Ayy, saya kembali dengan fic gak jelas baru /o/

Iseng-iseng buat drabble komedi untuk ngilangin stress.

Warning : Tata bahasa tidak beraturan. Positif OOC. Bahasa ada lo/gue. Humor garing.

Enjoy~


Assassination Classroom (c) Matsui Yuusei


Cerita #1 : Mbak-mbak tukang parfum gak peka

Hari itu Sugino sedang berada di sebuah toko minyak wangi karena persediannya sudah habis. Jangan salah, dia selalu rajin memakai minyak wangi. Dia kan sering olahraga. Olahraga buat keringatan. Keringatan bikin bau. Kalau bau nanti Kanzaki gak mau deketin. OOOOHH NOOO— walau sebenernya gak ada hubungannya antara wangi atau enggak, sama aja gak dinutis.

Aduh mak, sakhet.

Dia mencobanya satu per satu, lalu kemudian seorang mbak-mbak penjaga toko menghampirinya.

"Kalau mau beli parfum yang ini aja,mas. Highly recommended! Nanti bisa bikin mesra mulu loh sama pacar. Dijamin deh doi minta deket-deket mulu." Ucap si mbak sambil menyarankan sebuah minyak wangi dengan kemasan maskulin berwarna hitam.

"Mbak, saya jomblo."

Desiran angin penuh kesedihan dan kehampaan melewati mereka.

Si mbak menatap Sugino penuh rasa iba.

"O-ohh maaf deh kalo gitu, maaf ya saya udah bawa-bawa topik yang sensitif." Si mbak tertawa gugup, "Jadi mau yang mana?"

"Rapopo kok mbak, saya setronk." Sugino menjawab singkat sebelum mulai berpikir serius, "Ada minyak wangi yang bisa buat cewek klepek-klepek gitu gak mbak?"

"Silahkan coba chloroform nya aja mas." Dia menjawab polos, "Atau b4ygon rasa jeruk juga mungkin ampuh."

Sugino langsung minggat cari parfum di tempat lain.

.

.

.

.

.

.

Cerita #2 : Harga diri sebagai perempuan

"Tau gak? Ada macam-macam tipe cowok kalo dilihat dari cara nya ditolak loh." Kayano memulai topik obrolan saat anak-anak cewek sedang berkumpul, yang lain langsung memasang tampang penasaran.

"Misalnya, Isogai-kun." Dia menunjuk si ikemen berantena, "Dia itu tipe cowok 'Kamu tuh terlalu baik buat aku'. "

Mereka ber –oh ria, "Kalau begitu Karma-kun itu tipe 'Kamu tuh terlalu sadis buat aku' Yha. " Okuda sweatdrop sendiri dengan pendapatnya. Nakamura nyengir, "Cocok tuh buat yang maso."

"Kalau begitu Maehara-kun itu tipe 'Kamu tuh cowok kurang ajar, punya pacar kayak buat grup band— gak cukup satu orang' ."

"Mbak, jangan bawa dendam pribadi dong mbak."

Okano hanya menghela napas. Yang lain memberi puk puk secara bergantian. Tenanglah Hinata suata saat pasti kamu dan Maehara akan bersatu seperti Sailor Moon dan Topeng Tuxedo,seperti Patrick dan Spongebob, jangan menyerah ! Fight-o!

"Okajima itu tipe 'Kamu terlalu mesum buat aku. Mending minggat aja sono.' Pasti itu!" Fuwa menambahkan.

"Yah kalo Chiba pasti tipe 'Kamu terlalu misterius buat aku.' Y-yah walaupun misterius itu punya daya tarik tersendiri, uhuk." Hayami terbatuk-batuk saat yang lain memandang nya penuh makna.

Lalu mereka lanjut menyebut tipe semua cowok di kelas satu per satu. Sampai di akhir mereka seperti melupakan seseorang.

"Ehh tunggu.. Terus Nagisa tipe apa?"

"O-oh iya ya, eh tapi emang Nagisa masuk ke kelompok cowo—" Kepalan tangan Megu beradu dengan kepala Nakamura, "ADAW! IYA MAAF! "

Mereka mulai berpikir. Tipe apa yang cocok untuk Nagisa ya?

Hmmmm..

AHH !

Entah ini kebetulan atau keajaiban, mereka mendapat ide bersama-sama.

"DIA PAST TIPE 'MAAF,KAMU TUH LEBIH MANIS DARI AKU' !"

Setelah mengatakannya mereka langsung pundung di pojokan bersama-sama.

.

.

.

.

.

Cerita #3 : Disangka homo

Terasaka dan Itona tengah sibuk memilih sayur-sayuran segar di sebuah supermarket, untuk acara masak-masak Kelas 3 E nanti. Mereka memilih-milih dengan serius sampai tiba-tiba seorang karyawan cewek mendekati mereka sambil mesem-mesem, Terasaka & Itona agak terganggu ngeliat si mbak senyum-senyum.

"Mbak," Tegur Terasaka. "Kalo mau kenalan bilang aja mbak, gak usah ngeliatin gitu. Saya tau saya ini kece,macho, dan keliatan seperti ga terjangkau tapi mbak kan bis—"

"Ter, cukup."

Terasaka beralih diam setelah dilempari tatapan jijik dari Itona, sekarang giliran mbak nya yang ngomong.

"Mas-mas ini pacaran kan ya?"

Butuh sekitar 3 detik untuk mereka memproses pertanyaan dari si mbak. Mereka memandang satu sama lain.

"Kita?"

"Iya ! Kalian daritadi milih sayur buat dimasak bareng kan? So swit banget deh keliatannya, sampe masak bareng segala."

Oh.

Jadi mbak fujo toh.

"Mbak, denger ya kita ini enggak pacaran. Saya juga ogah banget amit-amit jabang barbie kalo sama di—"

"Aduh gausah malu-malu mas, sekarang pernikahan sesama jenis udah ga asing kok. Ayo sini saya bantu pilihin."

Kalah dengan komentar antusias seorang fujo Itona memilih untuk mingkem dan berkomunikasi lewat telepati yang tersambung karena kekuatan cinta.

"Cepet jelasin gue ga mau disangka maho an sama elu. Pokoknya jelasin titik."

Hatiku tersakiti tonaa, tersakiiti. Kapan lu mau nutis gue cobaa hayati udah gak kuat. Nutis aku Itona, tatap akuu.

Tapi tentu saja Terasaka tidak mengeluarkan kata-kata tersebut, karena sesungguhnya itu hanyalah harapan para fujoshi yang haram untuk dia katakan dan berdampak buruk pada reputasinya yang memang sudah buruk. Jadi dia hanya mengangguk.

"Tolong denger ya mbak, kita ini cuma lagi belanja kebutuhan acara, gak kurang gak lebih, lebih dikit gapapa sih sebenernya sekalian modu—" Terasaka terjitak, "Maksudnya ya gitu pokoknya kita cuma belanja sayur buat acara kelas."

Mendengar penjelasan Terasaka si mbak cuma senyum-senyum.

"Ngerti, mbak?"

Si mbak ngangguk.

Tapi belum sempat Terasaka dan Itona bernapas lega, si mbak langsung berbisik ke mereka.

"Jadi mas," Bisiknya. "Yang dibawah yang mana?"

Pada saat itu juga mereka mengutuk si mbak jomblo selamanya.

.

.

.

.

.

Cerita #4 : Jones

Sugaya, Okajima, dan Mimura sedang berjalan santai di dekat taman sambil berbincang tentang kecepatan ajaib Korosensei yang membuatnya bisa bolak-balik beli pecel lele dalam sekejab. Diam-diam mereka punya keinginan untuk ikut ke negara tersebut— pengen coba dangdutan, mungkin yha.

Capek berjalan, mereka langsung duduk begitu melihat bangku kosong di taman. Okajima menghela napas panjang.

"Kenapa Jim?"

Okajima terus memasang wajah lesu, "Taulah Gay,dari tadi di taman ini isinya orang pacaran semua. Makan ati." Jawabnya penuh pilu. Sugaya tersinggung dengan panggilannya, Mimura hanya memandang iba.

"Udahlah, gak usah dipikirin yang begituan." SI kepala jamur menepuk-nepuk bahu si kepala bola dengan niat menghibur, "Gue beliin es krim deh. Kalian mau rasa apa?"

"Stroberi tapi warnanya coklat ya."

"Ngaco lu gay."

"Iya iya, bercanda doang kok, Mur." Sugaya terkekeh melihat ekspresi jengkel temannya itu, "Rasa Vanilla."

"Oke, terus lo mau rasa apa Jim?" Mimura beralih ke arah Okajima yang masih menyender lesu.

Aura suram terpancar dari dirinya. Sugaya dan Mimura bergidik ngeri melihat tubuh temannya yang sepeti cangkang kosong tanpa jiwa. Mereka berkomat-kamit cepat berharap itu tidak menular.

"Apa aja asal bukan rasa yang dulu pernah ada bersama mantan, Mur."

"Tapi Jim emang lo pernah punya mantan?"

"Enggak sih."

Sugaya dan Mimura sweatdrop, prihatin melihat keadaan temannya. Okajima Taiga, didiagnosa positif jones akut.

.

.

.

.

.

Cerita #5 : Kebaikanmu busuk

Sekarang sudah jam pulang, Terasaka berdiri memandang hujan deras yang sama sekali tidak menunjukkan tanda untuk berhenti. Dia mengutuk teman-temannya di dalam hati yang tidak bersedia meminjamkannya payung.

Mereka malah menyalahi dirinya yang lupa bawa payung, oh ayolah! Terasaka kan juga manusia yang rapuh dan tidak sempurna!

"Eh, Ter lo ga bawa payung?" Si kepala merah muncul tiba-tiba di samping Terasaka.

"Enggak, apa lo!? Mau ngeledekin gue!?" Bales Terasaka ga nyante karena udah terlalu emosi.

"Santai aja kali whoo," Karma memukul punggungnya keras. Iya, keras. "Nih, gue pinjemin payung. Gue baik kan? Iya dong gue gitu." Dia menyodorkan payung abu-abu nya sambil menyeringai. Terasaka ragu mau mengambilnya atau tidak, ini sih kayak setan yang menawarkan bantuan. Mencurigakan.

"Mau gak?"

"Lah terus lo pulang gimana?"

"Tenang aja, gue pulang bareng Okuda kok. Udah ya, gue udah ditungguin tuh. Byee."

Si surai merah pun berlari meninggalkan Terasaka (yang diam-diam menyebut dirinya tukang modus) bersama sebuah payung abu-abu. Yah, mungkin emang udah rejeki kali ya. Akhirnya dia pulang dengan memakai payung dari Karma.

Perjalanan terasa damai diiringi dengan suara rintik-rintik hujan di permukaan payung. Tunggu ada sesuatu yang aneh. Hampir semua orang yang lewat menutup mulut mereka seperti nahan ketawa.

Firasat Terasaka buruk.

Salah satu orang nunjuk ke payung abu-abu tersebut. Karena penasaran Terasaka menurunkan payungnya untuk melihat ada apa sebenarnya, bodo amat mau basah karena hujan kek yang penting misteri ini harus terpecahkan.

Dan saat dia liat ternyata di payung itu ada tulisan besar,

"AWAS : MAKHLUK HOMO ↓"

"..."

Payung malang itu dengan febelesnya terlempar ke tanah.

"BAJIRUT LU KARMA, JANCOEG!"

Sejak saat itu Terasaka kehilangan kepercayaannya pada kemanusiaan.

.

.

.

.

.

END/TBC?


Belum tau fic ini mau dilanjutin atau enggak 8'D Yah bergantung responnya aja deh

Reviews are loved

Thanks for reading