With Nagicha
July 23rd 2015
by Esile the Raven, Characters by Yuusei Matsui


With Koro Onii-chan


Lelucon terbesar semester ini. Saking absurdnya, tidak ada yang sanggup tertawa. Geli pun tidak. Kelewat syok, gagal paham dan mulai bertanya-tanya akan keababilan dunia ini. Pertama, keberadaan kelas 3-E di Kunugigaoka memang sudah jadi lelucon. Lalu muncullah gurita kuning yang akan meledakkan bumi, yang ingin menjadi guru mereka. Semakin dijalani, semakin gila sampai-sampai bocah-bocah ini merasa tidak akan terkejut lagi melihat hal aneh.

Tapi mereka salah perhitungan. Hal seperti ini. Ya. Yang seperti ini.

Maksudnya 'ini' adalah Gakushuu Asano berdiri di depan bangunan tua kelas 3-E.

Menggendong Nagisa Shiota.

Ekspresi Asano Jr. sendiri kaku dan jelas juga gagal paham dengan apa yang telah menimpanya. Belum lagi dijatuhi pelototan murid-murid hina di hadapannya itu, si ketua OSIS hanya kuasa menelan ludah yang tersisa dalam mulutnya yang kering kerontang.

"Ehm," dengan segenap tenaga, Asano akhirnya bersuara. "Aku ingin mengembalikan anak ini."

Sambil berkata, Nagisa yang masih digendong Asano terkikik dan memeluk-meluk ketua OSIS dengan manja.

"Demi…Buddha…" Fuwa ternganga, tapi matanya berbinar-binar. "Ini—ini…ini ship baru!"

Teman-teman sekelasnya melotot garang.

Ini bukan saatnya nge-ship!

"Ayo, turun," Asano sedikit menggeram, berusaha melepaskan si rambut biru yang meskipun pendek kelewat besar untuk digendong seperti bayi. "Ayo, sana, pulanglah ke habitatmu. Hiduplah dengan bebas."

Dia bukan hewan liar, oi!

"Onii-chan—tidak mau!" Nagisa menjerit seperti balita yang mau ditinggal di kelompok bermain. "Aku mau digendong Onii-chan saja!" rengeknya, semakin beringas mengeratkan pelukan pada Asano, yang sekarang wajahnya lebih merah daripada matahari terbenam.

"ONII-CHAN!?" kelas 3-E syok luar biasa.

"Aku bukan—" Asano tergagap, bingung mau bilang apa. Kalau situasinya tidak seperti ini, dia tega saja menyemburkan kata-kata terkejam. Tapi, dipandangi dengan mata biru berkaca-kaca dan wajah semanis itu, ketua OSIS hilang kata. Nagisa merengek dan menggelengkan kepala.

"Onii-chan…Onii-chan benci Nagi?" Nagisa mulai melelehkan air mata. "Onii-chan…huhu…maafkan Nagi…jangan benci Nagi…"

Cewek-cewek trenyuh. Cowok-cowok merona. Asano si hati besi itu tidak tega, ekspresinya galau, dan bukannya mengharapkan apa-apa dari murid-murid kelas kancrit itu, paling tidak lakukan sesuatu, kek! Sementara itu, tatapan sedih Nagisa sedang melelehkan baja.

Yang menonton hanya bisa menunggu tindakan sang ketua OSIS selanjutnya. Tidak tahan karena tidak terbiasa melihat sesuatu yang menggetarkan hati, Asano akhirnya dengan paksa melepas Nagisa dari gendongannya. Melihat ini, Nakamura marah.

"Hei, Asano! Jangan kasar—"

"O-Onii-chan!?"

"Aku bukan Onii-chan-mu!" seru Asano dengan wajah merah, separuh tidak tega tapi kelewat malu—lalu kabur.

Nagisa terbelalak melihat 'Onii-chan'-nya itu meninggalkannya, duduk di tanah berumput dengan wajah banjir air mata.

"U-Uu…huu…Onii-chan…!"

Kayano tanpa bisa menahan diri lagi maju dan meraih Nagisa, mengelus-ngelus kepalanya.

"Sshh, ssh, tidak apa-apa, Nagisa-kun…Ssh, tidak apa-apa…Ada Onee-chan kok…"

Nagisa perlahan mulai berhenti menangis, lalu, masih dengan mata berkaca-kaca dan wajah bersemu karena menangis, menatap Kayano dengan malu. Si rambut biru itu mengerjapkan kedua matanya yang besar dengan sangat manis.

"Onee-chan…?"

IMUT—

Kayano pingsan dan ambruk. Nagisa terkesiap, matanya melebar ketakutan dan mulai menggoyang-goyang bahu lemas Kayano.

"O-Onee-chan! Onee-chan jangan mati!"

"Wah, wah, wah, ternyata Nagisa-kun masih bisa membunuh orang meski dengan kondisi seperti ini. Sensei salut…" Koro Sensei sudah kembali ke area begitu Asano lenyap dari jarak pandang. Nagisa memandangi sang guru dengan takjub, dan Koro Sensei membungkuk, menepuk-nepuk kepala Nagisa dengan tentakelnya. "Sudah, sudah, jangan menangis, Nagisa-kun. Sensei dan lainnya akan menemanimu sampai ingatanmu pulih."

"Ingatan?" Sugino bertanya, dengan gugup mendekati Nagisa dan memandangi temannya itu. "Apa yang terjadi padanya?"

"Melihat keadaannya, Sensei cukup yakin kalau Nagisa-kun sedang gegar otak dan entah kenapa mengira dia masih balita." Jelas Koro Sensei, membiarkan Nagisa memanjati tubuhnya. "Murid-murid, sampai ingatan teman kalian ini pulih, tolong jaga dia baik-baik, ya? Kepala Sekolah kalian meminta kita untuk merahasiakan ini, jadi Nagisa-kun tidak bisa pulang ke rumah sampai ingatannya pulih."

"Lalu, dia mau tinggal di mana?" Tanya Hara cemas, dengan penuh keibuan berusaha melepaskan Nagisa dari memanjat Koro Sensei.

"Untuk sementara kita bergiliran membiarkannya menginap di rumah saja," usul Okuda. "Itu kalau ada yang mau menampung Nagisa-kun…" dengan iba si kacamata menepuk-nepuk kepala Nagisa.

"Tidak masalah. Kalau ada yang bisa menampung Nagisa, ya dengan orang itulah dia pergi. Kita bergantian tiap satu hari saja," Isogai menentukan dengan bijak, lalu menambahkan; "Tapi kalau denganku jelas tidak bisa, soalnya kami terlalu miskin untuk menjamu orang—"

"Ya, ya, binbo-san…" potong teman-temannya sebal.

Setelah memutuskan kebijakan ini, baru mereka menyadari kalau Koro Sensei dan Nagisa sedang bermain-main di tengah lapangan. Koro Sensei menggendong Nagisa dan berlari zig-zag dengan kecepatan tinggi.

"Nuruhuhu, senang ya, Nagisa-kun? Hm? Apa cukup cepat? Kurang cepat? Mau lebih cepat? Nuruhuhuhu!"

"Whee! Kyaa! Cepat!" Nagisa bersorak. "Cepat, hihihi! Wuaa!" dengan sikap seorang balita, Nagisa melambai-lambaikan tangan, kegirangan merasakan angin menerpa wajahnya. "Terbang! Terbang!" tiba-tiba, Nagisa menepuk-nepuk kepala Koro Sensei. "Koro Onii-chan, terbang? Terbang!"

Koro Onii-chan…

Koro Onii-chan…?

KORO ONII-CHAN…!?

"Apapun akan Onii-chan lakukan untukmu, Nagichan!" si gurita raksasa itu dengan sumringah melesat. "Onii-chanmu ini seorang Superman! Ayo kita keliling planet ini!"

"Bulan! Ke buulaaan!" pinta Nagisa, memeluk-meluk kepala bundar Koro Sensei.

"KE BULAN KALAU BEGITU!"

Murid-murid kelas 3-E berteriak ngeri, tapi terlambat, karena makhluk berkecepatan mach 20 itu sudah lepas landas membawa teman sekelas mereka.

"JANGAN BAWA-BAWA ANAK ORANG KE LUAR ANGKASA WOI!"

~.X.~

Karena Nagisa bisa tewas kalau benar-benar dibawa ke bulan, Koro Sensei dengan merasa kecewa pada dirinya sendiri, terpaksa hanya membawa 'adiknya' itu keliling Bumi. Nagisa sekarang duduk di lantai kelas sambil menjilati gelato yang dibelikan si gurita saat mampir di Italia.

"Koro Onii-chan? Gendong!" pinta Nagisa, melemparkan kedua tangannya ke atas, kedua matanya berbinar, manis sekali.

Pelajaran matematika susah diperhatikan lantaran Koro Sensei mengajari pemfaktoran kuadrat dengan Nagisa di punggungnya.

"Saat mencari faktor untuk persamaan ini, kalian harus memperhatikan tanpa positif dan negatif-nya. Cara umum untuk menentukan angka faktor-faktornya adalah dengan mengingat KPK atau FPB—"

"Koro Onii-chan? Ayunan!"

Sambil meneruskan penjelasan, Koro Sensei mengayun-ngayunkan Nagisa dengan salah satu tentakelnya.

Hinata dengan geram memukul mejanya. "Aku tidak bisa konsentrasi nih!"

"Sensei, berhenti bermain dengan Nagisa!" protes Okajima.

"Uwah, maafkan Sensei! Kalau begitu Sensei akan memanjangkan tentakel ini dan bermain dengan Nagicha di luar!" si gurita buru-buru memanjangkan tentakelnya yang ber-Nagisa keluar kelas.

"Sensei! Itu ceroboh namanya!" Sumire Hara memprotes, cemas dengan Nagisa. "Kakak yang seperti itu tidak bertanggung jawab! Bagaimana kalau dia terluka!?"

Sementara Koro Sensei dimarahi dan diprotes murid-murid, Nagisa yang sedang bermain-main dengan tentakel di luar kelas ditemukan oleh Karma yang sudah cukup tidur siang. Si rambut merah itu sebenarnya malas kembali sekarang, karena masih pelajaran matematika. Melihat Nagisa yang sedang bermain-main dengan tentakel target, dia jadi heran.

"Oi, Nagisa. Tumben kau membolos."

Nagisa mengerjap, memegangi tentakel Koro Sensei, tapi memandangi Karma dengan penasaran. Karma nyengir, lalu mengeluarkan pisau anti-Sensei.

"Yah, yang seperti ini harus dimanfaatkan. Ayo, kita potong!"

"Potong?" Nagisa berkedip. "Jangaaan! Potong sakit!" si kucir dua itu menggeleng dengan wajah sedih. "Jangan dipotong! Koro Onii-chan sedih nanti!"

Karma mengerjap.

Sepertinya dia memang tidak boleh bolos lagi. Setiap dia bolos, sepertinya Nagisa selalu melakukan hal-hal yang mengherankan.

~.X.~

Karma mendengarkan celotehan Nagisa tentang 'Koro Onii-chan'. Sepertinya Koro Sensei merasa permintaanya untuk punya adik dikabulkan, dan si gurita itu memanjakan Nagisa dengan kekuatan superhuman yang ia miliki untuk melakukan apapun.

Apapun.

"Heh…lalu apalagi yang Koro Onii-chan lakukan untukmu?"

"Huummm…beli gelato!" Nagisa tersenyum. "Koro Onii-chan mau gendong Nagisa dan terbang…apapun kecuali terbang ke bulan…Hmm…Koro Onii-chan takut Nagisa sakit kalau ke bulan! Nagisa kan kuat!"

Karma tersenyum sadis. Senyum jahil yang mirip sekali dengan cengiran abadi Koro Sensei.

"Kalau begitu, Nagisa harus kasih Koro Onii-chan hadiah," ujar si rambut merah, merogoh sakunya. "Kalau Koro Onii-chan tidak mau, dia harus membawa Nagisa ke bulan. Bagaimana?"

Nagisa berbinar. Dia terkikik geli. "Mau! Mau!" dengan girang dia memeluk Karma. "Onii-chan juga! Nagisa suka!"

Untuk sementara, Karma menunda kembali ke kelas lebih lama, lantaran wajahnya terlalu merah untuk dilihat orang lain.

~.X.~

"Pelajaran tidak berguna," keluh Muramatsu.

"Pilih dong, mau jadi guru atau jadi kakak. Mana profesionalismemu sebagai guru, Koro Sensei?" tagih Kataoka tegas. "Kontraknya bagaimana? Kalau nilai kami jatuh ujian berikutnya, berarti ini tanggung jawab Sensei."

Koro Sensei pundung, dengan malu menutupi wajahnya. "Maafkan Sensei…Sensei ingin sekali punya adik dan memanjakannya…Sensei yang punya kecepatan mach 20 merasa bisa jadi kakak yang sempurna…malunya, malunya, malunya…"

"Koro Onii-chan!" Nagisa masuk ke kelas dengan girang, sekejap saja mencerahkan Koro Sensei.

"Nagicha! Ada apa, adikku? Kamu mau gelato lagi? Terbang ke Hawaii?"

Dia nggak nyesal sama sekali…

Nagisa menggeleng. "Uumm…Nagisa punya hadiah buat Koro Onii-chan!"

Koro Sensei terharu, sontak melelehkan air mata. "Lihat itu! Apa kalian tahan tidak memanjakan anak semanis ini!?" protesnya ke arah murid-murid.

Tapi dia kan tetap Nagisa, bukannya adikmu!

"Karena Koro Onii-chan luar biasa, dan Nagisa sayaaang sama Koro Onii-chan!"

"Onii-chan juga sayang sama Nagicha…nuruhuhuhu…"

Mau tidak mau teman-teman sekelas Nagisa tersenyum melihat adegan menyentuh ini. Yah, memang Koro Sensei menyebalkan dan sok, tapi melihatnya begitu senang, apalagi Nagisa yang begitu manis menganggapnya 'Onii-chan' membuat mereka tersentuh.

"Jadi, Koro Onii-chan boleh makan ini!"

Nagisa menyodorkan kedua tangannya yang penuh BB-bullets. Peluru-peluru anti-Sensei.

Koro Sensei mengerjap ngeri, lalu menoleh kepada murid-muridnya.

Senyuman-senyuman setan mengisi kelas 3-E.

"Koro Onii-chan…?"

"A-Ah…nnn…Nagicha, Onii-chan akan memakannya nanti…terimakasih, ya, sayang…"

"Makan sekarang saja! Ya? Ya? Ya?"

Senyuman-senyuman setan melebar. Koro Sensei menjerit jiwanya, lalu kembali menatap Nagisa. Jika hanya menatap Nagisa, dia seperti malaikat termanis, adiknya tersayang…yang sedang menyuruhnya memakan kematian…

"Ada apa, Koro Sensei?" Karma memasuki kelas. "Apa kau tidak akan memakan hadiah dari adikmu tersayang?"

Raja iblis kembali. Tentu saja. Dia dalangnya. Siapa lagi.

"Iya, Koro Sensei…bagaimana kalau Nagicha menangis…?" Maehara tersenyum sadis.

Si gurita raksasa gemetar, lalu kembali menatap Nagisa.

"N-Nagicha, Onii-chan…Onii-chan akan melakukan apapun—apapun kalau Onii-chan boleh memakannya nanti!"

"Oke!" Nagisa mengangguk, lalu melambaikan kedua tangan, minta digendong. "Kalau begitu, ayo ke bulan!"

"K-K-Ke bulan!? Ke bulan!? O-Onii-chan sudah bilang kalau Nagisa bisa sakit k-kalau ke bulan…"

Nagisa merengut sedih. "Kalau begitu Onii-chan makan?" dia menyodorkan BB bullets lagi.

"Nnn…n….nnn…"

"Ayo, Sensei…makan BB bullets atau bawa Nagicha ke bulan…" ancam Hazami suram.

"Tapi Koro Sensei tidak bisa membuat Nagisa terluka dengan membawanya ke bulan, kan…?" Okajima terkekeh. "Jadi hanya ada satu hal yang bisa dilakukan…"

Koro Sensei terpojok. Nagisa menyodorkan kematian. Kelas 3-E melantunkan lagu kematian, dipandu oleh dirijen bernama Karma Akabane.

"Makan. Makan. Makan. Makan."

"Makan,"

"Makan,"

"Makan!"

~.X.~

Serangan kali ini hampir efektif membunuh Koro Sensei. Selama 24 jam ke depan, Koro Sensei terpaksa menghabiskan waktu menjadi bola Kristal dan dimasukkan ke dalam pemandian yang berisi bapak-bapak tua.

Lain kali harus dicoba lagi. Lain kali kelas 3-E akan menyiapkan roket untuk mengirimkan guru mereka ke luar angkasa. Sementara itu, ini pertama kalinya mereka berhasil mencekoki BB bullets ke mulut guru mereka.

Untuk Nagisa yang masih bermental balita…

"Hom-pim-pah!"

"YES! Nagicha! Hari ini kamu pulang sama mama, sayang!"

Rio Nakamura dengan girang memeluk-meluk Nagisa dan menggendongnya, membawa teman sekelasnya yang bishie itu pulang.


My baby Nagichaaaa hunnggh /meledhak

Headcanonku. Headcanon. Koro Onii-chan. Aaaasdfghhjkl

Next: With Mama Rio

Kindly review if you have the time XD