"Jam berapa sekarang?"

Sehun mengerang, secara malas ia bergumam," Tujuh seperempat." Jawabnya bersamaan dengan Jongin yang terpingkal beranjak dari ranjang.

Sehun menyeringai tipis melihppat hasil kissmarknya menenuhi punggung Jongin. Ah, semalam rasa nya adalah persetubuhan mereka yang terhebat. Sehun masih jelas mengingat bagaimana Wajah Jongin mengernyit nikmat serta desahan lirih itu masih mengalun di telinganya. Rasanya ia jadi lebih gila berhubungan dengan Jongin. Sehun menyandarkan diri pada kepala ranjang, memperhatikan kekasih sesama jenis nya memakai kemeja kusut yang semalam dipakainya.

"Kemana, hyung?"

"Aa?" Jongin berbalik, ia menatap Sehun sekilas sebelum menunduk mengancingkan pakaiannya. "Kris." Ujarnya singkat, lalu secara gesit menyambar ponsel nya yang tiba-tiba berdering sebelum sempat Sehun lihat siapa penelpon kekasihnya di pagi hari.

Sehun menyipit, merasa cemburu melihat Jongin sibuk berbicara dengan seseorang di telepon.

"Hyung, siapa?" Tanya nya namun kelihatannya Jongin tidak mendengar justru pria itu malah berjalan mondar-mandir.

Tunggu, bukankah Jongin cuti? Tanya nya dalam hati. Ia merasa heran menemukan raut gugup Jongin setelah sambungan ponsel nya tertutup.

"Ada apa?"

Sehun merangkul tubuh Jongin yang kini duduk disampingnya agar bersandar pada bahu miliknya. Rambut halus sang kekasih menggelitik tengkuknya. Ia bisa mendengar Jongin menghela nafas dengan berat membuatnya semakin penasaran.

"Siwon—pelanggan tetap club. Dia ingin bertemu.." Jongin mendongak, menatap Sehun dengan sayu. "Dan aku tidak bisa menolaknya." Sambung Jongin sambil memejamkan mata, menerima kecupan kecil di keningnya.

"Bagaimana?" Cicit Jongin ingin tahu reaksi Sehun. Apakah ia marah.. atau .. hm, apa?

Sehun hanya menggidikkan bahu, ia mengusap pipi Jongin lalu berdiri beranjak menuju kamar mandi. Hal itu membuat Jongin kembali menghela nafas. Walau mereka menjalin hubungan.. sebenar nya ia masih ragu.

Apakah benar Sehun mencintainya?

Tapi ini bukan mimpi..


"Maaf terlambat."

Jongin menarik kursi di hadapan Pria maskulin berkepala tiga yang kini tengah menatapnya dengan senyum kecil.

Siwon Choi, pria itu mendorong secangkir teh melati hangat pada Jongin. Mengisyaratkan lelaki tan itu segera meminumnya terlebih dahulu.

Jongin menunduk formal, menerima cangkir itu dan menyesapnya perlahan. Cairan coklat itu membasahi kerongkongannya dengan rasa hangat yang nyaman.

"Terima kasih."

Siwon tertawa pelan. Ia baru saja berpikir Jongin memang pemuda yang menarik. "Tidak masalah."

Setelah itu keduanya terdiam. Menunda obrolan yang lainnya. Saat ini Jongin merasakan tatapan Siwon yang seolah menilai dirinya, membuat ia harus menunduk merasakan pandangan itu memberati dirinya.

"Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Tanya Siwon memecah keheningan sementara ia menyentuh tangan Jongin. Mengelus jemari lelaki itu perlahan.

".. kau terlihat masih sama. Tapi aku merasa ada sesuatu hal yang berubah. Apa itu?" Sambung Siwon mendahului Jongin yang ingin berbicara.

"Aku.." Jongin berekspresi datar memperhatikan tangannya tengah digenggam pria didepannya. Sejujurnya ia ingin menghajarnya sekarang. "Sama sekali tidak berubah. Tuan Choi."

Siwon tertawa mendengar ucapan Jongin. "Bukan kau yang menilai dirimu sendiri, Jongin." Ujarnya menghela nafas, berhenti tertawa.

Jongin bergumam membenarkan perkataan Siwon. Pria yang penuh toleransi yang tinggi. Dan humoris, seperti itulah Siwon yang dikenalnya. Sayang sekali pria itu tidak berubah. Sayang sekali..

"Kenapa meminta bertemu diluar Club?" Jongin menatap Siwon. Pria itu tidak berkedip saat menatapnya. "Dan, aku yakin kau mengetahui jika aku sedang cuti." Siwon hanya tersenyum, menyilangkan kedua lengannya di meja. "Bagaimana kabar kekasihmu?"

Walau Jongin tidak bingung kenapa pria ini menanyakan Sehun bukan malah menjawab pertanyaan sebelumnya, meski begitu Jongin tetap menjawabnya.

"Dia baik."

Kekehan terdengar dari celah bibir pria bermarga Choi itu, Jongin hanya diam menatapnya.

"Kau selalu bersikap dingin pada pelangganmu." Komentar pria itu menyunggingkan senyum miring.

"Itu formalitas."

"Lalu dengan Sehun? Apa kau bersikap manis padanya? Apa dia benar-benar menyukaimu?"

Cukup.

Jongin berdiri, wajah datar nya terganti dengan raut kesal. Tatapannya menyorot tajam pada lelaki tegap yang duduk tenang seolah tidak merasa bersalah.

Ini salahnya karena membiarkan pria ini tahu kehidupan pribadi nya. Seharusnya dia diam saja. Bukan bercerita. Tapi saat itu dia tertekan..dan - dan..

"Aku tahu, ini diluar urusanku. Tapi Jongin.. sekali lagi kutanya, apa kau yakin Sehun mencintaimu?"


Diluar, langit sore terlihat mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Ini bukan pengujung tahun tapi akhir-akhir ini hujan sering mengguyur kota.

Sehun duduk menghadap jendela kaca besar, menatap langit di luar. Jongin belum pulang. Biasanya lelaki itu sudah pulang sebelum dirinya kembali dari kampus.

Ada banyak hal yang terjadi selama tiga tahun, mereka telah bersama tapi bukan keputusan secara langsung. Hanya berjalan seperti natural. Mereka tinggal bersama, tidur di ranjang yang sama, makan berdua, menghabiskan akhir minggu menonton dvd film sewaan bersama.

Tapi sekalipun.. Sehun kadang masih bingung untuk bersikap bagaimana pada Jongin. Mereka bukan kekasih atau sudah? Dia tidak tahu.

Dia tidak pernah menjalani hubungan sesama jenis. Ini pertama kalinya. Jadi terkadang dia bersikap dingin saat semua topik menghilang.

"Aku pulang."

Sehun beranjak, menerima seseorang yang baru saja berucap lesu memeluk punggungnya.

"Kenapa?"

"Tidak ada."

Sehun melihat Jongin menggeleng dengan senyum lebar. Lelaki itu memasuki kamar, membawa beberapa potong pakaian dari lemari menuju kamar mandi.

Sehun merasa ada sesuatu yang salah. namun ia tidak mengatakan apapun, lebih memilih untuk menunggu Jongin di dengan duduk berselonjor di sofa depan televisi.

Sekitar tiga puluh menit Sehun menunggu, namun sama sekali tidak mendengar tanda-tanda derap langkah Jongin menghampirinya. Tapi dari dalam kamar mereka, Ia mendengar suara pintu Lemari.

Tanpa mengetuk, Sehun langsung masuk kedalam. Dan ia langsung menemukan punggung polos Jongin membelakanginya. Rupanya Jongin sedang mencari sesuatu dalam lemari. Sehun mendekat, merengkuh tubuh shirtless itu dari belakang—mengejutkan sang pemilik tubuh. Sehun mencium sekilas perpotongan leher Jongin saat mencium wangi sampo nya dari rambut Jongin.

Jongin sempat melengguh namun segera mencubit lengan Sehun untuk melepaskannya sebentar.

"Mencari apa,hm?"

Jongin menarik lepas kemeja hitam dari gantungan baju, Lalu dengan pelan mendorong dada Sehun untuk menjauh. Sehun membiarkan Jongin berjalan mondar-mandir tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kenapa kau memakai kemeja?" tanya nya lagi.

"Sepertinya, Cutiku habis. Aku harus kembali bekerja secepatnya. Kau tau Taemin?— Ah! Dia pergi mengunjungi ibu nya yang sakit di busan selama.. yah, Sebulan kedepan." Jelas Jongin dengan nada Cepat. Bahkan ia tidak memberikan satupun kerlingan pada Sehun.

Sehun mengernyit, menjatuhkan diri nya pada ranjang mereka. Dia duduk memperhatikan apa yang sekarang Jongin lakukan.

"Tapi.. kenapa harus hari ini?"

Jongin akhirnya berbalik, ia menatap Sehun dan memberikannya sebuah gidikkan bahu membuat Sehun mendengus.

"Aku harus melakukan apa?"

"Baiklah. Pulang larut?"

Jongin menggeleng, mengancingkan beberapa kancing bawah kemeja nya. "Sepertinya, Lembur." jawabnya singkat.

setelah memakai sepatu dan hal sebagainya, Jongin menghampiri Sehun dengan tergesa. Ia menarik rahang Sehun, lalu mengecup kedua pipi Sehun lembut.

"Maaf. Sampai jumpa besok."

dan satu lagi di bibir. Kemudian setelahnya Jongin telah menghilang dibalik pintu kamar. Sehun mendesah, dia beranjak menyusul Jongin dan menemukan lelaki itu masih berkutat dengan ponsel didepan kulkas.

"O, Kris menyuruhku cepat. Bye." Pamit Jongin berlari menuju pintu. Sehun yang masih ternganga hanya diam menatap kepergian Jongin dengan rasa tidak percaya. What the fvck, man.

"Jongin!"

Seruan Sehun dihiraukan Jongin, lelaki berkulit tan itu melambai.

"Aku berangkat!"

Dengan helaan nafas panjang Sehun menyandarkan punggungnya pada dinding. Ia lalu bergumam, "Yah. Hati-hati di jalan."

Setelah itu Sehun mengintip dari jendela, menunduk kebawah melihat sosok Jongin yang berlari dengan tergesa menuju Halte.

"Ada yang aneh. " monolog nya seraya mengernyit..


TBC


note :

Up! ini akhirnya up! akh akhir nya ada kesempatan buat nini akit ati lagi ama Huni di php. Ah *Disentil* eh :'3 maap. wuahaha/?