A/n: Hai! Untuk nekochanflat; saya minta maaf, karena fic ini tidak dapat selesai sesuai permintaan neko. Kenapa? Anda bertanya? Karena saya tidak sanggup lagi. Alasan utama adalah sekolah. Tugas banyak. Ulangan apa lagi. Lagipula, saya bentar lagi mau simulasi/mid semester. Do'ain semoga nilainya besar yak :D
Once again, I'm sorry :(
Dedikasi untuk nekochanflat.
.
.
.
Happy Birthday!
Len mencium pipiku. Usapan bibirnya di pipiku sangatlah cepat. Aku bahkan hampir tidak tahu kalau ia melakukannya.
Tiba-tiba Len langsung pergi sambil membawa pakaiannya. Tapi kok, kopernya ditinggalin begitu saja?
Aku ingin mengembalikannya ke Kiyoteru-san. Tapi, semenjak kejadian membingungkan tadi, aku mengurungkan niatku.
Setelah mengganti pakaian, aku bertemu dengan Sukone Tei. Sebenarnya dia adalah orang baik, tetapi jika ada yang berusaha mendekati Len, dia akan memukul orang tersebut. Lihat saja si Neru. Neru sudah pernah dipukul habis-habisan oleh Tei karena telah ganjen dengan Len. Aku pasti akan tertkena siksaan dari Tei karena aku sangat dekat dengan Len. Tapi bukan aku yang mendekati Len - yang benar adalah sebaliknya, Len yang mendekatiku. Atau kata yang paling tepat, Len modus dan cari perhatian terhadapku.
Tanpa kusadari, sikutku menyentuh tangan Tei.
"Hey, Miku-chan!" sapanya seraya tersenyum ke arahku. Aku tersenyum balik ke arahnya dan menyapa balik, "Hai, Tei-chan. Lama tidak bertemu."
"Ara~ Aku baru saja melihatmu–" ucapan Tei terhenti dan langsung menatap tajam ke arahku, "bersama Len-kun."
Mataku membulat seketika dan sontak aku perlahan berjalan mundur untuk menghindari Tei. Tapi Tei malah berjalan mendekatiku dan menyiapkan sebuah pukulan hebat untukku. Aku menelan ludah.
"Aku tahu apa yang kalian berdua lakukan tadi. Len berusaha menciummu - ya itu sangatlah mudah untuk ditebak. Tetapi dia tahu kalau kau pasti akan membencinya jika dia menciummu. Makanya dia hanya memberimu kecupan singkat di pipi...dan aku tahu, kau menikmatinya."
Tei mengambil sebuah silet kecil dan menggoreskannya di pipiku. Aku mendesis kesakitan, walaupun lukanya hanya segores, tetapi tetap saja itu terasa sakit. Tei langsung pergi menuju lokasi pantai. Aku bersandar di dinding toilet dan terduduk sambil memegang pipiku yang baru saja tergores, dan tempat dimana Len menciumnya.
Len berusaha menciummu - ya itu sangatlah mudah untuk ditebak. Tetapi dia tahu kalau kau pasti akan membencinya jika dia menciummu. Apa maksudnya itu? Len berusaha menciumku? T-tapi dia itu lebih muda dariku. Yah walaupun tadi dia juga menciumku di pipi, itu masih dalam batas wajar. Tapi...
Sembari aku memikirkan apa yang baru saja terjadi, aku mendengar pijakan kaki menuju ke arahku. Semakin lama, semakin dekat. Aku mendongkakkan kepala dan menghela nafas, berusaha menoleh ke arah sumber suara.
Lelaki berambut honeyblonde itu lagi. Uh!
"Miku-chan?" panggilnya lembut.
Argh! Aku berusaha untuk membencinya mulai dari sekarang. Tetapi kenapa dia terus mengejarku? Memangnya aku salah apa?
Len berjongkok sehingga tinggi kami setara. Dia sedikit mendekat ke arahku tapi aku menghindarinya. Aku tidak merespon pertanyaan tadi, melainkan bertanya balik, "Apa yang kau lakukan disini, Len? Bukankah kamu tadi-"
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, Miku-chan. Apa yang kau lakukan di sini? Di toilet laki-laki" wajahnya terlihat cerah. Aku terkejut. Sialan kau!
"A-aku barusan mengganti pakaian, d-dan aku mau duduk. Sekarang jawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku hanya mau ke toilet. Kenapa, Miku-chan?"
"Oh. B-baiklah." Aku terdiam. Entah kenapa, aku jadi malu sendiri, "Aku permisi dulu." Aku melewati Len begitu saja. Tapi dengan cepat, dia menggenggam tanganku. Akupun menoleh ke arahnya.
Len menunduk, "M-maafkan aku soal yang tadi, Miku-chan. Aku hanya ingin melakukannya karena..."
Aku menaikkan satu alisku, "Karena?"
Tiba-tiba dia menatapku dan tersenyum, "Aishiteru, Hime-sama."
.
.
.
.
PS for Tei (from Miku) : Sok tau lu, Tei :v
?
A/n: Setelah kuperbarui...whoa perbedaannya sangat beda XD