Ten Thousand Love

.

Another KyuMin Story with Genderswitch Fanfiction

.

Remake Of The Novel "Selaksa Cinta Manda" By RK. Tirta

.

a.n: seluruh isi cerita berdasarkan novel aslinya, saya hanya mengganti cast-nya saja serta penambahan dan pengurangan untuk menyesuaikan.

.

Sorry for typo(s)

.

.

.


.

Youngwoon sedikit dihinggapi perasaan tak senang melihat kepulangan Sungmin senja itu. Selain sangat terlambat, sebelah hatinya semakin merasakan adanya sesuatu yang tak wajar pada kedekatan putrinya dan Kyuhyun belakangan ini. Sedikitnya ia memang mendengar keretakan hubungan rumah tangga Kyuhyun dan istrinya yang telah lebih dari dua tahun tak lagi tinggal bersama. Ia berusaha menghalau segala was-was hatinya dengan mengingat kembali latar belakang kedekatan dua anak-anak yang sekarang telah tumbuh menjadi dua manusia dewasa itu.

Youngwoon tak mungkin meminta keduanya membuat jarak, atau menjaga sikap. Ia tak punya alasan untuk itu, ia juga takut putrinya tersinggung. Sungmin sedikit terlalu sensitif belakangan ini. Beberapa kali Youngwoon menangkap mata Sungmin berkaca-kaca pada beberapa nasihat yang ia wejangkan. Tapi bagaimanapun ia tak ingin di kemudian hari nama putrinya disangkutpautkan dalam masalah keretakkan rumah tangga Kyuhyun.

Ia baru dapat bernapas lega saat melihat penumpang lain yang ternyata ikut serta bersama kedua muda-mudi itu, Cho Yoobi. Si kecil berambut kecoklatan itu sudah cukup lama tak dilihatnya. Sosoknya yang mungil dan berkulit putih mengingatkannya pada Sungmin di masa kecil. Bagaimanapun lengan keriput itu merindu dekap tangan kecil seorang cucu yang menyentak tangannya dengan tak sabar.

"Harabeoji..." Yoobi berlari lincah melewati pagar besi yang tak terkunci. Memburunya dengan rentang tangan bersama rindu. Harapan dan angan Youngwoon terkabul sebagian. Kerontang jiwanya bertemu oase di dalam dekapan Yoobi. Gumpalan damba menggerogoti hati pria tua itu. Hanya harga dirilah yang menahan titik bening haru jatuh dari matanya.

Kabut harapan sarat akan kerinduan itu tertangkap oleh mata Sungmin. Keharuan yang segera berubah menjadi sebuah himpit rasa bersalah.

"Wah-wah... Yoobi-ah, Harabeoji sangat merindukanmu..." Youngwoon merunduk lebih rendah untuk menikmati rengkuh lengan Yoobi di lehernya. Ditepuk- tepuknya punggung gadis kecil itu penuh sayang.

Dan tanpa canggung Yoobi mencium pipi kendur Youngwoon dengan gembira. Lalu terkekeh senang saat Youngwoon mengayun Yoobi ke bahunya.

"Adu...du...du... Yoobi sekarang bertambah besar, Harabeoji tidak kuat menggendongnya."

"Sudah sekolah." Pamer Yoobi, memberi tahu Youngwoon.

"Jinjja? Daebak! pintar tidak sekolahnya?"

Yoobi mengangguk mantap, "Ayo kita mancing lagi?" todong Yoobi.

Sesuatu yang ia ingat dengan baik tentang Ayah Sungmin adalah kegiatan memancing di petak irigasi di belakang pabrik gula. Padahal peristiwa itu sudah sangat lama.

Ketiga orang dewasa di sekitarnya sontak menderai tawa mendengar permintaan Yoobi itu. Mereka masih ingat bagaimana girangnya Yoobi mondar-mandir dengan ember dan joran buatan Ayah Sungmin di tangan. Hingga beberapa hari setelahnya Yoobi masih belum jemu melakukan aksi memancing di kolam renang di rumahnya bersama Ahn Ahjumma.

"Tidak lihat kalau ini sudah mau gelap? Lagipula di sini tidak ada sungai, bocah ini ada-ada saja." Kyuhyun mendekat untuk mengambil Yoobi dari gendongan Ayah Sungmin. Kemudian merunduk samar menyapa laki-laki tua itu.

"Apa kabar, Abeoji?"

"Eoh, baik... baik-baik saja, ayo duduk di dalam."

Kyuhyun mengikuti langkah kaki pria tua itu ke ruang tamu, sementara Yoobi sudah menghilang ke bagian dalam rumah untuk melakukan —penjelajahan di rumah baru Sungmin. Terdengar suara tawa kecil di sela percakapan keduanya di bagian dalam rumah.

Kyuhyun duduk sedikit tegang berhadapan dengan Ayah Sungmin, entah mengapa hatinya kebat-kebit tak menentu dalam kebisuan. Apakah hanya perasaannya saja, jika ia merasa pria santun di hadapannya ini tengah menatapnya dalam-dalam. Seolah ingin menelanjangi semua kesalahannya.

Kelebat tekad menyeruak di antara kebingungannya. Apakah waktu ini tepat? batinnya.

Youngwoon bukan orang lain. Ia adalah laki-laki yang juga selalu berdiri di sisinya untuk mendorongnya menjadi lebih dari sekedar Kyuhyun, si anak pungut. Pria itu selalu mengulurkan telapak tangan bangga pada setiap prestasi yang ia raih. Youngwoon adalah ayah kedua baginya setelah ayah angkatnya, Cho Hankyung. Jika Pria ini murka kepadanya setelah apa yang ia sampaikan, atau bahkan mendera punggungnya. Ia akan menerimanya sebagai kemarahan seorang ayah, juga sebagai sesama pria yang menyayangi Sungmin.

"Abeoji, saya ingin membicarakan masalah niatku untuk menikahi Sungmin." Kalimat itu terlontar dengan lancar, namun lirih dan tampak sangat berhati-hati. Setelahnya, Kyuhyun menunduk dalam.

Youngwoon terdiam mendengar kalimat yang baru saja Kyuhyun sampaikan. Dugaannya benar. Swasangkanya memang selalu benar, jika itu menyangkut dua anak tersebut. Sungmin dan Kyuhyun adalah, ibarat sebuah buku yang telah selesai ia baca hingga ke bait-bait tersembunyi mereka. Setiap gelagat ganjil yang terjadi di antara mereka selalu memunculkan kegelisahan di dalam hatinya. Tanpa disadari, ikatan batin mungkin telah tercipta tanpa harus mereka pahami bagaimana itu bisa terjadi. Lalu apa yang harus ia lakukan dalam menyikapi situasi ini? Haruskah ia marah? Atau mempertanyakan keseriusan niat Kyuhyun? Atau lebih baik bertanya kesediaan Sungmin terlebih dahulu?

Rasanya tak perlu. Jika Kyuhyun sampai berani menyampaikan hal seserius ini ke hadapannya. Itu artinya kedua bocah itu pastilah telah bersepakat di belakangnya. Apa lagi yang harus dilakukannya selain merestui, setelah berbagai pertanyaan tentang kejelasan status pernikahan Kyuhyun mampu Kyuhyun jawab dengan sebaik-baiknya.

"Sekarang masih proses Abeoji, mudah-mudahan tidak lama."

"Ya, sudah. Nanti di bicarakan lagi kelanjutannya bagaimana."

"Tapi, saya ingin menikahi Sungmin secepatnya. Hanya pemberkatan sederhana saja, resepsinya ditunda dulu."

"Kenapa tergesa-gesa?"

"Jeosonghaeyo, Abeoji. Ini ada hubungannya dengan pekerjaan saya."

Mohon Kyuhyun meminta pengertian. Sesungguhnya itu juga salah satu jalan yang ia tempuh untuk meringankan beban moral mereka.

Youngwoon termenung. Mengedarkan pandangan matanya ke seantero rumah. Dari kaca pantri bergambar burung merak di depan sana ia mengetahui, jika putrinya juga tengah duduk diam-diam menguping pembicaraan antara dirinya dengan Kyuhyun. Sementara Yoobi tengah asik dan tenang menikmati es krim berhadapan dengan Sungmin.

"Lalu, kapan rencananya?"

"Akhir minggu depan, Abeoji."

Menghela napas berat. Youngwoon hanya bisa menggelengkan kepala. Rasanya berat harus menerima kenyataan itu.

Mengapa baru sekarang dua bocah kecil yang dulu pernah ia lihat bermain, mandi, bahkan tidur bersama itu, tiba-tiba saja menyatakan diri mereka ingin menikahi satu sama lain?

Setelah sekian lama penantian putrinya terhadap pria idaman yang ia nanti-nantikan, kenapa malah Kyuhyun? Seolah hanya Kyuhyun saja pria di muka bumi ini. Kenapa bukan Siwon? Atau pria lain yang ia tahu tak sedikit jumlahnya di belakang Sungmin. Youngwoon tak habis mengerti.

Akhirnya setelah kesekian kali pria tua itu menghela napas berat dari paru-parunya, "Abeoji akan ikuti keinginanmu dan Sungmin, atur semuanya, Abeoji terima jadi saja." Putusnya.

Kyuhyun bernapas lega. Walaupun masih tersirat ketidakrelaan Youngwoon pada keputusan mereka, setidaknya ia telah bertindak benar dalam hal ini. Ia telah mengambil langkah sesegera mungkin menyelamatkan situasi darurat diantara ia dan Sungmin.

Sungmin? Di mana gadis itu dan juga putrinya? Apakah Sungmin mendengar permohonan Kyuhyun pada ayahnya barusan? Apakah gadis itu akan marah karena tak berunding dulu dengannya?

.

.

.

Sungmin tak tahu harus merasa bagaimana untuk menyimpulkan semua perasaan yang tengah terjadi pada dirinya di waktu-waktu terakhir ini. Tiba-tiba saja ia telah berstatus sebagai istri dari Cho Kyuhyun, istri kedua lebih rtepatnya.

Seperti kata Kyuhyun dan ayahnya. Meski sebagai istri kedua, sifatnya hanya sementara, semua ini demi menghindarkan mereka dari fitnah dan zina lebih jauh. Sungmin tak habis mengerti mengapa ayahnya mau saja mengabulkan permintaan Kyuhyun, hanya dengan alasan ingin menyelamatkan posisinya dari gosip yang telah santer berhembus di perusahaan mereka.

Maka tak aneh juga ketika salah satu saksi pernikahan mereka adalah Zhoumi kepala departemen anggaran, kemudian Hyorin teman baik Sungmin di kantor yang cukup dapat mereka percayai. Dan ajaibnya hari itu Kyuhyun membawa serta sepenggal surat pernyataan izin pihak Ryeowook yang menyatakan Kyuhyun boleh menikahi Sungmin. Ryeowook bahkan bersedia bertanda tangan di atas materai sebagai bukti penguat.

Dengan maksud apa Kyuhyun melakukan semua itu. Apakah antisipasinya pada kemungkinan Ryeowook akan mempermasalahkan keputusannya itu di kemudian hari, khususnya dalam sidang perceraian mereka? Entahlah.

Dan tentu saja kehadiran kedua orang tua angkat Kyuhyun, yang telah bertandang ke rumah Sungmin untuk kedua kalinya. Setelah yang pertama untuk melamar Sungmin secara simbolis. Walau sebenarnya lamaran lebih terlihat sebagai kunjungan silaturahmi antara dua tetangga lama. Heechul Ahjumma-panggilan Sungmin yang tetap tak bisa berubah- Wanita itu malah memeluk Sungmin dengan penuh rasa syukur dan juga rindu, ketika pertama kali mereka bertemu.

Tutur katanya penuh kasih sayang. Seolah tak dapat menutupi rasa kasihan di dalam suaranya. Berkali-kali juga Sungmin menangkap mata tua wanita baik yang tak pernah berkesempatan melahirkan seorang anak dari rahimnya sendiri itu, tengah mencuri lihat ke arah perutnya yang masih rata. Dalam hati Sungmin menduga kalau Kyuhyun telah menceritakan apa yang terjadi.

Seperti halnya Youngwoon sebelumnya, kedua orang tua angkat Kyuhyun hanya berusaha "mengikuti apa maunya anak muda" Seperti kutipan ketiga orang itu di banyak kesempatan canda mereka.

.

.

.

Tak seperti layaknya pengantin baru yang seketika hidup bersama layaknya pasangan suami-istri. Apa yang mereka jalani dapat dikatakan, sama sekali tanpa perubahan. Sungmin masih tinggal dengan ayahnya. Begitupun Kyuhyun tetap tinggal berdua dengan putrinya, Cho Yoobi. Gadis kecil itulah yang justru terus bertanya mengapa Sungmin tak pulang bersama mereka setelah upacara kecil pernikahan dilangsungkan.

Seolah keduanya ingin menanamkan kesan pada kedua keluarga mereka, bahwa pernikahan mereka bukan dengan tujuan hasrat raga semata.

Bagi Kyuhyun kehidupan mereka bahkan lebih mengalir dibanding beberapa minggu sebelumnya. Hanya menanti waktu, apakah setelah putusan pengadilan terhadap gugatan cerai Ryeowook terhadap Kyuhyun, sesuai hasil kesepakatan kuasa hukum mereka demi mempercepat proses gugatan, maka Kyuhyun berbalik menjadi tergugat. Kyuhyun berharap segalanya akan dapat berlanjut seperti rencana yang telah disusunnya.

Satu lagi momen yang Kyuhyun tunggu di bulan itu, adalah hasil putusan Dewan Direksi tentang pada siapakah akhirnya tampuk kepemimpinan akan diberikan. Sebelumnya akan ada sebuah agenda penting berupa sidang personal antara dirinya dan beberapa kandidat terdata, untuk sebuah sesi wawancara oleh beberapa orang team dari kantor pusat.

Kyuhyun mengira itu serupa presentasi dadakan tanpa skript bagi setiap calon kandidat. Kyuhyun optimis untuk itu. Sedikit beban pikirannya adalah mengenai sesi tanya jawab tentang masalah pribadi yang disembunyikannya belakangan ini. Akankah sesi itu akan menjadi sebuah drama tragis, di mana ia akan ditelanjangi terkait kehidupan pribadinya.

Ia tak tahu tapi setidaknya beberapa bukti dan nama oknum, Dalang di balik rencana kotor menjegal langkahnya pada rapat evaluasi anggaran beberapa bulan lampau telah ia kantongi.

Ryeowook punya sedikit andil membuka kemudahan jalan penelusuran beberapa orang bayarannya. Dan Kyuhyun cukup berterima kasih untuk itu. Semoga saja bukti-bukti tersebut adalah modal yang cukup untuk Kyuhyun dalam membela dirinya.

Semua ini bukan lagi karena obsesi menempati posisi puncaknya di perusahaan, tapi demi membersihkan sejarah perjalanan kariernya dari rumor negatif yang akan terus mengiringi langkahnya dan Sungmin di perusahaan tersebut. Kyuhyun tak lagi merasa perlu memusingkan siapakah yang akan menang. Apakah itu orang lain, atau bahkan musuh utamanya sekalipun.

.

.

.

Kini semua divisi dan departemen, sibuk. Bukan hanya karena akan ada pergantian kepemimpinan, tapi juga karena saat itu adalah akhir tahun. Semua divisi mempersiapkan laporan tahunan mereka di waktu yang sangat sempit ditengah agenda perusahaan yang lumayan padat. Termasuk Kyuhyun dan divisinya. Untuk pertama kalinya bagi mereka memiliki waktu yang cukup longgar aktivitasnya dalam sepekan itu. Sehingga Kyuhyun bisa duduk lebih santai di belakang meja kerja di dalam ruang kantornya. Segera benaknya mengingat kemudian mencari-cari keberadaan sosok Sungmin di luar sana, dari balik kerai jendela.

Sama seperti yang lain, Sungmin tampak tekun di depan layar monitor komputernya. Belakangan karena kesibukan mereka masing-masing, mereka nyaris tak pernah saling bertegur sapa secara langsung di kantor.

Kyuhyun baru benar-benar tersadar, jika wanita itu sekarang telah menjadi istrinya. Rindu rasa ingin memeluk Sungmin saat ini juga. Karena setelah menikah tak ada hal yang benar-benar bersifat intim yang mereka lakukan. Selain kegiatan mencium kening ringan dan lambai perpisahan sepulang kerja.

Kyuhyun tergelitik untuk mulai menjahili Sungmin.

.

Bunyi ping pemberitahuan masuk. Sungmin merogoh ke dalam laci meja kerjanya mengacak kian kemari hingga jari-jarinya menyentuh benda yang dicarinya.

Pesan instan dari Kyuhyun.

Kyuhyun : Aku merindukanmu... *Emoticon love struck*

Sungmin membalas.

Sungmin: Aku tidak! *straight face*

Kyuhyun: Jual mahal sekali. Mentang-mentang sudah laku *sarcastic*

Sungmin: Tidak lucu!

Kyuhyun: Aku memang tidak melucu, ini S.O.S.

Sungmin: Terserah! mau S.O.S atau mayday-mayday. Sudahlah Kyu, aku sibuk... arrgghh... ini belum selesai-selesai juga!

Dari dalam ruangannya dilihatnya Sungmin menatap angkuh ke arah ruang kantornya. Secara sembunyi-sembunyi gadis itu mengacung kepal tinjunya ke arah Kyuhyun. Kyuhyun terkekeh seorang diri.

Kyuhyun : Uh... Takut... *emoticon tongue out* Kau semakin menggemaskan kalau marah. One kisses please?

Sungmin : Shireo! Sudahlah... jangan cari masalah. Liat ke sekelilingku, ada yang sudah mulai memasang radar ingin tahu karena mendengar bunyi pesan di handphone-ku yang terus menerus. Kau tidak tahu hidupku sudah seperti selebritis saja.

Tak sabar, Kyuhyun menelepon Sungmin dengan ponselnya.

"Selebritis? Woah~ daebak aku suami seorang selebritis." sambar Kyuhyun menyambung jawaban pesan via instant messengers sebelumnya.

"Aku serius Ky-" Sungmin batal menyebutkan nama Kyuhyun. "Supaya nyaman dulu situasinya. Tidak usah memanggilku, kecuali, da-ru-rat. Okay?" kali ini setengah berbisik. Lalu perlahan bangkit membawa mug bergambarnya menuju dispenser di sudut ruangan. Di sana ia sedikit bebas bicara.

"Lho, ini memang darurat? Darurat sekali rindunya." Kyuhyun tertawa pendek setelah menekankan kata rindu berkonotasi ganda. "Bayangkan saja. Sejak menikah, kita belum pernah menambahkan kuping atau mungkin hidung untuk si Baby. Kan kasihan kalau hidungnya kecil seperti Eommanya. Malam ini pulang ke rumahku ya?" bujuk Kyuhyun.

"Untuk apa? Aku malah barusan menelepon Yoobi, dia bilang mau menginap di rumahku." Beritahu Sungmin.

"Jinjja? Dasar bocah itu, belum diajak bersekongkol sudah berkhianat lebih dulu." Gerutu Kyuhyun, tak benar-benar kesal. "Ya tentu saja aku karena merindukanmu Chagi, bagaimana pun aku ini laki-laki sehat, begitu saja tidak mengerti? Kalau di rumahmu, aku segan dengan Abeoji, kamarnya berdekatan sekali. Pasti akan terdengar desaha-"

Sungmin memotong ucapan Kyuhyun. "Yak! Jinjja! aku ingin sekali muntah mendengarnya. Apa isi otakmu hanya hal yang seperti itu saja? Lebih baik siapkan mental untuk presentasimu minggu depan. Tidak usah saling usik dulu, kau juga tahu aku sedang banyak sekali pekerjaan. Sudah tutup saja." Ketusnya. Tiba-tiba merasa marah pada sifat kekanakan Kyuhyun. Di saat Sungmin begitu cemas memikirkan agenda pemilihan -kecemasannya akan kekalahan Kyuhyun. Takut Kyuhyun terpuruk sedih, malu dan kecewa. Belum lagi tekanan keingintahuan orang-orang pada kehidupan pribadi mereka. Sempat-sempatnya Kyuhyun memikirkan hubungan suami istri.

Mendengus kesal, kemudian menghembuskan napas keras perlahan dan teratur demi meredakan gejolak emosinya. Stress adalah salah satu hal yang tak boleh dimilikinya. Ia dan bayinya harus sehat. Masa bodoh dengan kelakuan tengil Kyuhyun. Gerutu Sungmin muram.

Kyuhyun tertegun menatap smartphone-nya yang tak lagi menyambung pembicaraan antara dirinya dan Sungmin. Dan seperti tabiatnya yang selalu mematikan ponsel saat marah. Kali inipun demikian.

Layaknya ikan lele digetok di kepala, ia kelimpungan. Merasa bersalah ingin segera meminta maaf dan membujuk istrinya yang sedang merajuk. Bisa saja itu salah satu bawaan kehamilan, Sungmin jadi gampang uring-uringan. Di sini tentu saja ia yang salah karena menggombalisasi tanpa melihat tempat dan situasi.

Menimbang goda hatinya yang teramat ingih menghampiri Sungmin di luar sana. Membersit ide berpura-pura mengisi gelas air, seperti halnya Sungmin. Namun, segera ditepisnya ide itu jauh-jauh. Orang-orang akan langsung mencurigai kelakuannya, karena semua pegawai tahu selalu ada OB yang menyiapkan kebutuhan minum Kyuhyun.

Termenung sesaat, lalu ia teringat Sungmin selalu mengaktifkan dua akun sosial medianya sembari bekerja. Semua itu terkait pekerjaan sampingannya berdagang aneka kebutuhan wanita melalui online shop miliknya.

Setelah cukup lama tak pernah membuka akun sosial medianya. Sedetik kemudian Kyuhyun melupakan tujuan awalnya ketika matanya tertumbuk pada salah satu status Eunhyuk beberapa jam sebelumnya.

Kota Lautan dan Matahari tercintah_ PelabuahanMokpo # donghae861015_ GaemGyu_ imSML

Ada beberapa respon di kolom retweet dari teman Eunhyuk yang sebagian besar ia kenal, dan sebagian lagi tidak. Dan paling akhir adalah retweet balasan Donghae.

RT donghae861015: Kota Lautan dan Matahari tercintah_ PelabuhanMokpo Segera menyusul, huftt~ terjebak akhir tahun...

Kyuhyun menggumamkan kata kunyuk, namun senyumnya merekah. Tampaknya sepasang suami istri itu sengaja merahasiakan waktu kepulangan mereka kepadanya. Apakah ini terkait rencana saudara angkatnya untuk mengadakan acara Baby Shower kehamilan Eunhyuk di kampung halaman?

Kyuhyun merenung, lebih tepatnya mencoba mengingat-ingat momen pertemuan terakhir mereka di Seoul. Menghitung mundur, dan sampai pada kesimpulan, bahwa ini memang sudah waktunya Eunhyuk merayakan acara Baby Shower-nya.

Sungmin pasti akan senang mendengar kabar kepulangan dua orang itu. Atau malah tidak? Jangan-jangan Sungmin justru sedih karena saat ini ia juga tengah hamil. Kehamilan yang mereka sembunyikan untuk sementara ini.

Andai saja tak seperti ini situasinya. Tentu saja Kyuhyun dengan sangat bangga ingin menunjukkan pada semua orang kabar bahagia mereka.

.

.

.

Hari ini Kyuhyun tak masuk kantor karena ada beberapa urusan terkait perpajakan ke kantor departemen. Setelahnya ia menyempatkan singgah ke kantor konsultan jasa renovasi rumah yang telah mengatur janji temu antara ia dengan kontraktor mereka.

Rencananya Kyuhyun ingin merenovasi beberapa bagian rumahnya yang kurang efisien. Seperti menggabungkan dua kamar kosong yang jarang terpakai di lantai satu sebagai kamar utama.

Kedengarannya memang seperti ia sedang mengusahakan agar Sungmin melihat rumah mereka dengan cara berbeda. Kyuhyun ingin menyisihkan setiap bayang-bayang mantan istrinya yang mungkin akan membuat Sungmin tak nyaman tinggal di rumahnya. Itu artinya kamar baru, interior baru, dan yang pasti tempat tidur baru untuk mereka.

Sayangnya desainer andalan mereka sedang berada di lapangan saat itu, sehingga lagi-lagi mereka membuat janji temu untuknya dan si tukang gambar besok sore. Langsung di rumah Kyuhyun.

Satu jam berselang Kyuhyun kembali ke arah kantor untuk menjemput Sungmin. Rencananya mereka akan langsung menemui Eunhyuk di rumah orang tuanya. Sungmin memintanya menunggu di luar saja. Di tepi jalan sejauh sepuluh atau dua puluh meter dari gerbang masuk menuju pabrik, tapi sang empunya janji malah belum muncul, padahal hampir sebagian besar staff dan pegawai yang pulang di jam yang sama telah keluar meninggalkan pabrik. Sepertinya belakangan Sungmin menjadi manusia paling lelet sedunia. Termasuk aktivitas berangkat ke kantornya setiap pagi. Rasanya aneh melihat Sungmin yang biasanya super duper aktraktif itu, berubah menjadi anggun keibuan tanpa susah payah Kyuhyun memintanya.

Kyuhyun tersenyum sendiri mengingat pembawaan si Bunny itu ketika mereka remaja. Seolah apa yang ia saksikan pada diri Sungmin saat ini, tak akan pernah akan ia saksikan seumur hidupnya. Semakin dewasa ia semakin kalem, cenderung feminim. Padahal Sungmin itu dulunya was wus layaknya angin. Gesit, tapi serampangan.

Sekali lagi diliriknya arloji di pergelangan tangan. Sudah mendekati pukul lima sore, tapi Sungmin belum terlihat juga. Setelah merasa tak ada yang dapat ia kerjakan dengan ponselnya, Kyuhyun melamunkan banyak rencana sembari menatap jauh kedepan, menanti kemunculan Sungmin.

Sepuluh menit kemudian gadis itu muncul. Berjalan santai di kejauhan. Seperti biasanya penampilannya terlihat manis dengan blazer merah muda seragam kerjanya. Rambut panjangnya tersimpul sebagian ke dalam jepit sederhana di tengah bagian belakang kepalanya. Sementara sebagian lagi tetap tergerai dipermainkan angin.

Sosoknya yang mungil dan kulitnya yang putih tampak berkilau dibawah bias matahari sore. Sesekali Sungmin tampak mengangguk sopan membalas sapaan sesama pegawai yang tengah berpapasan atau bahkan melewatinya. Begitu manis senyumnya. Ada kesan yang membuat orang lain gemas, namun tetap memikat dengan cara yang tak dapat ia wujudkan dalam lisannya.

Kyuhyun terpukau dalam pesona keindahan Sungmin bersama kumpulan kelopak cherry blossom yang berguguran seakan menjadi latar di belakangnya. Keduanya menciptakan bias warna jingga yang membakar ceruk hati Kyuhyun.

Kyuhyun mematung di balik kemudi. Degup jantungnya begitu keras memukul hingga nadinya berdenyut lebih cepat di pangkal tenggorokannya yang terasa sakit, saraf di ruas punggung hingga tengkuknya meremang. Kyuhyun mengeluhkan reaksi tubuhnya yang semakin tak mau berkoordinasi dalam setiap kekagumannya pada Sungmin belakangan ini. Hari demi hari Kyuhyun semakin tersiksa oleh perasaan jatuh cinta yang kadangkala membuatnya merasa malu karena terlambat merasakannya.

Dan lebih menyiksa lagi karena Sungmin menghalanginya mengungkap perasaan cinta itu lebih jauh. Seperti siang kemarin. Usahanya bahkan berbuah kesalahpahaman yang baru terselesaikan tadi pagi saat Kyuhyun menjemput Sungmin untuk berangkat kerja. Kyuhyun hanya berusaha memahami. Mungkin sulit bagi sahabatnya memulai rasa itu di antara carut marut perubahan status juga hubungan mereka yang tiba-tiba. Mungkin semua itu berasal dari tekanan batin Sungmin yang sesungguhnya tersiksa karena tak memiliki pilihan lain, selain menerima tawaran, setengah paksaan darinya, kemudian ayahnya.

Kyuhyun selalu penasaran, sebenarnya apa yang Sungmin rasakan?

Sedangkan di pihaknya Kyuhyun menimbang. Seandainya Sungmin tidak tiba-tiba hamil, apakah ada kemungkinan baginya memperistri sahabatnya itu semudah ini? Jangan-jangan pada suatu masa, Sungmin akan merasa bosan, merasa terjebak, menyesali keputusannya. Dan akhirnya memilih meninggalkan dirinya, apakah akan seperti itu?

Belakangan ini angan dan kecemasan itu mulai akrab menghantui setiap langkah Kyuhyun dalam usahanya segera meresmikan pernikahan mereka. Namun sayangnya mengurus perceraian itu tak semudah mengurus surat izin mengemudi.

Debam suara pintu mobil yang telah ditutup kembali terdengar diikuti aroma citrus segar segera mengembalikan Kyuhyun dari keterpesonaannya. Menggapai kening mulus Sungmin, dan sekali lagi tak dapat menjaga mulutnya untuk memberi perhatian pada istrinya.

"Yang ini segar. Walaupun lotion vanila-mu juga lezat." Mengendus sekeliling Sungmin, nyaris menyentuhkan ujung hidungnya di tepi rahang, jika Sungmin tak mencondongkan tubuhnya ke belakang.

"Mulai lagi..." Gerutu Sungmin. Jarinya memberi isyarat agar Kyuhyun segera menjalankan mobil.

"Bukan begitu, berpikir positif saja, ini kan hanya perhatianku padamu. Suami perhatian pada istri salah? Kalau tidak perhatian paling suami juga yang salah." Kyuhyun mencebik.

Sungmin terdiam. Hangat hatinya mendengar kata-kata Kyuhyun yang terdengar sederhana, namun melambungkan. Rasanya masih seperti mimpi ia bisa mendengar kata itu melekat di antara dirinya dan Kyuhyun. Suami-Istri. Minus bagaimana kedudukan itu ia dapatkan. Bahagia. Hanya bahagia.

"Mian," bisik Sungmin lirih. Sepertinya ia harus membuat sedikit pengakuan agar Kyuhyun lebih memaklumi sikap ketusnya belakangan ini. "Mianhae, belakangan ini aku semakin betah uring-uringan. Padahal sering menyesal setelahnya." Sungmin menunduk dan tersipu, sungguh merasa konyol.

"Tidak tahu kenapa orang yang paling membuatku sebal dan emosi itu kau. Kalau Shindong Ahjussi penjual ramyun di dekat perumahan. Kurasa tak akan berpengaruh, kebetulan sekali malah. Aku kan tidak suka ramyun buatannya." Sungmin sedikit melantur.

Itu mampu menciptakan seringai yang berkhasiat membuat wajah Kyuhyun semakin tampan. Sungmin gemas ingin menyentuh wajah bahagia Kyuhyun. Senyum itu cukup lama tak terlihat selebar itu. Senyum yang mampu membuatnya mengambil keputusan untuk mengiring langkah Kyuhyun, hanya untuk melihat senyum itu terus ada di sana.

"Aku agak sensitive dengan bau yang menyengat. Lotion vanila-ku termasuk dalam aroma yang aku anti sekali." Pengakuan Sungmin yang lain.

Kyuhyun melongo bodoh. Masa iya, orang hamil seperti itu? Dulu Ryeowook tak punya kelakuan yang aneh-aneh. Sampai-sampai Kyuhyun lupa kalau Ryeowook sedang hamil, dan tahu-tahu saja perempuan itu melahirkan.

"Aroma uap nasi panas, aroma ceker ayam. Aroma detergen, obat gosok milik Appa, minyak rambut Appa. Bau kimchi buatan Appa, termasuk pengharum mobil lavender ini." Sungmin menyingkirkan botol parfum yang menempel di dashboard ke dalam laci. "Banyak sekali Kyu, aku lelah mencari cara supaya tidak sesensitive ini. Susahnya itu karena tidak bisa menahan diri untuk tidak mual depan orang lain. Mereka akan curiga."

Sungmin melirik Kyuhyun yang masih menampilkan wajah bodohnya. Dan tiba-tiba saja ia ingin mengatai-ngatai Kyuhyun.

"Memang enak kalau hanya disambi bengong saja?!" Ketusnya. Tuh... kan, dia mulai uring-uringan lagi.

"Kalau begitu kita ke dokter lagi. Konsultasi, kenapa begitu sekali. Mungkin saja resep obat dan vitaminnya bisa diganti."

"Jadwal periksanya satu minggu lagi. Sudah ke Eunhyuk saja."

Belum sempat Kyuhyun mengajukan kalimat debatnya, perhatiannya teralihkan oleh dering ponsel Kyuhyun sendiri.

"Aku angkat telepon dulu, siapa tahu penting."

Sungmin mengangguk samar, dan memilih mengatur ketinggian sandaran kursi agar ia dapat bersandar nyaman.

"Selamat sore -Iya saya sendiri -Besok jam lima? Wah lumayan sore saya kira, Bagaimana kalau di sela makan siang? -Bisa-bisa." Percakapan dari sisi Kyuhyun dengan seseorang di telepon. Samar Sungmin mendengar suara itu adalah suara seorang wanita.

"Tari -Baik, saya simpan nomornya. Kamsahamnida... -ne...ne -Selamat sore, saya hubungi lagi besok." Kyuhyun mengakhiri teleponnya.

"Nugu?" tanya Sungmin curiga.

"Eoh?" Kyuhyun menoleh. Sesaat menimbang kemudian menyebutkan informasi yang lain. "Orang pajak." Jawabnya singkat. Terlihat tak ingin membahas tentang itu lebih jauh.

"Tumben urusan pajak diurus sampai lewat jam kerja?" pancingnya.

Kyuhyun menoleh sepintas, lalu mengedik. "Ada yang belum selesai tadi. Yakin tidak ke dokter dulu?" alihnya.

"Langsung ke Eunhyuk saja." Kemudian menatap lurus ke depan. Diam tanpa percakapan. Otaknya masih belum beranjak dari keingintahuannya. Feeling-nya mengatakan Kyuhyun tengah berbohong. Tapi kenapa?

.

.

.

.

.

.

"Ya Bunny, apa saja yang kau lakukan, kenapa kau bisa seperti mayat hidup begini?" cerca Eunhyuk, disela pelukan penuh rindu antara dirinya dan Sungmin. Kalimat bernada hiperbola itu seketika menuai cemberut di wajah Sungmin.

"Kau berlebihan. Aku selalu seperti ini, kalau pun turun paling hanya satu kilo atau dua kilo. Ini berapa Hyuk-ah?" tanyanya. Tangannya berada di permukaan perut Eunhyuk yang buncit.

"Masih satu, waktu terakhir ke dokter kandungan aku cek minggu lalu," jawab Eunhyuk enteng.

"Ish... maksudku berapa bulan usia kandunganmu?" Sungmin terlihat geregetan oleh jawaban Eunhyuk yang asal-asalan.

Wanita yang tengah hamil itu terkekeh melihat kekerasan hati teman kecilnya.

"Tambah cantik saja kau, Bunny kalau sedang marah, jeongmal! Tanya Kyuhyun saja kalau tidak percaya, iya kan, Kyu?" Eunhyuk mulai melempar kailnya. Sungguh ia begitu ingin mengorek rahasia yang tengah disembunyikan kedua sahabat kecilnya itu.

Seperti kabar yang ia dan Donghae dengar dari Heechul Eomma dan Hangkyung Appa. Bahwa dua sejoli ini meminta dinikahkan secara tiba-tiba. Tentu saja ia dan suaminya senang, walaupun juga terkejut sekaligus kesal.

Alih-alih membagi kebahagiaan mereka yang terkesan sedikit ganjil. Dua manusia di hadapannya ini bahkan tampak sangat pandai bersandiwara. Bahkan setelah ia pancing pun. Kyuhyun hanya tersenyum dikulum tak terbaca.

"Rencana Baby Shower-nya jadi Sabtu ini, Hyuk-ah?"

"Iya, fixed Sabtu ini, dan tidak ada alasan aku belum memberitahu kalian berdua ya. Kalau bisa kalian berdua datang paling pagi, pas hari Sabtu itu." Ancam Eunhyuk penuh tekad.

"Mau apa pagi-pagi? Memandikanmu?" sela Kyuhyun, seraya menyomot kudapan di dalam toples yang disediakan Eunhyuk. "Si Ikan amis kapan datang?" sambungnya.

"Besok malam. Appa dan Eomma juga besok malam. Mereka sudah bilang padamu, kalau mereka mau menumpang bermalam di rumahmu?"

"Belum, lagipula tidak bilang pun tidak masalah, selalu ada kamar kosong di rumahku, aku membuka kamar kost tapi tidak ada yang mau." Balas Kyuhyun, semakin ngawur.

"Mungkin tunggu nanti malam, biasanya Appa tidak mau mengganggu kalau sedang di kantor. Setiap telepon selalu malam," respon balasan Eunhyuk. Kecewa karena umpannya tak disambar oleh kedua sahabatnya.

Ketiganya saling pandang dalam diam selama beberapa menit. Ada sedikit kecanggungan yang samar melingkupi tiga serangkai itu.

"Chaerim tidak dibawa, Hyuk-ah?" Sungmin memecah kesunyian.

"Sekolah sampai hari Jumat. Nanti menyusul bersama Appa-nya. Yoobi sehat saja?"

"Sehat, ini mau aku jemput minta tidur di rumah. Kemarin malam mengamuk karena tidak jadi." Sungmin tersenyum geli mengingat acara nina bobo lewat telepon semalam. Gara-gara batal menginap di rumah Sungmin, bocah kecil itu mengamuk lalu mengunci pintu kamarnya berjam-jam. Dan Kyuhyun meminta Sungmin menelepon Yoobi untuk memberi pengertian.

Awalnya karena dongkol oleh telepon berbuah pertengkaran kecil mereka di kantor. Sungmin enggan mengangkat telepon Kyuhyun, tapi pesan singkat permintaan Kyuhyun tentang Yoobi tak dapat ia abaikan.

Sementara di sisi Eunhyuk. Wanita itu semakin tak tahan menjaga mulutnya untuk mengajukan tanya yang memenuhi benaknya sejak ia berada di Seoul.

"Aneh, padahal aku bertanya tentang anak si evil Kyuhyun, kenapa kau yang menjawab Bunny? Apa kau ibunya?" tanya Eunhyuk kalem.

Sungmin dan Kyuhyun saling berpandangan.

"Maksudmu?" Sungmin bertanya balik, lirih dan ragu.

"Aisshh~ kenapa aku yang lelah. Kalian berdua apa tidak lelah?" sentak Eunhyuk.

Berdiri menuding dua orang yang tengah duduk di hadapannya, kemudian membenturkan dua kepala mereka satu dengan yang lain.

"Aduh!" pekik Sungmin dan Kyuhyun berbarengan.

"Berhenti sandiwara di depanku, aku sudah mendengar kalau kalian sudah menikah, jadi tidak usah ditutup-tutupi lagi. Donghae dan aku kesal dengan kelakuan kalian. Kita ini keluarga kenapa tega sekali kalian berdua main rahasia dengan kami, ini tidak lucu, asal kau tahu!" Cerocos Eunhyuk, tersengal-sengal karena lelah bicara tanpa jeda.

"Sabar Hyuk-ah, sabar..." Sungmin tak dapat menyembunyikan geli di rona wajahnya. Ia berdiri menjajari Eunhyuk, kemudian memijat tengkuknya.

"Kau pikir aku mau muntah?" tepisnya. "Klarifikasi." Tandasnya, seraya mendorong Sungmin kembali duduk di sebelah Kyuhyun.

"Woah... klarifikasi, memang kami selebritis? Tanya Kyuhyun saja, Hyuk-ah, aku bingung harus bercerita di bagian yang mana. Bagaimana awal mulanya."

Sungmin mangkir dari tanggung jawab memenuhi keingintahuan Eunhyuk.

"Tidak ada yang dirahasiakan, Lee Hyukjae. Semua ini awalnya juga di luar rencana kami." Kyuhyun menuturkan beberapa hal yang tak terlalu rumit untuk Eunhyuk pahami, agar sebisa mungkin ipar sekaligus sahabatnya itu percaya. Tentu saja tak mungkin semua aib mereka berdua, ia beberkan pada Eunhyuk. Sedangkan saat ditanya ibu angkatnya tentang kemungkinan terjadi sesuatu pada Sungmin, Kyuhyun memilih tak menjawab.

Tapi, jika di kemudian hari hal itu terungkap oleh waktu kelahiran anaknya yang ternyata lebih cepat. Biarlah hal itu menjadi urusan mereka kelak. Toh pada saat itu, ia dan Sungmin pastilah telah resmi menikah. Semoga saja.

Pertemuan hari itu segera berakhir karena sudah semakin sempit waktu mereka untuk menjemput Yoobi dari kegiatan les baletnya. Kendati sangat ingin menahan mereka lebih lama, guna mencari tahu kisah mereka selepas menikah. Terutama apa yang sesungguhnya mereka rasakan selepas menikah, bagaimana kehidupan yang mereka jalani dengan status pernikahan seperti itu. Eunhyuk terpaksa menyerah dan menahan dirinya untuk bersabar hingga mereka bertemu di kesempatan berikutnya, dua hari mendatang.

Lucu rasanya menikah demi menghindari gosip miring di kantor. Terdengar seperti bukan sebuah alasan yang cukup kuat bagi keduanya untuk memutuskan menikah, kemudian merencanakan untuk segera meresmikannya begitu status Kyuhyun dinyatakan bebas.

Apakah bukan karena ada cinta dibalik selimut prahara yang tengah melingkupi kedua hati sahabatnya itu? Ataukah ini hanya ambisi keegoisan Kyuhyun semata?

Tapi bagimana dengan Sungmin sendiri? Apakah sahabatnya itu sedemikian putus asanya dalam menemukan pasangan hidup, sehingga menerima tawaran sinting Kyuhyun. Rasanya mustahil.

Eunhyuk mengenal Sungmin dengan baik, dan si Bunny satu itu tak akan dengan mudahnya menerima kegilaan Kyuhyun dengan begitu saja tanpa pertimbangan matang. Terlebih sekian lama ia tahu Sungmin bahkan terlihat sangat pemilih dalam urusan pria yang dekat dengannya. Yang bahkan terkesan tak pernah serius dan berumur lama dalam berhubungan dengan lawan jenis.

Satu-satunya pria yang dekat dengannya seumur-umur Eunhyuk mengenal Sungmin. Itu hanya Kyuhyun. Keduanya bahkan tampak laksana kunci dan gembok, sendok dan garpu, piring dan gelas. Ah-kenapa baru sekarang Eunhyuk sadar kalau kedua orang terdekatnya itu begitu saling terikat. Saling bergantung. Teramat saling menyanyangi. Tidakkah kemudian keduanya menyadari apa yang mereka rasakan akhirnya bergerak ke arah berbeda belakangan ini. Walaupun dapat dikatakan terlambat.

Eunhyuk tersenyum sendiri oleh kemungkinan romantis dari kesimpulan yang ia dapatkan untuk ia tanam di dalam kepalanya, masih di tempat yang sama sejak terakhir kali ia melambai pada kepergian mobil Kyuhyun. Di beranda rumah orangtuanya. Kesimpulan itu membuatnya teramat bahagia. Dan ia tahu siapa yang juga akan sama bahagia dengannya, jika mendengar berita ini.

Donghae, suaminya.

.

.

.

Damai rasanya melihat ketiga orang yang disayanginya berkumpul di meja makan yang sama, menikmati apa yang ia buat walau mungkin hanya menu ala kadarnya. Resep standar yang ia pelajari secara otodidak melalui aplikasi memasak cerdas di internet.

Ikan kakap goreng, Korean beef bulgogi dan telur dadar, serta tak lupa kimchi goreng kesukaan ayahnya, yang tak ia sangka-sangka menjadi makanan kesukaan Kyuhyun juga sejak malam itu.

Khusus Yoobi, Galbitang dan dadar telur. Yoobi tak menyukai ikan. Pekerjaan rumah juga untuknya agar sedikit demi sedikit Yoobi mau mencicipi jenis makanan itu dikemudian hari.

Dan gadis kecil itu kini telah meringkuk pulas di tempat tidurnya, setelah sesaat lalu Sungmin membacakan buku berjudul 101 Dongeng Negeri Ginseng yang Yoobi selalu bawa kemana-mana. Itu adalah buku pemberian Sungmin, ia mulai cemas pada pola pikir dan imajinasi Yoobi yang terlalu berkiblat pada dongeng-dongeng Disney. Terlalu banyak magic dalam unsur kisah-kisah Disney,dan Sungmin tak ingin putrinya terus bermimpi akan kemewahan, dan keajaiaban tanpa mengetahui, bahwa kebahagiaan tak selalu diraih dengan cara yang ajaib, tapi butuh proses merangkak, berjuang juga kesabaran.

Putrinya? Sungmin tersenyum asing, namun senang menyebut serta mengakui Yoobi dengan label barunya. Semua itu membawa kebahagiaan tersendiri baginya.

Walau belum sempurna impiannya, namun mendapatkan dua orang itu di dalam hidupnya, Itu lebih dari apapun yang ia impikan selama ini.

Belakangan mengetahui Yoobi menerima dengan senang hati status barunya, serta menyematkan panggilan Eomma kepadanya dengan bangga. Tanpa sadar Sungmin meneteskan air mata haru. Saat ini duduk bersila di atas tempat tidur mengamati Yoobi yang tertidur pulas dengan salah satu telapak tangan yang mengusap perutnya yang masih rata.

Tak tahan Sungmin beringsut perlahan mendekat ke arah Yoobi, mencium kening gadis itu sekian lama, menikmati aroma shampo beraroma stroberi milik Sungmin yang ia gunakan untuk keramas sore ini. Wajah polos itu tetap lelap dengan damainya. Mulutnya sedikit terbuka. Wajah dan segala hal yang Yoobi miliki begitu mirip dengan Kyuhyun. Apakah benar kata orangtua, jika genetik anak perempuan lebih banyak menurun pada Appa, begitupun sebaliknya.

Jika melihat Yoobi rasanya ia patut mempercayai teori itu.

Kyuhyun tersendat langkah di ambang pintu. Setelah cukup lama bercengkrama dengan ayah mertuanya, ia berencana bergabung dengan dua suara canda dan raung bunyi-bunyian menyerupai suara hewan yang Sungmin dan putrinya buat. Mungkin buku dongeng yang kini tergeletak di sisi kepala Yoobi adalah penyebabnya.

Sungmin mengimitasi suara binatang di dalam dongeng yang sedang dibacakannya. Hanya sayangnya keingintahuannya itu tak bertemu harap. Apa yang ia saksikan sungguh membuat hatinya meleleh oleh keharuan.

Entah apa yang sedang dilakukan Sungmin saat ini, yang jelas istrinya itu tampak menempelkan hidungnya di kening putrinya dengan mata terpejam. Menghirup, menikmati sepenuh perasaan. Sungmin tak menyadari kehadirannya karena mata wanita itu terpejam. Dan jika ia tak salah melihat, ada kerlip kristal di celah bulu mata yang panjang dan lentik itu.

Sungmin menangis.

Apa yang Sungmin tangisi? Batin Kyuhyun pilu.

Apakah situasi mereka yang masih dapat dikatakan kacau saat ini? Ataukah nasibnya yang ternyata hanya berakhir menjadi istri sahabatnya, seorang pria yang pernah menikah dan memiliki seorang anak.

Tapi apa yang tampil di hadapannya ini sungguh murni bukan? Ia tahu dengan pasti apa yang Sungmin tunjukkan pada Yoobi, bahkan jauh sebelum saat ini, adalah sebuah kasih yang jujur. Wanita itu menyayangi putrinya tanpa itikad apa-apa, benar-benar murni dan tulus.

Untuk itulah Yoobi dengan kepolosannya menyambut ulur jalin kasih Sungmin tanpa syarat.

Kyuhyun mendekat perlahan, lalu duduk di tepi tempat tidur. Pelan diletakkannya telapak tangannya di bahu Sungmin. "Kau kenapa?" tanyanya lembut.

Seketika Sungmin membuka mata.

"Eh? Kapan kau masuk?" menarik diri secara spontan.

Reflek membersit sudut mata, menyembunyikan titik air matanya.

"Kenapa malah balik bertanya?" Kyuhyun cemberut. Berpura-pura kesal. "Dan kenapa kau menangis?" kejarnya lagi.

"Siapa yang menangis?" elak Sungmin. Segera berpaling ke arah lain.

Mengatur bantal di sisi kiri dan kanan Yoobi.

"Tidak menangis, tapi air mata dan ingus meler?" Kyuhyun kambuh menjahili Sungmin.

"Aku sungguh tidak menangis. Kenapa harus menangis?" Sungmin berkeras. "Gara-gara menguap mungkin," imbuhnya.

Ia bergerak membenahi beberapa hal di dalam kamar. Aneka botol perawatan kulit dan make-up-nya yang terguling, memeriksa ulang tas sekolah Yoobi untuk besok pagi yang sebenarnya telah ia dan Yoobi siapkan sebelum gadis kecil itu pergi tidur.

Pakaian kotor Yoobi di sudut kaki tempat tidur. Pakaian kerja Kyuhyun yang tersampir di kursi meja kerja di sudut ruangan. Sementara pria itu kini telah berganti pakaian santai yang ia bawa beserta beberapa benda milik Yoobi sejak tadi pagi di dalam mobil.

Sungguh malam ini Sungmin baru menyadari kamarnya terlihat lebih semarak dari biasanya. Dan rasanya perannya sebagai wanita dewasa yang telah berkeluarga seolah nyata. Bukannya mengeluh Sungmin bahkan tersenyum dalam hati. Ia bahkan telah merindukan suasana ini begitu lama.

Sedikitpun ia tak merasa keberatan, jika setiap hari kamarnya akan seberantakan ini. Satu-satunya alasan ia terlihat sibuk berbenah kesana-kemari, bukan karena ia risih dengan segala kekacauan yang kedua orang istimewa ini buat di seantero kamarnya. Tetapi lebih karena gugup.

Untuk pertama kalinya mereka benar-benar bersama di dalam kamar sejak mereka melaksanakan sumpah sehidup semati di depan Pendeta dan beberapa saksi. Untunglah ada Yoobi di antara mereka. Tapi tetap saja aura di dalam kamarnya terasa lebih intim dari biasanya. Terlebih lagi Kyuhyun seperti tak lelah menatap kepadanya dengan cermat. Mengikuti gerak-geriknya bagai elang yang bertengger nyaman di atas tempat tidurnya.

"Sejak kapan kau jadi rajin berbenah? Jangan bilang karena si baby." Olok Kyuhyun.

Dia mulai lagi. Keluh Sungmin dalam hati.

Kenapa dia tidak bisa menahan mulut sedikit saja, apa dia tidak tahu? kalau aku gugup sekali. Batinnya. Lalu untuk apa dia turun dari tempat tidur?

Kyuhyun memang turun dari tempat tidur. Bahkan melangkahkan kaki menghampiri Sungmin yang masih berkutat dengan beberapa benda yang coba ia atur kembali di atas meja komputer merangkap meja kerjanya, di sudut ruangan.

Perlahan diputarnya bahu Sungmin menghadap ke arahnya. Menatap foxy bening dan wajah manis itu dengan debaran dada yang membuncah.

"Kau terlihat tidak nyaman, Ming?" sebuah pertanyaan, yang tak perlu untuk dijawab. Kyuhyun hanya sedang mencoba menebak isi kepala dan hati Sungmin. "Kau merasa bersedih dengan semua ini?" tanyanya mencari tahu. "Atau ada sesuatu yang kau cemaskan, kau khawatirkan?" kali ini kedua telapak tangan lebar itu telah menangkup seraut wajah bak bulan purnama itu di dalam rangkumannya.

Sungmin menggeleng samar. Berusaha menjauhkan kedua tangan Kyuhyun. "Aku baik-baik saja, Kyuhyun-ah. Istirahatlah. Besok sidang evaluasi dimulai, siapa tahu kau yang dapat giliran pertama. Besok juga harus berangkat lebih pagi untuk mengantar Yoobi, lalu putar balik ke kantor. Sorenya sepulang kerja ada janji ke dokterku. Aku tidak mau Pak Sopir tidak fit karena kelelahn," senyumnya.

"Terdengar seperti tugas yang sangat-sangat berat, Nyonya." Jawab Kyuhyun melebih-lebihkan. "Sayangnya aku tidak akan bisa tidur sebelum istriku menjawab kenapa dia menangis sembari mencium anakku""

"Anakku juga Kyuhyun." Sela Sungmin memprotes.

"Oke anak kita dan anak ibunya juga. Sudah benar?"

Sungmin mengangguk puas, walau sedikit kedut terasa mencubit relung hati yang tersembunyi saat Kyuhyun menyebut ibunya, dan itu tentu saja Ryeowook. Walaupun porsi kecemburuannya pada Ryeowook tak lagi sebesar dulu. Tetap saja wanita itu ada di antara masa lalu bahkan masa depan mereka.

"Aku ingin mendengar apa yang kau mau, apa yang kau rasakan. Apakah situasi ini membebanimu? Aku tidak bicara tentang Yoobi, aku tahu ketulusan hatimu pada Yoobi tidak akan menghalangi apa yang akan kita raih di masa yang akan datang. Tapi, jika ternyata ada sesuatu yang lebih besar, maksudku penghalang itu. Kumohon katakan padaku."

Kali ini Kyuhyun telah membebaskan rangkuman tangannya di kedua sisi wajah Sungmin. Sebagai gantinya ia menggenggam kedua telapak mungil itu di kedua tangannya.

Godaan itu begitu besar menghampiri pangkal tenggorokkan Sungmin. Sesuatu yang meluap-luap yang teramat ingin ia ungkap dan juga teriakkan pada Kyuhyun selama bertahun- tahun.

Penghalang itu hanyalah dahagaku akan cintamu Kyuhyun-ah. Aku ingin mahligai ini kita mulai dan rakit dengan benang keagungan cinta yang kita miliki satu sama lain. Hanya itu.

Namun susunan kalimat itu tak terucap. Baitnya tetap bisu terkunci di dalam hatinya. Kehendak itu tak berani mengemuka. Ia teramat malu Kyuhyun mengetahui isi harta karun terpendamnya selama nyaris dua dasa warsa.

Dan sebagai gantinya. "Mauku tidak penting lagi, Kyu. Yang aku butuhkan saat ini adalah, ada Appa, kau dan juga Yoobi dalam hari-hariku. Itu saja sudah cukup," ucapnya. Dan ia tak menyukai kerut kecewa di wajah pria yang dicintainya itu.

Jari jemarinya terulur menyentuh helai rambut yang jatuh di dahi Kyuhyun yang mengerut bingung. "Jangan cemas akan apapun, aku bahagia memiliki kalian." Tandasnya meyakinkan."Sekarang aku yang bertanya -apa yang sedang kau pikirkan, sehingga merasa pilu bertanya tentang itu padaku?"

"Apa?" Kyuhyun termenung sebelum memilih kalimat penyampaiannya. "Kadang aku berpikir tentang segala kegilaanku. Rasionalitas yang tak aku kenal. Aku teramat senang dapat melihatmu setiap hari di sisiku. Aku terbakar setiap kali menyentuh kelembutan kulitmu. Menghirup wangimu. Aku kesal karena kita tinggal berjauhan. Seperti halnya Yoobi, aku suka kolokan karena rindu padamu." Aku Kyuhyun. Menyeringai malu.

Sungmin terdiam. Melambung mekar kuncup-kuncup cinta hatinya dengan bangga. Lalu dengan bergetar ia bertanya, "Kenapa?"

Kyuhyun juga membuat jeda dengan sikapnya yang tiba-tiba serius. Tatap matanya berenang ke dalam bening telaga Sungmin. Mencipta gelombang tinggi berbuih yang sejenak melintas di matanya.

"Aku tidak tahu... mungkin..." Gantungnya.

"Mungkin apa, Kyu?" Sungmin mengejar tak puas.

Lagi Kyuhyun terdiam menimbang, ragu. "Mungkin suatu saat nanti... aku bisa benar-benar mencintaimu, Ming. Mencintai dan menyayangimu bukan lagi sebagai sahabat seperti selama ini, atau hanya karena dorongan nafsu sesaat yang sering kali di luar kendali."

Pengakuan Kyuhyun diluar dugaan Sungmin, ia nyaris mendengar sebuah ungkapan cinta tersirat dalam setiap kata yang Kyuhyun sampaikan. Namun, ia tak mau terlalu besar kepala dengan menjadi kelewat percaya diri.

Keduanya membisu setelahnya.

Sekian lama mereka terdiam dan hanya saling bertukar pandang. Ada begitu banyak makna tersirat yang mereka bagi lewat tatapan lembut berbalut kasih yang tak terucap. Menanamkan keyakinan di hati, bahwa mereka akan mampu saling membahagiakan diri masing-masing dalam rumah tangga sesungguhnya, kelak.

Kyuhyun mengulas senyum di bibirnya penuh kepuasan, lalu dalam satu sentakkan tak terduga direngkuhnya pinggul istrinya merapat ke arahnya. Menatapnya dengan penuh permohonan untuk sebuah isyarat kedip atau anggukan. Sebelum akhirnya merangsak ke meja di bagian belakang mereka. Sebelah tangannya mendapatkan bagian tengkuk Sungmin untuk ia dongakkan dalam tindakan yang ia pilih untuk memuaskan laparnya.

"Ada Yoobi, Kyu..." Kalimat protes Sungmin tertelan di antara desak bibir Kyuhyun yang tegas menguasai bibirnya. Menggiring lidah dari sisi ke sisi, mencecap segala rasa yang dapat ia reguk dari setiap kelembutan indera perasa Sungmin, sesuatu yang teramat ia rindukan beberapa minggu belakangan ini.

Dan ia puas karena Sungmin membalas perlakuannya.

Sampai pria itu justru berhenti, lalu menempelkan keningnya di dahi istrinya dalam seringai jahil yang membuat Sungmin tersadar untuk menjauh.

Kyuhyun menahannya. Belitan lengannya kuat di pinggul Sungmin yang rasanya jauh lebih ramping dan rapuh. Kyuhyun mencium lagi, kali ini kecupan-kecupan ringan yang membuat Sungmin merasa geli di seluruh permukaan wajah juga leher.

Wanita itu mengerang parau dalam hasrat yang tak dapat dibendung oleh suara dan nafasnya yang berkhianat.

"Kumohon, jangan membuatku berpikir kau sengaja mengirim sinyal, Ming." Bisik Kyuhyun di lekuk bahu Sungmin. Mengendus sekitar leher, menggigit kecil belakang telinga istrinya. "Hanya ada kamar Mandi, atau-"

"Asal-tidak-di sini." Bisik balas Sungmin tersendat.

.

.

.

.

.

TBC

.


.

Galbitang : sup rusuk sapi

.

Oya, pernikahan KyuMin ini kalau di indonesia itu nikah siri ya, saya ngga tau di korea ada atau ngga makanya saya sedikit bingung waktu ngeditnya :D

Ga bosen2 saya terimakasih untuk yg selalu menunggu dan review ff remake ini, maaf saya gabisa cantumin satu2 nama kalian seperti biasanya, tapi saya selalu baca semua review kalian kok...

Okay, see you next chap~^^