Disclaimer: Masashi kishimoto

Pairing: Narufem!Sasu

Warning: AU, Genderbender, OC, OOC, typo, alur berantakan, dst


Ikatan

Chapter 1


Normal POV

Konoha Gakuen, sebuah sekolah bertaraf internasional, dari luar sekolah ini terlihat elit, bahkan menjadi sekolah favorit untuk dimasuki bagi siswa-siswi tingkat menengah pertama. Namun ternyata banyak sekali kasus yang menyelimuti beberapa siswa, seperti bolos sekolah, narkoba, sampai seks bebas. Yang paling banyak dijumpai adalah kasus pembullyan terhadap beberapa siswa.

Kelas 2-B

Sebuah kelas yang tampak tenang, bahkan terlalu tenang untuk ukuran sebuah kelas yang berisi beberapa siswa yang begitu populer di seantero sekolah. Kelas ini menjadi kelas terpopuler di antara kelas lainnya, namun siapa sangka di kelas ini jug terdapat beberapa kasus bullyng yang menonjol. Ada dua siswa di kelas ini mengalami kasus pembullyan, yang bahkan salah satunya karena sebab yang tak masuk akal.

Adalah Namikaze Naruto, siswa yang berperangai buruk, karenanya banyak siswa lain merasa tak suka dengannya. Kini ia sedang tidur disaat jam pembelajaran berlangsung, tak ayal membuat guru yang sedang mengajar risih, ia pun menghampiri meja sang pemuda yang terlihat acak-acakan, terlihat banyak coretan tak jelas berisi makian di mejanya.

BRAAK

Naruto sadar dari mimpinya, dengan memasang wajah datarnya ia mengacuhkan sang guru yang baru saja menggebrak mejanya. "Sudah berani tidur di jam pelajaranku, Namikaze Naruto?" tanya sang guru dengan dingin. Naruto tak menggubrisnya, bahkan balik menatap mata sang guru, banyak siswa yang berbisik membicarakan dirinya sekarang.

"Bahkan kau tak mengeluarkan bukumu." ujar sang guru yang tengah menahan emosi.

"Ada yang menyembunyikan buku milikku, Sensei." jelas Naruto singkat.

"Aku tidak mau mendengar alasan apapun! sekarang kau keluar dari kelas ini, dan lapor pada kesiswaan tentang kasusmu." bentak sang guru mencoba mengusir Naruto.

Tanpa ambil pusing, Naruto pun beranjak dari kursinya, ia pergi keluar kelas, tak peduli dengan gerai tawa siswa-siswa yang lain. Hampir seluruh siswa terbahak dengan sikapnya, sepertinya merasa puas telah mengerjai bocah nakal ini. Namun ada sepasang mata yang menatap kepergian Naruto ini dengan tanda tanya, ia tak habis pikir dengan sikapnya.

Naruto memilih pergi ke kantin yang kosong, karena saat ini belum memasuki jam istirahat, memasukan koin pada mesin penjual minuman otomatis, dan memilih sekaleng jus jeruk untuk dinikmati. Kini ia melangkahkan kakinya mengitari sekolah, melihat-lihat pemandangan yang jarang ia nikmati, ia melihat ke jendela kelasnya yang berada di lantai dua, ternyata siswa lainnya masih sibuk dengan belajar, namun ada seorang gadis yang menengok ke arahnya, mata mereka saling mengadu pandang hingga beberapa saat ketika akhirnya Naruto mengalihkan pandangannya.

Sekolah kini menjadi hal yang paling membosankan baginya, tak seperti dulu, tidak seperti saat-saat kebahagiannya dapat diraih dengan mudah. Dulu ia dengan mudahnya mendapatkan segala yang ia inginkan, ada masanya ketika menjadi yang terpopuler di sekolah, ya, ada masanya, dan kini masa itu telah habis. Naruto tak menyalahkan keadaan, ia tak menyalahkan siapapun, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri, ia menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan yang tak pernah diperbuatnya.

Ia berhenti melangkahkan kaki, kini ia telah sampai di tempat yang ia tuju, taman sekolah nampaknya menjadi tempat terindah sebagai sarana tidur siang Naruto. Di bawah pohon besar yang usianya sudah sangat tua ia berbaring merentangkan kedua tangannya, hanya disinilah ia merasa bebas, karena taman ini sunyi seperti dirinya, sangat jarang siswa yang datang ke tempat ini.

Ia mencoba melanjutkan kembali mimpinya tadi, namun tak semudah itu, ia berusaha dengan keras memejamkan matanya, namun tetap tak bisa. Ia pun menyerah, Naruto memilih untuk tetap terjaga di atas hijaunya rumput di taman ini, sambil berpikir perlakuan apalagi yang akan ia dapat dari siswa-siswa di kelasnya, kini ia tersenyum.

Perlakuan yang ia dapatkan dari siswa-siswa sekelasnya kian lama makin bertambah buruk, contohnya kasus buku tadi. Naruto yakin sekali ada yang sedang mempermainkan dirinya, terang saja ia berpikir begitu, sebelum pelajaran dimulai ia menaruh buku tersebut di mejanya, lalu ia tinggal untuk ke WC sejenak, setelah ia kembali ke mejanya buku itu telah hilang, sungguh ironis. Namun siswa-siswa itu tak berani melakukan kontak fisik dengan Naruto, karena mereka sudah tahu apa yang akan terjadi jika Naruto sudah mengamuk.

~oOo~

Normal POV

Jam istirahat

Sudah istirahat rupanya, Naruto tak begitu mempedulikan jam-jam disekolahnya, yang ia suka hanyalah ketika bel pulang telah berbunyi. Ia masih berbaring di bawah pohon rindang itu, menatap awan yang berarak datang dan pergi, serta matahari yang setia melemparkan sinarnya sejauh mata memandang. Pikirannya kosong, ia hanya menatap sekitar, mahluk hidup selain pepohonan dan dirinya hanyalah burung gereja yang berterbangan bersama kelompoknya dan terkadang hinggap di pepohonan.

Karena sepinya taman ini, membuat terkadang ada beberapa siswa yang tak bertanggung jawab yang menjadikannya tempat melakukan aksi bodoh, seperti merokok contohnya. Seperti saat ini, Pemuda bersurai kuning itu melihat sekelompok siswa datang ke taman ini dengan tampang sangar, mereka pun melakukan aksinya. Menghisap tembakau itu dengan asyik, seperti kesetanan, Naruto terus memperhatikan dari kejauhan.

"Rasanya seperti melayang-layang di angkasa, kau tambahkan apa dalam rokokku, Tora?" tannya salah eorang dalam kelompok itu.

"Hanya sedikit Mariyuana, bukankah nikmat?" jawab yang ditanya.

Saat mereka sedang asyik dalam suasana mereka sendiri, salah seorang dari mereka menyadari keberadaan Naruto, namun sang Namikaze bersika santai, tak ada sedikitpun rasa takut menyelimutinya. "Hei lihat, itu si bocah sial Namikaze, masih saja membolos di setiap pelajaran." ujar salah seorang dari kelompok itu, sementara yang sedang dibicarakan hanya menatap malas kelompok bejat itu.

Mereka pun menghampiri Naruto, dengan beraninya mereka kini tengah melancarkan aksinya, "hei bocah sial, bagaimana rasanya tak dianggap di sekolah ini? bagaimana rasanya kesepian menghinggapimu? hahaha." mereka menertawakan pemuda blonde itu. Naruto hanya memandang rendah mereka bagai sampah, ia pun beranjak pergi, sampai salah seorang dari mereka menarik kerah seragamnya.

"Kalau kau ingin menyalahkan seseorang, maka salahkanlah ayahmu yang..."

BUUGH!

"Kesabaranku ada batasnya, kalian boleh menertawakanku sepuasnya, tapi jika kalian sudah membawa-bawa namanya, maka kalian semua akan hancur." ancam Naruto dingin, tampak sorot matanya tajam, ia benar-benar marah sekarang.

"Hanya karena kau sudah sabuk hitam Karate, kau pikir kami takut menghadapimu? kami berlima dan kau sendiri, menyedihkan." ujar Tora, pemimpin dalam kelompok tersebut.

Alhasil, mereka pun mengepung Naruto dari segala arah, mencoba menyerang dirinya secara bersamaan, mereka bodoh mengira pemuda itu tak bisa menandingi mereka semua. Dengan secepat kilat Naruto menghajar mereka, hingga tak satupun dari mereka luput dari luka-luka lebam di sekujur wajah. Mereka pun mundur dengan penuh kengerian di raut wajah masing-masing, tak mengira Naruto akan semurka ini.

"Tora, lebih baik kita pergi saja, tak ada gunanya menghadapi orang bodoh seperti dia." ajak salah seorang dari kelompok tersebut, dan mereka pun menurutinya.

Naruto merenggangkan pergelangan tangannya, sepertinya tadi ia terlalu kencang menghajar mereka sehingga menyebabkan tangannya sakit. Tapi ia benar-benar puas, entah kenapa beban yang ia rasakan menjadi berkurang walau sedikit, sepertinya ia harus sering-sering menghajar orang seperti itu, pikirnya. Kini ia menunduk, netranya menerawang jauh, ia selalu seperti ini ketika nama itu disebut entah oleh siapapun.

Ia berusaha melupakan itu semua, melupakan kejadian itu, bahkan melupakan nama yang dulu begitu berarti untuknya, setetes air mata mengalir dari pelupuk matanya. memang selalu seperti itu ketika ia mengenang mendiang ayahnya, hanya disaat inilah ia benar-benar merasa lemah, tak berarti apa-apa, bagaikan sampah tak berguna.

Ia menyeka air matanya, berusaha menahan isak yang akan keluar ketika dirinya menangis, ia harus kuat. Dengan sapu tangan, ia mengelap permukaan wajahnya, "bodoh, untuk apa aku menangisi orang tak berguna itu," ujarnya pada diri sendiri, ia berusaha tegar, ia pun tertawa berusaha menutupi tangisnya, ternyata inilah sisi lain Naruto.

Tanpa menunggu waktu lama, ia beranjak pergi dari taman ini, hendak menuju kantin sepertinya, ia berjalan seolah seperti biasa. Kini perutnya berbunyi meminta makan, kalau diingat-ingat ia memang belum sarapan pagi tadi, maka kantin adalah pilihan yang tepat baginya. Ia berjalan santai, tanpa menyadari ada seseorng yang sedari tadi memperhatikannya.

~oOo~

Normal POV

"Kalau seperti ini terus, bisa-bisa kau dikeluarkan."

Naruto menoleh ke asal suara, ia memperhatikan seorang gadis yang sedang bersandar pada sebuah pohon, sambil melipat tangan ia masih menatap tajam ke arah Naruto. Iris Sapphire pemuda itu terus memperhatikan sang gadis dari atas sampai bawah, ia penasaran, atas dasar apa gadis yang bahkan Naruto tak tahu banyak tentangnya itu bisa berkata seolah-olah kenal dengan dirinya.

"Kau, apa yang sedang kau lakukan di tempat ini?" tanya Naruto, acuh tak acuh.

"Apakah salah?" sang gadis malah balik bertanya, membuat Naruto sedikit muak.

"Tidak juga, lebih baik aku segera pergi dari sini, tempat ini sudah tidak setenang dulu." sebuah alasan yang tak logis digunakan Naruto untuk segera pergi. Dengan santai ia melangkah, seperti tak terjadi apapun sebelumnya, namun sedetiik kemudian ia tertegun, ketika mendengar kata perkata yang keluar dari mulut sang gadis.

"Namikaze Naruto, golongan darah O, memiliki perangai yang buruk di sekolah namun keperibadian aslinya sungguh rumit, kini tinggal bersama ibu dan adik perempuan di sebuah rumah yang cukup sederhana, sang ibu satu-satunya tulang punggung keluarga setelah sang ayah meninggal, ayahnya meninggal karena bunuh diri akibat.."

"HENTIKAAAN!" pekik Naruto seraya mencengkram kerah seragam sang gadis, membuatnya sulit bernapas, Naruto yang sedikit tak tega pun memilih melepasnya. "Uchiha Sasuke, siapa kau sebenarnya dan apa yang kau inginkan dariku?" tanya Naruto, ia sungguh tak mengerti maksud ucapan gadis itu. Ia bahkan tak benar-benar mengenal gadis itu, yang ia tahu tentang gadis itu hanyalah fakta bahwa mereka sekelas dan mereka pun mengalami nasib yang sama.

"Aku hanya pelajar sama sepertimu, tak ada hal spesifik yang kuinginkan." jawab Sasuke dengan mimik wajah datar, tanpa ekspresi.

"Lalu kenapa kau tahu segala hal tentangku, sialan?" maki Naruto yang merasa terusik dengan pembicaraan ini, ia lebih memilih untuk pergi kalau saja tak merasa penasaran dengan semua ini. "Aku hanya meretas dokumen sekolah tentang data pribadi seluruh siswa." jawabnya tanpa rasa bersalah, Naruto tak tahu apa yang ada dalam kepala gadis sepantarannya ini.

"Kau ini tidak normal, aku akan segera pergi, selamat tinggal." ujar Naruto tanpa basa-basi, ia benar-benar muak dengan perbincangan yang menurutnya tak berguna itu. Terkadang ia melihat ketika Uchiha Sasuke menjadi korban bullyng di sekolah, sama seperti dirinya, ia melihat ketika Sasuke di dorong sampai terjatuh dan dia hanya diam saja tanpa perlawanan, dan para pelaku yang menganiaya Sasuke didominasi oleh siswi yang iri padanya.

menurut pengamatan Naruto selama ini, Sasuke adalah siswa yang pendiam, ia juga menjadi siswa dengan kecerdasan paling unggul, terbukti dengan nilai-nilai teratas di setiap ujian. Mungkin karena sebab itulah banyak siswa lain yang cemburu kepadanya, dan berlanjut hingga menganiaya dirinya, namun Sasuke tak pernah melawan siksaan yang tertuju pada dirinya, bahkan melapor pun tidak.

Naruto memilih untuk tak memusingkan hal itu, mungkin saja gadis itu sedang berusaha untuk mencari teman dan sepertinya ialah yang gadis itu tuju. Naruto berjalan gontai menuju kelas, kabar baiknya setelah ini adalah pelajaran sejarah dengan guru yang mengajar Iruka Umino, salah satu diantara sedikitnya orang yang masih bersikap baik padanya di sekolah ini.

Kelas sudah mulai ramai ketika ia masuk ke dalam, ia sudah terbiasa dengan pandangan tajam dan bisikan mengejek dari siswa-siswa di kelasnya, ia tidak peduli dengan semua itu. Matanya tertuju pada gadis yang tengah mebaca buku pelajaran, Uchiha Sasuke, hanya dia yang tak menganggap naruto sebagai musuh, dan tadi untuk pertama kalinya ia berbicara pada orang urakan seperti dirinya, sepertinya ia harus menyelidiki gadis itu.

~oOo~

Normal POV

Hal yang paling ditunggu-tunggu oleh Naruto terjadi, bel pulang terdengar merdu bagai alunan lagu yang penuh dengan nada mayor yang ceria. Ia mengemasi tas miliknya, dan segera menuju loker untuk mengambil barang-barang pentingnya, betapa terkejutnya ketika sang gadis Uchiha berada di sebelah lokernya. I lekas menuju loker miliknya dan melihat lagi dengan jelas, ternyata benar, itu Uchiha Sasuke.

"Kau! apa yang sedang kau lakukan disini? kau mengikutiku? kau stalker!" tuduh Naruto yang tak habis pikir pada gadis di depan matanya itu.

"Dasar Dobe." balas sang gadis Uchiha tersebut.

Naruto naik pitam, baru kali ini ia diejek oleh gadis yang bernasib sama sepertinya, "Teme! apa-apan kau ini aku serius bertanya padamu, tahu!" seru Naruto. Sementara gadis itu tak menggubrisnya, dan lebih memilih untuk membereskan buku-buku di lokernya yang tepat berada di samping loker milik Naruto. Yang benar saja, Naruto benar-benar jengkel, padahal ia belum melihat kucing hitam, tapi ia merasa bahwa hari ini adalah hari tersialnya.

"Lokerku berada disini, Dobe." akhirnya Sasuke menjawab, walau sangat singkat.

"Kenapa aku tidak pernah tahu?" kini Naruto sungguh penasaran.

"Karena aku selalu datang paling awal dan pulang paling akhir, berbanding terbalik denganmu yang selalu datang telat dan selalu bersemangat ketika pulang." jelas Sasuke dengan panjang lebar, entah kenapa, sepertinya kesabarannya mulai habis.

Baru kali ini, ya, baru terjadi kali ini telinga Naruto terasa begitu panasnya, sudah ribuan, bahkan jutaan kali ia menerima perlakuan buruk dari siswa di sekolah ini, dan ia menanggapinya dengan biasa saja. Tapi kali ini berbeda, Naruto merasa jengkel dengan gadis satu ini, dengan gaya selangitnyanya Naruto berusaha memojokkan Sasuke tepat di loker miliknya.

"Lalu apa yang kau lakukan sekarang ini, nona jenius?" tanya Naruto bernada sarkastik.

"Aku ingin menawarkan kerjasama padamu." jawab Sasuke dengan tenangnya, tak ada rasa takut ketika berhadapan dengan Naruto, bahkan walau sudah terpojokkan.

"Apa yang kau maksud dengan kerjasama itu?" Naruto tak mau kalah, dengan cepat ia menyembunyikan raut terkejutnya.

"Sebuah kerjasama yang cukup sederhana." jawab Sasuke.

"Maksudmu?" tanya Naruto kembali.

"Kau tahu, nasib yang mempertemukan kita, aku selalu memperhatikanmu dari awal, sejak pertama masuk sekolah ini, aku juga turut prihatin tentang apa yang terjadi pada ayahmu, dan menyebabkan kau menerima perlakuan ini dari seluruh siswa, akupun sama." jelas Sasuke, ia yang biasanya pendiam kini berbicara lebih dari beberapa kata, tidak seperti gaya khas Uchiha yang terlihat cool dan dingin.

"Tahu apa kau tentang diriku? kau hanya gadis korban bullying yang tak mengerti apa-apa tentangku." Naruto meremehkan gadis itu.

"Bukankah kau juga sama, kita mengalami beberapa hal yang tak menyenangkan di sekolah ini, bukankah kau juga benci pada mereka? dengan kecerdasanku dan kekuatanku kita bisa membalas mereka semua." ujar Sasuke, ternyata dalam diamnya selama ini, ia turut menyimpan dendam.

Naruto merasa ada yang tak beres pada otak gadis ini, gadis yang dijuluki sebagai siswa tercerdas di Konoha gakuen ini. "Kuberi tahu kepadamu, tidak baik menyimpan dendam seperti itu, terkadang aku memang benci pada mereka, tapi itu hanya sesaat saja, aku tak tertarik dengan kerjasamamu itu, jaa."
ujar Naruto yang kini beranjak pergi dengan membawa tas di sampingnya.

"Tunggu!" seru Sasuke menyusul Naruto, kemudian ia menyerahkan pada pemuda itu selembar potret.

"A-apa? b-bagaimana kau bisa mendapatkan gambar ini?" tanya Naruto yang raut wajahnya berbah seratu delapan puluh derajat, keringat dingin mengucur deras di pelupuk wajahnya.

"Ini hanyalah salah satu foto yang kucetak, masih ada beberapa foto lagi di ponselku, jaa Dobe." ujar Sasuke yang lekas beranjak dari lorong untuk segera pulang.

"TEME KEPARAAAT!" teriakan Naruto menggema sampai ke seantero sekolah, membuat rombongan burung yang sedang berhinggap di pohon menjadi beterbangan menghindari gema suara menakutkan itu.

Bersambung...


Author note

Yosh! aku balik lagi dengan cerita baru, seperti yg aku bilang pada author note ficku sebelumnya, tahun 2015 adalah tahun kesuburan buatku, karena aku dapat melahirkan beberapa fanfic baru, yah imajinasiku lagi banyak-banyaknya, dan liburan yang panjang ini ini menambah semangatku untuk menuliskan beberapa cerita yang terlintas di pikiranku, kapan lagi bisa nguasain laptop seharian tanpa adanya gangguan hehehe..

Genderbender adalah hal yang baru dalam imajinasiku, emang awalnya males-malesan nulis fic dengan tema ini, banyak kekhawatiran yang kualami saat menulis fanfic ini, seperti bagaimanakah reaksi readers saat membaca ficku ini, apakah tingkat keOOCan charanya sudah memasuki tahap akut, dan lain sebagainya, tapi kuberanikan untuk mempublishnya karena menurutku kalau kita gak punya keberanian, kita gak bakal bisa maju..

Kenapa memilih narufemsasu ketimbang sasufemnaru yang lebih ngetrend, ya mungkin karena udah sreg sama narufemsasu, dan karena jarang banget narufemsasu ya hehehe, dan mungkin disini Sasuke aku buat lebih kewanitaan, jadinya lebih sedikit cerewet dan banyak omong, sedikit mengenyampingkan gaya khas Uchiha yang pendiam, so, baca ya readersku sayang~