Hai ' ')/ saya mencoba membuat fic rate M lagi. Kali ini mengandung unsur Uke!Akashi. Semoga tidak mengecewakan dan selamat menikmati ' ')/

.

.

Gemericik air membasahi tubuh pemuda merah, gerakan air mengalir perlahan seakan menggoda dan minta diperhatikan. Kulit mulus tanpa busana tengah bermandikan cucuran air shower yang menyala. Surai merahnya lepek menutupi dahi—mata tertutup seakan takut air memaksa masuk. Tangan bergerak sibuk menghilangkan gelembung sabun yang melekat, sesekali meraba sesuatu di bawah—mengelusnya seakan sedang memanjakannya.

Crit.

Keran tertutup bersamaan dengan jilatan ringan di bibir basahnya. Mengambil handuk yang tergantung, ia segera mengelap tubuhnya—tapi tak sedikit pun berniat benar-benar mengeringkan rambut lepeknya. Berjalan keluar kamar mandi dengan hanya sebuah handuk menutupi bagian terlarang—Akashi Seijurou melangkah santai.


Pemuas Nafsu (Prolog)

"Ini hanya sebuah kisah seorang pelacur laki-laki dalam mencari jati dirinya."

By Rakshapurwa

Rate: M

Pair: All x Akashi

Warning: Yaoi, Kemungkinan OOC, dan AU

Disclaimer: Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi

Masih ingin membaca?

Enjoy

.


"Maaf membuatmu menunggu."

Akashi melangkah kaki ke dalam kamar, pelan dan penuh kehati-hatian mendekati seorang pemuda tampan—yang tengah berdiri di dekat jendela dengan tangan memegang sebuah gelas berisi anggur merah. Mendengar suara Akashi mengintrupsi lamunannya, pemuda itu menolehkan kepala. Senyuman kecil terpatri di bibirnya, seakan memberi perizinan bagi Akashi untuk mendekatinya.

"Tak apa."

Gelas diletakkan, dan tangan yang menganggur kini berganti memegang pinggang Akashi dan menariknya mendekat. Mendaratkan beberapa kecupan ringan pada leher dan bahu si surai merah. Aroma tubuh dan shampo menyeruak ke dalam indra penciumannya—menambah kejolak 'lapar' di dalam tubuhnya.

"Chihiro-san, sepeti biasa kau selalu saja lembut."

Mayuzumi Chihiro—nama pemuda itu—membalas dengan kekehan pelan. perlahan semakin mempersempit jarak di antara mereka, Mayuzumi membisikkan sesuatu di telinga Akashi—kemudian menjilat daun telinga Akashi dengan gerakan sensual. Sukses membuat Akashi mengeluarkan suara yang membangkitkan nafsu.

"Bukankah kau suka aku perlakukan seperti ini?"

"Ya aku suka."

Akashi menatap genit, senyuman menggoda terhias di bibirnya. Mengalungkan lengannya pada leher Mayuzumi, Akashi berjinjit sedikit—mendaratkan sebuah kecupan, singkat tapi cukup memabukkan. Mayuzumi hampir tak tahan ingin menerkamnya. Dengan perlahan tangan kekar itu menggendong tubuh Akashi—lalu menidurkan badannya pada sebuah kasur king size yang tersedia. Mata terus menatap fokus ke arah Akashi, seakan menunjukan nafsu yang terbendung hendak mendobrak keluar.

Mengerti, Akashi tersenyum—kemudian mengusap pipi Mayuzumi lembut.

"Lakukanlah Chihiro-san..."

Jarak semakin menipis, dan kedua bibir pun saling bertemu. Mulanya hanya saling menikmati sensasi bibir masing-masing, namun ciuman lembut perlahan berubah menjadi hisapan memabukkan. Bibir Akashi merona, dan menjadi basah ketika lidah Mayuzumi ikut andil dalam aksinya. Erangan pelan mulai terdengar disela-sela ciuman yang dalam, ketika kedua benda adam saling bergesekan.

"Hngg—"

Handuk yang menutupi dilepas tanpa sepengetahuan, kini hanya tubuh polos yang terlihat jelas oleh pandangan. Tubuh Akashi bergeliat tidak nyaman, tiupan pendingin seakan menggelitik meminta perhatian. Tak ingin 'sang patner' kedinginan lebih lama, Mayuzumi kembali menjamah tubuh Akashi. Ciuman yang sempat terputus kini berlanjut—dan semakin memanas. Lidah menyeruak masuk, menginvasi mulut Akashi sepenuhnya. Deretan gigi tak luput terabsen, lidah si merah pun diajak berdansa ringan. Suara ciuman memenuhi ruang, seakan memberi tahu bahkan keduanya semakin larut dalam buaian hawa nafsu.

"Sei..."

Ciuman terlepas, sebentar mereka saling pandang. Mata Mayuzumi mengisyaratkan keinginan mendominasi yang tinggi—Akashi sampai merinding mengantisipasi. Tak lama Mayazumi tersenyum lembut, kembali melanjutkan kegiatan mereka. Kecupan dan hisapan tak henti-henti menghujani leher, bahu, dan dada Akashi. Sesekali puting yang ereksi dipilin pelan, diputar sambil dicubit dengan gemas.

"Chihiro-san...Hngg—Aku mau lebih..."

Akashi meminta, bagian bawahnya merasa butuh perhatian. Dituntunnya tangan Mayuzumi kearah selangkangannya, berharap Mayuzumi mau membuat miliknya terpuaskan. Nafas mulai terasa sesak, pandangan tak lagi bekerja fokus—Akashi merasa tubuhnya semakin memanas. Mayuzumi yang melihat semua hanya terkekeh pelan, kemudian mengecup kelopak mata Akashi dengan penuh kasih sayang.

"Dengan senang hati akan kulakukan.."

Tangan kanan mulai menyentuh benda yang menegang, sesekali menggodanya dengan cubitan nakal. Akashi menatap kesal meski tersaru dengan wajah yang merona sempurna.

"Jangan—ahn—menggodak—aaakh—"

Kepala Akashi menengadah, tubuhnya sedikit ia lengkungkan—serangan tiba-tiba yang dilakukan Mayuzumi membuatnya terlena. Kocokan pada penisnya membuat Akashi melayang, membuatnya tak sadar semakin membuka kakinya—memberikan pemandangan sensual bagi mata Mayuzumi yang menatap tajam. Satu jari Mayuzumi masukan kedalam mulutnya, mengulum perlahan hendak membuat jarinya licin dan basah. Sambil tetap mempertahankan gerakan tangannya, Mayuzumi yang telah melepaskan jari dari mulutnya—menyeringai mencurigakan.

"...Hiro—"

Jari yang basah menyentuh lubang Akashi yang berkedut pelan, membuat gerakan memutar seakan meminta perizinan. Jari terus semakin liar, mendorong seakan mencoba memasuki lubang panas di depannya. Ujung jari telah berhasil membobol pertahan, sedikit dorongan berusaha memasukkan semuanya. Akashi sendiri tengah mengeliat tidak nyaman—meski ada pula rasa nikmat menghantuinya. Desahan semakin jelas terdengar tak kala jari masuk seutuhnya, bergerak di dalam lubang seakan mencari perhatian—ditambah dengan gerakan tangan Mayuzumi pada miliknya, Akashi hampir mencapai titik kenikmatan.

"Akh—hha—"

"...Sei boleh aku masuk sekarang?"

Hanya anggukan lemah yang membalas. Dengan cepat jari yang bersarang, Mayuzumi keluarkan—sukses membuat Akashi mengerang kecewa. Mayuzumi segera mengecup bibir Akashi singkat, menyalurkan kata maaf tanpa berkata-kata.

"Aku masuk Sei..."

Mayuzumi menurunkan sedikit celananya, hendak membebaskan miliknya yang telah tegang dan mengeras. Tak mau membuang waktu lebih lama, Mayuzumi mendekatkan ujung kejantanannya pada lubang kecil yang merona—dan perlahan mendorong miliknya agar dapat masuk ke dalam.

"Chi-Chihiro—hhha..besar..."

Menelan ludah paksa, kata-kata Akashi semakin meningkatkan birahi pemuda di atasnya. Karena tak tahan, dengan sekali hentakan Mayuzumi memasukkan miliknya hingga ke pangkal. Menciptakan erangan sakit dan juga nikmat, lolos dari mulut Akashi yang terbuka lebar. Tak langsung bergerak, Mayuzumi diam sejenak—membiarkan Akashi terbiasa dengan benda besar di lubang anusnya.

"Bergeraklah..."

Mayuzumi mengangguk, menarik miliknya setengah keluar dari lubang—dan kemudian kembali menghujamnya masuk ke dalam. Gerakan terus berulang, tidak terlalu cepat karena tak ingin Akashi tak merasa nikmat.

"Ci—um.."

Mayuzumi sempat terkesiap—ketika melihat Akashi menjulurkan tangannya ke atas—namun sedetik kemudian ia tersenyum, menurunkan kepalanya hendak memberi ciuman pada Akashi. Ciuman panas tercipta, dan tempo gerakan semakin meningkat—tak lama lagi Akashi akan segera mencapai batasnya.

"...Sei—kau nikmat sekali..."

Seakan tau, Mayuzumi kembali mengocok penis Akashi—memberikannya tambahan kenikmatan yang semakin membuainya. Deritan kasur terdengar bercampur dengan suara erangan Akashi yang semakin menggila. Tak peduli lagi dengan sekitar, mereka berdua telah termakan nafsu dunia.

"Chihiro-san akuu—"

Mayuzumi bergerak semakin liar, prostat Akashi tak pernah lepas dari sentuhan penisnya. Membuat lubang semakin meremas, Akashi akan segera 'keluar'. Beberapa sodokan sempat terlaksana, hingga akhirnya Akashi mengeluarkan sperma yang sempat tertahan. Mayuzumi berhenti sejenak, menunggu Akashi menikmati klimaksnya. Mata yang tertutup kini terbuka pelan, membalas tatapan Mayuzumi yang terfokus padanya.

"Aku siap ronde dua Chihiro-san...Silahkan..."

Mendengar itu seringaian Mayuzumi tercipta. Memang tak berniat berhenti setengah jalan—Mayuzumi pun kembali mencari kenikmatan.

"Dengan senang hati, Seijurou..."

.

.

Sinar matahari mengintip dari balik horden kamar yang sedikit terbuka, suara burung kecil pun mulai terdengar samar—hari telah berganti kembali. Mayuzumi yang telah berpakaiaan rapi tengah menatap Akashi yang masih bergelung dengan bantal di pelukannya. Meski tak tega, Mayuzumi harus membangunkannya—mereka harus segera meninggalkan hotel tempat mereka menginap.

"Seijurou..."

Tepukkan halus mendarat pada kedua pipi yang lembut, membuat Akashi menggeliat tak nyaman—dan membuka matanya perlahan.

"...Pagi Chihiro-san."

Terbangun dan mendudukkan tubuhnya, Akashi mengedarkan pandangan—mencari pakaian yang kemarin malam ia lepaskan. Mayuzumi turut membantu, ia mengambilkan pakaian itu dan memakaikannya kembali pada tubuh ramping Akashi.

"Maaf sepertinya kau tidak sempat mandi. Tapi tenang saja aku sudah membersihkan lubangmu tadi."

Akashi mengangguk paham, waktu mereka tidak banyak—pemuda dihadapannya itu harus segera berangkat kerja. Mendekatkan tubuhnya, Akashi menghadiahi Mayuzumi sebuah kecupan singkat.

"Terima kasih sudah memakaiku semalam."

Mayuzumi terkekeh pelan, "tidak usah seformal itu, inikan bukan yang pertama."

Pakaian kini telah terpasang rapi, dengan penuh perhatian Mayuzumi menggandeng tubuh Akashi menuruni kasur yang empuk. Mengeluarkan dompet dari saku jasnya, Mayuzumi mengambil lembaran uang yang telah sebelumnya ia siapkan.

"Ini untuk semalam, lain kali aku akan memakaimu lagi."

uang telah berpindah tangan, Akashi tersenyum puas.

"Aku akan menunggumu."

Setelahnya mereka melakukan ciuman panjang, mengakhiri sesi pertemuan singkat mereka. Berpisah dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing yang mereka punya. Kau tanya, mengapa? Tentu saja—karena Mayuzumi adalah seorang pelanggan, dan Akashi adalah seorang penjual jasa—seorang pelacur yang bertugas memuaskan nafsu pelanggannya. Tak ada hubungan istimewa di antara mereka berdua.

.


TBC


Terima kasih sudah membaca cerita ini dan maaf kalau mengecewakan *bows*

Bagaimana menurut kalian? Anehkah? ;w;)

Sekian dari saya, Rakshapurwa undur diri dulu ' ')/