More than a match partner By nyaneenia

Romance, friendship. Teen. OOC, tidak sesuai dengan manga, karma x OC.

Time set: sehabis pulang dari pulau selatan okinawa

.

Kelas 3E kunigigaoka, old campus, around 8.30 am

"Nagisa-kun, ohayo," Sapa Isogai sambil menepuk bahu Nagisa pelan. "Dapat e-mail dari Karasuma-sensei tidak?" Tanyanya.

"Oh, ohayo isogai-kun. Oh, sensei bilang akan ada murid baru 'kan dikelas kita?"

Ketua kelas mengangguk. "Ya benar. Aku penasaran bagaimana rupanya. Karasuma-sensei tidak memberitahukan gendernya sih,"

"Aku juga penasaran bagaimana teknik assassin cewek itu," kata Maehara yang tiba tiba datang dan mengejutkan mereka berdua. "Yo Isogai, Nagisa, ohayo"

"O-ohayo" Balas Nagisa. "Tau dari mana?"

Maehara menepuk nepukan tangannya kedadanya. "Watashi no kokoro bisa mendeteksinya kalau murid tambahan kita adalah seorang perempuan! Yang kawaii pastinya~"

Nagisa dan Isogai sweatdrop. "Nee, Maehara-kun, entah kenapa kau jadi mirip dengan Okajima-kun," ucap nagisa. Dan Okajima tiba tiba datang dan merangkulkan tangannya di bahu Nagisa.

"Hee~ aku dengar ada yang membawa bawa namaku~ dan- Maehara~~ kau benar! Murid baru yang akan bergabung dengan kita adalah perempuan~" Okajima membuka ponselnya, dan menunjukan foto gadis yang akan menjadi coretpersonelcoret murid kelas E. "Mitte mitee! Kawaii desu yo nee?~"

Nagisa melihat kearah ponsel Okajima dan kembali sweatdrop. "Ano, fotonya kau jadikan wallpaper? Entah kenapa ini berasa de javu tau," Isogai dan Maehara juga ikutan melihatnya. Gadis itu memang sangat manis. Rambutnya hitam dan agak sedikit copper brown look alike, panjangnya agak melebihi tulang belikat dan bergelombang. Tatapan black orbs-nya sangat tajam dan dingin, namun terasa menghipnotis. Berlebihan memang, tapi itulah yang dirasakan oleh para dansi yang melihatnya. Bibirnya tipis tak begitu merona, pipinya agak chubby.

"A-ah benar kata Okajima; gadis ini memang sangat manis," ujar Isogai yang entah kenapa malah ngeblushing sendiri.

"Ehem! Ada yang jatuh hati nih kayaknya?," Usil Maehara. "Cie cie~"

"Tapi, dia ini manusia atau bukan ya?.." Kira Nagisa. Okajima, Isogai dan Maehara langsung terdiam. 'Benar juga ya…' batin mereka. Sepertinya mereka 'trauma' dengan kejadian seperti ini. Sudah senang karena ada pasokan tambahan cewek manis dikelas, eh ternyata malah dua dimensi. Maaf ya Ritsu.

"Ma, maa, sudahlah, kita kan belum tahu, seharusnya kita mengira ngira seperti apa cara ia membunuh Koro-sensei," Isogai kembali membuka percakapan. "Siapa tau dia jago,"

"Ah, karena Nagisa berkata seperti itu semangatku langsung turun,"ucap Maehara sambil menghela nafas panjang. Nagisa menggerutu "Nande wa boku?" Perlahan dan kembali berjalan menuju kelas.

Okajima menepuk bahu Maehara pelan. "Sudah lah, positive thinking saja, siapa tau gadis itu benar benar manusia dan memiliki tubuh yang seksi!"

Isogai mendengus dan kembali berjalan. "Kono hentai."

.

1st period, math, Koro-sensei.

Koro-sensei asik menorehkan abu kapur diatas papan tulis hitam membentuk angka demi angka. Sesekali ia mengarahkan pandangannya kebuku paket ditangannya, dan kembali menorehkan abu putih di papan tulis.

Rio menatap bosan kearah papan tulis. Tangannya sibuk membuat coret coretan random a la anak sekolahan kertas buku paling belakang. Ia memberi kode kepada Rinka yang duduk dibelakangnya agar mengangkat kepalanya sebentar dari buku dan menatapnya.

"Psst, Rinka-san!" Rio berbisik. "Rinka!"

Rinka mengadahkan kepalanya menatap Rio. "Doushitano, Rio-san?"

"Hei, apa kau sudah tau kalau akan ada murid baru bergabung dengan kita?"

"Un, aku sudah tau, tapi aku belum mengetahui namanya dan wajahnya. Kimi wa?"

"Atashi mo, aku juga tidak tahu." Rio menjeda. "Kira kira dia perempuan, atau laki laki ya?"

Rinka berpikir sejenak. "Kuharap perempuan. Kalau laki laki aku takut khasusnya sama seperti Itona."

Rio meringis. Pena yang ia genggam diketuk ketuk ke meja. "Yaa semoga saja, dan aku berharap teknik membunuhnya akurat," Rio menyudahkan percakapannya dan kembali menghadap kedepan, menorehkan tinta penanya guna mencatat.

Kayano yang duduknya tidak begitu jauh dari Rio dan Rinka, mendengar percakapan mereka dan ikutan penasaran dengan murid baru kelasnya. "Psst, Nagisa-kun, kau sudah tau seperti apa teman baru kita?"

Nagisa menoleh. "Ah iya, tadi pagi Okajima-kun memperlihatkan fotonya kepadaku. Dia perempuan,"

"Wah, perempuan? Kuharap dia adalah teman ngobrol yang asik~" ucapnya girang. "Tapi, kok dia belum kelihatan ya? Masaka, dia tersesat dalam perjalanan kesini?"

Nagisa memikirkan ucapan Kayano. "Sepertinya tidak Kayano-san. Dari e-mail yang Karasuma-sensei kirimkan kepadaku, mengatakan bahwa murid ini cerdik." Nagisa melirik Koro-sensei sedikit, guna memastikan Koro-sensei tidak melihat kearahnya. Takut dimarahin. "Jadi kemungkinannya kecil kalau dia tersesat."

Kayano menopang dagunya dan menatap punggung Koro-sensei. "aaah, kalau dia cerdik, kuharap juga dia bisa membunuh-setidaknya melukai Koro-sensei"

.

Skip until the 3rd period, physical/ gym class

"ichi, ni, san, shi, go, roku-.."

Sekarang kelas 3E berlatih teknik teknik bela diri menggunakan pisau karet anti sensei dihalaman depan sekolah. Karma? Jangan ditanya. Si kepala merah sedang asik bercumbu dengan jus stroberinya didalam hutan. Bolos. Karasuma dan Koro-sensei membiarkan karma.

Karasuma yang berdiri di halaman sekolah, memperhatikan muridnya latihan dari kejauhan, dikejutkan dengan seorang gadis yang tiba tiba menabrak punggungnya pelan.

"Summimasen, etto, Karasuma-sensei?" Ucap gadis itu. Karasuma menatap intens anak didepannya ini. Gadis itu memakai seragam Kunugigaoka.

"Selamat datang di kelas 3E Kunugigaoka, Aikawa hikaru,"

Gadis bermarga Aikawa itu tersenyum. "Doumo arigato Karasuma-sensei, yoroshiku onegaishimasu untuk beberapa bulan ini." Ucapnya dan membungkuk kecil. Ai pamit untuk bergabung dengan teman teman barunya, dengan tas ditenteng manis ditangan kanannya, dan beberapa stroberi ranum ditangan kirinya. Ia menggigit kecil stroberi yang ia pegang.

Nagisa dan Kayano yang dari tadi memperhatikan Karasuma-sensei yang bersama Ai, mendatangi Ai untuk berkenalan.

"Hai," sapa Kayano duluan. "Jadi, kau siswi baru yang akan bergabung dengan kami?"

Ai menganguk pelan dan memperkenalkan dirinya. "Atashi wa Aikawa hikaru, doumo yoroshiku untuk beberapa bulan ini," ia mengulurkan tangannya. Kayano menyambut uluran tangannya, 'dingin, tapi terasa sangat nyaman,' batinnya saat telapak tangannya bersentuhan dengan tangan Ai. Kayano menatap matanya singkat, terlihat mata ai agak menajam- namun sangaat menawan. Kayano melepas jabat tangannya, dan terpaku.

"Ano,.." Ai melambaikan tangannya di depan wajah Kayano. "Daijobu?"

Kayano tersadar dan segera memperkenalkan dirinya. Begitu pula dengan Nagisa. Mata Ai menajam dan melihat kesekitarnya. Ia segera berbaur dengan yang lain. Murid kelas 3E langsung melihat ai dari atas-sampai bawah. Di leher jenjangnya terpasang bold black choker dengan pendant bunga dari Swarovski ditengahnya. Ai memakai kemeja dan vest rajut kuning gading yang tak ia kancingkan. Di pergelangan tangan kirinya terdapat tali warna silver, dan tambahan pendant bunga yang sama dengan kalung. Roknya kurang lebih delapanbelan senti diatas lutut, dan memakai kaus kaki hitam selutut, dengan tambahan semacam belt melilit kaki kanannya.

"Saa, anata wa koro-sensei desu ka?" tebak Ai. Koro-sensei melihat kearah suara dan mengangguk. Tentakel tentakelnya bergerak lincah. Mata Ai menajam dan melihat kearah tentakel tentakel koro-sensei.

"Hai, aku adalah Koro-sensei, wali kelas 3E jadi aku adalah guruku. Pasti kau adalah Aikawa hikaru kan?" ujar koro sensei. "Douzo yoroshiku"

Ai tersenyum tipis. Vest rajut yang tidak ia kancingkan serta rambutnya bergoyang tertiup angin. Ia menggigit kecil stroberi terakhirnya. "Hai, yoroshiku, Koro-sensei"

Ai menjulurkan tangannya dan hendak berjabat tangan dengan tentakel kuning Koro-sensei. Koro-sensei terlihat ragu, ia takut di tangan tangan ai ditempeli banyak pisau karet-anti sensei yang dipotong kecil kecil seperti perkenalannya dengan Karma.

Ai yang sepertinya bisa membaca pikiran Koro-sensei dan memperlihatkan telapak tangannya. "Tangannku bersih, sensei. Tanganmu tidak akan hancur kalau bersentuhan dengan tanganku," Murid kelas 3E kaget begitu pula dengan Koro-sensei.

"A-ah, gomenasai, Aikawa-san," Koro-sensei membalas jabatan tangan Ai.

"Oh ya sensei, panggil saja aku dengan nama kecilku. Aku sudah terbiasa begitu,"

"Baiklah kalau itu maumu Hikaru-san" Koro- sensei kemudian menatap ai lekat lekat dari ujung sepatu, dan berhenti di rambut ai yang tertempel beberapa daun.

"Hikaru-san, dirambutmu tertempel beberapa daun! Memangnya kau habis dari mana?," Tanya koro-sensei yang memperhatikan ujung ujung rambut ai.

"Gomen kalau aku tidak rapih sensei, tadi aku tersesat dan malah masuk kedalam hutan," jelasnya. "Apakah rambutku tertempel daun segitu banyaknya?"

"Kora kora, sini biar sensei rapihkan rambutmu," Ai mendekat dan membelakangi koro-sensei. "Doumo, sensei"

"Hikaru-san, lain kali jangan ceroboh begini ya, chotto, tadi kau bilang dari hutan? Apa kau bertemu dengan anak laki laki berambut merah didalamnya?"

"Uhm, aku tidak melihatnya, ada apa sensei?"

Koro-sensei mulai mengambil dedaunan yang menempel diujung rambut Ai. Karena banyak, Koro-sensei menggunakan 4 tentakelnya sekaligus "Sayang sekali, aku kira kau berte-"

SPLAASH

Murid kelas 3E tekejut dengan pemandangan yang mereka lihat; Aikawa hikaru berhasil menghancurkan 4 tentakel koro-sensei.

Ai menyeringai. Matanya menajam dan dengan sigap ia mengambil pistol berperulu anti-sensei yang ada dibalik vestnya. Dan pisau dari balik roknya. Rok. Di-balik rok.

DOOR DOR

Dua tentakel kaki Koro-sensei berhasil ai lumpuhkan. Ai melemparkan pisaunya dan mengenai satu kakinya lagi. Koro-sensei terjatuh, Ai mengarahkan pistolnya ke Koro-sensei dan mendekatinya.

"Ara, ara, doushitano Koro-sensei? Are you giving up already? They're named you 'koro-sensei', and that means you are unkillable, but,.." ai menggantung kalimatnya.

"it's only effected to your student except me,.." ai menjeda perkataannya. "Horibe itona-kun , Ritsu, and Akabane karma-kun, 'ka?"

Keringat dingin menetes dari dahi Koro-sensei. Ai menyibakkan roknya sedikit dan meletakan pistolnya. Anak laki laki yang tadinya berhaarap bisa melihat paha mulus ai menelan kekecewaan karena ternyata ai menggunakan celana hitam pendek.

"Maaf aku bohong, sensei. Aku bertemu dengannya yang sedang tiduran didala hutan."

Ai mengulurkan tangannya hendak membantu Kore-sensei berdiri.

"Saa, Koro-sensei, kita lihat siapa yang terbunuh duluan disini,"

'terbunuh duluan?' ha? Apa maksudnya?

Ai merapihkan bajunya dan mengambil tasnya yang tadi terlempar, dan menyalakan mode gadis kemayunya kembali. Ia membungkuk kecil di depan teman temannya dan berkata.

'Summimasen, minna-san, maaf atas kekacauannya." Dan pergi begitu saja kedalam sekolah.

.

4th period, English with bitch-sensei.

Ai yang nobanene murid baru, sekarang sedang berada di ruang guru bersama dengan Karasuma-sensei, untuk mendapat pengarahan, jadwal, dan lain lainnya. Tempat duduknya berada di bangku sebelah karma, belakang okuda. Setelahnya ai pamit dan pergi ke kelas, dan duduk anteng dikursinya dan hanya tersenyum menanggapi tatapan teman temannya.

Bitch-sensei masuk kedalam kelas dengan membawa beberapa buku novel berbahasa inggris dan juga tabletnya. Ia menatap sekeliling dan pandangannya jatuh kepada Ii.

"Kau yang disana, murid baru 'kan? Maju kedepan kelas dan perkenalkan dirimu menggunakan bahasa inggris,"

"Hai, etto-" ai bingung siapa nama guru didepannya ini. Karma yang duduk disebelahnya berkata. "Kami memanggilnya Bitch-sensei,"

"Hoi! Jangan begitu!" amuk Bitch-sensei.

"Hai, Bitch-sensei," Ai maju kedepan dan Bitch-sensei mencak mencak kearah Karma karena telah memberi tahu nama panggilan Irina-sensei yang aneh aneh.

"Good day everyone. I'm Aikawa hikaru from Akita. And now I live near from here. My father is a vice of japans ministry defense, and my mother is a scientist, in Germany. I love to play with gun. Real gun." Ucapnya dengan bahasa inggris yang masih, tanpa tertukar antara huruf L dan R. bahkan lebih fasih dari bitch-sensei sendiri. "And stabing"

Glek. Laki laki kelas E langsung menelan ludah serempak. 'yabai, dia nangis sedikit, tamatlah riwayat ku'

"So your name is Aikawa hikaru. Anyone have a question to Hikaru?"

Hayami mengangkat tangannya. "Hai, Rinka,"

"Jadi, kau ahli dalam menembak?" Tanyanya. "Hai" balasnya singkat.

"Apa ada pertanyaan lain?" Rio mengangkat tangannya. "Hai,Rio"

"Aksen inggrismu sangat bagus. Kau bukan orang jepang?"

Ai diam. "Both of my parents are japans, and I was born in japans, but raised in LA until 11th,"

Bitch-sensei mengangguk tanda paham. "Pantas sekali aksenmu sangat sempurna! baiklah, masih ada yang mau bertanya?" yang lain diam menandakan tidak ada lagi. Ai kembali duduk di bangkunya, dan bitch-sensei membuka novelnya, yang kali ini ia gunakan sebagai media belajar.

.

Recess time.

Rio yang duduk sebarisan dengan Ai langsung menghampirinya saat istirahat. "Sugoi! Kemampuan berbahasa inggris mu sangat lah hebat, Ai,"

Ai tertawa kecil. "Panggil aku Hikaru saja. Sudah 11 tahun aku menggunakan bahasa inggris, jadi wajar 'kan? Eer,.."

"Rio nakamura. Panggil saja rio,"

Ai mengangguk "Un, yoroshiku, rio-san"

Nagisa juga ikut bergabung dengan Rio dan Ai. "Aikawa-san, masih ingat namaku?"

"Nagisa-kun, da yo ne?" tebaknya. "exactly,"

"Panggil aku Hikaru juga tidak apa apa Nagisa-kun, aku lebih biasa dipanggil Hikaru dari pada marga."

"O-oh, baiklah," Nagisa membawa kursinya kesebelah Ai, begitu pula dengan Rio.

"by the way, Hika-chan, eh tidak apa apakan kutambahkan sufiks –chan dinama mu?"

Ai tersenyum. Aish manisnya~ "I don't mind~"

"Baiklah, oh- tadi saat gym class, kau hebat sekali bisa melukai Koro-sensei," ujar Rio. "Kau mendapat latihan khusus, atau bagaimana? Gerakanmu tadi seperti bukan amatir, asal kau tahu,"

Ai memainkan stroberinya, "Ahaha, begitulah,"

Nagisa dari tadi memperhatikan Ai; dari saat ia menginjakan kakinya dihalaman sekolah sampai waktu istirahat ia selalu memakan stroberi. Mengingatkannya dengan Karma.

"Etto, Hikaru-san, kau selalu membawa stroberi, kau sangat suka stroberi ya?"

"Ah iya, aku memang suka stroberi. Karena ibuku mengatakan aku harus banyak mengkonsumsi buah ber- vitamin c." Jelasnya dan menyodorkan stroberi. "Mau coba? Ini beda dengan stroberi yang biasa loh," Ia juga menawarkannya kepada Rio.

"Umai," Ucap Nagisa.

"Hmm, iya kau benar ini berbeda dengan yang biasa kumakan,"

"Ano, Nagisa-kun, Rio-san, aku mau ke toilet sebentar ya," Pamit Ai.

"Kau sudah tau letaknya dimana?" Tanya Rio.

"Hm, aku tau kok. Karasuma-sensei pernah memberi tahu ku" balas Ai. "Jaa"

.

"Tiga tentakel di kanan hancur, satu tentakel di kiri hancur, dua tembakan berhasil mengenai tentakel kaki bagian kanan. Lemparan pisau berhasil mengenai tentakel kiri. Jatuh pada detik ke tigapuluh enam dari serangan pertama. Tiga tentakel kanan dan satu tentakel kiri yang hancur bersamaan beregenerasi dua setengah menit kemudian. Dan regenerasi selanjutnya berseling waktu satu menit."

Setelah Ai keluar kelas, ia bukanya pergi ke toilet, melainkan ke belakang sekolah dan menuju hutan. Setelah itu ia meneka salah satu tombol yang ada di kalung dan gelangnya, dan munculah layar hologram dengan kode data yang amat rumit. Ia mengotak ngatik sebentar, dan kembali berbicara.

"Third mission; completed. I repeat, third mission; completed."

Ai menutup program dan layar hologramnya dan karena iseng, ia masuk kedalam hutan- tentunya sembari menggigiti stroberi. Dan dibawah salah satu pohon, ai melihat Karma ada disana.

"Konnichiwa, Akabane karma-san" Sapanya. "Terima kasih atas bantuannya tadi pagi," ucapnya sambil membungkuk kecil.

"Jangan terlalu kaku, Aikawa-san" ujarnya. "Maa, kalau mau membunuh mahluk itu tidak bisa hanya sendirian kan?" Karma terkekeh. "Hikaru-san?"

"Hai, terimakasih telah memanggil ku dengan nama kecil. Aku lebih suka dipanggil hikaru daripada Ai," Ujarnya dan kembali menggigit stroberi ditangannya. Lalu ai melemparkan stroberi kearah Karma dengan tiba tiba. Karma menangkap buah mungil sewarna rambutnya dengan selamat. "nice catch,"

"Merci," Karma menggit stroberinya. "Tadi aku lihat kau disana sedang mengutak atik sesuatu. Terus, kau juga berbicara sendiri dan yang bisa kutangkap adalah tentakel, Koro-sensei, dan misi terpenuhi. Apa maksudnya itu?"

Ai terdiam dan menimang nimang stroberinya.

"..kalau kau tidak mau memberi tahuku, ya taka pa apala,"

"Aku janji akan kuberitahu, tapi kapan kapan, ya?"

"…kapan kapan. Baiklah,"

Ai melirik kearah arloji di tangan kirinya. "Lima menit lagi masuk, Karma-kun. Ayo kembali ke kelas."

"Tidak, kalau kau mau kau saja yang kembali,"

Ai menyiritkan dahinya. "Bolos?"

"Begitulah, kenapa kau mau ikut bolos?" Tawarnya bercanda dan mencari posisi nyaman.

"Boleh, aku ikut."

"Hee? Jadi ceritanya murid baru sudah berani bolos?"

"Tapi bitch-sensei bilang kalau dulu kau sering sekali membolos di jam pelajarannya,"

"…"

"Tidak masalah, santai saja denganku. Di La aku pernah kena skors karena bolos melulu kok."

"Cewek nekat." Sindir karma.

"Cowok greget." Ai membalasnya.