.

시간 여행자—Time Traveler

Rated : T

Pair : Kwon Soonyoung x Lee Jihoon

Cast : Woozi, Hoshi, etc.

Length : Chaptered

.

Dia sibuk bercerita tentang bagaimana rasanya menaiki mesin waktu. Aku ingat, dia bilang rasanya seperti di tarik ke dalam black hole yang bentuknya seperti donat.

.

Chapter 1

"Jihoon, kau sudah selesai?"

Aku menggeleng dan kembali menyesap kopiku. Aku memandang ke arah jendela besar di sampingku. Langit sudah menampilkan warna oranye dan orang berlalu lalang dengan cepat. Aku bisa melihat wajah mereka yang kelelahan; mungkin karena bekerja, aku tak pernah tahu.

Ngomong-ngomong, yang baru saja bertanya apakah aku sudah selesai itu sahabatku—namanya Wonwoo.

Tampaknya dia sudah jenuh karena kami sudah berdiam di sini selama dua jam, dan aku belum juga menyelesaikan minumku. Ketika aku meliriknya, dia sudah memasang tampang sebal sambil melipat lengannya. "Kalau kau akan tetap tinggal di sini sampai malam, aku lebih baik pulang sekarang."

"Ayo, kita pulang sekarang." Aku memilih untuk pulang sekarang bersama Wonwoo daripada harus sendirian di kafe ini sampai malam datang. Aku meninggalkan kopiku yang baru habis setengah di meja dan pergi ke kasir.

.

Setelah mengantar Wonwoo pulang lebih dulu, aku memutar arah dan melangkahkan tungkaiku menuju rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore ketika aku melirik ke arloji yang melekat di pergelangan kiriku. Jika aku tidak lebih cepat, Ibu bisa saja mengurungku di luar—Ibuku masih menganggapku anak kecil, padahal aku sudah kelas sebelas.

Pikiran tentang Ibu lenyap begitu saja ketika seorang laki-laki tiba-tiba muncul di hadapanku, serius, tiba-tiba.

Dia seperti—berteleportasi, atau mungkin memang benar dia melakukan itu. Bagaimana pula kau bisa tiba-tiba muncul di hadapan seseorang dan orang itu tidak tahu kau berasal dari mana?

Aku memandangnya, menelisik penampilannya dari atas sampai bawah. Cara berpakaiannya biasa saja—kaus hitam tipis dan celana selutut. Memang biasa saja, tapi itu sedikit aneh karena sekarang sudah musim gugur dan udara sudah mulai mendingin.

Rambutnya pirang dan matanya sipit, lucu. Aku hendak menanyakan dia itu siapa, tapi sebuah suara sudah memotongnya.

"Halo, Lee Jihoon."

Tunggu—bagaimana cara dia tahu namaku? Melihat name tag-ku? Itu tidak mungkin, aku tidak mengenakan jas seragam sekolahku di mana aku biasa memakai name tag di seragam itu. Sekarang aku mengenakan jaket baseball dan kemeja.

Lelaki itu tersenyum padaku, aku sempat luluh dibuatnya. Tapi aku masih penasaran, bagaimana cara dia tahu namaku? Jadi aku memutuskan untuk bertanya langsung padanya.

"Apakah kau seorang stalker? Bagaimana cara kau tahu—"

Dia memotongnya dengan kata-kata yang sangat sulit untuk dipercaya oleh siapa pun di dunia ini. "Aku datang dari masa depan."

Aku tertawa, kata-katanya sulit untuk dipercaya. "Kau berbohong."

Dan dia malah menawarkan ajakan padaku. "Mau melihat mesin waktu yang membawaku kemari?"

Sebenarnya aku ragu untuk menyetujui ajakannya—aku jadi ingat Ibu, mungkin aku akan dikurung di luar malam ini olehnya. Tapi, sesekali melanggar peraturan tampaknya tak apa-apa.

Aku menghela napas dan menatapnya. "Baiklah. Tapi kalau kau berbohong, aku akan membuangmu ke kandang buaya."

Dia menatapku heran, seperti tidak mengerti apa yang aku bicarakan. Tapi tampaknya dia langsung melupakan itu dan menarik lenganku.

.

Dia menyeretku ke sebuah gudang, benar-benar menyeretku.

Aku kesal, tentu saja. Terlebih lagi, aku belum tahu siapa namanya. Beberapa kali aku memberontak karena dia menarik lenganku terlalu keras, dan dia sama sekali tidak meminta maaf, malah semakin kuat menggenggam lenganku dan dia tertawa.

Ketika kami sudah masuk ke dalam gudang itu, aku benar-benar terkejut.

Aku sudah melihatnya—mesin waktu. Bentuknya panjang seperti box amunisi. Aku sudah bisa menebak benda itu sangat berat, mungkin 600kg atau kurang. Warnanya hitam, tapi aku tidak benar-benar bisa menebak alat apa saja yang digunakan untuk membuat mesin waktu yang seperti ini.

Aku memutuskan untuk bertanya setelah mengagumi mesin waktu yang katanya membawanya ke masa sekarang. "Kau berasal dari tahun berapa?"

"2135."

Aku melongo, tentu saja. Pastilah aku sudah mati pada tahun itu, mustahil aku masih hidup—mungkin ada kemungkinan tapi aku tidak percaya. "Lalu, cara kau tahu namaku?"

Dia menjawab setelah nyengir. "Semuanya bisa kau lakukan di zamanku, Jihoon. Aku menemukan sebuah alat dari ruang kerja Ayahku—"

Dia berjalan mendekatiku—mendekati mesin waktu dan mengusap bagian atas benda itu. "—saat itu Ayah tidak ada di ruang kerjanya. Dan aku menemukan alat, aku tidak tahu namanya. Tapi aku bisa melihat sesuatu, semua hal yang terjadi di zaman dahulu. Sebelum aku lahir." Dia berhenti sejenak untuk mengambil napas, kemudian melanjutkan. "Aku memulainya dengan melihat-lihat tahun 1950, tidak terlalu menarik, tahun-tahun itu terlalu menyeramkan—menurutku."

Aku mengangkat alisku, apakah benar menyeramkan? Aku jadi penasaran sekarang.

"Aku terus melihat-lihat sampai akhirnya; ke tahun 2015. Aku bisa melihat semuanya; orang-orang yang sedang makan di rumah, yang sedang di toilet. Kemudian aku melihatmu, sedang berjalan pulang ke rumah."

Kemudian dia memutar tubuhnya untuk menghadapku, dan tersenyum. Lagi-lagi aku sempat luluh.

"Aku mencari tahu tentangmu, dan aku mendapatkan semuanya. Aku tahu di mana kau tinggal, bagaimana cara kau lahir, umurmu—"

Aku memotongnya. "Sebentar, bagaimana cara aku lahir?"

Ia mengangkat sebelah alis, sedikit ragu untuk menjawab. "Ya... dioperasi, 'kan?"

Setelah bertepuk tangan dengan tidak niat sekitar dua kali, aku melanjutkan. "Itu hebat. Lalu apa lagi yang ingin kau ceritakan?"

"Jadi aku kembali ke tahun 2015 untuk mencari tahu tentang dirimu. Dan—aku tidak berniat untuk kembali lagi ke masa depan."

"Tunggu, apa?"

Dia tersenyum lagi—tapi kali ini agak berbeda, seperti ada suatu hal menyakitkan yang sedang memaksa masuk ke dalam pikirannya. "Siapa yang peduli tentangku di masa depan? Ayahku bahkan tidak, dia tidak suka denganku. Jadi aku mengambil mesin waktu dan memutuskan untuk mundur ke masa lalu."

Aku menghela napas. Ternyata orang seperti dia bisa mengalami hal-hal menyedihkan juga. Setelah dia mengatakan itu, tak ada satu pun di antara kami yang berbicara selama beberapa menit, jadi aku memutuskan untuk bertanya. "Berapa lama waktu yang kau butuh 'kan untuk sampai di masa-ku?"

Kali ini dia berceramah tentang sesuatu yang sebagian besar tidak aku mengerti. "Ini mesin waktu yang tipenya lebih besar, C217. Bisa menampung sampai 15 orang—tapi aku menggunakannya sendiri. Tak ada batas maksimum untuk kembali ke masa lalu, aku bisa saja kembali ke zaman dinosaurus kalau aku mau."

"Lalu?"

"Mesin ini bisa membawaku ke masa silam dengan kecepatan 20 tahun per jam."

Aku menghitung berapa lama waktu yang Ia butuh kan untuk kembali ke masa-ku—aku menghitung menggunakan jari. "Sekitar, 6 jam?" Dan dia mengangguk, berarti jawabanku benar.

Dia sibuk bercerita tentang bagaimana rasanya menaiki mesin waktu. Aku ingat, dia bilang rasanya seperti di tarik ke dalam black hole yang bentuknya seperti donat. Bentuk tubuhmu akan berubah seperti spageti dan aku sempat jijik karena itu.

Sampai ada satu hal yang aku lupakan darinya. "Siapa namamu?"

Dia menjawab. "Kwon Soonyoung, umurku 17 tahun. Dan aku akan menjadikan kau pacarku."

To Be Continued

.

hai ketemu lagi bersama saya, bootae.

jadi kebiasaan, suka nulis ff baru tapi yang lama ga dilanjutin ;(

apakah liburan kalian menyenangkan? saya engga nih ;(

ish malah jadi ngoceh ga jelas.

maafkan bootae kalo pada ga ngerti sama isinya, sejujurnya ini cuma ff asal asal aja ;(

mind to review?