separuh manusia. Tapi jika Nathan berpindah ke tubuh kita, kita tak dapat menahannya, karena kita berdarah murni."

"Aku tidak mau Ryeowook mati."

Teriakan Ryeowook terdengar menggelegar di dalam kamar itu. "Bunuh aku sekarang. Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi."

Leeteuk tak punya pilihan lain. Ia berani mengambil resiko. "Aku sendiri yang akan melakukan ritual itu. Jika aku merasa gagal, aku akan langsung menusuk jantungku sendiri."

Para tetua di sana tersentak kaget. Tak percaya kalau sang ratu mengambil keputusan tanpa saran dari mereka. Para tetua itu lebih tahu tentang apa yang akan terjadi bila Ryeowook diritual, Ryeowook harus kehilangan miliknya.

"Yang Mulia, aku ikut denganmu."

Nampaknya mereka tidak punya pilihan lain lagi. Karena satu-satunya pejuan kerajaan yang terkuat berada di pihak Leeteuk, Cho Kyuhyun juga berani mengambil resiko.

Malam itu sangat dingin. Hanya dengan beberapa obor yang menerangi, Kyuhyun berjalan bersama Leeteuk menuruni satu-persatu anak tangga. Terus turun ke bawah kemudian melewati terowongan yang tidak terlalu terang. Sampai pada ujung yang mereka tuju. Dibatasi pilar-pilar besi yang kokoh, di dalam ruangan tanpa jendela itu, Ryeowook berlutut dengan rantai yang menghubungkan atap dan kedua tangannya.

Ryeowook benar-benar kacau. Rambutnya sudah memutih sepenuhnya dan seluruh perubahan itu sudah hamper menguasai dirinya. Bahkan salah satu matanya sudah berubah sempurna, warna biru indah yang menyimpan kekuatan besar.

"Sudah hampir dimulai. Bersiaplah, Marcus." Kyuhyun mengangguk.

"Ryeowook, kau masih sadar?"

Napasnya terengah-engah, Ryeowook menatap ummanya. "N-ne… ugh… sepertinya sayapku akan segera keluar." Lagi-lagi Ryeowook mengernyit sakit. Bersamaan dengan sentakan tubuh dan kepala yang mendongak ke atas, sepasang sayap kelabu membentang lebar di punggungnya. Napas Ryeowook mulai berat. Ia menunduk dan perlahan tubuhnya meringkuk.

"Kita lakukan, Kyuhyun."

Leeteuk membuka segel pilar besi itu, membuka jalan untuk mereka masuk. Berdiri tak sebegitu dekat dengan Ryeowook yang masih terdiam dengan posisinya, keduanya menghirup napas dalam-dalam. Leeteuk mendekat, membuka kemeja Ryeowook bagian kirinya. Ia mengores telapak tangannya dengan pisau perak kecil dan menyuruh Kyuhyun untuk pergi ke belakang Ryeowook.

"U-umma… ugh—"

"Bertahanlah sebentar lagi, Ryeowook-ah."

Melihat Kyuhyun bersiap di posisinya, memegang sebuah pedang mengkilat dengan tulisan aneh dari darah yang menyelimuti bagian tajamnya, Leeteuk menempatkan tangannya di dada kiri Ryeowook. Merapalkan mantra hingga cahaya merah muncul dari telapak tangannya itu. Saat itulah Ryeowook mulai berteriak keras, disertai dengan gerakan tubuhnya yang menjadi brutal. Taringnya semakin memanjang, dan sorot matanya bukan seperti Ryeowook lagi, melainkan Nathan yang berkuasa.

"Sekarang, Marcus!"

Crash!

Pedang tajam itu mengoyak sepasang sayap yang membentang di punggung Ryeowook. Menumpahkan darah merah yang segera mengenai lantai. Tubuh Ryeowook nampak bergetar. Masih dengan darah yang mengucur, kepala namja manis itu terangkat, menyeringai dengan sorot membunuh.

"Beraninya kau, Yang Mulia."

Clang! Clang!

Ryeowook—Nathan, memberontak sekuat tenaga. Rantai yang mengikatnya kuat terlepas dari sana. Sontak Kyuhyun dan Leeteuk melangkah mundur. Hendak keluar melalui pintu yang ada di sana, namun sayangnya Nathan lebih dulu membuat segel penutup dengan sihirnya.

Celaka, kalau sudah begini bisa-bisa Nathan berpindah ke tubuh yang lain. Begitu pemikiran Kyuhyun. Akan tetapi Leeteuk tetap berdiri di sana, ketika Nathan mengangkat kuku tajamnya. Leeteuk menutup matanya, hanay beberapa detik sampai ia merasakan beban menimbunnya.

"Ryeo—wook?" panggil Leeteuk takut-takut. Namja manis itu tak bisa berucap lagi. kesadarannya sudah hilang bersamaan dengan tatto di dada kirinya yang perlahan memudar.

Ryeowook memang belum mati. Akan tetapi ia tertidur cukup lama. Baru beberapa hari ini dia terbangun. Dan ternyata masih mengingat kekasihnya di dunia manusia. Ryeowook selalu meminta agar ia bisa kembali menemui Yesung. Tetapi, bekas luka di punggungnya kerap kali terbuka. Hingga mau tak mau, Ryeowook tidak boleh kemana-mana.

Memang ritualnya berakhir dengan sempurna. Leeteuk mampu memberikan sebagian kekuatannya untuk membunuh Nathan. Nathan sudah mati. Begitu juga dengan Ryeowook. Maksudnya, Ryeowook sudah tak mempunyai kekuatan lagi. Ia hidup layaknya manusia normal. Untuk mengatasi sesuatu yang tak terduga, diberikannya segel mawar di punggung tangannya.

"Jadi, kau kehilangan sayap dan kekuatanmu?" Ryeowook mengangguk mengiyakan.

"Tidak apa-apa bagiku. Karena aku bisa berada di sini bersamamu."

"Maafkan aku, Ryeowookie. Seandainya saja aku bukan manusia biasa, aku pasti bisa menolongmu."

Ryeowook tersenyum, tangannya yang masih berada di pipi Yesung kembali memberikan usapan lembut. "Aku senang kau mengkhawatirkanku." Ryeowook merendahkan tubuhnya, hendak mencium Yesung lagi. Akan tetapi Yesung menahannya dengan meletakkan telapak tangan di depan mulut Ryeowook.

"Aish jinjja! Kau benar-benar merusak mood."

Yesung terkekeh. "Tunggu sebentar. Tadi ummamu memberiku sesuatu." Yesung mendorong Ryeowook menjauh, melepaskan tangannya dari genggaman Ryeowook, lalu mulai mencari benda di laci meja dengan tetap pada posisinya.

Ryeowook tampaknya tidak bisa menunggu lagi. Ia lepaskan kemejanya dan membuangnya jauh-jauh. Ia masih menunggu Yesung menemukan cariannya. Begitu ditunjukkan padanya, ia langsung melebarkan mata.

"Ummaku memberikan itu?" Ryeowook menggelengkan kepalanya. "Dia juga memberiku hal yang sama." Katanya seraya membalik tubuh tanpa berdiri dari pangkuan Yesung. Ia tadi meletakkan benda itu di atas ranjang.

Yesung, yang dalam posisi berbaring disuguhi punggung putih Ryeowook sedikit tersentak. Ia lihat ada dua bekas luka di punggung itu. Di sana tempat sayapnya seharusnya berada. Yesung pun bangun, dengan tangannya mengusap bekas luka itu. Ia mulai merasa bersalah lagi.

"Hyung?" Ryeowook berbalik, menemukan raut Yesung yang kembali seperti tadi. "Aigoo… tidak perlu kau memikirkannya sampai seperti itu. Aku tidak apa-apa, justru aku senang kita bisa bersama lagi."

Ryeowook merendahkan wajahnya, mengecup bibir Yesung sekali. Mereka berpandangan, lalu Ryeowook merendahkan wajahnya lagi, hingga bibirnya bertemu dengan lumatan basah yang terasa lembut. Sepasang tangannya mengalung di bahu Yesung hingga membuat tubuh mereka menempel erat. Sementara Yesung mengusap punggungnya.

"Mhh…" Ryeowook menarik diri. Ia lupa akan menunjukkan Yesung sesuatu. "Ini, hyung." Kata Ryeowook seraya menunjukkan sebuah botol kecil sama persis seperti yang dimiliki Yesung. Hanya saja liquid di dalamnya berwarna merah bening.

"Ummamu memberikan itu juga padamu? Aku heran, katanya harapan terbesarku akan terkabul. Kupikir kau kembali padaku adalaha harapan terbesarku, jadi aku tak memerlukan itu lagi."

"Kau harus meminumnya."

Yesung mengernyit, "Keduanya?"

"Kau belum tahu ini untuk apa?" Yesung menggeleng.

Ryeowook terkikik. Jemari lentiknya mengusap rambut Yesung. Ia mendekatkan mulut ke telinga kekasihnya. "Ini untuk reproduksi." Katanya dengan suara lirih.

Ryeowook menarik tubuhnya lagi. Ia semakin tersenyum geli ketika dilihatnya Yesung tercengang dengan muka yang tak biasa. Sepertinya Yesung terlalu terkejut. Yeah memang itulah yang sebenarnya.

"Warna merah muda untuk anak perempuan, warna biru untuk anak laki-laki." Ryeowook menempatkan botol kecil itu di depan bibirnya, seraya menatap Yesung dengan sorot mata sayu. "Hyung mau yang mana?"

Tak bisa percaya. Itu yang tertulis di dahi Yesung kalau rambut poninya terangkat. Ryeowook terlalu luar biasa. Ah—hidup bersama dengan Ryeowook itulah yang luar biasa. Namja manis itu, setelah merelakan kekuatannya yang sangat berharga hanya demi dirinya, Yesung merasa sangat amat bahagia. Seperti ada rasa membuncah hingga membuat jantungnya berdetak makin keras. Inilah yang terbaik dalam hidupnya.

"Hm?" Yesung memejamkan matanya, memeluk Ryeowook lebih erat dan meletakkan kepalanya di dada Ryeowook. Membuatnya bisa mendengar detakkan yang sama kerasnya. Ia mendongak, menatap sang pujaan hati. Dilihatnya Ryeowook masih menunggu jawaban dari pertanyaan. Lalu bibir kissablenya tertarik di kedua sudutnya.

"Bagaimana kalau keduanya?"

—TAMAT—

Haft, huft.

Akhirnya yang sudah ditunggu lama datang. Ending yang sudah dinanti-nanti berakhir dengan bahagia. Denies mau sampaikan banyak terimakasih dengan reader yang menunggu FF ini. Denies juga mau minta maaf kalau sudah menggantung cerita ini selama beberapa bulan /T^T| Salah satu alasan FF ini ga lanjut adalah, karena Denies bener-bener bingung buat endingnya. Dan rasanya beraaaaaat buanget untuk end-in nih FF, jadilah ga update selama berbulan –bulan.

Terimakasih sekali lagi yang selalu baca dan menyempatkan re-view. Terimakasih juga yang special untuk kak Uti yang senantia menyemangati lewat LINE.

Selamat tahun baru 2018 untuk kalian semua…

Silahkan tinggalkan komentar apabila kalian berkenan di kolom review.

Kalau kalian ingin bertanya secara langsung tentang FF atau apa aja bisa melalui Line ID sephiaaaaaa

Bye~

Penuh Cinta,

Denies Kim