Chanbaek
M
Summary : Baekhyun tak menyangka kalau ia akan terjebak dalam rumah keluarga Park bersama Chanyeol, salahkan saja Nyonya Park yang mengunci semua akses keluar masuk rumah itu. Sebenarnya biasa saja, namun saat menyadari dirinya selalu terbangun dipagi hari tanpa pakaian membuatnya ingin memakan Chanyeol hidup-hidup.
.
.
.
Tak terasa terhitung lima hari sudah Baekhyun hidup bersama Chanyeol, hidup yang indah karena setiap harinya mereka selalu saja melakukan kegiatan panas mereka tanpa memperdulikan kalau itu pagi, siang, sore, ataupun malam. Chanyeol melakukannya dengan bersemangat, berbanding terbalik dengan Baekhyun yang berkali-kali menolak ketika lelaki dengan wajah bak model wajah dewasa bernama Chanyeol itu hendak melesakan penisnya kedalam hole Baekhyun.
Chanyeol sempat terkejut mendengar penolakan Baekhyun namun tak mengurangin niatnya untuk menjejali lubang milik yang lebih pendek dengan penisnya yang sudah dibuat tegang oleh ulah Baekhyun sendiri.
Baekhyun ingin menangis sebenarnya, ia tidak bis berbohong seperti ini terus pada eomma-nya. Ingat ketika eomma-nya menelepon ketika Baekhyun tidak bisa berjalan karena hole-nya lecet? Ingat juga kalau disana Baekhyun hampir saja menangis ketika ia berjanji pada eomma-nya?
Baekhyun sudah membuat janji itu kepada eomma-nya, janji kalau ia tidak akan bermain macam-macam apalagi sampai berhubungan badan. Baekhyun ingin menangis setiap kali dikegiatan bercintanya bersama Chanyeol, apalagi ketika melihat bagaimana Chanyeol yang terus-terusan memaju mundurkan tubuhnya dengan teratur. Itu nikmat, namun Baekhyun juga tidak bisa menyembunyikan fakta kalau ia sangat takut pada eomma-nya. Bagaimana jika eomma-nya mengetahui semua ini? Bagaimana jika sesuatu yang selalu eomma-nya bilang buruk akan terjadi? Baekhyun sendiri tidak mengerti kenapa eomma-nya selalu melarangnya untuk berhubungan badan dengan laki-laki. Namun jika dengan perempuan wanita berusia 41 tahun itu pasti bersikap masa bodo.
"Yeollie~"
"Kenapa?"
"A-anu…k-kau serius dengan ucapanmu yang semalam?"
"Yang mana?"
"T-tentang…. Menghabiskan hidup ber-"
"Tentu saja serius! Kau mau atau tidak? Kalau tidak yasudah, setelah eomma pulang aku akan mencari orang lain saja untuk menjadi ke-"
"AKU MAU!"
Keduanya tengah bersantai dimeja makan setelah mereka menghabiskan makan malam mereka. Baekhyun masih kelihatan gugup, tapi itu tidak bisa membohongi kalau pada kenyataannya lelaki yang hanya mengenakan kaos tipis dan celana dalam itu hatinya tengah berbunga-bunga.
Semalam, Baekhyun tak tahu tepatnya pukul berapa. Tapi itu jelas semalam! Ketika mereka bercinta untuk yang kesekian kalinya, ketika Baekhyun sedang mendesah-desah hebat Chanyeol menghentikan kegiatannya yang tengah mengulum milik Baekhyun. Baekhyun sempat protes, namun tidak jadi ketika Chanyeol malah menciumnya dengan lembut dan berperasaan. Ketika ciumannya berakhir, Chanyeol berbisik. Baekhyun terkejut tentu saja, Chanyeol menyatakan perasaannya dan meminta Baekhyun untuk menjadi kekasihnya. Jadi, tak salah kan kalau Baekhyun yang tengah dilanda nafsu itu terkejut?
Dan ketika lelaki manis itu berusaha membuka mulutnya untuk menjawab, dengan bodohnya Chanyeol malah langsung melesakkan miliknya tanpa aba-aba. Membuat otak Baekhyun menjadi blank secara tiba-tiba dan kembali mendesah tanpa memikirkan apa yang sebenarnya ingin ia katakan.
"Kau….tidak akan meninggalkanku kan?"
Chanyeol yang tengah memandang Baekhyun dalam diam itu nampak terkejut, Baekhyun mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk dan menatap si tinggi yang ada dihadapannya dengan raut wajah ragu-ragu.
"Maksudmu?"
"Hanye bertanya"
Wajahnya berubah menjadi kesal, ia bangkit dari duduknya dan meninggalkan Chanyeol yang bagaikan orang bodoh sendirian. Ia mempoutkan bibirnya dengan tangan yang memukuli kepalanya sendiri.
"Harusnya aku tidak mengatakan itu. Arrgh, kau bodoh Baekhyun!"
Ia bergumam pelan sambil membuka pintu kamar Chanyeol, setelahnya ia langsung berlari dan merebahkan dirinya diatas ranjang besar milik kekasihnya.
Senyumnya mengembang dengan semburat merah yang sudah menghiasi pipinya. Ia tidak menyangka Chanyeol bisa menyatakan perasaannya secepat itu, mereka baru 5 hari mengenal dan lelaki tinggi yang Baekhyun akui sangat tampan itu sudah berhasil memilikinya.
Otaknya menerawang jauh mengingat bagaimana kesan pertama mereka bertemu, tak jauh dari hal-hal berbau mesum. Baekhyun menyukainya, sangat menyukai bagaimana sikap Chanyeol yang seperti itu. Menurutnya Chanyeol yang seperti itu yang bisa membuat Baekhyun jatuh cinta pada dipandangan pertamanya. Lelaki itu berbeda dari semua orang yang pernah ia kenal.
"Membayangkan apa eum?"
"C-Chanyeol?"
Baekhyun tidak tahu sejak kapan ia menjadi pelamun dan suka senyum-senyum sendiri. Yang jelas, ketika ia sedang melamun Chanyeol selalu saja muncul tiba-tiba dan mengejutkannya seperti barusan.
"Kau tidak memikirkan yang macam-macam kan? Seperti men-"
"Tidak!"
Baekhyun mengelaknya, ia melepaskan tangan Chanyeol dipinggangnya dan berbalik menatap lelaki tinggi itu. Matanya menatap tajam kearah yang lebih tinggi darinya dan hanya dibalas kekehan Chanyeol yang kini tengah merapikan helaian rambut coklat milik Baekhyun.
"Kenapa kau selalu muncul tiba-tiba? Kau membuatku hampir mati jantungan asal kau tahu"
"Tapi itu tidak terjadi kan?"
"Tapi kalau itu benar-benar terjadi bagaimana? Kau rela kehilanganku?"
"Kalau begitu maaf. Aku tidak akan rela jika kehilanganmu!"
Chanyeol membekapnya erat, Baekhyun cukup terkejut dan setelahnya hanya bisa tersenyum sambil membalas dekapan Chanyeol. Ia terkekeh sambil mengusakkan kepalanya didada Chanyeol ketika lelaki tinggi itu mengecup kepalanya berkali-kali.
"Aku bosan~"
"Hn?"
"Aku bosan Chanyeol! Lakukan sesuatu!"
"Apa?"
"Mana kutahu! Lakukan sesuatu!"
"Baiklah"
Chanyeol menghela nafasnya frustasi, ia segera banngkit dari ranjang dan berdiri disis ranjangnya sambil berpikir apa yang harus ia lakukan untuk menghibur kekasih mungilnya yang akhir-akhir ini sangat manja. Ia sudah pernah menari dihadapan Baekhyun ketika lelaki manis itu merengek, ia juga sudah pernah seharian tidak mengenakan kaos-nya karena Baekhyun memintanya, dan ia juga pernah menelan sesendok garam karena Baekhyun menangis karena bosan dan ia memintanya untuk melakukan hal bodoh itu untuk menghiburnya.
Sekelebat ide jahil muncul begitu saja dikepala Chanyeol secara tiba-tiba. Otak mesumnya kembali berputar dan dengan bodohnya ia malah menyeringai hingga membuat Baekhyun yang melihatnya memekik keras.
"JANGAN PIKIRKAN MACAM-MACAM CHANYEOL!"
"Memangnya apa yang aku pikirkan?"
"E-entah"
Chanyeol melepaskan kaos yang ia kenakan dan membuangnya begitu saja, ia naik keatas ranjangnya dan langsung menindih Baekhyun yang masih terkejut karena tiba-tiba lelaki tampan itu sudah ada diatasnya.
"Baekkie"
"A-apa? Apa yang k- YAK! MENJAUH Chanyeol!"
"ARRGHH"
Chanyeol segera berguling kesisi ranjang sebelahnya sambil memegangi miliknya yang baru saja ditendang Baekhyun. Ia menarik sebuah bantal dan menutupi wajah kesakitannya dengan bantal itu. Tangannya sebelahnya masih sibuk dibawah sana untuk mengusap miliknya yang terasa sakit karena tendangan Baekhyun.
"Sssh, ini masa depanku Baek! Kau tega sekali, bagaimana kalau kita tidak bisa bercinta lagi?"
"Maafkan aku! Yaak Chanyeol, jangan marah seperti itu! A-aku hanya terkejut dan…takut"
Chanyeol tidak menjawabnya, ia menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya dan menatap Baekhyun yang sudah duduk disisi tubuhnya. Ia menghentikan kegiatannya mengusap miliknya dan beralih pada Baekhyun yang kini hanya menunduk sambil menggigit bibir bawahnya.
"Setelah kita melakukannya berkali-kali kau masih takut?"
"B-bukan begitu. Maksudku…"
"Kau takut padaku?"
"Tidak Chanyeol, kalau aku takut padamu pasti aku tidak akan berada disini"
"Lalu kenapa?"
"Aku….hanya takut saja."
Lelaki tinggi itu diam, ia tak ingin menayakan lebih jauh lagi walaupun satu sisi dirinya terus-terusan memaksa agar ia bertanya pada Baekhyun. Ia tidak suka pada Baekhyun yang menundukkan kepalanya ketika ia ketakutan, ia jadi merasa bodoh karena tidak mengetahui apa yang membuat kekasih manisnya itu ketakutan.
"Chanyeol?"
"Hn?"
"Boleh aku minta sesuatu padamu?"
"Hmm, apa?"
"B-bisakah kalau kita…tidak bercinta lagi sampai eomma kita pulang?"
"Baek?"
"Bisakah kau berjanji padaku? Kumohon"
Sebenarnya Baekhyun tidak pernah memiliki niatan untuk mengatakan hal itu pada Chanyeol, ia meyukai ketika merasakan sensasi berbeda saat bercinta dengan lelaki tinggi itu. Namun ia tidak bisa terus-terusan berbohong pada eomma-nya kalau ia tidak melakukan apa-apa bersama lelaki tinggi itu.
Sudah, Chanyeol tidak bisa terus-terusan berbaring dan memandangi kekasihnya yang kini makin terlihat menyedihkan. Ia duduk berhadapan dengan Baekhyun dan menarik lelaki itu keatas pangkuannya. Baekhyun langsung membalas pelukannya, ia bahkan tidak segan untuk langsung melesakkan kepalanya dileher lelaki tinggi itu.
"Maafkan aku"
"Kenapa?"
"Jujur, aku menyukainya ketika melakukannya bersamamu. Aku senang sekali Chanyeol. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain bercinta denganmu….."
"Baek?"
"…Aku tidak bisa berpikir jernih kalau sudah bersamamu. Aku selalu terhanyut Chanyeol. Aku menyukaimu. Ah ani, aku mencintaimu! Terimakasih sudah mau menghabiskan waktumu bersamaku, aku mencintaimu"
"Sebenarnya kau kenapa?"
"Aku…mengantuk"
"Hah?"
Mungkin kalau Chanyeol tidak memiliki perasaan cinta terhadap Baekhyun ia akan menjatuhkan lelaki manis itu dari pangkuannya. Namun sayangnya perasaan Chanyeol bahkan jauh lebih besar dari yang bisa kalian bayangkan. Ia hanya diam dan membiarkan Baekhyun yang berusaha untuk tertidur didekapannya.
Ia senang, berbanding terbalik dengan Baekhyun yang diliputi rasa bersalah pada eomma-nya dan juga Chanyeol. Ia memejamkan matanya, membiarkan Chanyeol memeluknya erat sambil sesekali mengusap punggungnya dengan lembut.
.
.
.
DrrtDrrtDrrt
"Ne~"
"…."
"APA?"
Baekhyun yang masih asik dengan dunianya itu terbangun dan langsung duduk dari tidurnya ketika suara berat Chanyeol terdengar sangat mengejutkan untuknya. Ia mengusap dadanya terkejut dan segera menatap tajam kearah Chanyeol yang hanya dibalas dengan gumaman 'mian' karena ia masih sibuk dengan ponselnya.
"Serius eomma! Coba kau ulangi lagi"
"…"
"Diperjalanan pulang bersama Byun ahjumma?"
"…"
"Issh, b-baiklah"
Chanyeol melemparkan ponselnya dengan kesal keranjangnya, ia segera bangkit dari ranjangnya dan mengambil kaosnya yang tadi ia lepaskan. Ia memakainya dengan ogah-ogahan dan kembali lagi keranjangnya untuk menghampiri Baekhyun yang nampak masih kebingungan.
"Kau tahu dimana eomma-eomma kita sekarang?"
Baekhyun menggeleng dan menggosokkan punggung tangannya kematanya, ia tengah malam dan ia benar-benar masih mengantuk. Tapi karena Chanyeol yang mengejutkannya ia jadi terbangun dan mau tak mau harus membuka matanya.
"Cek ponselmu!"
Baekhyun menurutinya dan mengambil ponselnya yang ia letakkan dinakas, ia menatap terkejut kearah layar ponselnya. Ia langsung menatap Chanyeol seolah-olah ia meminta penjelasan atas 23 panggila tak terjawab dari eomma-nya.
"Eomma kita pulang hari ini. Dan sialnya mereka sedang berada diperjalanan kemari Baek."
"Ya tuhan Chanyeol, aku tidak mengenakan celana"
"Cepat pakai celanamu!"
Baekhyun berlari panik menuruni ranjang dan segera membuka koper besarnya yang tidak pernah ia buka sama sekali mengingat ia selalu mengenakan pakaian Chanyeol. Ia mengambil sebuah jeans hitam dengan robekan dikedua lututnya dan memakainya dengan tergesa.
"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"Tentu saja menunggu kedua wanita itu sampai kesini dan membuka pintu!"
"Ya tuhan Chanyeol, aku tidak mengerti kenapa mereka pulang secepat ini"
"Lebih baik kau diam dan bantu aku merapikan dapur dan ruang tamu. Mungkin saja baju dan juga sperma kita masih berantakan disana seusai permainan yang tadi"
"b-baiklah"
Sejujurnya Baekhyun malu sendiri mendengar bagaimana Chanyeol yang terlalu menganggap santai semua yang telah mereka lakukan. Baekhyun tidak tahu kenapa Chanyeol bisa bersikap sesantai itu setelah mereka saling bertelanjang satu sama lain.
Ia segera mengekori Chanyeol dan menuruti apa yang Chanyeol katakan untuk merapikan dapur dan ruang tamu. Ia memunguti pakaian dan juga peralatan-peralatan yang bekas mereka gunakan dikegiatan panas mereka tadi siang.
Baekhyun kembali merona ketika ia berjongkok dan melihat bagaimana bercak-bercak sperma mereka yang bahkan terdapat dilantai. Ia meraih pakaian mereka yang berserakan dan meletakkannya kedalam bak pakaian kotor.
'Jorok sekali' ia merinding membayangkannya tetapi tetap tersenyum ketika ia berpas-pasan dengan Chanyeol yang hendak mengambil kain pel untuk membersihkan lantai.
"Hanya tinggal membersihkan lantainya. Kau duduk saja diruang tamu, nanti aku menyusul"
Baekhyun hanya mengangguk dan segera berlari menuju ruang tamu, ia menjatuhkan tubuhnya disofa besar disana dengan tangan yang sudah memeluk setoples camilan milik Chanyeol. Tak ada kekhawatiran sama sekali diwajahnya mendengar eomma-nya akan segera pulang dan menemuinya. Entahlah, Baekhyun sendiri tidak tahu kenapa. Seharusnya ia merasa khawatir karena bisa saja eomma-nya yang bawel itu mengetahui segala sesuatu yang selama lima hari belakangan ini ia lakukan bersama Chanyeol.
.
.
.
"Mhhtpck.."
CklekCklek
Demi apapun, Chanyeol berusumpah akan menjaga hormonnya untuk tidak terus-terusan menyerang Baekhyun secara tiba-tiba. Ia langsung menjauhkan tubuhnya dari atas tubuh Baekhyun ketika telinganya mendengar ada sesuatu yang terjadi dengan lubang pintu rumahnya. Ia duduk disebelah Baekhyun sambil menatap pintu besar itu dengan pandangan sok polosnya.
Dan Tada~
Dua sosok wanita yang terbalut mantel panjang berwarna pink muncul begitu saja dari balik pintu itu. Baekhyun dan Chanyeol benar-benar tidak bisa menahan keterkejutan mereka. Baekhyun bahkan sampai mengelap bibirnya sendiri takut-takut ada sisa saliva miliknya atau milik Chanyeol seusai mereka berciuman barusan.
"Oh, hai anak eomma. Baekhyun juga, hai sayang"
"O-oh, hai ahjumma"
Baekhyun bangkit dari duduknya dan menghampiri eomma-nya yang masih berdiri diambang pintu dengan koper-koper besarnya. Baekhyun memeluknya sejenak, memberikan ucapan selamat datang kembali dan basa-basi kalau ia merindukan wanita paruh baya itu sebelum membantu eomma-nya membawa koper-koper besar itu.
"Baek, kita pulang sekarang!"
"T-tapi eomma, kau baru saja sampai"
"Issh, eomma tidak lelah! Eomma benar-benar merindukan ranjang eomma! Ayo kita pulang"
"Ahjumma, sebaiknya kau istirahat disini dulu. Besok pagi aku bisa mengantarmu dan Baekhyun pulang"
"Tidak perlu Chanyeol. Aku benar-benar ingin pulang"
"Sudahlah, biarkan saja dia pulang! Kau tahu Baekkie? Sejak kemarin eomma-mu terus-terusan merengek untuk pulang. Ia bilang ia begitu merindukanmu dan takut kalau sesuatu hal terjadi padamu"
"A-ah, begitukah eomma? Kau merindukanku?"
"Tentu saja bodoh! Ayo kita pulang!"
"A-aku…..akan mengambil koperku dulu."
Baekhyun berlari dengan tergesa menuju kamar Chanyeol, rasanya cukup berat karena harus meninggalkan ruangan yang sudah menjadi saksi cintanya dengan Chanyeol. Dan ia baru hendak menitikkan air matanya kalau saja sebuah lengan kokoh tidak melingkar diperutnya.
Itu Chayeol. Sudah jelas sekali, tidak mungkin kan kalau Park ahjumma atau eomma-nya yang memeluknya seperti ini. Tangan mereka tidak sekokoh ini.
"Ada apa?"
"Aku….tidak mau kau tinggal"
"Aku juga tidak mau meninggalkanmu sebenarnya. Tapi…..kau dengar sendiri apa yang eomma-ku katakan"
"Hmm, bagaimana kalau berpura-pura tidur lagi? Eomma-mu tidak ak-"
"Tidak bisa Chanyeol, eomma-ku bukan orang yang bisa ditipu dua kali dengan cara yang sama"
Chanyeol menghela nafasnya tidak rela, tangannya yang melingkar diperut Baekhyun ia jauhkan hingga kini beralih untuk membawakan koper milik kekasihnya. Ia benar-benar tak rela kalau harus ditinggal oleh kekasih manisnya yang baru saja resmi beberapa jam lalu.
Lelaki tinggi itu menuruni tangga dengan perlahan, pandangannya atuh kepada kedua wanita paruh baya yang kini malah terlihat asik untuk saling berbincang dan tertawa. Kenapa juga Byun ahjumma tidak mau menginap dirumahnya? Chanyeol pikir kalau masalahnya ranjang tidak masalah. Semua ranjang rasanya sama bruh, Chanyeol sudah pernah mencobanya.
"Ah, sudahkah? Ayo Baekkie cepatlah"
"Sabar eomma. Tubuhku sakit sekali"
"Sakit?"
"A-aa a-aku…."
"Tadi siang Baekhyun terpeleset dikamar mandi"
"Benarkah?"
Baekhyun hanya bisa mengangguk mendengar ucapan Chanyeol, toh ia benar-benar tidak memiliki ide untuk membohongi eomma-nya. Lagian tidak mungkin juga jujur pada eomma-nya kalau tubuhnya sakit karena Chanyeol yang membobol dirinya setiap hari, bisa mati tuli ia karena diceramahi eomma-nya.
Dan sepertinya Baekhyun harus berterimakasih pada Chanyeol setelah ini, ia sendiri tidak tahu apa jadinya kalau tadi Chanyeol tidak buru-buru mencari alasan untuk membantunya.
"Kalau begitu ayolah, taksi-nya sudah menunggu"
"N-ne eomma"
Eomma Byun berjalan dengan tergesa meninggalkan kediaman keluarga Park dengan eomma Park yang mengekor dibelakangnya. Baekhyun dan Chanyeol sendiri masih berdiri didepan pintu besar disana sambil berhadapan. Keduanya tak bisa berkata-kata sampai Chanyeol sendiri langsung memberikan sebuah kecupan dalam pada yang lebih pendek.
"Berjanjilah kita akan terus bertemu setelah ini"
"Ne"
"Kau kekasihku sekarang, kita benar-benar harus sering-sering bertemu setelah ini"
"Ne Chanyeol. Aku tahu, temui aku kapanpun kau mau"
Chanyeol hanya mengangguk dan kembali menggeret koper Baekhyun dengan tangan sebelahnya yang menggenggam tangan lelaki manis itu. Baekhyun tersenyum, rasanya jadi tidak terlalu berat untuk meninggalkan rumah ini setelah Chanyeol mengatakan akan sering-sering menemuinya nanti.
.
.
.
"Huft, eomma benar-benar merindukan rumah kita"
"Kau hanya pergi 5 hari eomma."
"Terserahlah. Ohiya, bagaimana rasanya serumah dengan Chanyeol? Kau baik-baik saja kan? Dia tidak membully-mu kan? kau tidak jatuh cinta padanya kan? Atau…..kau tidak sampai bercinta dengannya kan? Kalau sampai kau bercinta dengan Chanyeol, mat-"
"Satu-satu eomma~ kau membuatku pusing"
"Y-yak! Kau mau kemana Baekkie?"
Sungguh, Baekhyun tidak ingin mendengar kalimat terakhir yang akan keluar dari mulut eomma-nya. Ia tahu ia anak nakal, ia tahu kalau ia adalah anak bodoh yang hanya bisa membohongi eomma-nya. Tapi dibalik itu semua, ia sungguh-sungguh menyayangi eomma-nya. Ia tidak mau eomma-nya marah padanya, ia tidak mau eomma-nya berpikir macam-macam hingga kesehatannya terganggu. Baekhyun tidak tahu harus apa kalau sampai eomma-nya mengetahui apa yang sudah ia lakukan bersama Chanyeol belakangan ini.
Ia berlari memasuki kamarnya dan segera berbaring diatas ranjangnya yang terasa cukup dingin karena berhari-hari tidak ia tempati. Baekhyun tersenyum mengingat bagaimana kesan pertamaya ketika bertemu Chanyeol. Itu menyenangkan, dan Baekhyun tersipu sendiri mengingatnya.
.
.
.
"Kau tidak boleh marah pada eomma Chanyeol!"
"Kenapa? Eomma mengurungku bersama Baekhyun dirumah ini berhari-hari dan aku tidak boleh marah? Yang benar saja"
"Tentu saja tidak boleh! Kau senangkan berduaan dengan Baekhyun?"
"Apa?"
"Ayolah sayang~ kau bisa jelaskan pada eomma mengenai tumpukan pakaian kotormu yang berbau aneh itu besok pagi! Eomma mengantuk!"
"A-apa? E-eomma a-apa yang ka-"
"Eomma tidak bodoh untuk mengetahui apa yang kau lakukan pada Baekhyun sayang! Ngomong-ngomong siapa yang dimasuki? Kau atau Baekkie? Hmm, sepertinya Baekkie. Dia kan yang paling manis. Bagaimana rasanya Yeol?"
"EOMMA!"
Kalau sebuah tanduk bisa keluar dari kepala Chanyeol, mungkin kini terdapat dua yang mengacung tegak disana. Wajahnya memerah dan eomma-nya hanya terkekeh tak henti-henti sambil memegangi perutnya. Wanita itu berjalan meninggalkan Chanyeol dan segala malunya sendiri diruang tengah. Ayolah, darimana eomma-nya bisa mengetahui itu? Pakaian kotor berbau aneh? AH, harusnya tadi ia langsung mencuci itu semua.
.
.
.
Pagi ini sebenarnya terasa sedikit berbeda bagi Chanyeol, biasanya ketika ia bangun tidur satu-satunya hal yang ia lihat hanyalah wajah manis Baekhyun yang tengah memejamkan matanya. Memang itu hanya berlangsung selama lima hari, namun Chanyeol menyukainya.
Sarapan pagi ini juga berbeda, biasanya Baekhyun yang akan memasak untuknya. Menyuapi makanan dengan sabar sambil duduk diatas pangkuannya. Namun sekarang? Ia bangun dan yang pertama kali ia lihat hanya sisi ranjang yang kosong. Dan ketika sarapanpun, hanya ada eomma-nya. Tidak mungkin kan kalau ia minta disuapi oleh eomma-nya. Duh, pasti ia sudah gila kalau sampai meminta disuapi eomma-nya.
"Makan saja Chanyeol! Memangnya itu tidak enak?"
"Issh, ne eomma!"
"Cepat selesaikan makanmu dan setelah itu tolong eomma"
"Menolongmu?"
"Hn. Tenang saja, kau pasti akan sangat menyukai ini"
"Apa?"
"Selesaikan dulu makanmu!"
Chanyeol kembali memasukan potongan-potongan roti yang ada didalam piring kedalam mulutnya. Ia tak begitu bersemangat, apalagi setelah mendengar eomma-nya menyuruhnya setelah ini. Huh, menyukainya? Heol, paling-paling wanita itu hanya akan meminta diantar bekerja atau menemaninya untuk bertemu beberapa model cantik untuk pemotretan yang akan dilakukan.
Mungkin kalau eomma-nya memita itu sebelum Chanyeol bertemu Baekhyun lelaki itu akan merasa sangat senang. Apalagi ia bisa dengan mudah mendapatkan model-model itu dan mengajaknya bersenang-senang untuk beberapa hari. Tapi sekarang berbeda, ia sudah kurang bernafsu pada wanita-wanita sexy itu,dan kalau kalian ingin protes salahkan saja Baekhyun dan juga bokong indahnya.
"Eomma, aku sudah selesai!"
"Ah, kalau begitu kau langsung saja antar paket besar diruang tamu itu kerumah Byun ahjumma!"
"Byun ahjumma? Bukannya kau akan memintaku untuk mengantarmu?"
"Hei, aku tidak mengatakan itu! Sudah sana, aku tidak mau si Byun itu marah-marah karena paketnya telat datang. Kami akan ada pekerjaan siang ini. Bersenang-senanglah bersama Baekkie"
"e-eomma"
"Cepat! Kau mau bertemu Baekkie kan?"
"Baiklah"
Dengan tergesa Chanyeol meyambar kunci mobil dan juga paket besar yang eomma-nya maksud setelah ia bersikap sok-sok menolak didepan eomma-nya. Senyum lebarnya terus-terusan terukir bahkan ketika ia berada didalam mobilnya. Ia melaju dengan sangat cepat dan tidak peduli kalau ia bisa saja ditilang atau yang lebih parah sampai menabrak orang.
Dan senyumnya makin mengembang ketika mobilnya sudah berhenti didepan rumah besar yang eomma-nya maksud. Ia menyambar kacamata hitamnya dan mengenakannya. Ia berjalan santai dengan paket besar yang ada dipelukannya.
Ia menekan bel yang ada disana sampai tiba-tiba intercom diseelahnya berbunyi dan cukup mengejutkan.
"Siapa? Ada perlu apa?"
Ah, mendengarnya saja Chanyeol sudah dapat menebak siapa itu. Itu suara kekasih manisnya, dan dari suaranya terdengar seperti ia baru saja bangun tidur. Menggemaskan sekali, Chanyeol jadi ingin menyerangnya lagi.
"Kiriman paket"
"Masuklah"
Ya tuhan, Chanyeol sendiri tak mengerti kenapa otaknya bisa sampai semesum itu. Ia jadi membayangkan yang macam-macam ketika Baekhyun memintanya masuk. Pagar besar rumah itu terbuka dengan perlahan dan Chanyeol yang tidak ingin melewatkan kesempatanpun langsung memasuki rumah besar itu dan berjalan dengan tergesa menuju pintu utama disana.
Ia menunggu dan tiba-tiba saja pintu besar itu terbuka hingga menampakkan kekasih manisnya yang masih setengah memejamkan mata.
"Aku harus tanda tangan atau tidak?"
"Tidak perlu. Cap bibir saja cukup"
"Kau gila ahjussi! Letakan saja paketnya disana! Ngomong-ngomong itu paket untuk siapa?"
"Byun Nara"
"Ah, untuk eomma"
Baekhyun mengangguk mengerti dan segera berbarig disofa besar ruang tamunya. Tanpa memeperdulikan Chanyeol yang kini menatapnya gemas. Lelaki manis itu bahkan tidak menyadari kalau kekasihnya yang datang. Minta dihukum eoh?
"Kalau sudah kau boleh pulang ahjussi! Terimakasih"
Chanyeol tidak menyahutinya dan malah berjalan mendekat kearah Baekhyun hingga ia sendiri tak sadar kalau ia sudah berada diatas lelaki manis itu. Ia tak peduli kalau Byun ahjumma bisa saja muncul dengan tiba-tiba dan memergoki apa yang tengah ia lakukan pada anak manisnya.
"Apa yang kau lakukan ahjussi? Menyingkirlah atau aku akan berteriak!"
"Berteriak saja!"
"Yaak! Maksudmu apa hah? Kau mau aku panggilkan kekasihku agar kau dipukuli?"
"Aku tidak takut!"
"Yak! Ahjus- Chanyeol?"
"Sudah sadar?"
Baekhyun segera bangun dan mendorong Chanyeol yang berada diatas tubuhnya hingga lelaki itu duduk disisi sofa yang kosong. Lelaki tampan itu menyeringai dan melepaskan kacamata hitamnya, tangannya terangkat dan mencubit dengan gemas hidung Baekhyun hingga memerah.
"Kelihatannya kau mengantuk sekali."
"Ne, aku tidak bisa tidur semalam"
Mode manja Baekhyun nampaknya akan secara otomatis aktif jika sedang berada didekat Chanyeol. Buktinya ia langsung mendekat kearah Chanyeol dan memeluknya sambil menenggelamkan wajahnya didada bidang lelaki itu.
"Kenapa? Memikirkanku? Atau karena lubangmu terasa kosong?"
"Hmm, keduanya mungkin"
"Mau kuisi?"
"Tidak, nanti kalau eomma melihat ia bisa marah"
"Kan eomma-mu tidak ada"
"Kata siapa? Ia sedang membuat sarapan"
Chanyeol mengangguk dan mengusak rambut Baekhyun sambil sesekali mengecup kening anak itu. Tangannya yang berada dipinggang Baekhyun bergerak naik turun didalam piyama tidur yang Baekhyun kenakan.
Padahal baru semalam ia berpisah dengan Baekhyun dan ia sudah benar-benar rindu pada kekasihnya itu. Dan karena tidak tahan pun ia menarik Baekhyun, menyentuh dagunya dan menariknya hingga bibir mereka saling bertubrukan.
Chanyeol menciumnya dengan tak sabaran, bibirnya melumat bibir Baekhyun bergantian dan tidak memberikan sedikitpun kesempatan pada Baekhyun untuk membalasnya. Lidahnya melesak kedalam mulut lelaki itu dan langsung melilitkan lidahnya pada lidah Baekhyun didalam sana. Saliva keduanya sudah mengalir namun tidak dipedulikan.
Tangan kokohnya yang berada dipunggung Baekhyun turun dengan perlahan hingga masuk kedalam celana lelaki manis itu. Baekhyun bisa merasakan bagaimana bokongnya yang disentuh dengan sensual oleh kekasihnya. Ia makin mendekatkan tubuhnya pada Chanyeol hingga bokongnya makin terangkat dan memudahkan lelaki itu untuk menjamah daerah itu.
"Mhhm Yeolliehhh"
Baekhyun tidak bisa berbohong kalau pada kenyataannya sesuatu dibawah perutnya terasa menegang dan berdiri ketika Chanyeol menggoda lubangnya dengan jemari-jemari kokoh yang dimiliki lelaki itu. Baekhyun mengalungkan tangannya dileher Chanyeol dan mulai menjambaki rambut belakang lelaki itu untuk melampiaskan rasa nikmat yang ia rasakan.
Ia ingin mendesah sungguh, tapi rasanya cukup sulit karena Chanyeol benar-benar menambal bulutnya dengan bibir tebalnya. Holenya yang berkedut itu pun sudah ditusuk-tusuk dengan teratur oleh jari-jari Chanyeol. Hanya tinggal kejantanannya yang makin menegang dan tak tersentuh yang terasa mengganggu. Baekhyun tidak bisa menunggu lagi, ia ingin Chanyeol mengulumnya. Menghisap-hisapnya hingga pipi lelaki tampan itu mencekung dan Baekhyun menyemburkan cairan cintanya didalam mulut lelaki itu. Ya, Baekhyun menginginkan itu kalau saja ia tidak ingat eomma-nya ada dirumah saat ini.
Eomma-nya?
Eomma?
Sudahlah, nanti saja dipikirkannya. Baekhyun mengetatkan lubangnya dan menjepit jemari Chanyeol yang tengah menusuk-nusuk lubangnya hingga membuat lelaki itu menggeram didalam ciumannya. Baekhyun sendiri menyeringai dan menarik sedikit celananya hingga mempermudah tangan Chanyeol dilubangnya. Oh god, Baekhyun bersumpah kalau kejantanan Chanyeol yang berada didalam pasti rasanya akan lebih nikmat.
"Astaga!"
TBC
Maaf sebelumnya salah update, efek ngantuk kayaknya hehe….
Yeayy, Chap ini selesai juga wkwk~
Akhirnya dengan seluruh keyakinan hatiku aku memutuskan kalau ini akan berakhir dengan MPREG wkwk *ketawanista
Dan berhubung sudah diputuskan seperti itu, dengan berarti ini adalah ff MPREG pertama-ku yang ku publish di FFN. Mohon dukungannya~
Review ne^^