YUKI UTA

By Takamura Akashi

Naruto ©Masashi Kishimoto

AU, Typo, GORE, All warnings.

Romance/SISPENSE/Tragedy

NaruHina

.

.

PROLOG: SNOW HALATION

.

.

Pagi itu begitu membekukan, bagi tubuh kurus seorang gadis yang telah mengurung dirinya begitu lama. Entah bagaimana dia masih bisa bertahan hidup. Ah, iya jangan lupa bahwa dia masih mempunyai orang tua, untuk itu ia masih mendapat asupan makanan. Tapi untuk apa seorang gadis yang harus nya masih mempunyai masa depan cerah hanya mengurung diri, dan selalu mengutuk bahwa dunia luar begitu kejam?

Mungkin dua tahun yang lalu adalah jawaban dari keadaan gadis itu. Tetapi walaupun kita kembali ke masa itu untuk melihat, tidak akan dapat mengubah apapun. Apakah kau begitu penasaran dengan apa yang membuat gadis itu bermuram hati? Tenang, sabar dulu nanti kau juga akan tahu.

.

.

"Okaa-san! Kurasa laptopku rusak dan aku butuh yang baru untu pekerjaanku," ujar gadis itu setengah berteriak dari dalam kamarnya. Dan tidak lama pintu kamar terbuka menampilkan seorang wanita cantik yang kuyakin sudah berumur namum masih tampak bugar.

"Hinata, sepertinya kali ini kau yang harus keluar sendiri," balas ibu gadis itu. "Tapi-" belum sempat gadis itu membalas, sudah di potong oleh ibunya.

"Aku tahu kau agak... trauma, tapi kami benar-benar tidak bisa sayang. Kami ada urusan mendadak di rumah sakit," benar jika kalian berpikir kedua orangtua gadis itu adalah Dokter. Dokter bedah lebih tepatnya, keduanya. Hebat bukan?

"Uh, baiklah okaa-san mungkin nanti aku akan membelinya," gadis itu menyelipkan kata mungkin yang kemudian membuat ibu gadis itu hanya menggeleng pasrah.

"Kalau begitu kami pergi dulu sayang, hati-hati kalau keluar ya!" Teriak ayah gadis itu dari depan pintu rumah.

"Iya kalian juga hati-hati!" Balas gadis itu berteriak sembari sibuk memperhatikan handphone pintarnya di atas kasur.

.
.

"Ahh apa benar aku harus keluar akhhh!" Ujar gadis itu sambil mengacak-acak rambutnya yang berwarna indigo. Sepertinya dia cukup frustasi hanya untuk keluar membeli laptop baru. Sebenarnya apa yang terjadi dengan gadis itu?

Enam jam sudah berlalu sejak orangtua gadis itu pergi, dan gadis itu masih meringkuk di kasur menimbang-nimbang apakah ia harus keluar atau tidak. Tapi sepertinya keputusan akhirnya adalah keluar. Kalau tidak bagaimana ia bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai penulis?

Dengan berat hati terlihat gadis itu berjalan gontai menuju lemari bajunya. Memilih pakaian musim salju yang mungkin cocok untuk ia pakai keluar. Setidaknya sopan dan pantas untuk ia kenakan. Dan pilihannya tertuju pada baju babydoll peach dengan mantel violet selutut. Dipadu dengan syal berwarna ultramarine dan penutup telinga yang senada. Sejenak ia tertegun mengingat syal dan penutup telinga itu adalah pemberian dari seseorang. Pelupuk netra gadis itu terlihat sedikit berair, mungkinkah ia menangis?

Tapi sepersekian detik setelahnya ia langsung menyambar tas tentengnya dan memasukkan keperluan seperti dompet dan handphone tentunya. Tetapi saat ia melewati kaca di kamarnya, ia lupa kalau rambutnya masih terlihat acak-acakan. Oh bagaimana bisa ia keluar dengan rambut seperti itu. Benar saja, ia langsung merapihkan rambut dengan mengikatnya setengah. Dan voila gadis itu terlihat manis, hanya saja wajahnya yang datar tidak terlihat manis. Tapi jika ia tersenyum, ia pasti terlihat begitu manis.

.
.

"Uhh dingin sekali, untung saja aku langsung menemukan apa yang aku cari di mall. Jadi, aku tidak perlu berlama-lama di sana," gumam gadis itu sambil berjalan dengan membawa tentengan yang cukup besar untuk ukuran seorang gadis. Gadis itu berjalan tergesa-gesa di trotoar jalan, berharap segera sampai di rumah.

Namun sebuah suara indah dari biola membuat langkahnya terhenti, ia kemudian menoleh ke arah kerumunan orang-orang yang sedang menonton pemusik jalanan yang tengah memainkan biola.

"Kurasa tidak ada salahnya aku melihat sebentar," gadis itu kemudian melangkahkan kakinya ke arah kerumunan orang-orang itu. Dan saat ia sampai di sana, seketika dunianya berhenti.

Gemuruh orang-orang yang bertepuk tangan mulai terdengar sayup-sayup dalam telinganya. Dalam salju yang mulai deras turun dan riuh orang-orang yang mulai mereda, gadis itu mematung memandang sang pemain jalanan itu. Dia bagaikan melihat lingkaran cahaya berkilau dalam salju yang menderas.

Gadis itu, sekali lagi merasa jantungnya berhenti. Takdir begitu kejam hingga ia melihat salju lingkaran cahaya. Ya, gadis itu kembali melihat masa lalunya, yang sudah terlupakan oleh arus ke kelaman dalam hidupnya. Seorang teman masa kecil, yang terlupakan...

-to be continue-

A/n: Ahem Dou? ini baru prolog :3