Long Distance Relationship; Young Love
.
A Fanfiction by naranari and phylindan
©2016
Park Jimin & Min Yoongi
Romance
Boy's Love. AU
We don't take any profit with this chara and the story
DO NOT PLAGIARIZE
.
.
.
Chapter 4: Yeoju
Yeoju merupakan satu-satunya kota pusat pembuatan keramik di Korea Selatan yang terletak di provinsi Gyonggi. Kabupaten yang terletak 80 km dari Seoul dan terhubung dengan jalur tol Yeoungdong dari ibu kota tersebut, dialiri sungai Yeo atau Yeogang. Di sana juga terdapat makam Raja Sejong dan Ratu Sohyeon.
Jimin sedang berada di kota ini untuk melakukan sebuah percobaan tugasnya lagi untuk mempelajari arsitektur bangunan sebuah rumah kerajaan jaman dinasti Joseon dahulu. Sebenarnya bukan tugas yang terlalu penting juga. Hanya saja Jimin suka mempelajari hal-hal baru baginya. Dan hal yang penting daripada itu, Jimin ingin bertemu lagi dengan kekasih manisnya yang sudah hampir lima bulan ini belum bertemu kembali. Karena Yoongi sedang menghadiri acara pernikahan salah satu rekannya.
Saat sedang asyik memotret pemandangan sungai disana, tiba-tiba ponsel disakunya berbunyi. Jimin segera merogohnya untuk kemudian mengecek siapa yang meneleponnya. Seketika senyuman Jimin terkembang lebar dengan ceria.
"Halo, Jimin Park calonnya Yoongi disini?" Jimin berucap dalam nada cerianya yang selalu menggoda Yoongi.
"Aish, hentikan itu. Kau dimana?" Jawab Yoongi dengan kesal, tapi rona bahagia tetap terpancar darinya.
"Aku di tepi sungai dekat dekat underpass yang ada toko bunganya." Jimin melihat sekitar untuk mengatakan dimana ia saat ini. Pemandangan sungai Yeo sungguh indah, Jimin jadi tidak sabar untuk berduaan dengan Yoongi di sini.
Sang kekasih dalam sambungan telepon itu terdengar berdecak karena perkataan Jimin. "Lebih baik share location-mu. Aku akan kesana sekarang."
"Oke!" Jimin segera mengikuti apa yang dikatakan kekasih manisnya. Ah, akhirnya ia akan bertemu lagi. Jimin merindukannya. Sangat merindukannya. Ia ingin memeluk Yoongi dan mengatakannya untuk selalu setia menunggunya. Menunggu hubungan manis mereka untuk membuahkan hasil seperti yang mereka inginkan.
Karena Jimin berjanji pada dirinya sendiri untuk membahagiakan Yoongi. Untuk selalu setia dan mencintainya. Dan untuk membayar semua rasa lelah, rindu dan setia Yoongi pada satu tujuan.
.
..
.
Yoongi mengikuti arah kemana Jimin membagikan lokasi dimana dirinya berada. Dan dia mendadak gugup, dadanya berdegup kencang karena memikirkan sebentar lagi ia akan bertemu kekasih jauhnya yang begitu ramai dan kekanakkan. Yoongi ingin tahu bagaimana rupa kekasihnya itu. Karena yang terakhir Yoongi lihat saat pertemuan sebelumnya adalah Jimin mengecat rambutnya dengan warna merah.
Tak sampai setengah jam, Yoongi sampai di tempat dimana Jimin berada. Tetapi Yoongi hanya bisa mengerutkan dahi menatap sekeliling tak menemukan sosok yang menurutnya sebagai Jimin.
Yoongi segera merogoh ponselnya kembali untuk menghubungi Jimin namun tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkannya melalui sebuah pelukan dari belakangnya.
"Yoongiii." Pekikan khasnya terdengar di telinga Yoongi. Membuat Yoongi berontak untuk terlepas dari pelukannya dan membalikkan tubuhnya menghadap Jimin.
"Yak! Seenaknya mengagetkanku!" Yoongi menuding Jimin. Namun sesaat kemudian ia terdiam dengan rona tipis di wajahnya. Jimin merubah penampilannya kembali. Kini rambut cokelat gelapnya kembali lagi. Tubuhnya terlihat lebih kurus namun digantikan oleh tubuh tegap yang kokoh. Astaga, kenapa Jimin tumbuh sebanyak ini?
"Tidak mau peluk, eoh?" Jimin menawarkan. Merentangkan kedua tangannya mengundang Yoongi untuk memeluknya. Tetapi yang Yoongi lakukan adalah menatap Jimin lucu dengan wajah merengutnya.
Jimin berdecak pelan. Ia lalu mendekati Yoongi dan mendekapnya lebih dulu. Memberinya bisikan rindu yang Yoongi juga rasakan.
"Aku merindukanmu." Gumamnya tulus. Membelai rambut Yoongi yang semakin halus. Merapatkan tubuhnya dan menghirup wangi alami tubuh Yoongi yang sangat ia sukai.
Yoongi hanya bisa menganggukkan kepala dan balas merengkuh tubuh Jimin dalam pelukannya. Memejamkan kedua matanya dan menghirup lamat-lamat aroma Jimin yang sangat dirindukannya.
"Aku juga." Jawabnya dengan lirihan namun tetap terdengar oleh telinga Jimin.
Jimin tetap memeluk Yoongi untuk beberapa lama. Mengecup pucuk kepala Yoongi dan merasakan detak jantung berdua yang saling memacu dikejar rindu. Sesaat kemudian Jimin segera melepaskan pelukannya. Ia tahu Yoongi mulai tak nyaman jika mereka terlalu lama berpelukan di depan umum.
Jimin meletakkan kedua tangannya di bahu Yoongi. Ia menatap Yoongi lembut lalu dengan cepat memberikannya sebuah kecupan singkat di pipi pucat yang merona tipis itu. "Apa kabarmu?" Jimin bertanya lagi. Terkekeh pelan menikmati ekspresi Yoongi yang terlihat malu-malu.
Yoongi berbalik lalu melangkah meninggalkan Jimin. Membiarkan kekasihnya mengejarnya. "Aku lapar." Katanya dengan ketus, dan kerucutan di bibirnya yang malah terlihat seperti anak kecil yang ngambek.
Jimin tak bisa berhenti tersenyum. Ia senang sekali jika sudah bertemu dengan Yoongi dan ia takkan menyiakan kesempatan berdua selagi mereka bisa saling bertatap muka. Jimin lalu menggandeng lengan Yoongi untuk menautkan jemari mereka.
"Baiklah, ayo kita makan!"
.
.
.
Mereka pergi berjalan-jalan di sepanjang kota setelah puas mengisi perut mereka. Entah hanya perasaan Jimin saja atau bagaimana tetapi Yoongi sedang semangat sekali hari ini. Ia makan dengan lahap sekali dan terus mengajak Jimin untuk cepat berjalan. Entah mereka akan pergi kemana. Yang pasti Jimin akan menghabiskan waktunya dengan Yoongi seharian ini.
"Kau mengecat rambut lagi? Nanti rambutmu bisa rusak kalau ganti warna terus. Kalau rambutmu rusak kau akan botak." Setelah itu Yoongi tertawa, membayangkan bagaimana jika Jimin benar-benar botak. Padahal tadi dia hanya berbicara asal saja, tapi kepikiran juga.
Jimin ikut tertawa melihat wajah manis nan lucu itu saat tertawa. Gemas sekali Jimin, rasanya ingin gigit pipinya saja. "Kalau pun aku botak kau tetap cinta aku kan?" Jimin memberikan senyum jahilnya yang dibalas dengan dengusan khas Yoongi. "Pede sekali sih,"
Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan. Yoongi tidak bisa berhenti tersenyum karena senang. Ia baru pertama kali ke tempat ini dan sungguh Yeoju adalah tempat yang sangat indah dan juga tenang. Hati Yoongi terasa damai, apalagi ada kekasih di sampingnya yang sangat ia rindukan ini.
"Yoongi, apa kau tahu kenapa aku memintamu bertemu di sini?" tanya Jimin. Mereka berhenti sebentar di tepi jalan yang kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon yang tinggi. Yoongi mendongak ke Jimin dengan tatapan bertanya. "Karena kau ada penelitian di sini dan kebetulan aku menghadiri aca pernikahan temanku yang juga dekan dari sini?"
Jimin tersenyum dan menggeleng, "Bukan itu,"
"Lalu apa?"
Jimin maju selangkah ke depan Yoongi. Menangkup kedua pipinya, menatap ke dalam mata Yoongi dengan penuh cinta. "Karena di tempat inilah asal marga Min." Yoongi tetap tidak mengerti, maksud Jimin apa sih?
"Ada desa yang bernama desa Shinjeom di sebelah utara Kuil Shilleuk yang merupakan kampung asal marga Min. Ratu Min atau Maharani Myeongseong adalah ratu Korea terakhir pada masa Dinasti Joseon." Lanjut Jimin. "Jadi karna margamu Min, aku membawamu kemari. Tebak, kau pasti baru tau ini semua kan?"
Yoongi kemudian mengangguk, jadi ini alasannya Jimin memintanya datang ke sini. Tapi untuk apa, Jimin kan tau sendiri kampung Yoongi itu di Daegu. "Tapi kan aku dari Daegu, kenapa tidak membawaku ke sana?"
"Mau sesuatu yang baru saja, hyung."
Jimin melepaskan tangannya dari wajah Yoongi dan kembali membawa kekasihnya itu berjalan-jalan sambil berpegangan tangan. Tidak ada obrolan lagi diantara mereka. Hanya saja mereka ingin menikmati pemandangan dan waktu mereka saat ini. Silent moment yang sangat berharga.
"Hyung," panggil Jimin. Mereka berhenti melangkah dan saling berhadapan. "Aku ingin membawamu ke suatu tempat." Yoongi memiringkan kepalanya, "Lagi? Kau sepertinya sangat hapal dengan tempat ini." Jimin menunduk dan tertawa, Yoongi tidak tahu saja apa yang dia lakukan sebelum melakukan perjalan ke sini.
"Tentu saja aku mencarinya di internet, hyung. Tapi aku jamin kau akan menyukai tempat ini." Tanpa menunggu lama lagi Jimin segera menarik Yoongi untuk mengikutinya menuju tempat yang dia maksud. Yoongi hanya ikut saja, lagipula dia tidak tahu sama sekali tentang Yeoju.
.
.
.
Ternyata Jimin membawanya ke tepi sungai Yeo yang agak jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Suasana tepi sungai ini cukup sepi karena mereka datang di hari kerja dan tidak banyak pengunjung. Kemudian Yoongi melihat sebuah bangunan rumah panggung atau seperti pendopo dengan atap khas kuil-kuil di sana. Orang-orang biasa menyebutnya Gangwolhun. Jimin juga melihatnya dan dia langsung membawa Yoongi menaiki pendopo itu. Dari sana mereka bisa melihat pemandangan sungai Yeo yang membentang luas dihadapan mereka.
"Indah sekali." Gumam Yoongi. Di sebelah selatan dari Gangwolhun kita bisa melihat aliran sungai Han yang terbentuk dari pertemuan sungai Namhan dan sungai Bukhan. Sungai Han mengalir melewati Seoul dan bergabung dengan sungai Imjin sebelum akhirnya bermuara di laut Kuning. Total panjang sungai Han adalah 514 km. Tak heran jika sungai Han menjadi amat populer di Korea Selatan.
"Di sini adalah view yang paling digemari oleh pengunjung, hyung." Yoongi mengangguk, "Tidak salah, karena pemandangan di sini benar-benar seperti surga." Tiba-tiba Jimin memeluk Yoongi dari belakang dan membuat kekasihnya itu terkesiap. Tapi Yoongi tidak memberintak maupun melepaskan pelukan Jimin. Dia malah makin mengeratkan pelukan kekasihnya.
Jimin menyandarkan kepalanya di belakang kepala Yoongi. Sekali lagi menghirup aroma rambut Yoongi yang sangat harum hingga rasanya dia ingin tertidur di sana. "Terima kasih Jimin sudah membawaku ke tempat yang sangat indah ini." Yoongi menutup mata sambil mengucapkan kalimat itu. Bersyukur karena dia memiliki seseorang yang selalu mengerti dan memikirkan perasaannya. Yoongi tidak pernah menyesal telah bertemu dengan Jimin.
"Tidak perlu berterima kasih hyung. Aku memang sengaja mempersembahkan ini untukmu." Lalu Jimin melepas pelukannya, membalikkan tubuh Yoongi hinga menghadap padanya. Bias matahari sore itu menimpa wajah manis Yoongi hingga membuatnya seperti seorang malaikat.
"Selamat ulang tahun, Yoongi hyung. Saranghae."
Jimin mencium belah bibir Yoongi setelahnya dengan lembut. Dibalas dengan Yoongi dengan ciuman lembut juga. Sore itu di atas Gangwolhun, dengan bias sunset sebagai pemandangan dan juga perasaan bahagia. Jimin dan Yoongi menyudahi ciuman mereka. Masih dengan saling berhadapan, Jimin mengangkat wajah Yoongi. "Aku harap kau suka dengan hadiahmu."
Yoongi terharu menatapnya, senyuman muncul di bibirnya beserta satu air mata yang jatuh menetes. Air mata bahagia. "Kau menyiapkan ini semua untukku?" Jimin mengangguk, Yoongi meletakkan satu tangannya di wajah Jimin. "Terima kasih. Dan, nado saranghae."
Karena tidak ada hal yang lebih membahagiakan daripada seseorang yang selalu tulus kepadamu.
.
.
To be continued
.
.
Tadinya mau update pas Yoongi ultah, eh tapi kelamaan ya.
Ternyata cerita ini peminatnya sedikit ya, hemm. Espektasi aku yang ketinggian kayanya. Ha ha.
Aku sih no problem ya, tapi gak enak aja sama partner aku disini a.k.a phylindan.
Ya sudahlah. Cerita ini juga udah mau tamat yeaay.
See you
©naranari & phylindan