Betrayal

Disclaimer : Naruto Selalu menjadi milik Masashi Kishimoto, Saya hanya memiliki plot cerita dalam fanfict ini saja.

Warning : Gaje, aba, OOC, Typo dan Miss Typo seperti biasa nya mereka masih enggan meninggalkan saya sendirian.

Warning : Aneh, abal, Gaje, OOC, typo dan miss typo seperti biasa masih menolak untuk meninggalkan saya. DLDR

Author's Note : Saya tiba-tiba tergoda untuk membuat prequel untuk Fict Stronger wkkwkww ini sebenernya adalah usul dari salah satu reviewer saya, dan saya pikir pikir kayaknya ga ada salahnya. So, saya putuskan untuk membuatnya, mueheheheh. Semoga suka yak.

Oh… iya, sekali lagi. Ini adalah fict Sasusaku, saya ga pernah mencatumkan chara lain selain Sasuke dan Sakura dalam fict ini dan Stronger, jadi kalo misalnya ada readers yang ngefans sama chara yang antagonis disini dan tiba-tiba ngeflame saya, itu salah anda. Anda jelas ga buta huruf dan bisa baca siapa pairingnya, jangan suka cari masalah dan fan war.

Dan, saya selalu mengizinkan fict saya yang manapun untuk di re-publish, dengan catatan anda minta izin saya dan tidak mengutak-atik isinya apa lagi sampai mencantumkan nama anda di fict saya sebagai penulisnya, ini udah kejadian dii fict stronger! Kalo emang anda mau re-publish silahkan, tapi kalau anda tulis authornya adalah saya dan anda itu jelas-jelas ga bisa saya terima, orang isinya seratus persen isi imajinasi saya. Jadi, tolong hormati itu ya. Terimakasih.

.

.

.

.

.

Sakura's apartement, Tokyo Japan

Udara musim dingin menyapanya begitu ia membuka pintu depan flat sederhana miliknya. Wanita bersurai merah jambu itu mengeratkan shal pada lehernya dan sesekali menggosokkan kedua tangannya yang tak terbungkus sarung tangan itu untuk membuatnya tetap hangat. Surai merah jambunya yang tak ikut terkepang menari bersama angin yang masih bertiup pelan menyapanya. Sakura mengeluarkan semprotan pencair esnya begitu tiba di depan mobil VW kodok tuanya sebelum membuka pintu mobilnya dan masuk kedalam.

"Baiklah, bekerja samalah denganku hari ini. Aku tidak mau mempermalukan Hinata." Ujarnya, Ia memutar kunci mobilnya dan mesin mobil tua itu menyala, suaranya seperti kakek tua yang tengah terbatuk dan protes untuk berjalan di musim dingin.

"Ayolah." Gumamnya lagi, wanita merah jambu itu mengenjak pedal gas mobilnya dan dengan hati-hati ia mengemudikannya di tempatnya sudah janjian akan bertemu dengan Hinata dan dua sahabatnya yang lain.

Narita's International air port, Japan

Dengan enggan ia mendorong troli berisi penuh dengan koper-koper kesayangannya itu keluar dari gerbang kedatangan manca negara di bandara bertaraf international itu. Pria bersurai raven itu melihat ke sekitar gerbang pembatas dan sepasang irish onyx yang tertutup lensa kaca mata hitamnya itu tak berhenti mencari sosok dua orang manusia berbeda gender berambut pirang yang sudah janji akan menjemputnya itu.

"Dimana Dobe?" gerutunya, ia mendorong trolinya kearah jejeran tempat duduk di ruang tunggu VIP lalu mengambil ponsel canggihnya dan menekan satu tombol panggilan cepat sebelum menempelkan layar ponselnya ke telinganaya,

"Dobe…" ujarnya

"Oh… Teme. Maaf aku sedikit terlambat, sebentar lagi aku tiba disana." Sasuke memutar bola matanya bosan.

"Hn. Cepatlah Dobe…" ujarnya,

"Ya, Ya, ya… aku sedang menjemput Shion. Sebentar lagi kami tiba disana." Bungsu uchiha itu hanya berdecak kesal sebelum mematikan kembali ponselnya, pria itu duduk bersandar pada bangku ruang tunggu yang ia pakai untuk duduk. Jemarinya masih lincah menyentuh layar sentuh ponselnya. Kembali ke Jepang setelah dua tahun mengenyam pendidikan di Jerman menjadi pilihannya, ia terlalu merindukan ibunya untuk tetap tinggal disana. Sasuke sesekali melirik kearah jam dinding besar di tengah ruangan, seperti biasa menunggu bukanlah kegiatan favoritenya sama sekali.

Beauty H's Boutique, Tokyo

Sakura memarkirkan mobilnya dengan anggun di depan sebuah boutique besar dan mewah milik salah satu designer ternama di Jepang. Sakura meraih buku Skethnya, ini pertama kalinya ia akan melamar pekerjaan sebagai designer magang di boutique mewah ini. Ditambah lagi, ia akan bekerja sama dengan seorang designer ternama, Hana Uchiha. Designer idolanya, wanita merah jambu itu menghela nafasnya berkali kali dan memperbaiki penampilannya sebelum keluar dari mobil antiknya dan melangkah masuk kedalam boutique mewah itu. Hinata Hyuga, Sahabatnya keluar dari sebuah ruangan berdinding kaca dan menyambutnya.

"Sakura! Disebelah sini!" gadis Hyuga itu melambaikan sebelah tangannya dan tersenyum kearahnya, ia harus berterimakasih pada wanita indigo itu karena sudah membantunya mendapatkan tawaran langka ini.

"Hinata…" sepasang irish lavender itu tersenyum manis,

"Hana-nee sudah menunggumu, aku sudah menunjukkan rancangan yang kau buat untukku saat hari pernikahan Neji -nii kemarin, aku juga sudah cerita padanya kalau kau sudah mengundurkan diri dari pekerjaan magang lamamu dan kau membutuhkan pekerjaan ini, setelahnya kau harus lakukan sebaik mungkin untuk meyakinkan Hana-nee." Ujarnya, Sakura memandang Sahabatnya itu sebentar

"Bagaimana kalau aku gagal? Hinata kenapa kau tidak ambil saja kesempatan ini sih?" ia menggerutu, Hinata hanya tertawa pelan

"Sakura, aku kuliah di interior design! Lagi pula Neji-nii sudah memberikan aku posisi yang cukup bagus di perusahaan. Ini bukan masalah besar, setelah ini kau harus berusaha lebih baik lagi, ne? jangan sia-siakan kesempatan seperti ini. Kau masuklah kedalam, aku harus menelfon seseorang." Ujarnya, Sakura mengangguk mengerti wanita merah jambu itu mengambil nafas panjang sebelum masuk dan berhadapan langsung dengan designer kawakan seperti istri dari Itachi Uchiha itu.

Hana Inuzuka Uchiha. Dia tidak seburuk yang Sakura bayangkan. Wanita berambut coklat itu memiliki wajah cantik yang ramah dan bersahabat, ia terlihat modis (tetu saja) dengan menggunakan sebuah terusan berwarna hitam dengan garis vertical berwarna putih di pinggirnya.

"Sakura Haruno?" suaranya ramah dan senyumnya manis tanpa di buat-buat,

"Ya." Ujarnya, gadis itu menyambut uluran tangan Hana,

"Tidak perlu tegang, duduklah. Kau ingin minum sesuatu?" Sakura mengangguk pelan

"Segelas Ocha saja." Ujarnya, Hana tersenyum lalu memanggil seorang pegawai boutiquenya dan meminta pegawainya untuk menyiapkan pesanan Sakura.

"jadi, pernah bekerja di tempat lain sebelumnya?" Tanya Hana,

"ya, aku pernah bekerja di K&B Boutique selama dua tahun disana dan aku juga menjual pakaian hasil design ku secara online." Hana mengangguk lalu tersenyum,

"Bisa definisikan gaya design dan berpakaianmu?" Tanya Hana,

"Tentu. Saya mendefinisikan gaya design dan berpakaian saya sebagai gaya yang cerdas, simple, nyaman tetapi anggun dan cantik." Ujar Sakura, Hana tersenyum lagi mendengarnya.

"begitu ya? Ah… Satu pertanyaan lagi. Apa itu fashion menurut pandanganmu sebagai seorang wanita?" Sakura terdiam sesaat,

"Fashion menurut saya adalah, warna dalam kehidupan seorang wanita. Kau bisa menebak apa yang di rasakan seorang wanita dari gaya berpakaian yang ia gunakan, tidak hanya itu fashion juga menggambarkan kepribadian seorang wanita itu sendiri." Hana mengangguk dan bergumam setuju.

"Hinata sudah mengirimkan contoh design yang kau buat untuknya saat pernikahan Neji-san, design itu sangat luar biasa. Aku ingin kau bekerja disini bersamaku, aku tidak akan menutup kemungkinan untuk membuat debut mu, tapi kita perlu waktu dan kau juga perlu banyak waktu untuk belajar sebelum memulai debut mu dalam dunia fashion. Kalau kau setuju untuk bekerja disini sebagai asistenku, kita bisa membicarakan gaji mu setelah makan siang ini. Suamiku, Itachi sebentar lagi tiba dan akan makan siang denganku dan Hinata. Kalau kau tidak keberatan kau bisa bergabung dengan kami." Sakura tersenyum canggung,

"Tidak usah, aku berencana setelah ini akan mengecek aparterment yang baru ku beli kemarin. Lokasinya di dekat sini jadi tidak terlalu jauh." Tolaknya sopan, Hana mengembangkan senyum maklum miliknya.

"baiklah kalau begitu. Sampai bertemu lagi nanti." Sakura bangkit dari tempatnya duduk dan menyambut uluran tangan Hana sebelum keluar dari ruangan wanita bersurai coklat itu.

Sepasang irish virdiannya melihat ke sekeliling boutique sekaligus workshop milik Hana Uchiha, seluruh karyanya dibuat dengan teliti dan detail bahkan ia percaya dari setiap detail yang di taruh Hana dalam karyanya pasti mengandung sebuah cerita tersendiri, Sakura memandang buku skethnya, jika dibandingkan dengan karyanya jelas karyanya tidak ada apa-apanya, tapi Hana dengan jelas sudah menawarkan padanya untuk belajar banyak hal padanya, ia pasti tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Sakura…" Sakura menoleh, Hinata sudah berdiri di belakangnya

"Aku sudah selesai Hinata. Nanti setelah makan siang aku akan kembali dan membicarakan masalah gajiku dengan Hana-sama." Hinata memandangnya bingung

"kau tidak ikut makan siang dengan kami?" Sakura menggeleng pelan,

"Aku baru saja akan membeli apatement di dekat sini. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Todai dan tempat ini dan harganya lebih murah jika di bandingkan harus menyewa di tempat yang lama." Hinata memandnag bertanya kearahnya,

"Kau bisa tinggal di apartementku kalau kau mau, Sakura. Kau tahu itu." Sakura hanya tersenyum Samar

"Tidak perlu. Aku ada sedikit uang, aku rasa tidak apa-apa kalau membeli apatement pribadi disini. Dua tahun lagi kita akan lulus dari Todai, uang hasil kerja paruh waktuku di tempat yang lama dan hasil penjualan gaun yang gau beli beberapa bulan yang lalu cukup untuk membayar uang muka apatementnya, aku akan bekerja disini jadi aku bisa menyicil sisanya." Hinata menghela nafasnya,

"Terkadang aku berfikir hidup terlalu kejam kepadamu." Sakura tersenyum lebar,

"Hidup tidak sekejam itu padaku, kalau bukan karena bantuanmu aku tidak akan bisa membayar hutang perusahaan ayahku yang menumpuk dan Todai juga memberikanku beasiswa jadi aku bisa mengenyam pendidikan disana, kau juga membantuku mendapatkan pekerjaan ini. Ini sudah lebih dari kata sempurna yang selama ini ku bayangkan." Ujarnya, Hinata tersenyum samar

"ini belum cukup untuk membalas rasa terimakasihku. Kita bersahabat sejak kecil kan? Kalau bukan karena dirimu aku tidak akan berhenti di bully anak-anak gendut di sekolah waktu itu, mereka juga hampir berhasil menculikku tapi dengan bantuanmu aku selamat. Terimakasih." Sakura tersenyum lembut

"Itu gunanya seorang sahabat bukan? Ah… aku harus pergi." Hinata mengangguk,

"kalau kau bisa keluar besok malam aku berencana mengenalkanmu pada seseorang." Ujarnya, Sakura mengangguk

"siapa?" tanyanya,

"Teman lamaku dia baru kembali dari Jerman hari ini, Naruto dan pacarnya Shion sedang menjemputnya di bandara. Kami akan ke bar besok malam untuk mengadakan pesta selamat datang kepadanya. Mau bergabung?" tanyanya

"boleh juga." Ujarnya

"Akan ku kirim nama bar dan jam berapa kita bertemu. Atau kau mau ku jemput?" tanyanya,

"aku mengemudi sendiri saja." Ujar Sakura,

"baiklah. Setelah makan siang aku harus menemani Hanabi membeli sesuatu, kau tidak keberatan melanjutkan sendiri kan?" Tanya Hinata,

"Tidak tentu saja. Aku duluan, bye bye." Setelah memberikan pelukan hangat kepada wanita indigo itu, gadis merah jambu itu mengemudikan mobil antiknya di sepanjang jalan kota Tokyo.

Akatsuki Café, Tokyo Japan

Sasuke mengambil kamera Cannon miliknya. Pembangunan di Jepang semakin hari semakin maju dan lebih baik dari pada dua tahun yang lalu saat ia pergi meninggalkan negara tempat ia di lahirkan itu. ia akan menyelesaikan satu tahun terakhirnya disini dan sudah mendapatkan posisi magang di perusahaan konstruksi milik ayahnya. Tidak banyak yang berubah memang, tapi gedung pencakar langit baru terus bertambah. Sasuke mengangkat kameranya dan membidik dengan cepat targetnya sebelum mengambil gambar objek bidikannya.

"oi… Teme, kau sejak tadi belum berhenti mengambil gambar gedung-gedung ini." Naruto menggerutu, pria itu sudah mengambil batang rokok keduanya lalu menyulutkan api ke ujungnya.

"Naruto-kun!" ia terkejut begitu Shion menghentakkan sebuah baki yang berisi penuh dengan pesanan mereka.

"Shion, kau mengagetkan ku tahu!" Naruto menggerutu tapi pria itu tetap mematikan rokoknya dan membuangnya di bawah tatapan galak kekasihnya.

"Nah, Sasuke-kun. Bagaimana di Jerman?" Tanya Shion yang kini sudah duduk disebelah Naruto,

"Biasa saja, tidak ada yang menarik perhatianku sejauh ini." Shion mendengus, Sasuke meraih kaleng beer miliknya dan membukanya, suara soda mendesis menyapa pendengarannya dan menggonada kerongkongannya untuk meminumnya.

"Dingin sekali." Ia bisa mendengar shion menggerutu. Mereka kini tengah duduk di sebuah café langganan mereka di dekat jendela besar. Naruto melepas mantelnya dan menyampirkannya ke pundak gadisnya itu, mereka tidak pernah mengurangi tingkat kemesraan sekalipun sudah berkencan selama tiga tahun, Sasuke tersenyum samar. Pria itu menoleh kearah pintu café saat seorang gadis bersurai merah muda masuk kedalam café itu.

Merah muda. Tidak banyak wanita yang punya surai se eksentrik itu kan? Gadis itu menoleh kearahnya sebentar lalu membuang wajahnya kembali dan berjalan kearah konter pemesanan setelah mendapatkan pesanannya ia duduk di sudut ruangan. Ia memakan sesekali kentang gorengnya dan sesekali jemarinya menggambar sesuatu diatas buku sketh nya. Dia cantik, itu adalah hal pertama yang ada di benak Sasuke. Pria itu tak menyia-nyiakan kesempatan, ia mengambil kameranya dan membidik beberapa kali kearah wanita itu.

Sasuke tersenyum samar melihat hasil jepretannya. Ini sempurna, wanita itu terlihat cantik sekali dengan ekspresi natural seperti itu. Sasuke menoleh kembali kearah wanita itu tapi yang ia dapati sekarang bangku itu sudah kosong. Hanya tinggal piring bekas ia makan yang tengah di bersihkan seorang pelayan yang tertinggal disana. Sasuke mengerutkan sebelah alisnya, ia menoleh kearah lapangan parkir melalui jendela kaca besar dihadapannya. Gadis itu tengah membuka pintu mobilnya lalu masuk kedalam. Sasuke tersenyum geli begitu melihat mobil apa yang di kendarai wanita itu, dia cantic tapi seleranya sangat unik.

"Oi… teme, kau ada waktu besok malam?" Tanya Naruto, Sasuke menoleh kearah sahabat pirangnya.

"ya, kurasa." Ujarnya pria itu masih tidak mengalihkan pandangannya dari lapangan parkir restaurant.

"Teme, ada apa dengan mu sih?" Sasuke menoleh kearah Naruto saat pria itu ikut menoleh kearah pandangnya

"bukan apa-apa." Ujarnya, Naruto menaikkan sebelah alisnya lalu menggeleng pelan,

"kau ini. Pastikan kau bisa datang besok malamke D' Angelo, salah satu bar milik keluarganya Hinata. Dia bilang akan mengundang teman-teman dekat kita." Ujarnya, Sasuke menaikkan sebelah alisnya

"untuk apa?" Tanya Sasuke,

"Aku dan yang lainnya akan mengadakan Welcome Party untuk mu." Naruto tersenyum lebar, Sasuke menghela nafasnya

"yah, baiklah. Aku akan datang." Ujarnya, Sasuke melirik jam tangannya ini sudah waktunya ia pulang kerumah ibunya pasti sudah menunggunya.

"Ayo Dobe! Kita harus kerumahku sekarang. Kau dan Shion harus tinggal untuk makan malam." Ujar bungsu Uchiha itu sebelum melengos pergi ke meja kasir dan membayar untuk makan siang mereka

"ck. Aku baru saja akan membayarnya." Ia menggerutu pelan namun tetap melangkah keluar mengikuti bungsu Uchiha itu.

Sakura's Old Apatement, Tokyo

Kantung kertas itu agak menyulitkan gerakkannya begitu ia tiba di depan pintu apartemennya, ia terpaksa harus menurunkan katung belanjaannya saat menekan tombol bel intercom apartementnya, tak lama kemudian ibunya muncul dari balik pintu dan membantunya membawa masuk belanjaannya.

"Okaa-san, aku bisa membawanya sendiri." Ujarnya, namun wanita paruh baya bersurai pirang itu bergumam tidak setuju dengan kalimat yang di lontarkan putrinya.

"bagaimana? Apa dia menyukai hasil karya mu?" Mebuki sudah meletakkan kantung itu di bar sarapan sementara putri tunggalnya itu tengah merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

"Ya, kami juga sudah membicarakan bayaranku. Lumayan juga Okaa-san, gajiku dua kali lipat lebih besar dari ditempat lama. Kalau begini aku bisa membayar tagihan apartement baru dan menabung untuk membuka Boutique ku sendiri." Mebuki memandang iba gadis cantiknya yang kini tengah beranjak dewasa itu, tiga tahun yang lalu perusahaan suaminya bangkrut, mereka berhutang kemana-mana untuk mempertahankan perusahaan itu tapi ujung-ujungnya mereka harus menjual rumah mewah dan aset-aset mewah milik mereka yang lain untuk melunasi hutang keluarga mereka. Satu tahun yang lalu suaminya meninggal karena kanker dan semenjak itu Sakura adalah orang yang bekerja menghidupi mereka berdua.

"bagaimana apartement barunya?" Tanya mebuki lagi, ia kini tengah menata makan malam yang di beli putrinya diatas meja makan

"tidak sebesar apatement ini, tapi aku rasa itu cukup. Kita hanya tinggal berdua saja. Ada dua kamar tidur, satu ruang tamu, dapur dan ruang makan juga satu kamar mandi. Tidak terlalu buruk lokasinya juga dekat dengan kampus dan tempatku bekerja." Ujarnya, Sakura sudah duduk di kursinya dan menyantap makanannya

"begitu? Tidak masalah sebesar apa tempat tinggalnya. Yang jelas kita punya tempat untuk berteduh kan? Jangan terlalu memforsir dirimu di tempat kerja yang baru ya?" Sakura tersenyum dan mengangguk

"kita akan mulai pindah hari minggu besok , Kaa-san." Ujarnya, Mebuki mengangguk setuju.

Uchiha Mansion, Tokyo Jepang

Sasuke tengah membantu ibunya menata meja makan saat suara ketukan high heels dan lantai marmer rumahnya menyapa indra pendengarannya. Bungsu Uchiha itu tengah mengambil sebotol Bollinger Rose dari dalam lemari penyimpanan saat gadis Hyuga itu berdiri disana. Ia menggunakan dress berwarna marron dan surai indigonya yang panjang terkepang rapih.

"Sasuke-kun…" ia mendekat dan memeluk Sasuke, bungsu Uchiha itu hanya menghela nafasnya tanpa membalas sama sekali pelukkannya

"Hai… Hinata." Ujarnya, ia melangkah menjauh dari sana dan meletakkan botol anggur itu keatas meja.

"Ah… maaf, aku tidak bermaksud lancang." Gadis Hyuga itu memainkan kedua jemari telunjuknya Sasuke menghela nafasnya

"tidak apa-apa, duduklah aku akan panggil yang lainnya. Ibuku ada di dapur sedang membuat makanan penutup. Kau bisa membantunya kalau kau mau." Setelah berkata demikian bungsu Uchiha itu melangkah keluar dari ruang makan keluarga Uchiha yang mampu menampung sekitar dua puluh orang itu untuk memanggil anggota keluarga Uchiha yang lainnya.

"Masih sama, kau masih membuat jarak." Lirih gadis indigo itu, ia hanya bisa menatap nanar punggung tegap Sasuke yang perlahan melangkah menjauh.

"Otou-san…" Fugaku menghentikan pembicaraannya dengan putra sulungnya dan Naruto saat Sasuke muncul dari balik tembok pembatas ruang makan dan ruang keluarga kepala keluarga Uchiha itu memberi isyarat untuk mendekat kearah nya.

"duduklah dulu disini, Sasuke." Ujarnya, Sasuke mendekat tapi ia tidak duduk seperti yang diminta oleh ayahnya

"nanti saja mengobrolnya, makan malamnya sudah siap." Ujarnya, Fugaku mengangguk paham lalu mengajak Itachi dan Menantunya itu untuk ikut makan malam bersama dengannya dan anggota keluarga yang lain.

"Hinata datang kan?" Itachi berbisik mencoba menggoda adiknya

"Aniki! Diam, itu tidak lucu sama sekali!" ujarnya, Itachi tergelak sementara Fugaku hanya menggeleng melihat tingkah putra sulungnya

"dia sepertinya menyukaimu." Sasuke memutar bola matanya bosan sekali lagi,

"Aku tidak berfikiran untuk memiliki kekasih dalam waktu dekat. Terimakasih. Lagi aku hanya menganggapnya sebagai adikku." Ujarnya,

"Yah, Teme orang bilang persahabatan yang seperti itu akan berakhir dengan hubungan percintaan." Ujar Naruto, Sasuke meninju pelan bahu tegap sahabatnya

"Dia bukan tipe ku." Ujarnya, Baik Itachi maupun Naruto tergelak bersama mendengar penuturan bungsu Uchiha itu.

Hinata sudah duduk disebelah ibunya, Sasuke ikut duduk di sebelah ayah dan kakaknya saat makan malam di mulai. Tak ada percakapan penting, hanya ada percakapan ringan selama makan malam. Fugaku banyak menanyakan hal-hal sepele tentang kehidupannya di Jerman dan persiapannya untuk kembali kuliah di Jepang. Sasuke tak mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan ayahnya, hanya saja sesekali bayangan gadis merah jambu di café yang ia ambil gambarnya secara diam-diam itu kembali menghantuinya. Ia tahu ini konyol, tetapi kenapa ia merasa kalau ia mungkin akan bertemu kembali dengan gadis itu tak lama lagi. Sasuke menggeleng pelan dan sekali lagi kembali memotong steaknya, semetara itu di sisi lain meja Hinata diam-diam mengamati gerak-gerik bungsu Uchiha yang tengah menyantap makan malamnya dengan tenang, apa ia sudah memiliki kekasih di Jerman? Kenapa ia begitu dingin dengannya?

Hinata mengalihkan pandangannya dari Sasuke dan meneguk anggur merahnya. Fikiran aneh-aneh tentang kemungkinan Sasuke memiliki kekasih di Jerman membuat hatinya tidak tenang, ia tidak terima jika itu terjadi. Ia tidak tahu kenapa, tapi Sasuke adalah miliknya. Tidak ada orang lain yang boleh mendapatkan pria itu selain dirinya. Tidak. Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Tidak akan pernah.

TBC. Udah lama banget mikirin konsep untuk prequel fict Stronger. Awalnya aku mau bikin pas mereka udah mau lulus dan udah pacaran, tapi ga seru rasanya kalo ga nyeritain seluruhnya dari awal. Gimana Sasuke bisa jatuh cinta sama Sakura dan kayak gimana solidnya persahabatan Hinata dan Sakura. Di fict ini juga sudah menjawab siapa sih ibu dari Boruto di akhir epilog Fict stronger. Yups, aku memutuskan untuk menjadikan Shion sebagai pasangan Naruto mereka cute banget wkwkkw.

Dan dan dan menjawab satu pertanyaan lagi tentang seorang anak bernama Kenichi di epilog yang jadi pacarnya Meiko, dia itu bukan anak siapa-siapa wkkwkw maksud saya dia hanya temen sekolah Meiko yang ga aka terlalu saya bahas dalam cerita.

So, ini dia prequelnya, saya harap semua pembaca setia stronger puas dengan chapter awalnya. Trims. Selalu saya menunggu kritik dan sarannya.

Mind to RNR minna?

Aphrodite girl 13