"Kita camping di hutan–ssu?" Lengkingan khas dari seorang model terkenal, Kise Ryouta, menjadi respon pertama yang terdengar setelah sang ketua geng Kiseki no Sedai, Akashi Seijuurou, selesai menyuarakan ide gilanya. Sedangkan yang lain masih terperangah dengan isi otak sang kapten, minus Murasakibara yang tampak tak acuh dan menyantap maiubou rasa anggurnya.

"Tidak boleh ada yang absen, ya!"

Senyuman nan anggun milik Akashi pun menutup musyawarah tak mufakat kali ini. Firasat buruk menyelimuti mereka berlima, sekali lagi tidak termasuk laki-laki berambut ungu yang merupakan spesies maiubouvora tersebut, seusai Akashi meninggalkan tempat 'rapat' menuju stasiun.


Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

.

Panthera © Hasn

.

Warning! : Typo(s), ide banyak di pasar, OOC, gaje, dan banyak lagi kawan-kawan kekurangan yang lain. Hati-hati bagi penderita epilepsi, stroke, dan sebagainya(?).

.

Don't like, don't read~


Dan berakhirlah mereka dengan terdampar di tengah hutan belantara. Bukan pohon pisang yang ada, melainkan pepohonan liar yang tingginya mencapai belasan meter yang tumbuh di sana. Bahkan tanaman ubi yang teorinya dapat tumbuh di segala tempat, kecuali dasar laut, pun tak terlihat pucuk batangnya.

Hei, ingat! Ini pelosok hutan belantara, bukan pinggiran hutan tempat shooting sinetron di sebuah negara kepulauan terbesar di muka bumi.

Kembali ke cerita.

Sebelum mendirikan tenda, Akashi, pencetus ide 'brilian' ini, memutuskan untuk mendata anak-anak buahnya yang hadir. Barangsiapa yang tidak datang, sudah dipastikan gunting pinjaman dari Midorima akan memangkas rambutnya hingga tak bersisa.

Midorima, hadir. Murasakibara, ada. Aomine, datang. Kise, muncul. Kuroko? Kuroko! Kuroko mana Kuroko?

"Aku di sini, Akashi-kun." Sebuah suara kalem tiba-tiba terdengar di belakang tubuh Akashi. Melihat Akashi celingak-celinguk ke sana kemari, lelaki berhawa keberadaan tipis tersebut menduga bahwa sang ketua bersurai merah menyala itu sedang mencari dirinya. Setengah benar dan satu per dua GR.

Akashi mengangguk untuk menutupi keterkejutannya. Lanjut, satu lagi. Momoi, kelihatan.

Tunggu. Bukannya pengikut Akashi hanya enam orang saja? Lalu, siapa makhluk berambut coklat pendek yang berdiri di samping Momoi? Mungkinkah ia?

"Akashi-kun, aku sengaja membawa Riko-tan ke sini. Soalnya aku perempuan sendiri di sini," jelas gadis cantik yang menjabat sebagai manager tim basket SMP Teikou itu.

Ok, yang di sebelah Momoi bukanlah makhluk astral seperti yang dipikirkan Akashi sebelumnya. Perempuan manis itu Riko, Aida Riko. Seorang pelatih tim basket di sebuah sekolah menengah atas baru bernama Seirin.

Lagi-lagi Akashi menganggukkan kepalanya singkat tanda setuju.

"Baiklah, dirikan tenda-tenda itu sekarang!" Perintah mutlak Akashi pun mulai terdengar syahdu di telinga para anggota Kiseki no Sedai, plus Riko. Rela tak rela, harus secepatnya terselesaikan bagai misi penting yang menyangkut keselamatan nyawa.

Singkat cerita, mereka pun sudah siap mendirikan tenda dan merapikan barang-barang bawaan setelah kurang lebih satu setengah jam. Jangan lupa sisipkan 'ngobrol' di sela-sela pekerjaan mereka. Tentu saja, Akashi berbaik hati memberikan hukuman bagi yang melakukan hal tersebut. Terutama Kise yang berisik.

Kini, para calon alumni SMP Teikou tersebut sedang duduk melingkar, membahas sesuatu.

"Aku, Midorima, Murasakibara, dan Kuroko menempati tenda yang besar. Kise dan Aomine di tenda warna kuning. Sedangkan para gadis di tenda merah muda di sebelah tenda barang," atur Akashi. Semua setuju, kecuali Kise. Sepertinya ia tak jera mendapat hukuman-hukuman manis dari sang kapten. Atau dia hanya cari perhatian Akashi saja. Entahlah. Nasib model kurang perhatian dan korban pem-bully-an.

"Aku tidak mau! Aomine-cchi tidurnya ngorok–ssu!" Pembaca sudah pasti tahu siapa yang mengatakan kalimat penolakan ini.

"Sembarangan kau, Kise," elak Aomine. Sepertinya, sebentar lagi akan dimulai debat yang kurang berfaidah.

"Waktu training camp saja kaki Aomine-cchi sampai menimpa wajahku yang tampan ini! Ilernya lengket-lengket lagi! Hua, aku tidak mau setenda dengan Aomine-cchi–ssu!"

"Kau, kan, sudah janji tidak buka aib saat training camp itu, Baka!"

"Tapi..."

"Cukup! Kise. Aomine. Aku tidak terbiasa menerima penolakan. Jadi, cukup mengangguk dan katakan iya," ujar Akashi menengahi adu mulut tanpa ujung barusan. Dengan bibir yang dimanyun-manyunkan, Kise masuk ke tenda kuning yang dimaksud Akashi. Merajuk.

Akashi menghembuskan napasnya berat. 'Nijimura, seandainya kau masih menjadi kaptennya,' batin Akashi miris.

'Tenanglah Akashi, sebentar lagi kau juga akan pensiun dari jabatan kapten Kiseki no Sedai ini.' Suara Nijimura sayup-sayup terdengar di telinga Akashi. Hanya Akashi. Bilang bahwa dia gila, dia stress, dia lelah sebagian hidupnya terbuang untuk memimpin kawanan manusia ajaib di bidang basket itu.

"Lalu sekarang apa yang kita lakukan?" tanya Midorima. Akashi tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Kita istirahat beberapa menit, setelah itu bersiap untuk mencari air dan latihan ketangkasan fisik."

'Ini acara perpisahan macam apa, sih?' batin Aomine, Midorima, dan Momoi.

Bagus, apa yang bisa dilakukan di tengah hutan lebat seperti ini? Sinyal handphone tidak ada. Tempatnya pun tak memadai untuk bermain basket. Bisa mati bosan. Seketika lokasi yang mereka tempati menjadi senyap. Mereka larut dalam lamunan masing-masing.

"Mau dengar cerita?" tanya Akashi memecah keheningan. Tak ada satu pun yang tidak menoleh ke arahnya, termasuk Kise yang menongolkan kepalanya ke luar tenda. Antusias dan penasaran.

"Kalian tahu, menurut legenda, di dalam hutan ini terdapat siluman-siluman hewan buas. Dan kabarnya, mereka masih mendiami hutan ini hingga detik saat kita sedang membicarakannya."

Kise, Momoi, dan Riko merinding. Aomine menguap selebar-lebarnya. Murasakibara mengunyah snack-snack tercintanya. Kuroko tetap memasang emotionless andalan di wajah. Midorima membenarkan letak kacamata.

"Itu konyol," komentar Aomine tanpa rasa takut dan bersalah.

"Aomine benar. Mana ada siluman seperti yang ada di sinetron itu. Bukannya aku peminat sinetron khayal, aku hanya sesekali menemukannya saat memindah channel–nodayo," timpal Midorima sembari membenahi letak kacamatanya yang sebenarnya tak bergeser sedikit pun dari tempatnya.

"Mungkin kau yang siluman, Aka-chin. Siluman singa bergunting. Mengerikan."

"Jaga bicaramu, Murasakibara. Aku bukan siluman, apalagi siluman singa bergunting. Tidak elite sekali. Terserah mau percaya atau tidak. Aku tidak tanggung kalau kalian dimakan hewan jadi-jadian itu hanya karena tidak percaya," ujar Akashi. Seketika seluruhnya bungkam.

Akashi berdiri, membersihkan celana bagian belakangnya yang sedikit kotor. "Waktu istirahat habis. Aku, Midorima, Aomine, dan Kise akan mencari sungai. Selebihnya di sini menjaga tenda dan mempersiapkan apa yang perlu disiapkan," titahnya sebelum berangkat mencari zat cair bermassa jenis 1000kg/m³ yang dimaksud. Disusul tiga orang yang telah disebut namanya oleh Akashi.

Tersisa Murasakibara dengan sekarung jajanan, Kuroko dengan Nigou di dekapannya, Riko dengan PSP di tangan, dan Momoi yang sendiri tanpa memegang apapun. Cie, jones. Mereka melongo, tidak tahu apa yang harus dikerjakan sekarang ini. Dalihnya, perintah Akashi tak terlalu jelas.

Sambil mengelus rambut nan lembut milik anjing peliharaannya, Kuroko mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru. Pasalnya, ia memiliki mata dan telinga yang begitu sensitif. Mungkin perasaannya juga. Mudah tersakiti. Kembali ke topik. Ia bisa mendengar suara-suara halus yang terus terdengar di sekitar lokasi perkemahan mereka. Entah itu angin, semak bergerak, ataupun makhluk terbang. Semuanya terkesan mencurigakan.

"Sebenarnya, perasaanku tidak enak, Aida-san. Seperti ada yang sedang mengintai kita," bisiknya pada Riko yang duduk tepat di sampingnya.

"Hm? Itu hanya feeling-mu saja, Kuroko-kun. Jangan terlalu dilebih-lebihkan. Nanti kamu yang parno sendiri," balas Riko sekenanya. Kuroko memilih diam. Bukannya melebih-lebihkan. Namun, nyatanya Kuroko memang memiliki indra lebih dari lima. Itu yang menyebabkan ia ketakutan saat ini karena dapat merasakan hawa-hawa gelap tengah memerhatikan mereka dari kejauhan.

Tak lama kemudian, empat utusan pencari sumber air datang. Cepat sekali? Ya, karena ternyata sungai yang mereka cari kurang lebih hanya berjarak 20 meter dari perkemahan mereka.

Selanjutnya, para lelaki pun latihan ketangkasan fisik seperti yang telah direncanakan. Sementara itu, Momoi dan Riko menyiapkan makan siang dengan menu 'spesial'. Nikmat sekali bukan acara camping dalam rangka perpisahan Kiseki no Sedai yang hendak lulus dari sekolah menengah pertama kali ini?

.

.

.

To be Continued


a/n : Sumimasen, saya bikin spam di fandom unyu ini. Saya baru di sini. Idenya juga ambil di pasar loak. Sumimasen~ *bungkuksedalem"nya* Terima kasih yang mau baca. Mohon bimbingannya semua~