Naruto © MK | SasuHina | Romance & Drama | Canon | M
Warning : TYPO(S), OOC, Miss EYD, gaje, buatan newbie :D
Saya mengambil kejadian setelah chapter 699, dimana Sasuke pergi keluar dari desa.
Warning! Only for 18+
Adult Content
Go Away Kid
.
.
.
.
.
Wish © Kurosaki Mikasa
Chapter 3
Normal POV
Pagi ini, setelah mengambil gulungan di kuil Shinto, Hinata dan Shino berpamitan kepada warga desa untuk pulang.
"Arigatou Gozaimasu, kalian telah banyak membantu kami." Kata Shino dan Hinata sembari membungkukan badannya.
"Ah, tidak kok. Kami sangat senang menerima tamu. Kapan-kapan berkunjunglah ke sini lagi, kami akan sangat menunggu." Kata Kepala Desa.
Hinata tersenyum dan Shino menganggukan kepalanya.
Mereka pun akhirnya pergi dari desa kecil itu. Hinata dan Shino melompati dahan- dahan pohon, bergerak secepat mungkin, agar bisa lebih cepat sampai ke Konohagakure. Hingga tiba- tiba Hinata merasakan suatu chakra besar di sekitar mereka.
"BYAKUGAN!" Seru Hinata, segera mengaktifkan Byakugannya.
"Ada apa Hinata?" Tanya Shino.
"Aku merasakan cakra yang sangat kuat mendekat ke arah kita." Jawab Hinata yang masih sibuk mendeteksi cakra tersebut. Aura cakra itu semakin lama semakin terasa, Hinata yakin akan hal itu.
'Cakra ini, jangan- jangan!' Batin Hinata merasakan cakra tersebut nampak tak asing baginya. Ia berharap bahwa sang pemilik cakra itu bukan orang itu.
"Shino! Ayo kita percepat langkah kita." Kata Hinata yang menambah kecepatannya. Shino hanya mengangguk dan ikut menambah kecepatannya.
Sekitar 10 menit mereka melompati dahan- dahan pohon dengan kecepatan tinggi. Hinata tidak merasakan keberadaan cakra itu, ia menghentikan Byakugannya. Hinata menarik nafasnya dalam lalu menghembuskan dengan sangat perlahan. Baru beberapa langkah ia dan Shino menurunkan kecepatannya, sebuah fuma shuriken melesat dengan sangat cepat ke arah mereka berdua. Refleks saja, Hinata dan Shino segera berhenti.
Tak berapa lama, munculah sosok pemuda dari balik pohon. Pemuda yang memakai jubah coklat muda itu berdiri dengan angkuhnya. Memandang shinobi dan kunoichi Konoha dengan tatapan dingin dan tajam. Pemuda itu tak lain dan tak lain dan bukan adalah sang Uchiha terakhir, Uchiha Sasuke.
"Maaf, aku mengganggu perjalanan kalian."
"Sasuke-san!/ Sasuke!" seru Hinata dan Shino bersamaan.
Perlahan Sasuke mendekat ke arah Hinata.
"Ada apa Sasuke?" Tanya Shino yang melihat Sasuke sudah berada di sebelah Hinata.
"Tidak, aku hanya ada perlu dengan Heiress Hyuuga ini." Kata Sasuke datar sembari merangkul pundak Hinata dengan tangan kanannya.
"Hinata? Apa?" Tanya Shino.
"Bukan urusanmu, benarkan Hi-na-ta?" Sasuke menekan nama Hinata. Sedikit menunduk, Sasuke mendekatkan bibirnya ke telinga Hinata.
"Jawablah, kau tidak ingin pria ini tahu tentang apa yang telah kita perbuat bukan?" Bisik Sasuke.
Perkataan Sasuke sukses membuat Hinata merinding seketika. Takut, itulah hal yang Hinata rasakan saat ini. Dengan sangat terpaksa Hinata menganggukan kepalanya.
"I-iya, Sasuke-san benar. A-aku ada perlu dengannya. Shino-kun kembalilah duluan ke Konoha, nanti aku akan m-menyusul." Kata Hinata gugup.
Tentu Shino tahu ada yang tak beres. 'Apa hubungan keduanya?' batin Shino. Ia tahu bahwa Sasuke bukanlah seorang nuke-nin lagi, bahkan Sasuke adalah seorang pahlawan. Kakashi bilang, bahwa Sasuke pergi ke luar desa untuk menebus dosanya di masa lalu. Jadi, Sasuke bukanlah orang jahat lagi, namun Shino tak bisa menjamin hal itu. Tak ingin ambil pusing, Shino akhirnya menggangguk.
"Baiklah, aku mengerti." Setelah berkata demikian, Shino kembali melanjutkan perjalannya.
Hingga hawa keberadaan Shino tak lagi dapat dirasakan oleh Sasuke dan Hinata. Sasuke segera memeluk erat Hinata. Kepalanya ia tenggelamkan di perpotongan leher Hinata.
"Aku merindukanmu." Kata Sasuke sembari menghirup aroma Lavender dari tubuh yang sedang ia peluk.
Hinata agak kaget dengan tindakan dan perkataan Sasuke, namun Hinata tidak menolaknya.
"Kepalaku salau terbayang dirimu, Hinata."
"..."
Hinata masih tak menjawab perkataan Sasuke.
"Ingat, kau tidak bisa lari dariku bukan?" Sasuke semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku ingin kita mengulangi malam itu lagi. Saat di mana aku menggerayang setiap inci tubuhmu, memasuki dirimu, dan kau mendesahkan namaku." Ucap Sasuke yang sukses membuat Hinata panik. Hinata segera melepaskan pelukan Sasuke dan mendorong tubuh besar pemuda itu.
"Hentikan! A-aku tak mau!"
"Cih, jangan munafik. Aku tahu kau sangat menikmatinya." Ujar Sasuke sinis dengan sudut bibir yang sedikit melengkung ke atas.
"Hey! Ayolah, apa salahnya bercinta denganku? Banyak wanita yang sangat ingin one night stand denganku." Kata Sasuke yang kembali memperpendek jarak antara dirinya dan Hinata.
"Ti-tidak! Bercintahlah dengan perempuan lain seperti perempuan yang ingin tidur denganmu!? Dan itu bukan AKU!" Hinata meninggikan nada suaranya.
"Keh!" Sasuke sedikit lucu mendengar perakataan Hinata.
"Asal kau tahu saja. Semua perempuan yang telah kutiduri tak pernah ada yang perawan, dan aku tak ingin mengambil resiko untuk membuat mereka hamil. Mana sudi aku mepunyai keturunan dari wanita yang tak jelas?" Tutur Sasuke.
Otak Hinata memproses perkataan Sasuke, Hinata tak percaya apa yang ia dengar. 'Berarti perkataan para perempuan di kedai itu tidak sepenuhnya benar. Karena Sasuke tak memerawani atau menghamili mereka.' Batin Hinata. Terbesit sedikit perasaan lega ketika mendengar sebuah kebenaran. Namun, Hinata malah menundukan pandangannya. Tak ingin melihat wajah pemuda bermarga Uchiha itu.
"Namun, untuk pertama kalinya aku melakukan seks dengan gadis yang benar- benar perawan. Dan itu adalah kau, Hinata. Sungguh, aku tidak menyesal dengan apa yang aku perbuat padamu, karena aku sangat menikmatinya." Sasuke mengelus lembut pipi Hinata yang mulai tampak memerah.
"Semenjak bersetubuh denganmu, aku tak pernah menyentuh perempuan manapun. Karena hanya kau lah yang aku inginkan." Sambung Sasuke.
Hinata masih tetap menunduk.
"Tatap aku, ketika aku berbicara Hinata." Kata Sasuke sembari mengangkat dagu Hinata, membuat gadis bermahkotakan Indigo itu menengadah ke arahnya.
Sasuke semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata, hingga hidung mereka berdua bersentuhan. Mereka berdua saling bertukar nafas. Deru nafas Hinata menjadi tak karuan. Sasuke masih setia memenganggi dagu Hinata, hingga bibir mereka berdua besentuhan. Sasuke mulai mengecup bibir Hinata, kecupan lembut, namun lama kelamaan ia memperdalam ciumannya. Sasuke mulai memainkan lidahnya, menuntut Hinata untuk membalas ciumannya.
"Phm–Sas.."
Hinata merasa sesak dan membuka mulutnya, namun kesempatan ini digunakan Sasuke untuk memasukkan lidahnya ke mulut mungil Hinata. Hinata memberontak, tetapi Sasuke belum juga melepaskan bibirnya. Sasuke malah memperdalam ciumannya. Semakin dalam dan sangat intens.
"Haah... Haah..." Hinata terengah-engah, menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa, setelah ciuman penuh gairah itu berakhir.
Tidak hanya sampai disini. Sasuke menyingkap helaian rambut Indigo yang menutupi telinga Hinata. Ia dekatkan bibirnya ke telinga gadis itu dan meniupnya dengan pelan, membuat sang gadis memejamkan matanya. Sasuke kemudian beralih ke leher Hinata. Ia basahi kulit mulus itu dengan salivanya, dan ia cium dengan mesra. Hanya kecupan biasa, Sasuke tak meninggalkan bekas kemerahan di leher Hinata. Namun hal itu dapat membuat kaki Hinata bagai jelly.
"He-hentikan Sasuke-san." Lantang Hinata ucapkan dengan wajah semerah tomat.
"..."
"..."
"..."
"..."
Hening beberapa saat, hingga Sasuke menjawab singkat
"Ugh! Baiklah."
Hinata membuka matanya, kaget dengan perkataan Sasuke, kemudian ia memandang wajah Sasuke. Sungguh ia tak percaya jika Sasuke akan melepaskannya begitu saja. Sasuke yang ditatap seolah mengerti pikiran Hinata. Ia pun menyeringai.
"Kenapa? Kau menyesal karena aku berhenti?" Tanya Sasuke.
"A-aku tidak–" Hinata bingung dan malu dengan pertanyaan Sasuke.
"Sudahlah, ayo ke Konoha." Kata Sasuke dan kemudian melangkah pergi diikuti Hinata di belakangnya.
Sasuke POV
Akhirnya aku dan Hinata sampai di depan pintu gerbang Konoha. Dua penjaga gerbang, Kotetsu dan Izumo tampak kaget. Entah mereka kaget karena melihat sosok Uchiha Sasuke atau karena melihat gadis ini bersamaku? Hn, terserah.
Setelah melapor kepetugas tersebut, aku dan Hinata pergi ke kantor Hokage. Seperti yang biasa shinobi lain lakukan setelah menjalankan misi.
Dalam perjalanan menuju kantor Hokage, kami bertemu Shino dan ia menyapa Hinata.
"Hinata, aku sudah melapor kepada Hogake-sama. Hogake-sama mengatakan bahwa ia menunggumu di ruangannya." Kata Shino.
"Arigatou ne Shino-kun. Kalau begitu aku duluan ya. Jaa ne!" Kata Hinata.
Shino mengangguk. Aku tahu ia memandangku dengan tatapan curiga, aku hanya membalas dengan tatapan datar. Kemudian ia berlalu meninggalkan kami.
Hinata mengetuk pintu ruang Hokage, setelah itu dapat kudengar suara Kakashi-sensei menyuruh untuk masuk. Hinata pun masuk dan aku ikut masuk setelahnya. Aku tak ingin ambil pusing melihat ekspresi Kakashi-sensei yang sedikit terkejut ketika melihatku.
"Hyuuga Hinata." Panggil Kakashi-sensei.
"Ha'i Hokage-sama." Jawab yang dipanggil.
Aku melirik ke arah Hinata, dapat kulihat rasa takut dan khawatir terpancar di wajahnya. Ck, dasar bodoh! Ekspresimu itu pasti terlihat jelas oleh Kakashi-sensei. Kau malah membuatnya curiga.
"Aku sudah mendapat laporan misi dari Shino. Yah, aku senang misi kalian berjalan lancar. Tapi–" Kakashi-sensei nada bicaramu itu membuat Hinata semakin gugup. Lihat! Setetes keringat jatuh dari pelipis putihnya.
"Yang membuatku bingung adalah, mengapa kau bersama Sasuke? Ada apa dengan kalian berdua?" Sambung Kakashi-sensei langsung to the point.
Mataku hanya menatap datar ke arah pria yang menyandang gelar Hokage ke-enam di depanku. Lain dengan Hinata yang mulai tampak panik. Sepertinya ia berusaha untuk mencari alasan yang bagus, namun ia tak dapat menutupi kepanikannya itu.
"I-itu, ano. Ka-kami..." Katanya bingung harus menjawab apa.
"Apa kalian mempunyai hubungan tertentu?" Kakashi-sensei menyipitkan matanya.
"E-eh?! Kami ha-hanya..."
"Kami hanya membahas mengenai pembuatan tangan kiriku." Jawabku pelan namun penuh penakanan di dalamnya.
"Aah, Begitukah. Apa benar Hinata?" Tanya Kakashi-sensei santai dengan nada yang menurutku sangat menyebalkan.
"I-iya." Jawab Hinata.
"Jadi bagaimana?" Tanya Kakashi-sensei. Sungguh saat ini aku sangat ini menusuk mulutnya dengan pedang kusanagiku.
"Ha'i. S-saya dan Sakura-san telah menyiapkannya. Selanjutnya hanya menunggu Sasuke-san." Kata Hinata. Aku tahu ia berbohong, namun aku berharap itu bisa meyakinkan Kakashi-sensei.
"Hmm, kalau begitu baguslah."
"Hinata, kau boleh pulang. Sasuke, bisa kita bicara sebentar?" Cih, apa lagi sih maunya orang tua ini?!
"Permisi Hokage-sama, Sasuke-san." Kata Hinata. Setelah membungkuk hormat, gadis itu pun pergi keluar ruangan meninggalkanku berdua dengan Kakashi-sensei.
BLAAAM!
Setelah pintu tertutup, suasana di antara kami menjadi sangat hening dan kaku.
"Jadi, bukan suatu kebetulan'kan kau datang ke Konoha, Sasuke?"
.::Impossible Love::.
Normal POV
Hinata melangkahkan kakinya pelan menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan, ia terus berpikir tentang kebohongannya dan Sasuke mengenai tangan kiri Sasuke. 'Bagaimana ini? Aku terpaksa berbohong' batinnya 'Bagaiman jika sampai ketahuan?' dengan berbagai pertanyaan di kepalanya. Pada akhirnya Hinata memutuskan untuk mengubah haluan. Hinata berlari menuju Rumah Sakit Konoha. Ia yakin, orang itu pasti ada di sana.
TAP
TAP
TAP
"Sakura-san!" Seru Hinata dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Iya, ada apa Hinata-chan? Kenapa kamu berlari seperti itu?" Tanya Sakura.
"A-apa sel Hashirama masih ada? A-apa kita masih bisa menggunakannya?" Kata Hinata langsung pada intinya.
"I-iya, memangnya ada apa?" Tanya Sakura semakin bingung.
"Sa-sasuke-san..."
"Sasuke-kun?"
"S-sasuke-san bilang ingin membuat ta-tangan kirinya."
Perkataan Hinata membuat Sakura membelalak matanya kaget. Entah Sakura kaget karena tiba-tiba Sasuke ingin mempunyai tangan kiri, atau kaget karena Hinata yang tahu berita ini duluan, bukan dia? Mungkin ia hanya terlalu sibuk di rumah sakit, hingga tak tahu informasi tersebut.
"Be-benarkah Hinata? Itu bagus!" Kata Sakura antusias.
Hinata mengangguk membenarkan.
"Kalau begitu, aku akan segera menyiapkan keperluannya. Ngomong-ngomong, kapan Sasuke akan melakukan operasinya?"
"A-ano, itu aku juga tidak tahu."
"Heh?"
"Sasuke-san sekarang berada di Konoha. Mungkin lebih baik Sakura-san yang berbicara langsung dengannya." Perkataan Hinata tadi membuat Sakura terdiam sejenak.
"Hmm, baiklah. Terimakasih informasinya Hinata-chan." Ujar Sakura dengan senyum manis di wajahnya.
Setelah mengatakan hal tersebut dengan Sakura, Hinata merasa lega. Ia berharap bahwa kebohongannya tidak diketahui oleh Kakashi. Hinata pun berjalan pulang, ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.
Setelah membersihkan tubuhnya, Hinata kembali ke dalam kamar. Ia membuka lemarinya dan hendak merapikan isinya. Saat tengah membersihkan lemarinya, Hinata menemukan sebuah kardus kecil yang berada di pojok belakang lemarinya. Karena penasaran, Hinata mengambil kotak tersebut dan mengeluarkan isinya.
Saat melihat isi dari kardus kecil tersebut, alam bawah Hinata seakan memutar kembali kenangan masa lalu. Saat ia dikerjai, dan ditolong oleh seorang pahlawan yang kini menjadi dambaan hatinya. Sang pahlawan yang dengan berani menolong, walaupun pada akhirnya malah ia yang babak belur.
Hinata memeluk isi kotak tersebut dan berbisik lirih.
"Naruto-kun..."
.:: Impossible Love ::.
"Sasuke-kun!" Sakura berteriak memanggil Sasuke dari kejauhan.
Tetap pada tempatnya berdiri, Sasuke menoleh ke suara yang barusan memanggilnya. Gadis bersurai musim semi itu baru saja selesai dengan tugasnya di rumah sakit. Ia memang hendak bertemu Sasuke, dan sekarang seperti bukan sebuah kebetulan mereka bertemu di depan kantor Hogake. Sakura sedikit berlari kecil menghampiri Sasuke. Jarak di antara mereka berdua semakin pendek dan,
Sakura langsung memeluk Sasuke. Ia membenamkan wajahnya di dada pria Uchiha itu sembari terus mengatakan bahwa ia sangat merindukannya. Sasuke yang mendapat pelukan dari Sakura tidak merasa risih, namun juga tidak membalas pelukan Sakura. Setelah merasa cukup, Sakura melepaskan pelukannya dan tersenyum lembut ke arah Sasuke.
"Kapan kau pulang, Sasuke-kun?" Tanya Sakura.
"Tadi siang." Jawab Sasuke ringan.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Sakura lagi.
"Aku baik. Lalu, bagaimana dengan kau dan Naruto?" Sasuke balik bertanya.
"Yap, seperti yang kau lihat. Aku sangat baik, begitu pula dengan Naruto."
"Hn. Dimana dia?"
"Naruto sedang menjalankan misi bersama Sai dan Yamato Taichou."
Sasuke hanya bergumam mendengar jawaban Sakura. Setelah itu, keduanya diam seakan terbelenggu dalam keheningan. Sakura kemudian teringat bahwa ia ingin bertemu Sasuke bukan hanya sekedar melepas rindu, tetapi ia juga ingin menanyakan perkataan Hinata.
"Ne, Sasuke-kun. Aku tahu dari Hinata, bahwa kau ingin membuat tangan kirimu. Apa itu benar?" Tanya Sakura memecahkan keheningan yang ada di antara keduanya.
"Ya." Jawab Sasuke singkat.
"Apa kau bisa membantuku, Sakura?" Tambahnya lagi.
"Tentu." Sakura pun mengangguk. Ia sangat senang mendengar perkataan Sasuke.
"Kapan kau mau aku membuatkan tangan kirimu?" Tanya Sakura.
"Secepatnya." Jawab Sasuke.
"Baiklah, kalau begitu besok pagi di Rumah Sakit Konoha." Kata Sakura. Sebelum ia pulang dari rumah sakit, Sakura memang telah menyiapkan keperluan untuk operasi tangan kiri Sasuke.
"Ya." Sahut Sasuke.
Teman perempuannya yang satu ini memang bisa sangat diharapkan. Teman? Ya, untuk saat ini teman. Karena saat ini Sasuke belum menemukan atau lebih tepatnya belum menyadari perempuan yang dianggapnya spesial. Tunggu! belum? Bagaimana dengan Hinata? Tidakkah ia spesial untukmu Sasuke?
"Sasuke-kun, apa kau mampir dulu ke rumahku?" Tanya Sakura berharap.
"Tidak, terimakasih Sakura. Aku ingin langsung pulang ke Mansion Uchiha." Setelah berkata demekian, Sasuke pun pergi meninggalkan Sakura sendiri.
Sakura menatap punggung Sasuke yang mulai menjauh dengan perasaan sedih. Gadis Haruno itu memang tidak bisa melupakan cinta pertamanya. Sejak dari akademi hingga sekarang, ia selalu mencintai bungsu Uchiha itu seorang. Ia percaya bahwa suatu saat Sasuke akan menerimanya dan membalas perasaannya. Ia akan terus menunggu hingga hari itu tiba.
.:: Impossible Love ::.
Keesokan harinya.
Karena sang mentari masih belum menampakkan sinarnya, kebanyakan penduduk Konoha masih memilih untuk meringkuk di atas kasur empuk mereka, enggan keluar dari hangatnya selimut. Tetapi, tidak dengan salah satu kunoichi kebanggaan Konoha yang kini sedang sibuk memasak di dapur. Sakura dengan serius membuat bento untuk ia makan dengan Sasuke nanti siang.
Mentari pun kini telah keluar dari tempat persembunyiannya. Dan Sakura telah selesai dengan aktivitas memasaknnya, kemudian ia segera merapikan diri, bersiap untuk berangkat.
Tepat seperti yang dijanjikan, Sasuke telah menunggu Sakura di depan pagar Rumah Sakit Konoha. Sakura melambaikan tangannya kepada Sasuke.
"Lama menunggu?" Tanya Sakura.
"Tidak, aku juga baru sampai." Jawab Sasuke.
"Maa, kalau begitu kita langsung masuk saja, dan memulai operasinya." Kata Sakura melangkah memasuki Rumah Sakit Konoha.
Sasuke mengangguk dan menyusul Sakura dari belakang.
Setelah memasuki ruangan khusus, Sakura meminta Sasuke untuk membuka bajunya dan berbaring. Sasuke hanya menurut saja dan segera membuka bajunya. Kini, tampaklah tubuh kekar Sasuke. Dadanya yang bidang, dan otot perutnya yang terbentuk sempurna. Pemandangan ini cukup membuat Sakura menjadi merona merah. Ia ingin sekali menyentuh tubuh Sasuke dengan gerakan tersendiri, ingin merasakan kulit Sasuke bersentuhan dengan kulitnya, dan –stop! Sakura segera mengehentikan pikirannya itu. Ia sekarang harus fokus untuk membuat dan menyambung tangan kiri Sasuke.
Ternyata, operasi yang dilakukan Sakura bersama kedua rekan medisnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Agar sel Hashirama dapat tersambung dan cocok dengan sel Sasuke, Sakura haruslah berhati-hati dalam menyambungkannya. Jika tidak, siapa yang tahu yang akan terjadi nanti?
Sakura mengelap keringat di pelipisnya dan menghembuskan napasnya lega. Akhirnya operasi itu telah selesai dengan baik.
"Sasuke-kun. Walupun sekarang kau telah memiliki tangan kiri, sebaikanya selama 2 minggu jangan kau gunakan dulu, karena selnya belum tersambung sempurna dengan tubuhmu." Kata Sakura menjelaskan.
"Hn." Tanggap Sasuke.
"Selama 2 minggu itu aku akan terus memantaumu dan melihat perkembangannya. Jadi, sebaiknya kau jangan pergi dari desa Konoha." Sambung Sakura.
"Baiklah, aku mengerti. Terimakasih Sakura." Kata Sasuke dengn senyum tipis.
"Oh ya Sasuke-kun, karena ini sudah saatnya makan siang. Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Aku membawa bento lho." Ujar Sakura ceria.
"Aa'. Baiklah."
Betapa senangnya hati Sakura, karena sang pujaan hati mau menerima ajakannya. Yah, walaupun itu sekedar makan siang bersama. Namun, tetap saja ia tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.
Seperti kata Sakura sebelumnya, ia akan menjenguk Sasuke di kediaman Uchiha selama 2 minggu. Ini hari ke-13, dan Sakura selalu datang dengan membawa makan siang dan makan malam. Ia akan menunggu Sasuke menghabiskan makanan yang ia bawa lalu mengecek keadaan Sasuke.
Sakura selalu bertanya kepada Sasuke bagaimana rasa masakannya setelah pria itu selesai makan. Dan Sasuke akan menjawab seperti,
"Lumayan."
"Cukup." atau
"Kau berkembang."
Kalau boleh Sasuke jujur, sebenarnya masakan yang dibuat Sakura itu hampir tak berasa. Sasuke hanya tak enak hati mengatakannya, mengingat gadis ini telah sengaja membuat makanan untuknya. Tetapi Sasuke tidak sepenuhnya berbohong, kemampuan memasak Sakura memang berkembang dari sebelum-sebelumnya.
"Sasuke-kun." Panggil Sakura.
"Hn." Gumam Sasuke di tengah aktivas makannya.
"Besok, aku ada misi. Jadi, aku tidak bisa menjengukmu. Tapi, aku sudah meminta seseorang untuk menggantikanku. Tak apa kan?" Kata Sakura.
"Iya tak apa."
Bukan! Sebenarnya, bukan jawaban itu yang Sakura inginkan, ia ingin Sasuke melarangnya pergi dan mengatakan bahwa Sasuke membutuhkannya untuk tetap tinggal. Sakura merutuki dirinya yang terlalu naif. 'Mana mungkin yah?' Batinnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be Continued
Moshi-moshi! Apa kabar readers? Semoga tetap betah nungguin saya update lagi ^^ Maaf telat updatenya (T W T) Btw, karena sebentar lagi bulan Ramadhan, Chapter 4 akan saya update seminggu atau dua minggu setelah lebaran (karena ada lemonya XD *spoiler dikit) Tetapi, saya sudah mempersiapkan beberapa fic rate T untuk bulan Ramadhan ini. Saya kembali mengingatkan bahwa fanfic hanyalah imajinasi dari seorang fans dan tidak bermaksud merusak karya aslinya. Ingat ini hanya fanfic!
Dan jika berkenan, silahkan mereview fic ini. Karena review, follow, favorite yang kalian berikan sangat berarti untuk kelangsungan fic ini :D
22 Mei 2017, Salam Hangat
Kuro_Mikasa