Shingeki No Kyojin 進撃の巨© Hajime Isayama

Rate M

Genre :

Romance/Drama

Warning! :

AU, OOC, Typo terselip, EYD sadis, Alurnya terbang kemana-mana dan gaje, no LEMON just LIME #maybe, rate M karena ada diselipkan bahasa yang agak rude ._.

Don't like? Don't Read,ok? :D tapi review boleh lah hehe..

Happy Reading! Enjoy!

.

.

.

.

Mikasa Ackerman, seorang remaja yang sangat tertutup, jarang berbaur dengan orang lain, tapi sangat akrab dengan kedua sahabatnya itu, Eren Jaeger dan Armin Arlert. Walau Eren dan Armin terlihat lugu, tapi Mikasa tidak pernah merasa risih dengan kehadiran mereka yang justru membuat Mikasa tidak kesepian dan menutup diri lebih jauh lagi. Dan kali ini, mereka berencana akan berlibur bertiga ke Swiss, negara yang sama sekali tidak mereka kenali, tapi negara yang selalu ingin mereka datangi dengan alasan tidak jelas, sightseeing.

"Sudah siap?" tanya Eren kepada Mikasa dan Armin.

Mereka berdua mengangguk sambil membawa tas punggung dan koper mereka yang sangat tidak cocok untuk berlibur selama 4 hari itu.

"Sebelum ke bandara, ayo kita beli beberapa cemilan!" ajak Armin dengan wajah lugu yang memohon itu.

"Kita ini akan ke Swiss, akan sangat memalukan membawa 1 tas berisi makanan Jepang. Kita kan bisa mencoba cemilan di Swiss. Tahan dirimu, Armin." Protes Mikasa.

Tidak lama, mereka akhirnya pergi menuju bandara dengan taksi.

Walau perasaan senang dan canggung mereka tercampur, mereka tetap memiliki semangat karena akhirnya apa yang mereka harapkan sejak lama dapat terpenuhi.

Waktu terus berjalan dan tidak lama mereka pun sampai di bandara , mereka sangat terpukau dengan bandara yang terlihat bersih dan mewah itu sampai-sampai menghabiskan waktu untuk berfoto di setiap sudut bandara, apa yang mereka lakukan itu tentu memberikan orang-orang gambaran bahwa mereka adalah remaja-remaja yang belum pernah merasakan yang namanya berterbangan dengan pesawat, walau sebenarnya mereka sudah pernah sekali.

"Sudah jam 9 tepat, sebaiknya kita bersiap-siap ke pesawat." Ajak Eren.

"Eren, pesawat kita akan terbang pukul 9.10. Waktu kita hanya 10 menit. Kita bisa telat!" seru Armin yang membuat Mikasa dan Eren ikut cemas.

Mereka memberikan koper berat mereka kepada petugas untuk disimpan di bagasi bagian luar pesawat, dan mereka langsung berlari dengan sangat kencangnya menuju pesawat mereka.

Mikasa mengalami sedikit kendala dengan syal yang dia kenakan itu, walau Mikasa lah yang lebih kuat daripada kedua sahabatnya itu, tapi kendala ini benar-benar menghancurkan reputasinya, karena angin kencang dari fan bandara itu sangat mengarah ke wajahnya, syal itu jadi menutupi wajahnya.

Duggg..

Mikasa terjatuh dan melepas syalnya itu, entahlah dia menabrak apa, tapi sialnya, ia tertinggal, Eren dan Armin sudah lebih dahulu pergi mengejar penerbangannya dan tidak menyadari kalau mereka melupakan Mikasa.

"Bunuh saja aku disini, sialan!" gerutunya yang membuatnya dilihati orang-orang yang melewatinya.

Mikasa merasa malu tapi kakinya terasa pegal dan sakit untuk menumpunya berdiri.

Dia sangat berusaha keras untuk berdiri, walau akhirnya berhasil, tapi kakinya masih sakit.

"Hey kau! Gadis kecil payah, kalau lari gunakan matamu juga." Bentak seorang pemuda yang ternyata sempat tertabrak oleh Mikasa.

"A-Ah.. Gomennasai. Aku sedang terburu-buru." Kata Mikasa sambil membungkuk.

"Kau membuat barang-barangku jatuh semua tau! Seenaknya saja kau mengatakan maaf kepadaku, kau pikir maaf dapat menyelesaikan segalanya, hah!" bentak pemuda itu semakin keras.

"Setidaknya aku sudah meminta maaf ya, pendek." Bentak Mikasa balik, dia tidak dapat mengontrol emosinya itu karena dia sudah dikejar oleh waktu dan sekarang mendapat masalah dengan pemuda misterius aneh.

Baru saja pemuda itu ingin menarik Mikasa, salah satu teman dari pemuda itu datang.

"Kita harus segera pergi ke penerbangan kita, Levi." Kata teman pemuda itu sambil memunguti barang-barang pemuda itu.

Tidak mau berlama-lama, mereka memilih untuk pergi ke penerbangan mereka itu.

"Pendek sialan!" omel Mikasa dalam hatinya. Mikasa pun kembali berlari mengejar penerbangannya juga, walau kakinya masih sedikit kaku.

Pas saat pramugari ingin menutup pintu pesawat, Mikasa sudah berhasil memasuki pesawat itu, ia langsung menghampiri Eren dan Armin yang sudah duduk santai di tempatnya.

"Darimana saja kau?" tanya Armin.

Tapi Mikasa hanya diam dan segera duduk di dekat jendela.

Dia masih kesal dan beramarah karena kejadian tadi.

"Maaf, nona. Bisa tolong tasnya di simpan di bagasi atas? Demi untuk mencegah kendala anda." Kata seorang pramugari tiba-tiba.

Mikasa langsung berdiri dan mengambil tasnya untuk dimasukkan ke dalam bagasi atau semacam lemari kecil di dalam pesawat untuk menyimpan barang bawaan yang kecil.

"Astaga.. sulit sekali." Keluh Mikasa karena kakinya masih juga tidak kuat untuk berjinjit demi menyimpan tasnya itu.

"Mikasa, biar ku bantu." Kata Eren yang baru saja ingin membantu Mikasa tapi sudah didahului orang lain.

"Bahkan hal semudah ini saja kau tidak bisa?" ledek seseorang yang tidak asing diwajah Mikasa, ya.. itu adalah Levi, pemuda yang tadi sempat ribut dengan Mikasa.

Levi memasukkan tas Mikasa ke dalam bagasi itu walau dia sendiri pun mengalami kesulitan untuk memasukkannya, bukan karena tenaganya, melainkan tinggi badannya itu.

"Dasar bocah payah, bagaimana kau mau sukses kalau hal sepele saja tidak bisa kau kerjakan?" katanya sambil berjalan kembali ke tempat duduknya yang tidak jauh dari tempat duduk Mikasa itu.

Mikasa yang kesal pun menarik pundak Levi dan membuat si empunya pundak itu mengalihkan wajah datarnya kepada Mikasa.

"Ap.." belum tuntas Levi berkata-kata, Mikasa sudah memukul wajahnya duluan.

Levi pun sempat hampir terjatuh, tapi beruntung teman berambut pirang dan tingginya itu membantunya.

Levi menutupi hidungnya yang mulai mengeluarkan darah dan mengalir seperti ingus itu.

"Tolong maafkan temanku, ia tidak bermaksud berkata kasar seperti itu." Kata temannya itu.

"Sampah sialan kau, Erwin! Bukannya membelaku, kau malah bersikap lugu kepada bocah tengik ini. Jangan sampai aku juga melakukan hal yang sama kepadamu." Bentak Levi kepada temannya itu.

"Sudahlah, Levi." Sela teman lainnya juga.

Levi hanya menatap wajah Mikasa penuh emosi dan seolah-olah ingin meributinya lagi, tapi hidungnya yang berdarah tidak dapat membantunya.

Akhirnya Levi dan kedua temannya itu kembali duduk, Levi juga membersihkan darahnya itu dengan kain.

"Mikasa?" panggil Armin.

"Diamlah."jawab Mikasa jutek dan kembali duduk di tempat duduknya itu.

Mikasa masih juga terbawa kesal akibat perkataan Levi tadi, tapi disisi lain ia juga merasa telah bersalah juga karena telah mengalirkan darah dari hidung Levi.

Genève-Aéroport Swiss

Senin, 7 September 2015. Pukul 15:30

-Mikasa POV-

Aku mengambil tasku dari bagasi pesawat dan segera keluar dari pesawat, hmm.. akhirnya udara Swiss dapat tercium juga setelah sekian lama penerbangan.

"Swiss!" teriak Eren dan Armin penuh semangat dan girang itu sampai-sampai dilihati orang banyak disekitarnya.

"Urusai!" bentakku kepada mereka.

Wajahku yang kusut seperti benang karena masih terbawa emosi akibat kejadian di dalam pesawat itu akhirnya berubah menjadi wajah yang penuh rasa kagum dengan suasana airport di Swiss yang sangat mewah itu.

Eren dan Armin langsung mengambil kamera kesayangan mereka dan berfoto ria disetiap sudut airport itu, terlihat menyenangkan, tapi aku jauh lebih memilih untuk mengambil foto pemandangannya saja, itulah tujuan utamaku.

"Ayo ke cafe disana sebelum pergi ke hotel." Ajak Eren yang langsung aku dan Armin ikuti.

Kami singgah sebentar di cafe dekat pintu keluar itu.

Armin langsung membeli banyak cemilan di cafe itu, sedangkan Eren hanya membeli beberapa souvenir kecil untuk oleh-oleh, dan aku.. aku hanya membeli segelas susu cokelat hangat.

"Tidak ku sangka, kita akhirnya berhasil menginjak negara jam tangan ini." Seru Armin sambil melahap cemilannya itu.

Aku dan Eren hanya tertawa kecil sampai ku sadari udaranya sedang sangat dingin di Swiss, aku pun berniat mengambil syalku di tas.

"A-Apa?" kataku pelan penuh rasa cemas.

"Kenapa?" tanya Armin.

"S-Syalku tidak ada." Kataku.

"Kau ini ya, teledor sekali, itu kan syal dari Eren." Kata Armin yang malah membentakku.

"Sudahlah, Armin. Itu tidak masalah, kita bisa beli disini, setauku Swiss mempunyai syal yang bagus selain jam tanganya." Kata Eren yang seolah-olah tidak perduli soal hilangnya syal itu, tapi aku bisa menebaknya kalau Eren pasti marah besar.

"Gomen, Eren." Kataku singkat.

Eren hanya mengangguk dan kembali melihat-lihat souvenir kecil yang ia beli itu.

Baru aku mengalihkan wajahku untuk melihat ke daerah lain, tiba-tiba mataku melihat Levi dan kedua temannya itu sedang menuju keluar.

Levi dan kawan-kawannya itu memakai pakaian yang sangat formal, Levi sepertinya mengganti kaos polo dan jaket hitamnya itu menjadi kemeja putih yang ditambah dengan jas serta memakai dasi kupu-kupu hitam.

Aku menutupi wajahku dengan tasku agar Levi tidak melihatku, tapi sepintas ku lihat dia sudah tidak ada.

"Aku ke toilet sebentar ya." izinku kepada Eren dan Armin.

"Hey tunggu! Aku ikut." Jawab Armin.

"Tapi.. "

"Aku tetap ke toilet pria." Balas Armin dengan wajahnya yang datar itu, sangat tidak cocok dengannya.

Kami berdua pun meninggalkan Eren sebentar dan menuju toilet terdekat

"Tadi kenapa nutupin wajahmu?" tanya Armin penasaran.

"Aku lihat si pendek..hmmm.. Levi sedang menuju keluar dengan teman-temannya." Jawabku.

"Souka.." balasnya.

"Aku benar-benar tidak menyukai si pendek itu, seenaknya saja dia berkata kasar padaku, memang siapa dia? Menyebalkan! Wajah tampannya itu tertutup dengan sikap sialannya itu." Gerutuku yang tidak direspon Armin.

Aku memasuki toilet dan Armin juga memasuki toilet yang tentunya berbeda denganku itu.

Aku hanya ingin mencuci mukaku karena rasa ngantuk yang masih menempel di wajahku.

Saat aku ingin mengambil tissue, tiba-tiba tubuhku ditabrak oleh seseorang.

Aku sontak membalikan tubuhku dan ingin sekali menghabisi orang itu, tapi niatku tidak jadi tersalurkan, karena yang menabrakku itu hanya perempuan yang berkisaran 20 tahunan, berambut pirang pendek dan pakaiannya sangat formal.

"Ah.. Gomen.. Gomen.. tadi aku tergelincir." Katanya sambil memohon maaf kepadaku.

"Daijobu" jawabku singkat.

"Kau tidak terluka kan?" tanyanya khawatir.

Aku hanya menggelengkan kepalaku tanda aku baik-baik saja.

Dia megelus dadanya karena tenang tidak mencelakai remaja dibawah umur sepertiku ini.

"Baiklah, aku Petra." Katanya dengan memperkenalkan namanya.

"Aku Mikasa." Balasku sambil bersalaman dengannya.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya, Mikasa. Semoga bisa bertemu denganmu lagi lain waktu." Bisiknya dan langsung keluar dari toilet.

Hmm.. ada-ada saja, belum sepenuhnya menginjak Swiss, sudah ada beberapa orang yang ku temui secara tidak sengaja, ada yang menyebalkan dan ada yang ramah juga.

Setelah mengeringkan wajahku, aku langsung pergi keluar toilet.

"Armin" panggilku di dekat toilet pria.

Tidak ada jawaban, mungkin dia sudah duluan menemui Eren.

Baru 2 langkah ku tempuh, tiba-tiba langkahku terkunci lagi karena mendengar suara yang tak asing.

"Siapa yang kau maksud 'si pendek', bocah tengik?"

Aku tidak mengalihkan wajahku ke sumber suara itu karena aku sudah tau empunya suara itu.

Levi!

.

.

.

.

.

.

Bagaimana chapter ke-1 nya? Garing ya?

Gomen hehe.. ini FF pertama tentang RivaMika. Walau jarang muncul, tapi author iseng mau coba bikin FF tentang mereka untuk menghibur RivaMika shipper nih hehe..

Semoga fanfic tentang mereka berkembang lebih lagi ya..

Next! Chapter 2 comingsoon

Jangan lupa reviewnya ya :D no flame pliss, masih amatir dengan otp ini.

Boleh review kritik atau saran atau request.. review kalian sangat mendukung cerita ini.

Don't be silent readers :*