Prolog.

.

.

Jatuh cinta pada pandangan pertama itu bulshit.

Namun, terpesona pada pandangan pertama itu keindahan.

Keindahan yang terselimuti oleh gairah.

Kyuhyun tak berkutik, laki-laki tampan dengan balutan toxedo hitam mewah miliknya sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangan matanya menatap sosok dihadapannya. Sosok bertubuh mungil yang tengah berkacak pinggang. Berteriak marah walau Kyuhyun sama sekali tidak bisa mendengar suaranya didalam mobil mewah yang dikendarainya.

Rambutnya acak-acakan, semakin acak karena tangan mungilnya sesekali singgah disana.

Matanya mengerjap, namun ada raut tidak puas dan sorot mengancam disana. Mata yang Kyuhyun suka, walau mata itu sama sekali tidak meliriknya.

Hidungnya terpahat sempurna disana, seolah mempertegas bahwa sosok itu benar-benar indah.

Bibirnya, bibir shape berbentuk M yang begitu merah karena digigit oleh pemiliknya. Seorang lelaki mungil yang tengah berkacak pinggang dipinggir jalan.

Kyuhyun menyeringai, sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dan tanpa sadar mengerluarkan ponsel miliknya, I Phone terbaru yang dengan sempurna menangkap beragam pose yang sosok mungil itu ciptakan, mendelik, mengumpat, menatap tajam, dan pose terakhir yang sangat terekam jelas dalam ingatan seorang Cho Kyuhyun.

Pose ketika kedua bibir merah itu berpaut, mata yang mendelik dan menciptakan wajah kekanakan yang menggemaskan. Pose sederhana yang membuat seorang Cho Kyuhyun terdiam.

Terpikat-

Dan akhirnya terpesona.

.

.

.

~...~

PATHOS

.

Kyuhyun milik Sungmin, Sungmin milik Kyuhyun.

Saya percaya itu.

.

YAOI, BxB, M!warning, M-Preg, Typo(s), Bahasa yang tidak sesuai ejaan yang disempurnakan, membingungkan, dan berantakan.

.

Disclaimer : Mereka semua milik Tuhan, orang tua mereka, dan tentu saja diri mereka sendiri. Namun saya percaya, cerita ini milik saya XD

.

.

Berani baca, Berani komentar bukan? XD

.

.

Chapter 1

.

Gadis cantik ber nametag Park Jihyo membungkuk sopan, mengikuti langkah panjang Kyuhyun yang memasuki sebuah gedung mewah berlantai 37, hanya salah satu gedung tinggi diantara gedung tinggi lainnya dikota Beijing. Rambutnya yang tersanggul rapi seolah mempertegas posisinya sebagai seorang sekretaris, kaki jenjangnya yang mulus dihiasi Hels setinggi 7 cm yang sama sekali tidak menganggu langkahnya untuk mengejar langkah cepat seorang Cho Kyuhyun.

"Jam berapa mereka akan bertemu denganku?"

Jihyo ikut melangkah masuk kedalam lift, memposisikan dirinya berdiri dibelakang Kyuhyun sebelum menjawab. "Pukul Tujuh malam di Restoran Garden At lama Temple, Tuan. "

"Pastikan aku tidak menunggu."

Jihyo mengangguk, sama sekali tidak menyadari bahwa Kyuhyun tidak mungkin melihatnya, Mungkin, jika Kyuhyun tidak ada kerjaan untuk menoleh ke belakang.

"Kau mendengarku?"

Jihyo mengerjap gugup. "Maaf Tuan, saya mengerti." Badan langsingnya sontak membungkuk, walau Kyuhyun tidak mungkin melihatnya-lagi. "Saya pastikan tuan tidak akan menunggu."

Kyuhyun mengangguk, wajah tampannya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun selain matanya yang menatap dingin ke depan, seolah tidak tersentuh.

Jihyo ikut melangkah keluar saat bunyi 'Ting' dari lift yang mereka naiki terdengar, lagi-lagi kaki jenjangnya harus bergerak cepat untuk mengejar langkah Kyuhyun yang pasti, tegap, dan tentu saja mempesona walau hanya menatap punggungnya sekalipun.

Sebuah punggung yang membuat wanita normal dimanapun rela melemparkan tubuhnya untuk bisa menyentuhnya.

"Park Jihyo-ssi."

Jihyo sontak menegang, menghentikan langkahnya yang untung saja tidak menabrak Kyuhyun dan menatap sosok tampan itu dengan posisi tegap, mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menghilangkan kegugupannya.

"Ya, tuan?"

"Panggilkan Shim Changmin ke ruanganku." Jihyo mengangguk, bersiap melangkah menuju meja kerjanya sebelum suara Kyuhyun yang seperti magnet langsung menghentikan langkahnya. "Dan pastikan aku tidak menunggu lama."

"Baik tuan."

Dan seolah tidak peduli, Kyuhyun langsung berbalik dan memasuki sebuah ruangan dengan pintu coklat mewah didepannya tanpa memperdulikan respon yang diberikan Jihyo padanya, Kyuhyun memasuki ruangannya dan meninggalkan aura dingin dan panas yang mencekam.

"Dia sangat tampan-" Jihyo mendesah, mengangkat ganggang telepon dengan jantung berdebar keras dan menekan beberapa nomor. "Tapi dia sama sekali tidak tersentuh, Tuhan."

.

.

.

~...~

.

.

.

Kyuhyun sama sekali tidak menyadari bahwa wajahnya menyeringai dari tadi, mata tajamnya yang mampu mempesona semua wanita hanya terfokus ke satu titik, ke sebuah wajah yang tertangkap di kamera ponsel canggihnya.

Sebuah wajah yang mampu menggetarkan seorang Cho Kyuhyun.

"Apa dia malaikat, Tuhan?"

Suara bassnya terdengar, walau suara itu terdengar lembut, namun ada ada getaran aneh disana, getaran yang bahkan membuat ribuan kupu-kupu didalam dadanya seolah berterbangan secara berjamaah.

"Masuk."

Kyuhyun menurunkan ponselnya, menatap pintu ruangannya yang terbuka dan menampilkan sesosok namja yang melangkah masuk, membungkuk sopan kearahnya sebelum melempar senyum.

"Kenapa memanggilku, tuan?"

Kyuhyun mendelik, melangkah keluar dari singasananya dan memeluk lelaki yang tidak kalah jangkung darinya, menepuk punggung namja itu bersahabat.

"Berhenti memanggilku tuan, Changmin."

Changmin menyeringai, melepas pelukannya dan menatap Kyuhyun sebelah alis terangkat. "Kenapa kau memanggilku? Ini bukan urusan kantor bukan?"

Kyuhyun tersenyum miring, mengambil ponsel diatas meja dan menyerahkannya pada Changmin.

Changmin sontak menggeleng mahfum, menerima ponsel itu tanpa bertanya seolah biasa dan menatap beberapa foto yang jelas diambil secara diam-diam dari dalam mobil. Matanya mendelik sebelum kemudian manatap Kyuhyun dengan pandangan tanya.

"Ini bukan calon klienmu kan? Karena penampilannya sama sekali tidak menunjukkan dia seorang pengusaha."

Kyuhyun mengangguk, namun sama sekali tidak ada ekspresi apapun disana. "Bukan." Suaranya terdengar mantap, dan tangannya terulur untuk kembali menyimpan ponselnya yang digenggam oleh Changmin, seolah-olah menyentuh ponsel dengan gambar yang membuatnya terpesona saja tidak boleh. "Pastikan aku menerima informasinya secara lengkap, sore ini juga."

Changmin mendelik, menatap sahabat sekaligus anak direktur perusahaannya itu dengan tatapan tidak terima. "Kau yang benar saja. Kau hanya memberiku selembar foto dan tanpa informasi apapun, dan kau hanya memberiku waktu tiga jam sebelum jam pulang kantor. Kau tidak gila kan Cho?"

Wajah Kyuhyun berubah, ada seringai tampan disana. "Jika kau tidak telat semenitpun-" Changmin menatap sahabat sekaligusnya bosnya dengan tubuh merinding, jelas apa yang akan dikatakan Kyuhyun kemudian bukan main-main. "Aku akan memberimu Lamborgini yang aku gunakan tadi dari bandara."

Changmin ikut menyeringai, melangkah menuju jendela dan melihat sebuah Lamborgini hitam metalik tengah terparkir mulus disana, meliriknya seolah menunggu Changmin untuk menaikinya. "Oke, pemuda itu seperti pemuda biasa yang biasa sekali-"
Changmin sama sekali tidak menyadari tatapan tajam dari Kyuhyun. "Tapi aku akan memberikan informasi selengkapnya kepadamu nanti sore tanpa terlambat sedetikpun, tapi pastikan STNKnya sudah atas namaku."

Kyuhyun mengangguk kecil, menatap wajah yang ada didalam ponsel dengan mata menggelap, seolah ada kerinduan yang tak terbaca disana.

"Changmin-ah."

Changmin menghentikan langkahnya yang hendak keluar, berbalik dan menatap Kyuhyun dengan isyarat mata bertanya.

"Kau tahu pasti bahwa aku tidak suka ada kesalahan kan?"

Changmin mengibaskan kedua tangannya bosan, melangkah menuju pintu sebelum kembali menghentikan langkahnya. "Oh ya, Kyu." Kyuhyun mengalihkan pandangan dari ponsel, jelas merasa sangat terganggu. "Informasi mengenai calon klien barumu ada diatas meja, aku serahkan pada sekretarismu tadi pagi."

Kyuhyun mengangguk kecil, mengabaikan Changmin yang melangkah keluar dan bergerak kembali menuju kursi berwarna hitam dibalik meja kerjanya, menyandarkan punggungnya dan menatap sosok didalam foto dengan sebuah tatapan berbeda.

Tatapan tertarik,

Yang terjerat oleh pesona.

.

.

.

~...~

.

.

.

"Kau bertengkar lagi, Lee Sungmin? Apalagi yang kau bela hari ini hah."

Sosok yang dipanggil Sungmin mendengus, lelaki bertubuh mungil itu melempar tasnya secara asal sebelum mendaratkan tubuh mungilnya yang sedikit berisi, Sungmin tidak akan mau menyebutnya gemuk. Dan adiknya, Baekhyun menyebutnya montok.

"Ada pengendara sepeda motor yang ugal-ugalan didepan kafe kita tadi, dia menabrak seorang gadis kecil dan memarahi gadis kecil itu. Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab."

"Dan kau menantangnya lagi?"

Sungmin mengabaikan Baekhyun yang mendelik, memang tubuh adiknya terbilang mungil seperti dirinya. Namun percayalah, suara Baekhyun mampu mengalahkan suara puluhan ibu-ibu arisan yang digabungkan menjadi satu, dan percayalah Sungmin berlebihan.

"Aku tidak menantangnya Byun Baekhyun, aku hanya memberinya sedikit pelajaran."

"Sedikit kau bilang?" Baekhyun lagi-lagi berteriak, dan dengan gemas menyentuh sudut bibir Sungmin yang masih dihiasi darah segar yang mengering. "Aku baru menyentuhnya dan kau sudah meringis, kapan kau bisa berhenti membuatku kahwatir, hyung."

Sungmin mendesah, menatap satu-satunya keluarga yang dimilikinya itu dengan tatapan mengalah. "Baiklah, aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Kau berkata seperti itu setiap hari, Hyung. Dan kau juga mengulanginya setiap hari. Bagaimana bisa aku mempercayaimu hah?"

Sungmin bungkam, membiarkan Baekhyun membersihkan sudut bibirnya yang baru kering kini terluka lagi dengan handuk yang dipasahi dengan air hangat, menatap bulu mata lentik adiknya dengan kerjapan lemah. "Maafkan aku membuatmu khawatir lagi."

Baekhyun mendongak, menatap Sungmin yang tengah menatapnya dengan tatapan bersalah, percayalah. Tatapan yang mampu membuat seorang mafia luluh sekalipun. "Aku hanya punya kau, Hyung."

Sungmin mengangguk, mengambil alih handuk ditangan Baekhyun dan menempelkannya dengan lembut dipipi kirinya yang membengkak, sesekali meringis disana. "Bagaimana kuliahmu?"

Baekhyun mendelik. "Jangan ingatkan bahwa aku harus menyelesaikan skripsiku, Hyung."

"Itu maksudku, Baek."

Dan Sungmin tersenyum manis sebelum akhirnya meringis, merutuk bibirnya yang serasa berkedut-kedut.

.

.

.

~...~

.

.

.

"Namanya Lee Sungmin."

Kyuhyun sontak mengangkat tangannya, menatap Changmin dengan tatapan memicing. "Lee?"

Changmin mengangguk. "Dia orang korea, namun karena ibunya menikah lagi dengan orang China makanya Sungmin bisa mendarat di China."

Kyuhyun mendelik mendengar kata 'mendarat' yang digunakan Changmin, namun sama sekali tidak ada komentar yang keluar dari bibir yang digilai semua wanita miliknya, tangannya hanya mengibas untuk meminta Changmin melanjutkan laporannya.

"Dia lahir Di korea, 1 januari 1986. Kau tahu umurnya sekarang?"

Changmin sontak terkekeh saat Kyuhyun menatapnya dengan tatapan membunuh, tangannya melambai santai sebelum melanjutkan. "Dia lulusan salah satu Universitas bergengsi di China jurusan Akuntasi, lulus dengan nilai sempurna dalam waktu tiga tahun empat bulan."

Changmin mencibir saat Kyuhyun terlihat menyeringai semakin lebar, dan Changmin bersumpah bahwa dia melihat bibir tebal Kyuhyun seolah-olah mengatakan.

'Itu gadisku.'

Percayalah, Changmin yakin bahwa Sungmin itu laki-laki. Dan apa-apaan bosnya itu.

Dan bersyukurlah, Kyuhyun tidak mendengar pikiran Changmin.

"Sungmin mengelola sebuah Kafe dipinggir jalan Kwang tsu, kafe tersebut merupakan peninggalan ayah tirinya. Dia dan Bekhyun-"

Changmin mendesah saat Kyuhyun menatapnya seolah menyebut nama Baekhyun dapat diartikan sebagai kematian. Ayolah, itu berlebihan.

"Byun Baekhyun, adik tiri Sungmin yang kini menginjak semester akhir di Universitas yang sama seperti Sungmin dan sama jeniusnya dengan Sungmin."

Kyuhyun mengangguk, seolah tidak berbuat salah dan meminta Changmin melanjutkan. "Dia menyukai semua hal yang berwarna Pink, takut dengan yang namanya kegelapan saat hujan lebat, memiliki trauma dengan yang namanya kecelakaan, dan sangat suka menolong orang lain hingga dia selalu terlibat masalah karena sifat patriotiknya."

Dan tiba-tiba saja Kyuhyun merengut tidak suka. Seolah-olah dia benci jika ada yang menyakiti Sungmin-nya.

Dan lagi, itu menurut Changmin.

"Sungmin suka manis, suka salju dan senang bermain dengan anak-anak, dia pandai memasak." Dan changmin mendesah bosan saat Kyuhyun lagi-lagi terlihat bangga. "Dan masakan dikafenya sudah diakui sangat enak oleh pelanggan tetap miliknya, dan itu tidak sedikit."

"Pastikan kafe itu tutup besok."

"Kyu." Changmin sontak mendelik, menatap tak percaya sahabatnya yang juga tengah mendelik ke arahnya. "Kau ingin membuat Sungmin hidup melarat hah? Itu satu-satunya penghasilan keluarganya."

"Tentu tidak." Kyuhyun berujar dingin. "Aku yang akan menanggung semua kehidupannya, dan tentu saja aku akan membawanya kembali ke Korea bersamaku."

"Kau siapa untuk Sungmin, Cho Kyuhyun?"

Mungkin Changmin bosan hidup, namun pertanyaan berhasil membuat namja tampan bernama Kyuhyun itu terdiam dengan tangan mengepal erat.

"Bisa aku pastikan dia akan bangun disamping tempat tidurku setiap hari."

Changmin mendesah, menatap was-was kearah Kyuhyun. "Dan ini yang paling penting tentang Sungmin, Kyu."

Kyuhyun menatap tajam ke arah Changmin, seolah-olah dia dapat menebak bahwa apa yang dikatakan Changmin akan membuatnya marah.

"Sungmin memiliki kekasih sejak tujuh tahun yang lalu."

Dan yang Changmin lihat, tangan Kyuhyun terkepal begitu erat. Matanya menyorot dingin, dan bibirnya membentuk senyuman sinis yang sangat tipis.

"Siapa?"

Changmin bersumpah bahwa Kyuhyun didepannya sangat mengerikan. Oke, Kyuhyun biasanya memang seorang pemuda yang mengerikan, namun yang ada didepannya sekarang berbeda, dia terlihat seperti-

Changmin mendesah.

"Siwon, Choi Siwon. Klien yang akan bekerja sama denganmu."

Dan, Kyuhyun menyeringai seperti-

Iblis.

.

.

.

~...~

.

.

.

Map ditangannya sudah hancur tak berbentuk, entah seberapa kuat kepalan tangan Kyuhyun hingga map yang berisikan sebuah berkas itu seolah menjadi rongsokan yang tak berguna sekarang.

"Siwon, seorang pengusaha muda yang tengah menapaki karirnya menjadi seorang bisnismen terkenal. Lahir dan tumbuh di China, namun dalam beberapa tahun terakhir dia berkembang menjadi salah satu Banker ternama Di China." Kyuhyun menguap bosan." "Digosipkan tengah dekat dengan Li Yue Wen, gadis cantik anak direktur utama Bank besar di China. Kedekatan mereka dikabarkan akan semakin menunjung kesuksesan Choi Siwon untuk menjadi Banker terbaik di China, apalagi jika lelaki tampan berlesung pipit." Kyuhyun mendecih. "Berhasil melakukan kerja sama dengan Direktur ICBC, sebuah perusahan dengan omset terbesar di dunia."

Kyuhyun mengulang kembali apa yang telah dibacanya dari kertas yang kini menjadi sebuah rongsokan. Tangannya mengepal erat saat kata-kata yang menurutnya tidak pantas itu meluncur dengan mudah dari bibirnya, salahkan kejeniusannya yang sekali baca saja, semua informasi milik Siwon itu terekam dengan jelas dalam ingatannya. Informasi tidak penting yang membuatnya sangat marah.

"Kau menjalin kasih dengan Sungmin-" Bibir tebal Kyuhyun terkatup rapat. "Tapi kau tidak berani mengakuinya, apa kau malu jika pasanganmu seorang laki-laki hah?"

Tangannya terkepal erat, matanya memicing tajam menatap gemerlap kota China yang begitu indah pada senja hari, beberapa menit lagi sebelum dirinya harus menemui sosok yang membuatnya gatal untuk memaki.

Percayalah, tidak hanya memaki.

Bibirnya terkatup rapat dengan tangan mengepal erat, matanya memicing tajam seolah Kyuhyun benar-benar dapat melihat sosok Siwon didepannya, tengah menyeringai dan menantangnya untuk merebut Sungmin.

Dan percayalah, itu hanya khayalan.

"Aku baru pertama kali melihatnya dan sudah tergila-gila." Mata hitam Kyuhyun seolah-oleh menggelap, memperlihatkan sebuah kilaupan bayangan. "Tapi kau yang sudah tujuh tahun dicintai oleh Sungminku." Suara Kyuhyun bergetar, seolah-olah emosinya bergerumul ingin terlepas. "Tapi kau Sama sekali tidak berani mengakuinya, kau benar-benar laki-laki brengsek, Choi Siwon."

Bibir merahnya tertarik tipis, ada senyuman sinis yang terpahat diwajah bak malaikatnya. Tangannya bergerak dengan cekatan merapikan dasi Merah bergradasi hitam miliknya dan menatap pantulan tubuh tanpa cacat miliknya dengan tatapan menghujam.

"Aku akan merebut Sungmin dengan cara apapun-" Mata hitamnya semakin menggelap. "Bahkan dengan membeli Bank besar milik kekasih yang digosipkan denganmu."

.

.

.

~...~

.

.

.

"Selamat malam, Cho Kyuhyun-ssi."

Kyuhyun mengangguk, menerima uluran tangan dari namja tampan dihadapannya dan membungkuk kecil, menarik kursi mewah disampingnya dan melangkah duduk dengan santai.

"Selamat malam, Choi Siwon-ssi." Kyuhyun tersenyum tipis, menahan tangannya yang gatal ingin mendaratkan sebuah pukulan perkenalan diwajah tampan milik Siwon.

"Selamat Malam, Kyuhyun-ssi."

Kyuhyun mengalihkan tatapannya, sama sekali tidak menyadari ada seorang gadis yang tengah tersenyum sopan ke arahnya. Seorang gadis yang duduk berdampingan dengan Siwon.

'Aku kira itu hanya gosip.'

Kyuhyun menahan gemeletukan giginya dengan mengatupkan kedua bibirnya dengan erat, sebelah alisnya terangkat dengan wajah memicing dan menatap gadis yang sontak menunduk itu dengan tatapan yang tidak bisa dibilang menyenangkan.

"Kau bersama kekasihmu Choi Siwon-ssi?"

Kyuhyun menyeringai saat Siwon terlihat gugup, lelaki tampan dengan jas elegan miliknya seolah begitu kebingungan saat Kyuhyun melempar pertanyaan sederhana yang mengejutkan.

"Er, dia anak dari Direktur Li Yu Park, Kyuhyun-ssi. Salah satu perusahaan yang berada didalam naungan ICBC milikmu."

Kyuhyun mengangguk, namun sama sekali tidak ada senyum diwajahnya. Matanya masih setajam pertama kali dia datang. "Selamat malam, Nona Li Yu Wen."

Dan Kyuhyun dapat melihat gadis itu menarik nafas tertahan, menatap Siwon dengan tatapan takut sebelum melempar senyum gelisah ke arahnya.

"Selamat malam, Kyuhyun-ssi."

Kyuhyun mencibir dalam hati, gadis itu terlihat begitu polos dan rapuh diwaktu bersamaan, namun mata tidak bisa berbohong. Dan Kyuhyun dapat melihat dengan jelas, bahwa Li Yu Wen tengah menatapnya dengan tatapan menilai, Predator pintar yang sangat licik.

"Kalian terlihat sangat akrab."

Lagi-lagi Kyuhyun melihat gadis itu tersentak, matanya yang menipu seolah menatap Siwon dengan tatapan takut. Percayalah, menjadi bisnismen muda dengan aset melimpah menuntut seorang Cho Kyuhyun untuk mampu menguasai keadaan, apalagi jika hanya membaca prilaku dan gerak-gerik seseorang. Itu makanan sehari-hari pekerjaannya.

Dan kedekatan mereka bukan hanya dalam kerjasama bisnis. Dan Kyuhyun dapat melihatnya dengan jelas.

"Kapan kalian akan menikah?"

Lagi-lagi kedua pasangan yang duduk dihadapannya tersentak, Kyuhyun akui Laki-laki bermarga Choi itu mampu menguasai keadaan, hal itu semakin membuatnya membenci Siwon.

"Saya fikir, Kyuhyun-ssi tidak peduli dengan gosip."

Jelas, Siwon bukan pemuda sembarangan, dia menyadari Kyuhyun tidak sedang bercanda, dan ada bentuk perlawanan harga diri disana. Mata tajam Kyuhyun sontak mengerjap, dan dengan terlatih bibirnya tertarik membentuk seringaian tampan.

"Saya tidak peduli dengan gosip." Kyuhyun masih tersenyum, percayalah. Senyuman tersebut mampu membuat gadis cantik disamping Siwon benar-benar merinding, dan Kyuhyun yakin Li Yu Wen tengah menggenggam tangan Siwon dengan genggaman erat dibawah sana. Dibawah meja yang melindungi genggaman itu dari tatapan sinis milik Kyuhyun. "Tapi saya akan senang bekerja sama dengan kalian, jika kalian benar-benar menikah."

Dan-

Bukankah sekali mendayung, dua pulau dikuasai.

.

.

.

~...~

.

.

.

Sungmin tidak tahu siapa dia, tapi Sungmin tahu bahwa dia yang berjenis kelamin laki-laki itu menatapnya dengan intens, pandangan berani yang seolah menelanjangi tubuhnya. Dan itu dari tadi.

"Hyung, meja nomor 4 memesan dua mangkuk Wonton dengan isi udang."

Sungmin mengerjap, mengalihkan pandangannya dan menatap Baekhyun dengan pandangan tanya.

"Dua mangkuk Wonton isi udang untuk meja nomor 4, Hyung." Baekhyun mengulang dengan nada sebal. "Bisakah kau jangan melamun disaat pengunjung begitu padat, aku ingin cepat pulang dan beristirahat."

Sungmin mencibir, mengibaskan tangannya gemas dan bergerak mempersiapkan apa yang diminta oleh Baekhyun, menggoreng Siomay yang berisi udang untuk dua mangkuk dan tangannya dengan cekatan memotong beberapa sayur sawi yang dimasukkan dengan Mie yang sudah berkuah.

Sungmin mengerjap, matanya tanpa disadarinya lagi-lagi menoleh menatap sosok yang sama, sosok yang memandanginya dengan tatapan yang membuatnya merinding.

Ada magnet tersendiri yang membuatnya seolah selalu ingin menatap lelaki itu, lelaki yang mau tidak mau diakuinya sangat tampan.

"Hyung, meja nomor empat sudah siap?"

Sungmin tersentak, mengangkat jempol kanannya dan dengan sigap mengangkat Siomay yang sudah digoreng dan menyajikannya diatas soup dengan Mie dan potongan sawi didalamnya.

"Kau aneh malam ini, Sungmin-ge."

Sungmin mendengus, menyerahkan dua mangkuk Wanton menggiurkan dihadapannya ketangan Baekhyun. "Jangan memanggilku Sungmin-ge, Baekhyun."

Baekhyun mencibir, dan ketika berbalik mengantar pesanan pelanggan, kedua sudut bibirnya sudah tertarik membentuk senyuman menggemaskan.

"Anak itu." Sungmin tersenyum manis, merapikan meja dapurnya karena yang tadi pesanan terakhir. Matanya mengerjap dan dirinya tiba-tiba merasa aneh.

Lelaki itu menghilang begitu saja.

Dan entah kenapa dirinya merasa tidak rela.

"Bukankah bagus dia pergi." Sungmin bermonolog asal, tangannya dengan cekatan merapikan dan membersihkan meja dapur kesayangannya. "Tapi kenapa aku masih penasaran."

Sungmin mendesah, menatap Baekhyun yang melangkah mendekat dengan bibir mengerucut. "Aku lelah, Hyung. Aku pulang duluan tanpa membantumu membersihkan cafe tidak apa kan?"

Sungmin tersenyum manis, mengacak rambut Baekhyun yang berwarna coklat. "Pulanglah, setelah pelanggan terakhir pulang aku juga akan pulang."

"Kau akan dijemput Siwon hyung, kan?"

Sungmin menggeleng. "Dia ada pertemuan sangat penting malam ini, aku pulang sendiri saja seperti biasa."

Baekhyun mendengus, mata indahnya yang dihiasi eyerliner tampak memicing. "Kapan lelaki menyebalkan itu berani mengakuimu, Hyung?"

Sungmin mendesah, mengambil tas Baekhyun yang ada dibelakang dan menyerahkannya dengan gaya mengusir. "Berhenti meragukan Siwon, sana pulang dan fokuslah pada skripsimu."

"Yak." Baekhyun mendelik, memakai ranselnya secara asal. "Jangan ingatkan aku pada skripsi."

Sungmin terkekeh, mengibaskan kedua tangannya. "Sana, pulanglah."

"Baiklah." Baekhyun mengangguk pasrah. "Cepat pulang dan jangan kemalaman, Mengerti?"

Sungmin mengangguk, menatap punggung Baekhyun yang menjauh dan menarik nafas lelah, tangannya terkepal tanpa disadarinya.

"Terkadang-" Bibirnya bergetar, namun tidak ada perubahan emosi diwajah tampan mendekati cantik miliknya. "Kau memaksaku menyerah dengan ketidakberanianmu, Siwon."

.

.

.

~...~

.

.

.

Kyuhyun menatap Cafe yang perlahan gelap saat lampu cafe satu persatu dimatikan, ini sudah tiga jam sejak namja yang diyakininya sebagai adik tiri Sungmin melangkah pergi meninggalkan Cafe dan meninggalkan Sungmin bekerja seorang diri disana.

Tangannya yang dihiasi sebuah Jam Rolex terlihat menggenggam stir kemudi dengan erat, matanya memicing menatap pintu kafe yang belum juga memunculkan orang yang sangat dirindukannya.

Kyuhyun merindukan Sungmin.

Sangat, Tuhan.

Dan perlahan, Pintu cafe terbuka dan Sungmin melangkah keluar. Laki-laki tampan yang mengenakan celana tanggung dengan baju kaos berwarna putih itu terlihat mengunci pintu kafe sebelum berdiam diri disana.

Kyuhyun dapat melihatnya, Sungmin menarik nafas gusar sebelum melangkah dengan pasti. Tidak memperdulikan angin malam yang jujur saja membuat Kyuhyun merinding didalam mobil.

"Kalau Sungmin sakit-" Kyuhyun sama sekali tidak menyadari bahwa dia merutuk dari tadi, matanya memicing dan menjalankan mobilnya dengan pelan mengikuti Sungmin. Langkah kakinya yang pelan seolah menggoda Kyuhyun dengan bongkahan kenyal dibalik celana tanggung yang dikenakannya. "Aku tidak akan diam."

Sungmin masih berjalan tidak peduli, langkahnya ringan seolah terbiasa. Hal biasa yang membuat Kyuhyun merutuk dibalik mobil, matanya tetap waspada memantau Sungmin dari dalam mobilnya.

Percayalah,

Ini pertama kalinya Kyuhyun begitu repot-repot memperhatikan seseorang yang baru dikenalnya.

Seseorang yang tidak menghasilkan uang baginya.

Namun membuatnya bergairah.

Kyuhyun menghentikan mobilnya saat Sungmin berhenti diujung lintasan penyebrang jalan, mata kelincinya mengerjap lembut menunggu lampu merah berubah warna menjadi hijau, hal sederhana yang membuat Kyuhyun tersenyum kecil tanpa sadar dibalik kemudi.

"Tidak ada orang yang lewat sayang-" Kyuhyun berujar parau, memagang stir kemudi dengan erat. "Tapi kau tetap mematuhi peraturan. Aku makin suka." Dan suaranya terdengar semakin berat.

Sungmin tersenyum, melangkahkan kakinya saat lampu berubah warna menjadi hijau. Kaki mungilnya yang dilapisi sepatu Nike berwarna putih abu-abu terlihat melangkah dengan santai.

Semuanya hanya berjalan dengan sedetik, seperti roll film yang tiba-tiba diperlambat, Kyuhyun hanya terpaku saat sebuah mobil silver melaju dengan cepat, sangat cepat dan menabrak Sungmin-nya dengan beringas.

Meninggalkan tubuh mungil itu terbaring dipinggir jalan setelah sebelumnya terlempar keudara.

Kyuhyun terpaku.

Dirinya sama sekali tidak pernah mengalami yang namanya terkejut, karena dialah yang selalu membuat orang lain terkejut.

Kyuhyun sama sekali tidak tahu rasanya ketakutan hingga tubuhnya serasa kaku, karena hal tersebutlah keahlian seorang Cho Kyuhyun.

Namun sekarang,

Kyuhyun tidak tahu kenapa tubuhnya bergetar hebat saat turun dari mobil, tangannya begitu dingin saat melangkah takut menuju tubuh Sungmin yang bermandikan darah, bibirnya terkatup rapat dengan gigi yang bergemeletuk.

"Ming-" Suara Kyuhyun seolah tercekat, bahkan Kyuhyun ragu suara mengerikan tadi adalah suara seksi miliknya.

Tubuhnya yang masih mengenakan stelan Tuxedo yang dikenakannya saat bertemu dengan Siwon walau jas hitamnya sudah dia lepas sangat kontras dengan tubuh Sungmin yang cerah berwarnakan darah.

Tangannya bergetar, dan begitu tangan dinginnya menyentuh kulit Sungmin untuk pertama kalinya.

Dia menangis untuk pertama kalinya sejak dia dilahirkan.

Kyuhyun menghapus air matanya dengan kasar, tangannya bergetar membawa Sungmin dalam pelukannya, memeluk tubuh mungil yang masih bermandikan darah segar itu dalam pelukannya, mengabaikan bau amis dan darah Sungmin yang juga mengotori tubuhnya.

"Ming-" Suara parau itu kembali terdengar, tangannya mengusap wajah cantik Sungmin yang terlelap, noda darah yang seolah menjadi hiasan membuat mata Kyuhyun semakin basah, mengalir dikedua pipinya tanpa dia sadari. "Bangun, sayang."

Mungkin, jika Sungmin sadar dia akan merinding saat Kyuhyun berbisik begitu mesra ditelinganya. Namun sosok cantik itu, sama sekali tidak menyadarinya.

"Changmin." Kyuhyun nyaris berteriak saat Changmin mengangkat telfon darinya di dering pertama.

Kyuhyun tidak peduli teriakan dan omelan Changmin dari Line seberang, matanya hanya dibutakan darah Sungmin yang seolah menggodanya seperti film rusak.

Dirinya terlihat menyedihkan dengan sosok Sungmin yang tidak sadarkan diri, masih ada dalam pelukannya.

"Jemput aku dengan ambulan di Jalan Kwang Tsu sekarang Changmin, dan Apartemenku di China jadi milikmu."

Dan tanpa peduli jawaban dari Line seberang, Kyuhyun kembali mematikan telpon secara sepihak.

.

.

.

~...~

.

.

.

"Ganti bajumu Cho Kyuhyun, kau terlihat mengerikan."

Kyuhyun tidak peduli, matanya masih tertuju pada Sungmin yang terlelap setelah dioperasi delapan jam. Dan percayalah, Kyuhyun sama sekali tidak meninggalkan Sungmin bahkan untuk membersihkan diri sekalipun.

"Yak. Kau juga harus peduli pada kesehatanmu."

Dan Changmin hanya bisa mendesah saat Kyuhyun menatap tajam kearahnya, sama sekali tidak ada ucapan namun berhasil membuat Changmin bungkam.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Bukan kau yang melakukan ini kan?"

Jika Kyuhyun seorang Vampire, maka Changmin yakin dia sudah menjadi mayat hidup sekarang.

"Cari tahu siapa yang membuat Sungmin-ku begini."

Changmin merinding, menatap Kyuhyun dengan tatapan jengah miliknya. "Apalagi yang kau mau , Kyu?"

"Selain Apartemen dan mobil, apalagi yang kau mau?"

Kini Changmin yang bungkam, matanya mendelik tajam dan tanpa disadarinya dia mengangguk. "Baik, sebelum Sungmin sadar-" Changmin mengabaikan aura dingin yang seolah siap menguliti tubuhnya. "Kau sudah tahu siapa yang melakukan ini pada Sungmin-mu."

Changmin mengerjap, merasa aneh saat lidahnya menyebut kata kepemilikan pada nama Sungmin, seolah-olah memang seharusnya begitulah nama Sungmin disebut.

"Terima Kasih."

Changmin bersumpah.

Demi semua kekayaan Kyuhyun yang bisa membuat semua orang tidak percaya.

Ini pertama kalinya dia mendengar Kyuyhyun mengucapkan terima Kasih.

Apalagi untuknya.

Changmin tidak mimpi kan?

"Er, sama-sama."

Saat cinta membuat seorang iblis menjadi malaikat, saat itulah Changmin melihat Cho Kyuhyun yang dingin menyentuh tangan Sungmin dengan begitu lembut.

Pandangan sederhana yang membuat Changmin mau tidak mau tersentuh.

"Kau perlu jet pribadi?"

Changmin terkejut saat Kyuhyun menatapnya dengan tatapan bingung, Sungmin bahkan berhasil membuat kejeniusan Kyuhyun yang mengerikan tidak berarti apa-apa.

Siapa sebenarnya Sungmin?

Changmin mendesah, menatap wajah polos yang tertidur dengan bantuan selang pernapasan. Dengan Kyuhyun yang tidak beranjak disampingnya dengan tangan yang bertautan.

Dan entah kenapa dirinya merasa begitu tersentuh.

"Tidak berniat membawa Sungmin ke Korea?"

Dan-

Kyuhyun menyeringai seperti iblis.

-lagi.

.

.

.

TBC

.

.

.

Pojok FF : ICBC itu Bank yang menjadi sebuah perusahaan terbesar didunia dengan aset 43.186 Triliun. ICBC merupakan singkatan dari Indrustrial Commercial Bank of China. Bank dengan 462.282 pegawai dan berbasis di Beijing, China.

Jadi ceritanya disini, Kyuhyun merupakan direktur ICBC yang menaungi semua Bank hampir diseluruh kawasan ASEAN, jadi Bank milik ayah Li Yu Wen, sebenarnya juga berada dinauangan milik Kyuhyun ini, jadi bayangin dong gimana kayanya daddy Kyu *Mikirkeras

Oh ya, Salah satu temenku meminta Omoide Ni Ikiru yang terhapus buat dilanjut, Maaf karena Dika tidak mungkin Me-Replace ulang sampai delapan belas chapter. Hal itu pasti membosankan bukan? Jadi buat kamu Penggemar Kyumin yang bikin Dika gemes, Apa FF Yaoi kedua, Dika ini bisa jadi hiburan atau mungkin menggantikan FF sebelumnya yang tidak bisa Dika selesaikan?

FF ini sudah Dika ketik tiga chapter, entahlah tiba-tiba semangat menulis diwaktu libur, seperti halnya author lain yang ingin karyanya di hargai, Dika juga berharap seperti itu.

Jadi, tidak keberatan meninggalkan jejak kan Joy?

Kalau iya, Tinggalkan jejak ya Joy :')