A/n : Halo, Minna! Bunga datang lagi. Fanfic ini terinspirasi dari bayangan Bunga waktu di rumah sakit. Hehehe..

Note : #Kazune disini sama sekali tidak pintar dan tidak memiliki banyak fans.

#Karin jadi jenius disini. Sangat jenius malah.

#Kazusa bukan adik Kazune. Tapi, kakak Kazune. Himeka akan tetal jadi adik Kazusa dan Kazune.

#Orangtua Karin dan Kazune masih ada. Michinya yatim piatu dan tinggal sama orangtua Karin.

#Orangtua Kazune : Kazuto Kujyo dan Suzuka Kujyo.

Orangtua Karin : Rakage Hanezono dan Hazuki Hanezono.

Happy Reading, Minna!

Lolicon Love

Disclaimer : Kamichama Karin(CHU) Koge Donbo

Don't Like, don't read!

Chapter 1 : Awal pertemuan.

Kazune mendecak kesal. Sudah jam 4 sore dan si kepala Caramel itu sama sekali belum datang. Pemuda berumur 16 tahun itu sibuk mengaduk-aduk isi minuman kesukaannya. Coffe Latte.

"Hhh..," Kazune mendesah bosan. Pandangannya beralih bergantian keluar Cafe. Mencari-cari sosok yang dia inginkan. Michiru Nishikiori, si kepala Caramel itu. Bosan menunggu, Kazune meraih Handphone-nya. Mengirimi si kepala Caramel itu E-mail dengan perasaan kesal.

To : MichiruCaramel

From : KazuneKujyo

Subject : Cepat Datang!

'Hei, kepala caramel, cepat datang! Aku sudah lumutan disini. Kau kira hal ini tidak penting?'

Kazune segera menekan tombol 'Send'. Sekitar 5 menit, balasan dari Michi pun datang.

From : MichiruCaramel

To : KazuneKujyo

Subject re ; Cepat datang!

'Gomenasai, Kujyo. Aku tahu tugas kelompok ini penting. Tapi, aku benar-benar tidak bisa datang. Aku sudah mengirim penggantiku. Baik-baik dengannya, ya?'

Balasan dari Michi itu membuat dahi Kazune mengerut. Tak habis pikir akan isi Email Michi. 'Pengganti katanya? Dia pikir ini apa? Kalau orang lain yang mengerjakan, bukankah itu berarti ini tugasku dengan penggantinya? Bukan tugasku dengannya? Baka!' batin Kazune mendumel.

"Permisi. Kaukah yang bernama Kazune Kujyo?" tanya seorang gadis seumuran anak SD didepannya tiba-tiba. Kazune mengangguk langsung. Melihat reaksi Kazune, gadis itu segera duduk di kursi meja yang sama dengan pemuda Blonde itu. Tepat dihadapan Kazune.

"Hei, tunggu dulu. Kau siapa? Kau datang tiba-tiba menanyakan namaku, lalu kau duduk di kursi mejaku seenaknya. Kau kira kau siapa?" tanya Kazune cepat dengan perasaan kesal yang masih hinggap ditubuhnya. Gadis itu menatap langsung iris Blue Sapphire Kazune.

"Aku? Namaku Karin. Karin Hanezono. Umurku 10 tahun dan masih kelas 4 SD. Aku sekolah di Namikaya International Elementary School. Aku duduk disini dan menemui Nii-san karena sepupuku. Michi," Karin membalas Kazune tenang. Kazune jelas terheran-heran melihatnya.

"Michi? Lalu, untuk apa kau duduk disini, Hanezono?"

"Harusnya sudah jelas. Aku disini untuk mengerjakan tugas Michi-nii. Jadi, tugas apa yang harus aku kerjakan?"

"Heh, ini tugas kelas 1 SMA. Kau bisa mengerjakannya, hmm?" tanya Kazune meremehkan. Gadis itu mengendikkan bahunya.

"Aku tak peduli kelas berapa. Tolong tunjukkan saja padaku," Karin masih dengan tenang menjawab pertanyaan Kazune. Kazune segera menunjukkan selembar kertas berisi soal Essay tentang Fisika. Ada 5 soal yang tertulis disana.

"Fisika?" tanya Karin pada dirinya sendiri. Tanpa berbicara lagi, ia segera mengeluarkan kertas portofolio dari tas yang ia bawa. Soal pertama, kedua, hingga soal terakhir ia kerjakan dengan santainya. Seakan-akan tak ada kesulitan berarti pada soal mata pelajaran terkutuk bagi sebagian siswa didunia ini.

Kazune mengerjapkan matanya takjub. "Sudah selesai? Hebat.." ucap Kazune penuh ketakjuban. Karin memutar bola matanya malas.

"Daripada begitu, bukankah lebih baik kau segera menyalinnya? Aku mau pulang cepat naik bus. Supirku tak bisa menjemput."

"Oh, baiklah. Tunggu sebentar." Kazune segera menyalin pekerjaan gadia berusia 10 tahun itu. Butuh waktu 10 menit bagi Kazune agar dapat menyalin keseluruhan jawaban soal.

"Hontou ni Arigato, Hane-.."

"Tolong panggil aku Karin saja, Baka Kazu-nii."

"Ya. Arigato,Karin. Eh?! Tunggu, tadi kau bilang apa?"

"Hmm? Aku bilang Baka Kazu-nii.."

"Nani? Kau pikir aku bodoh, hah?! Dasar tidak tahu sopan santun!" bentak Kazune kesal. Dia tidak bodoh. Sama sekali tidak bodoh. Hanya kurang pintar, kau tahu? Oke. Sebenarnya itu sama saja. Kazune hanya tidak suka dipanggil bodoh. Hanya itu.

Karin menumpukan wajahnya pada kedua tangannya yang ada diatas meja. Ia menatap Kazune bosan. "Iya. Kazu-nii itu memang Baka. Kata Michi-nii, Kazu-nii itu sama bodohnya dengan dia. Reputasi ketampananmu cukup bagus di Sakuragaoka Senior High School, tapi tidak dengan kecerdasanmu. Kau bisa masuk kesana karena kekayaan kedua orang tuamu, Kazune Kujyo."

Kazune menggeram kesal. Memang tak ada yang salah akan ucapan Karin, gadia berusia belia yang cukup jenius itu. Kazune menatap tajam iris Green Emerald Karin. Gadis kecil itu balas menatapnya tanpa rasa takut.

"Ucapanmu tadi memang benar. Itu sangat benar," gumam Kazune sendu sambil kembali mengaduk sisa Coffee Latte-nya. Karin tertegun mendengarnya. Tidak ada rasa marah dan kesal lagi pada gumaman-nya.

"Tidak ada kemarahan padaku lagi, Kazu-nii?" tanya Karin pelan yang dibalas gelengan kepala oleh yang ditanya. Karin benar-benar terhenyak. Apa kata-katanya tadi keterlaluan?

"Karin Hanezono. Putri tunggal dari keluarga elite Hanezono di Jepang. Terkenal akan kekayaan keluarganya, kecantikannya, dan kejeniusannya. Nyatanya, kau sudah selayaknya Putri dalam kehidupanmu. Berbeda terbalik denganku, kau tahu?" ucap Kazune dingin. Karin bergidik ngeri melihat tatapan Kazune sekarang.

"Apa maksudmu,Kazu-nii? Kujyo jugalah salah satu keluarga elite Jepang. Kakakmu, Kazusa Kujyo bahkan sangat terkenal."

"Itu Kujyo dan itu adalah Kazusa Kujyo. Yang kuiinginkan adalah namaku. Kazune." Karin menaikkan sebelah alisnya. Menandakan ia tidak begitu mengerti. Ia kembali tertegun mendengar ucapan Kazune selanjutnya. "Orang lain menilaiku karena aku Kujyo. Bukan karena aku adalah seorang Kazune. Tidak ada yang peduli denganku karena aku ini bodoh dalam keluargaku. Tidak dengan Kazusa-nee. Setelah mewarisi kekayaan kedua orang tuaku, perusahaan pasti akan menjadi lebih maju daripada sekarang."

Karin menghela nafas panjang sebentar. "Tidak ada menurutmu? Lalu, Michi-nii tidak? Dia menganggapmu sebagai seorang Kazune sama hal seperti aku. Kau adalah Kazune yang bodohnya minta ampun.." Kazune terbelalak mendengar hal itu.

"Jangan aneh-aneh kau. Kau sudah seperti gadis dewasa saja. Padahal kau masuk SMP saja belum. Hahaha.."

"Gadis dewasa, ya? Aku tidak pernah berpikir begitu. Aku adalah gadis kecil berusia 10 tahun dan itu adalah realita. Sama sepertimu yang menganggapmu tidak diakui dalam keluargamu. Hanya karena Kazu-nii itu baka. Realitanya, hal itu tidak benar. Kau hanya perlu berusaha mewujudkannya.."

"Maksudmu, aku harus berusaha agar menjadi pintar begitu?" Karin mengangguk pelan yang membuat Kazune mendecak. "Itu akan sulit."

"Tidak. Asalkan ada kemauan dan usaha, Kazu-nii pasti bisa. Kecerdasan manusia tergantung usahanya. Aku dan Kazu-nii sama ketika dilahirkan di dunia ini. Sama-sama tidak tahu apa-apa. Jadi, berusahalah!" Ujar Karin memberi semangat sembari tersenyum. Kazune merona melihatnya dan langsung berusaha menutupi hal itu. Itu menjadi tanda tanya besar bagi seorang Karin Hanezono.

"Be-begitu? Tapi, siapa yang mau mengajariku, hmm? Butuh kesabaran eksta untuk mengajarku. Kalau aku belajar sendiri, takkan ada yang bakal masuk kedalam otakku."

"Mau aku ajari Kazu-nii?"

"Eh? Tidak apa-apa? Kau pasti sangat sibuk."

"Kuingatkan lagi. Aku ini bukan wanita dewasa. Yah, walau pikiranku seperti wanita dewasa, sih. Argh! Itu tak penting. Aku pulang sekolah jam 1 siang. Kazu-nii?"

"Emh, jam 2 siang."

"Kalau begitu, bagaimana kalau belajar dirumahku saja? Aku akan menunggu di sekolah Kazu-nii."

"Benarkah? Lalu, bagaimana dengan bayarannya? Ak-.."

"Memangnya aku semiskin itu? Bayarannya, kau hanya perlu lulus dari ujian 4 bulan yang akan datang."

"Tunggu! Ujian? Hegh, jangan bercanda!"

"Aku tak sedang bercanda sekarang. Intinya, kalau kau gagal, ada baiknya Kazu-nii siap-siap saja denganku."

"Oke. Aku setuju. Rasanya, aku bisa-bisa jadi seorang lolicon, nih."

"Hah?"

"Ya. Bisa-bisa aku jadi seseorang yang menyukai anak kecil dan anak kecil itu kau!" ucap Kazune menyeringai saat melihat rona tipis diwajah imut Karin. 'Huh, kau benar-benar mudah digoda. Khas anak kecil!'

"Te-terserah! Sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa!"

Percakapan mereka berdua terhenti ketika Karin sudah menghilang dari Cafe dan Kazune mengikutinya setelah membereskan tugas dan membayar minumannya. Menyisakan secangkir Coffee Latte diatas meja yang belum dibereskan pelayan Cafe disana.

"Apa?! Jadi, dia benar benar jadi guru ajarmu?!" teriakan Michi kembali mewarnai Pagi Kazune esok harinya. Kazune mengangguk.

"Ya. Sepupu kecilmu sendiri yang menawarkannya padaku. Daripada sia-sia kan? Sebenarnya aku heran. Dia cerdas-atau jenius- tapi kau kebalikannya."

"Hei-hei.. Dia itu keluargaku dan sepupuku karena dia adalah adik tiri mendiang kaa-san ku. Jadi, wajar kan kalau beda jauh? Ne, Kazune aku jadi tidak yakin denganmu."

"Maksudmu?"

"Kau dan kakakmu juga beda jauh, kan?"

"Ah, ya.. Takdir mungkin," ucap Kazune asal sambil menaruh tas di bangkunya. Michi pun melakukan hal yang sama dengannya. Lagipula mereka bersebelahan, kan? Kelas Kazune masih sepi. Hanya ada 6 orang termasuk Kazune dan Michi.

Tok! Tok! Tok!

"Apa ada yang bernama Michiru Nishikiori disini?" tanya seseorang di luar pintu kelas. Satu kelas terkejut melihatnya karena dia datang tiba-tiba.

"Ah, itu saya Aruna-sensei! Ada apa? Apa nilai Kanji-ku jelek lagi?" tanya Michi pelan pada guru bahasa Kanji itu. Aruna-sensei menggeleng pelan.

"Ada yang mencarimu di gerbang sekolah. Anak SD mungkin. Dia imut sekali, ne. Adikmu, ya?"

"Bukan. Dia sepupuku. Karin Hanezono, sensei."

"Oh.. Eh?! Hanezono? Berarti dia jenius, kan?"

"Ya, sepertinya. Saya permisi dulu, sensei. Dia bukan tipe seseorang yang suka menunggu."

Michi memggeret Kazune agar mengikutinya kegerbang sekolah. Padahal jelas-jelas Kazune tidak mau ikut. Tampak, seorang gadis bersurai Brunette menunggu disana dengan tenang. Tidak begitu mempedulikan siswa-siswi disekelilingnya.

"Ah, Karin-chan. Kenapa kau kemari?" tanya Michi langsung pada gadis itu. Karin tersenyum pelan.

"Nah! Jangan lupakan bekal makan siangmu," ucapnya sambil menyerahkan sebuah kotak makan siang yang dibalut kain sutra berwarna biru. Michi mengambilnya perlahan.

"Kok bisa? Aku sengaja tidak membawa bekal makan siang hari ini. Aku juga sudah bilang pada Ba-san tadi pagi. Tidak mungkin dia menyiapkannya."

"Kaa-san yang menyiapkannya. Uang sakumu kembali dipotong bulan ini karena nilai ulangan matematikamu jatuh lagi. Jadi, jangan gegabah," balas Karin lagi. "Oh, ya Kazu-nii! Jangan lupa. Aku akan menjemputmu setelah pulang sekolah. Jaa ne!"

Sebuah mobil metalik berwarna biru segera meluncur membelah jalanan Tokyo. Membawa Karin pergi menuju sekolahnya.

"Jadi, dia benar berencana mengajarimu, ya?" gumam Michi pelan.

"Sepertinya sih begitu," ucap Kazune. Pandangannya tertuju pada benda kecil di dekat kakinya. Sebuah liontin dengan simbol bulan. Cantik sekali. Ia meraih liontin itu dan memandanginya. 'Mungkinkah ini miliknya?' batin Kazune. Pandangan matanya kembali beralih pada arah tujuan mobil yang membawa Karin pergi.

'Yosh! Kau harus bisa diakui keluargamu sendiri, Kazune. Berusahalah!'

Tiin! Tiin!l

"Kazune-sama! Ayo masuk, Kazusa-sama sudah menunggu didalam mobil," seorang lelaki tua berumur 40 tahun datang sedikit terburu-buru pada tuan mudanya tersebut. Kazune menoleh cepat.

"Aku tidak ikut."

"Eh? Apa maksud anda, Kazune-sama? Bukankah anda tak memiliki jadwal apapun selepas jam 2 siang di sekolah. Anda harusnya belajar seperti Kazusa-sama."

"Hm, belajar? Aku akan belajar. Tapi tidak dengan Ratu Sombong itu. Aku akan belajar bersamanya," balas Kazune malas sambil menunjuk Michi yang tepat disampingnya dengan ibu jari.

"Ho.. Dengannya, ya? Bukankah dia sama bodohnya denganmu, adikku sayang?" Kazune menatap benci ketika seorang gadis yang sangat mirip dengannya keluar dari mobil hitam itu. Kazusa Kujyo, kelas 3 Koyoro International Senior High School.

"Jangan pernah panggil aku begitu! Dan kalau kami berdua tidak sepintar kau, memangnya kenapa?! Sekolahmu memang jauh lebih berkelas dari sekolah ini, tapi bukan berarti kau bi-.."

"Apa?! Bisa mengejek sekolahmu, adikku? Asal tahu saja! Aku-.."

"Asal tahu saja, aku akan segera menamparmu bila tata bahasamu masih serendah itu, nee-san!" Kazusa sedikit terkejut melihat seorang anak SD berani membentaknya. Bahkan memotong ucapannya.

"Memangnya kau siapa? Anak kecil saja ikut campur!" bentak Kazusa marah.

"Kazusa-sama, saya mohon tenanglah!"

"Kau menyuruhku tenang?! Kau itu hanya sekedar supir disini. Jadi, diam!" Kazusa kembali membentak sebelum ia menatap Karin nyalang.

Plaak!

"Ittai!" rintih Karin pelan. Memang tidak begitu keras, tapi tamparan tetaplah sebuah tamparan. Dan Karin tetaplah seorang anak kecil.

"Karin!/ Karin-chan!" teriak Kazune dan Michi bersamaan.

"Ka-Kazusa-sama!" sang supir keluarga Kujyo langsung menarik pelan nona mudanya agar menjauh dari Karin. Ia tahu benar siapa Karin. Putri tunggal Hanezono. "Kazusa-sama, anda tidak boleh bersikap seperti itu," ucap supir itu sedikit bergetar.

"Kazusa-nee! Apa yang kau lakukan? Kau beraninya menyakiti anak kecil!" ucap Kazune kesal setengah mati. Iris Blue Sapphire-nya terus melirik Karin yang kini dipeluk Michi. Gadis kecil itu tidak menangis. Malahan dia terus menatap tajam Kazusa.

"Karin-chan, kita pulang saja, ya? Yagami pasti menunggu dekat taman seperti biasa. A-ayo!" ujar Michi menarik tangan Karin.

Sret!

"Tidak! Aku masih ada urusan. Tujuanku bukan hanya menjemputmu, Michi-nii, aku juga akan menjemput Kazune-nii," ucap Karin cepat. Ia segera meraih tangan kanan Kazune dan menariknya. Membuat empunya tangan sedikit melengos kesal.

"Hm? Dasar! Kau mau membawa adik bodohku itu? Silahkan! Aku tak peduli! Dia sama sekali tak berguna!" teriak Kazusa ketika Karin, Kazune dan Michi sudah berjarak sekitar 50 meter darinya. Ketika ia hendak melangkah masuk kedalam mobil, ia tertegun mendengar teriakan balasan Karin.

"Hei, BakaZusa-nee!" teriak Karin. Yakin Kazusa sudah melihatnya, ia berhenti untuk menarik nafas panjang. "Kazune-nii memang benar-benar sangat bodoh sekarang! TAPI, KAU AKAN MELIHAT DIA BERBEDA NANTI! DIA AKAN MELAMPAUIMU! DIA AKAN JAUH LEBIH BAIK DARIMU, DASAR KAU RATU SOK JENIUS!"

Semuanya tiba-tiba hening mendengar ucapannya. Suara gemeretuk gigi Kazusa lumayan terdengar jelas. Ia mendelik mendengar ucapan Karin. Walau gadis itu sudah menghilang bersama mobilnya. Dia tahu akan kejeniusan Karin dan ia jelas sedikit khawatir akan Kazune. Dia sedikit takut Kazune menjadi ya, kau pasti tahu.

"Aku tidak akan kalah. Aku tidak akan pernah kalah apalagi mengalah. Aku akan membuatmu menyesal, Karin Hanezono!"

Delete or Continue?

a/n : Halo! Bunga datang lagi dengan fanfic ketiga Bunga! Ide fanfic ini muncul ketika Bunga lagi bengong di rumah sakit waktu itu. Hohoho... Jadi, Bunga mau nanya bagaimana fanfic readers tentang fanfic ini? Hm? Ada yang nak kasih review, saran, kritik, atau flame pun bakal Bunga terima dengan senyum lima jari Bunga. Hehehe..

Mind to Review?