Nightmare

Wajah penuh darah itu masih terlihat dengan jelas. Rambut panjang dari wanita yang sangat ia cintai itu tercampur dengan merahnya darah. Tangan yang biasa memeluknya kini terkulai tanpa bisa bergerak. Namja itu bisa melihat beberapa perawat yang berlarian dengan panik diselingi dengan kalimat-kalimat yang tidak begitu didengarkan olehnya, bersama seorang dokter. Masuk menuju ruang operasi. Namja itu hanya bisa mematung menatap pintu operasi yang sudah tertutup. Memisahkan dirinya dengan wanita yang sangat dia cintai, dengan ibunya.

Namja itu masih berdiri mematung saat seorang dokter keluar dari ruang operasi. Ayahnya, langsung menghampiri dokter itu. Sedangkan dirinya, tetap berdiri ditempat. Dengan tangan kanannya yang terus menggenggam tangan kiri bocah kecil yang berdiri disampingnya. Namja itu menatap ayahnya yang kini berjalan kearahnya. Menggendong bocah kecil itu dan membawa namja itu kedalam pelukan sosok paruh baya itu. Ayahnya mengecup pipi bocah kecil itu berkali-kali.

"Appa.."

Sosok yang dipanggil appa menoleh. Memandang lekat putra sulungnya itu.

"Dong Hae-ya.. anakku.."

"Eomma, bagaimana appa?"

Sang ayah tidak menjawab, membuat perasaan buruk mulai menghinggapi hati namja bernama Dong Hae itu.

"Appa.."

Ayah tetap tidak kunjung menjawab. Namja paruh baya itu hanya bisa memeluk anak sulungnya dengan erat. Air mata tidak bisa lagi ditahan olehnya. Sedangkan Dong Hae, hanya bisa terdiam. Semua perilaku ayahnya menunjukkan sesuatu yang sangat buruk terjadi pada ibu nya. Bagaimana ini?

"Eomma, tidak apa-apa kan, appa?" kini bukanlah suara Dong Hae, tapi suara lucu dari bocah berusia 5 tahun yang menggemaskan dengan pipi gembilnya. Bertanya penuh harap pada sang ayah. Membuat ayah nya merasakan perasaan sedih yang amat dalam. Bagaimana dia menjelaskan hal ini pada anak bungsunya? Dia masih terlalu kecil untuk mengalami hal ini.

"Kyu Hyun-nie.."

"Eomma pasti tidak apa-apa. Soalnya eomma sudah janji pada Kyu Hyun-nie kalau minggu depan kita akan pergi ker Busan. Kerumah halmoni! Iya kan appa?" ujar bocah itu dengan riang. Seolah memang ibu nya akan baik-baik saja dan memenuhi janjinya itu.

"Dong Hae-ya, Kyu Hyun-nie.. eomma.. sudah pergi.. "

Dong Hae sudah terisak hebat dengan tangan yang menggenggam jas ayahnya begitu erat. Sedangkan Kyu Hyun, mengerutkan dahinya.

"Pergi kemana appa? Kenapa tidak mengajakku?"

"Sayang, eomma pergi kerumah Tuhan.. bersama bidadari…"

"Ke rumah Tuhan?" mata jernih bocah itu mulai meredup dengan cairan bening yang membasahi matanya. Kyu Hyun, bocah kecil yang sudah mengerti apa itu arti dari pergi ke rumah Tuhan.

"Kenapa eomma pergi appa? Hiks, dia, hiks, sudah janji pada ku.. " Kyu Hyun tidak bisa menahan tangisnya lagi. Bocah itu menangis keras sekali, meraung-raung memanggil sang ibu. Berharap ayahnya berbohong. Berharap ibu nya akan keluar dari ruangan itu dengan senyum hangatnya seperti biasa, membawanya kedalam pelukan hangatnya seperti biasa. Sang ayah melepas rangkulan nya pada Dong Hae. Memeluk Kyu Hyun yang kini terbatuk karena terlalu keras menangis.

Dong Hae menatap kosong pandangan didepannya. Airmata tetap mengalir membasahi pipi dari namja tampan itu. Hatinya terasa kebas mengetahui kenyataannya. Dia belum bisa mempercayai hal ini. Ibu nya baik-baik saja tadi pagi. Ibu membangunkannya seperti biasa. Menyiapkan sarapan untuknya dan Kyu Hyun serta ayahnya seperti biasa. Bahkan tadi siang saat dia pulang dari kampus, ibu nya menyambutnya seperti biasa. Tapi malam ini, kenapa ibu nya harus pergi? Bagaimana dia harus menjalani hidup tanpa ibunya?

"HYUNG!"

Dong Hae terperanjat kaget mendengar teriakan itu. Matanya mengerjap. Kemudian menghela napas ketika mengetahui bahwa dia kembali memimpikan kejadian naas itu.

"Hyung, gwenchana?"

Dong Hae bangun dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur. Menatap bocah kecil yang menatapnya khawatir. Dong Hae tersenyum melihat Kyu Hyun yang tetap menggemaskan diusianya yang sudah mencapai 7 tahun. Malah makin menggemaskan. Dengan mata yang terlihat selalu berbinar, pipi chubby yang selalu membuatnya ingin mencubit dan mengecup pipi adiknya itu.

"Hyung tidak apa-apa.. hyung membangunkan mu ya?"

Kyu Hyun mengangguk polos, matanya tetap menyiratkan kekhawatiran pada sang kakak. Bocah kecil itu masih terlelap dalam tidurnya sebelum terbangun dengan igauan sang kakak. Hampir menangis saat melihat Dong Hae bergerak gelisah dengan keringat yang menghiasi wajahnya.

"Hyung mimpi buruk ya?" tanya Kyu Hyun, sambil merangkak mendekati Dong Hae. Duduk disamping kakaknya.

"Ne. Buruk sekali."

"Eum.. baju hyung basah.." gumam Kyu Hyun pelan yang masih dapat terdengar oleh Dong Hae. Namja itu melihat piyama biru muda nya, dan memang piyama itu sudah basah oleh keringatnya.

"Kalau begitu, hyung mandi dulu. Setelah itu kita siapkan sarapan, oke?"

"OK!" seruang nyaring ditambah dengan wajah ceria Kyu Hyun membuat perasaan Dong Hae membaik. Mengacak pelan rambut halus adiknya, Dong Hae bertanya "Mau mandi bersama hyung?"

Kyu Hyun menggelengkan kepalanya cepat disusul dengan kerucutan imut dari mulutnya.

"Kenapa?" tanya Dong Hae

"Kyu sudah besar! Kyu bisa mandi sendiri, nanti setelah hyung selesai mandi." Tak pelak jawaban tegas ala bocah kecil itu membuat Dong Hae tertawa geli.

"Baiklah, baiklah. Kyu Hyun yang sudah besar. Hyung mandi duluan.." Kyu Hyun hanya menganggukkan kepalanya sambil memperhatikan Dong Hae yang berjalan kearah kamar mandi dikamar mereka. Kyu Hyun tidak ingin tidur terpisah dengan Dong Hae sejak kepergian sang ibu. Menurut Kyu Hyun, kamar pribadinya menjadi sebuah kamar yang selalu membuatnya menangis karena terus teringat akan sang ibu.

Kedua saudara itu kini tengah sibuk membuat sandwich di dapur rumah mereka. Sebenarnya hanya Dong Hae yang sibuk membuat sandwich sementara Kyu Hyun? Putra bungsu keluarga Lee itu tengah sibuk dengan susu coklatnya. Bocah itu duduk di meja pantry, matanya menatap kakaknya. Sesekali berseru untuk tidak menambahkan sayuran pada sandwichnya. Dan akan menangis jika Dong Hae memaksa untuk menambahkan sayuran pada sandwich adiknya, sehingga mau tidak mau Dong Hae harus menuruti keinginan Kyu Hyun.

Lee Dong Hae, putra sulung yang kini berusia 24 tahun. Namja tampan yang sudah mampu membuka usaha sendiri, yaitu membuka sebuah cafe dengan nama Gril Taco. Ayahnya memang tidak mempermasalahkan Dong Hae untuk membuka usaha sendiri, asal Dong Hae bisa menjamin keberhasilan dari usahanya. Dan memang usaha yang dirintis Dong Hae berhasil membuat sang ayah bangga. Café Gril Taco sedang menjadi café favorit di kalangan remaja saat ini. Sedangkan Lee Kyu Hyun, putra bungsu keluarga Lee yang menggemaskan itu sudah memasuki Sekolah Dasar kelas satu. Anak laki-laki yang cerdas dan polos tetapi selalu menganggap dirinya sudah besar. Bocah lucu yang selalu bermanja ria pada kakaknya dan tidak bisa jauh-jauh dari kakaknya.

"Sarapan sudah jadi. Kyu, bangunkan appa ya?"

"Siap bos!" ujar Kyu Hyun lantang sambil berjalan cepat menaiki tangga menuju kamar ayahnya. Dong Hae tersenyum melihat kelakuan Kyu Hyun. Namja itu bersyukur, dua tahun setelah kepergian sang ibu, Kyu Hyun kembali menjadi adiknya yang dulu. Dia ingat, beberapa minggu setelah ibu pergi. Kyu Hyun sering menangis sambil memanggil ibu, hampir setiap malam bermimpi buruk, tidak ingin makan sampai harus dirawat di rumah sakit. Dong Hae mengerti kenapa Kyu Hyun bisa seperti itu, sang ayah pun mengerti. Karena Kyu Hyun begitu dekat dengan sang ibu. Bocah itu tidak bisa terlalu jauh dari ibunya. Jadi, pada saat ibu telah pergi, anak itu lah yang sangat kehilangan sang ibu. Sebenarnya Dong Hae juga sama seperti Kyu Hyun, begitu kehilangan sosok ibu. Tapi, dia tidak boleh terlihat lemah di depan sang adik yang kini sangat bergantung padanya. Dia juga tidak mau menambah kesedihan ayah, jadi sebisa mungkin Dong Hae menyimpan semua perasaan sedih di dalam hatinya.

Mata indah Dong Hae terlihat sendu, meningat kejadian sang ibu kecelakaan kembali termimpikan olehnya. Sudah tiga malam, setiap tidur dia selalu memimpikan hal itu. Dan hari ini, Dong Hae memutuskan untuk mengunjungi ibu nya. Suara langkah kaki terdengar, membuat Dong Hae segera mengganti ekspresinya. Mata yang terlihat sendu terganti dengan mata berbinar khas Lee Dong Hae dengan senyum cerahnya. Senyumnya semakin lebar saat melihat Kyu Hyun berada dalam gendongan ayahnya. Ayahnya yang kini sudah berusia 48 tahun itu masih terlihat muda untuk pria seusianya. Ayahnya yang mendirikan sebuah agensi yang kini telah menjadi salah satu agensi terbesar dengan penyanyi-penyanyi yang telah mencapai kesuksesan mereka.

"Appa, kami sudah membuatkan sarapan untuk kita semua.." ungkap Kyu Hyun sambil menunjuk meja makan.

"Benarkah?" Kyu Hyun mengangguk semangat.

"Kami? Perasaan tadi hanya hyung yang sibuk membuat sandwich." Ujar Dong Hae serasa melangkah menghampiri ayah dan adiknya. "Sementara adik hyung yang satu ini hanya sibuk meminum susunya sambil merecoki hyung untuk tidak menambahkan sayuran pada sandwich nya." Lanjutnya, tangannya mencubit pelan kedua pipi tembam adiknya. Tawa keluar dari dua pria itu saat melihat Kyu Hyun mengerucutkan mulutnya.

Tak lama, ketiga orang itu melangkah menuju meja makan berukuran sedang dengan lima kursi. Ayah duduk di kursi yang berada ditengah, Dong Hae dan Kyu Hyun duduk di kursi samping kanan, berdampingan.

"Appa, hari ini aku akan mengunjungi eomma.." beritahu Dong Hae ketika sarapan telah selesai. Kyu Hyun menatap Dong Hae terkejut. Pasalnya, sang kakak tidak memberitahu hal ini padanya.

"Silahkan, tapi appa tidak bisa ikut. Mianhae.." ujar ayah dengan raut wajah menyesal.

"Tidak apa-apa. Hae tahu appa sedang sibuk sekarang.." Dong Hae memaklumi kesibukan ayahnya sekarang di perusahaan. Apalagi minggu-minggu terakhir ini terjadi masalah di perusahaan ayahnya. Ada salah satu pegawai kepercayaan ayahnya yang menggelapkan uang perusahaan sehingga membuat ayahnya menjadi sangat sibuk. Belum lagi ada beberapa artis yang ingin memutuskan kontrak dengan perusahaan ayahnya.

"Kyu tidak diajak hyung?" Dong Hae menoleh kesamping dan langsung mendapati wajah murung Kyu Hyun.

"Kata siapa hyung tidak mengajak Kyu?"

Mata berbinar Kyu Hyun langsung terlihat dan detik berikutnya bocah itu bersorak gembira karena bisa ikut mengunjungi ibu dengan kakaknya. Ada perasaan bangga yang menyelimuti hati Dong Hae. Bangga karena sang adik sudah tidak sedih lagi jika mengungkit tentang ibu nya. Tapi, ada perasaan miris mengingat Kyu Hyun ditinggalkan ibu saat masih kecil. Dong Hae tahu, amat sangat tahu bahwa sebenarnya Kyu Hyun merindukan seorang ibu.

Dong Hae duduk didepan makam sang ibu dengan Kyu Hyun yang berada di pangkuannya. Duduk dengan nyaman, bersandar pada dada hyung nya. Mata Dong Hae terlihat sendu saat melihat nama ibu yang tertera di batu nisan itu. Perasaan rindu kepada sang ibu membuat perasaannya begitu sesak. Sampai saat ini, jika harus jujur, Dong Hae masih belum bisa menerima dengan kepergian ibu nya. Dia selalu menganggap ini mimpi buruk dan dia akan terbangun suatu saat nanti dengan sang ibu yang tersenyum kepadanya. Tapi, kenyataan tidak bisa sejalan dengan harapannya kali ini. Karena semua bayangannya tidak akan terwujud sampai kapanpun. Dong Hae masih mengingat dengan jelas kenangan-kenangan yang telah dilaluinya bersama ibu nya.

Kyu Hyun terkejut saat merasakan bahunya terasa basah. Bocah menggemaskan itu berbalik dan mendapati hyung satu-satunya itu tengah menangis. Mata berbinar Kyu Hyun mulai berkaca-kaca, bibirnya melengkung kebawah.

"Hyung, hiks.."

Dong Hae tersentak saat mendengar isak tangis Kyu Hyun. Dilihatnya bocah itu sudah menagis tersedu. Membuat perasaan bersalah muncul dihati namja tampan itu.

"Kyu Hyun-nie kenapa menangis?" tanya Dong Hae sambil menghapus airmata Kyu Hyun.

"Hyung nangis. Wae?"

"Hyung.. merindukan eomma.." jawab Dong Hae, jujur.

"Kyu juga rindu eomma.. Kenapa Tuhan membawa eomma hyung? Padahal Kyu ingin eomma yang mengantar Kyu saat masuk sekolah.."

Hati Dong Hae terasa seperti dicubit. Adik nya yang menggemaskan sudah mengatakan tentang betapa dia sangat merindukan ibu. Dong Hae langsung membawa Kyu Hyun kepelukannya. Mengusap punggungnya, sama seperti ibu saat Kyu Hyun atau Dong Hae menangis.

"Tapi, hiks, tidak apa hyung. Kyu dengar dari halmoni kalau eomma pergi ke rumah Tuhan karena Tuhan begitu menyayangi eomma.. meski sedih tapi halmoni bilang eomma pasti bahagia bersama bidadari-bidadari cantik disana."

Dong hae hanya bisa terdiam mendengarkan rentetan kalimat yang diucapkan Dong Hae. Dong Hae tidak menyangka bahwa pemikiran adiknya memanglah lebih dewasa dari bocah seumurannya.

"Kyu tidak apa-apa? Ditinggal eomma?"

"Tidak apa-apa." Jawab Kyu Hyun sambil menggeleng. "Karena Kyu Hyun-nie masih punya appa dan hyung." Lanjutnya dengan senyum menggemaskan yang ditunjukkan Kyu Hyun. Membuat seulas senyum terpatri diwajah Dong Hae. Kini, didalam hatinya namja tampan itu akan mengikuti pemikiran adiknya. Tidak apa-apa jika memang ibunya harus pergi. Karena masih ada ayah dan adiknya.

Eomma, seperti yang Kyu Hyun-nie bilang. Eomma berbahagialah disana bersama bidadari-bidadari cantik. Kami disini baik-baik saja. Karena kami masih bersama. Karena aku masih memiliki ayah dan Kyu Hyun-nie. Saranghae eomma..

End of Chapter 1

Terima kasih sudah membaca..

saya baru disini jadi saya membutuhkan kritik san saran dari kalian.. :)