[Sebelumnya..]

"INI URGENT, GAISS!"

Sehun dan Jongin saling berpandangan. Biasanya hal yang gawat menurut Chanyeol itu ketika dia lupa mensikat giginya dengan pasta gigi rasa pisang.

"YIZI HILAAAAANG! ASHDJGGDKAHAJSSJ—" (lalu seterusnya dia berbicara bahasa kuman)

"..Oh."

"Yizi hilang?"

Sehun dan Jongin mengangguk-angguk. Lalu cekikikan bersama seperti anak idiot.

"Yizi hilang katanya," Sehun berucap dengan santai.

"Cari saja ditempat cuci piring, mungkin terlepas saat kau sedang mencuci piring." Jongin menjawab acuh.

"YIZI, BEGO! BUKAN CINCIN! YIZI HILAAAAAANG, ASGDJASJSJAHAA—"

.

.

"WHUUUUT?!"


©Anggara Dobby

THREE IDIOTS

..

Rate : M—for dirty joke. No sex scene. (inget ya, pake bold dan italic)

Cast : Oh Sehun, Park Chanyeol, Kim Jongin, Lu Han, Byun Baekhyun, Do Kyungsoo. Park Yizi (OC)

Other Cast : Kris Wu, Bang Yongguk (BAP) Kang Ji Hyun/Soyou (Sistar) Lee Jinki/Onew (SHINee) Jackson Wang (Got7) Yeri (Red Velvet)

OOC! YAOI! Alay fict! Absurd! Say goodbye to KBBI, Grammar and EYD. Bahasa gawl bertebaran. Typo(ss). Mesum words. Humorfailed.


Chapter 5 : Yizi Hilang, Dating Gagal, dan Ibu-ibu Hamil


"Jadi, bagaimana bisa Yizi hilang?"

Chanyeol yang masih duduk dipinggir trotoar itu hanya bisa memasang wajah depressi akut saat diinterogasi oleh Jongin dan Sehun yang mendadak menjadi sangar seperti petugas Satpol PP. Baekhyun yang duduk disampingnya dengan iba mengelus-ngelus punggung lebar Chanyeol seraya memberinya sebotol air mineral seharga dua-ribuan. Chanyeol bersyukur ada calon istri—khayalannya—itu disini.

"Aku tidak tau." Hanya tiga kata menjengkelkan luar biasa yang akhirnya keluar dari bibir Park Chanyeol, mengakibatkan pelototan seram Sehun dan Jongin berlomba-lomba menusuk tubuhnya.

"Gimana bisa?!"

"Astaga, Chanyeol hyung. Yizi lagi sakit, bukannya diobatin malah diilangin. Bego apa oon sih kau ini?" Jongin geleng-geleng kepala, merasa paling pintar daripada Chanyeol.

"Aku tidak sengaja!" bantah Chanyeol, seolah-olah Yizi adalah selembar uang satu won yang tak sengaja mencelos dari sakunya. "Setelah aku memakirkan mobil di Rumah Sakit, aku gandeng anak itu dan membawanya kedalam. Baekhyun sedang bertanya-tanya pada dokter, dan aku yang menjaga Yizi. Saat aku ke toilet sebentar karna ada panggilan alam, dan TADAAA! Yizi langsung hilang seperti kelinci ditopi pesulap." Jelas Chanyeol, menggebu-gebu.

"Kenapa pula harus ke toilet." Gumam Sehun, malas. Yang mampu didengar oleh telinga super-lebar milik Chanyeol.

"Kalau sudah kebelet, mau diapain lagi?! Pipis didepan umum, gitu?" Chanyeol langsung gondok.

Sehun manggut-manggut asal, "Bagus, bagus. Kau akan jadi trending topic nanti."

"Terus mobilnya mana?" tanya Jongin, yang langsung membuat Chanyeol terdiam seperti orang idiot.

"A-anu.."

"Ada apa dengan anu-mu?"

"M-mobilnya… aku tinggal di Rumah Sakit." Adalah jawaban yang lebih menjengkelkan dari Chanyeol.

Jongin dan Sehun dengan kompak menepuk dahi mereka frustasi. Terlebih Sehun, mobil kesayangannya itu baru saja dia tebus dari sepupu siluman ikannya—Donghae—dan sekarang, mobil hasil diet jajan lima-tahunnya ditinggal oleh kawan idiotnya yang bernama Park Chanyeol. bisa tidak Sehun meminta izin pada Mrs. Park untuk menendang anaknya ke Kuvukiland?

"Kenapa kau tinggal disana, bodoh?!" tanya Sehun dengan kesal. Oh, rasanya dia ingin menggelindingi Chanyeol ditengah-tengah jalan raya sana. "Aku baru saja menebus Blacky kesayanganku itu, dan aku ingin menjemput calon kekasihku dengan mobil itu tapi kau malah meninggalkannya disana? Sebenarnya berapa ukuran otakmu itu? sebiji jagung? Hah?!"

"Bisa tidak, tidak usah muncrat?" Chanyeol memasang wajah malasnya seraya mengelap wajahnya dengan lengan bajunya. Cih, Oh Sehun—ganteng-ganteng tapi jorok.

"Pikirkan Yizi dulu, bodoh! Kencan saja pikiranmu itu." kali ini Baekhyun ikut membuka suara. Chanyeol langsung terharu mendengarnya, secara tidak langsung pemuda unyu sudah membelanya dari kemurkaan Sehun. uuh, calon istri idaman~ Chanyeol ngebet ingin membawanya ke KUA kalau sudah begini.

"Ini kencan pertamaku dengan Luhan. aku tidak akan membiarkan apapun menghalangi kencanku! Walau badai siklon menerjang atau tornado meniupku ke samudera pasifik, aku akan tetap pergi kencan dengan calon kekasihku!" ucap Sehun dengan tekadnya yang kuat. Dibelakang tubuhnya sudah ada background api kesemangatan berkobar imajiner.

Jongin menggeplak kepala Sehun dengan keras, "Lalu bagaimana dengan Yizi?! Ayah macam apa kau ini!"

"Kita cari dari sekarang. aku tidak mau tau, sore ini anak itu harus ditemukan. Jangan sampai penculiknya meminta uang tebusan, karna itu akan membuat kita rugi. Aku tidak mau bagi-bagi rezeki ke penculik." Ujar Sehun. dia lalu memandang Jongin dengan pandangan yang tidak terbaca. "Bukankah kau juga akan jalan-jalan dengan Kyungsoo?"

Jongin terdiam selama tiga detik. Otak berkaratnya perlahan-lahan mencerna pertanyaan Sehun.

Jalan-jalan dengan Kyungsoo.

Sore ini..

Lalu setelah itu Jongin mengerang frustasi. Astaga, bagaimana bisa dia lupa dengan jadwal jalan-jalan sore-nya dengan Kyungsoo? jika Yizi tidak bisa ditemukan sore ini, itu artinya Ia akan membatalkan kencannya dengan Kyungsoo? oh tidak, tidak! Tidak bisa! ini kesempatan emasnya untuk bisa berduaan saja dengan Kyungsoo. ini tidak boleh dibatalkan.

"TIDAAAAAAAAAAAK!" Jongin mengaum ditengah-tengah jalan raya. Membuat orang-orang memandangnya dengan tatapan 'Siapa sih yang buang orang tidak waras sembarangan disini?'

"Temanmu itu… agak tidak waras ya?" tanya Baekhyun dengan ngeri.

Chanyeol mengangguk, "Memang. Cuma aku saja yang normal diantara mereka berdua."

—padahal yang lebih tidak waras itu dia sendiri. Seandainya Baekhyun tahu kalau setiap malam Chanyeol selalu mencari laba-laba agar tangannya digigit, Chanyeol itu terobsesi menjadi Spiderman—sama seperti Sehun. agak idiot memang, tapi ya, itulah mereka.

Jongin mendekati teman-temannya dengan wajah yang… agak mirip singa kelaparan, sampai-sampai Baekhyun merasa kadar kengeriannya bertambah drastis. Wajah Jongin itu mengerikan sekali, asal kau tau.

"AYO KITA SEGERA CARI YIZI! AKU TIDAK MAU KENCANKU BATAL!"


Tiga pemuda jangkung yang—katanya—paling diincar oleh mahasiswi-mahasiswi kampus itu berjalan mondar-mandir diarea parkiran kampus. Di jam seperti ini, masih ada beberapa mahasiswa yang berada diarea kampus untuk mengikuti jadwal mata kuliah tambahan. Mereka bertiga bukan ingin ikut mendengarkan materi membosankan yang dibawakan dosen, tetapi kedatangan mereka disini adalah ingin mencur—meminjam. Ya, meminjam. Meminjam kendaraan pada siapa saja yang ikhlas kendaraannya dipakai Tiga Sekawan ini mengelilingi Seoul untuk mencari Yizi. Karna tidak mungkin dia mengambil mobil Sehun dengan berjalan kaki ke Rumah Sakit. Naik bus pun tidak punya uang—maklum mereka mahasiswa kere yang bisanya numpang makan sana-sini.

"Jika kita tidak bisa menemukan Yizi, tamatlah riwayat hidup kita." Ujar Jongin dengan wajah frustasi akut. Tinggal beberapa jam lagi acara JJS-nya dan Kyungsoo akan dimulai, tetapi kondisinya sedang tidak memungkinkan seperti ini. "Apa kata Ibunya Yizi nanti saat melihat anaknya telah hilang? shit, ini mimpi buruk! Wanita itu bisa menyunat kita nanti."

Sehun menggelengkan kepalanya, "Bukan mimpi, tetapi memang sudah kenyataan."

"Pasti kalian menyalahkanku atas kejadian ini, ya." Suara lirih menggelikan Chanyeol terdengar ditelinga Jongin dan Sehun. pemuda bertelinga elf itu menundukan kepalanya dalam-dalam seraya memainkan pasir dengan jarinya. Membuat pola-pola acak layaknya anak kecil yang tengah dimarahi.

Sehun dan Jongin berpandangan sesaat, mengirim sinyal telepati, yang kurang lebih seperti ini;

'Tentu saja ini semua salah si caplang itu!'

'Jangan sinis begitu, Hun. Nanti Chanyeol akan tersinggung. Kalau dia ngambek gimana? Kau mau mendiamkan bayi raksaksa itu?'

'Ogah. Lalu aku harus jawab apa? 'Bukan salahmu, Yeol. Ini salahku. Aku yang menghilangkan Yizi.' Begitu?'

'Sinetron sekali. Kita hibur saja dia, daripada si caplang itu terus-terusan main pasir seperti anak autis.'

Pada akhirnya, anak berbeda kulit itu mendekati Chanyeol yang sedang menongkrong main-main pasir, merangkul bahunya dengan akrab disertai senyuman manis-manis racun.

"Setiap orang pasti punya kesalahan 'kan? Ini hanya tentang sebuah nasib sial yang sedang menimpa kita. Sudahlah, jangan dipikirkan. Kita akan cari Yizi sampai ketemu." Jongin yang tengah dalam mode bijak adalah Jongin yang teramat menggelikan dari biasanya.

"Apa gunanya teman jika kita saling menyalahkan? Teman itu memecahkan masalah bersama bukan membuat masalah bersama-sama." Kali ini Sehun yang berkata bijak layaknya Pak Mario Teguh. Suasana diantara ketiganya mendadak menjadi melodrama. Ditambah awan biru diatas sana yang mulai menjingga. Suasana yang pas sekali untuk bermellow-mellow, kalau saja posisi ketiganya bukan menongkrong seperti ini.

Chanyeol mendongakan kepalanya, "Bukannya kita lebih senang membuat masalah bersama, ya?"

Suasana yang tadinya melodrama itu seketika pecah dengan pernyataan bodoh Chanyeol. membuat Jongin dan Sehun mendatarkan ekspresi mereka. Chanyeol itu! kapan sih anak itu bisa pintar sedikit walau hanya pura-pura saja?

"Hey, Trio Jojonat! Sedang apa kalian nongkrong diparkiran macam tukang parkir yang tidak dapat jatah?"

Suara cempreng yang terkesan nyebelin itu membuat Sehun, Chanyeol dan Jongin menengok bersamaan. Disana ada Jongdae yang sepertinya baru selesai mengikuti materi tambahan, seraya memutar-mutar kunci mobil ditangannya.

Mata Sehun sukses menyipit, "Jojonat?"

Chen nyengir. "Jomblo-jomblo Laknat."

"Setan!"

"Kau habis mengikuti materi tambahan?" tanya Jongin pada Chen. Setahunya, anak simetris itu tidak suka sekali pada materi tambahan.

"Memangnya apa lagi yang kau lihat? Aku yang memegang gagang pel dan berbaju partai politik dengan celana kuli proyek seperti Jang Ahjusshi?"

Fyi, Jang Ahjusshi itu tukang bersih-bersih dikampus mereka, yang hobby sekali memakai baju partai politik.

Jongin melempar kerikil kecil kearah Jongdae, "Sini sekali kau. Kuseret bibirmu diaspal tahu rasa."

Jongdae malah terbahak puas. Mengakibatkan tiga orang didepannya memandangnya dengan penuh dendam. "Sudah, ya. Aku mau pulang. Aku harus menjemput kekasihku yang manis. Sore ini kami akan berkencan. Bye-bye!"

Saat Jongdae sibuk mengitari parkiran untuk mencari-cari mobilnya. Chanyeol segera merangkul bahu kedua temannya dan mengadakan rapat dadakan. Biasanya, jika mereka sudah seperti ini, akan ada rencana jahat yang terjadi.

"Bukankah si kotak amal itu sangat menyebalkan? Bagaimana kalau kita begal saja mobilnya untuk mencari Yizi?" mulai Chanyeol, oknum yang selalu menjadi otak dari strategi-strategi kriminal mereka.

Sehun menyeringai, "Lalu kita ikat dia dipohon halaman kampus sana, agar tidak bisa melawan."

"Kalau perlu gulingkan saja anak itu dari atap kampus." —yang ini Jongin yang berbicara.

Sekarang giliran Chanyeol dan Sehun yang memandang Jongin dengan pandangan datar sedatar-datarnya.

"Kau mau masuk penjara memangnya? Aku sih ogah ditangkap oleh kru Turn Back Crime, jika sipir dipenjara seseksi Baekhyun mungkin aku akan mempertimbangkannya lagi." Ujar Chanyeol malas.

"Jadi…" Sehun menggantungkan ucapannya, dan menatap wajah temannya satu per-satu. "Ayo kita ringkus Jongdae!"

Tiga anak itu dengan kompak menyunggingkan senyum kriminal, lalu berjalan mengendap-ngendap kearah Jongdae yang tengah mencari mobilnya. Sebenarnya tidak perlu mengendap-endap pun, Jongdae tidak akan curiga. Tetapi memang pada dasarnya otak tiga anak itu hanya sebesar biji jagung, jadi ya… sudahlah.

Dan selanjutnya yang terjadi adalah perlakuan tindak kriminal terhadap Kim Jongdae, 21th, Mahasiswa TMO, diarea parkiran kampusnya sendiri. Chanyeol menangkap tubuh Jongdae dari belakang, Sehun memegangi kedua tangan Jongdae, dan Jongin memegangi kedua kaki Jongdae. Mereka bertiga membawa Jongdae yang memberontak keras itu kearah halaman kampus.

"OI OI! APA-APAAN INI, HAH?!" Jongdae memberontak seperti seorang gadis yang nyaris diperkosa Ayah kandungnya sendiri. Anak itu kelabakan sendiri dengan tindakan tak terduga dari Trio Jojonat ini.

"KALIAN MAU MENCULIKKU YA? JIKA AKU PUNYA SALAH MAAFKAN AKU. AKU BELUM SIAP DI FOURSOME OLEH KALIAN! DEMI NEPTUNUS, AKU TIDAK PERCAYA KALIAN SE-KRIMINAL INI. HEYY!"

"Berisik, kotak." Dengus Chanyeol. "Siapa juga yang mau membobol lubangmu." Lanjutnya dengan malas.

"PANTAS SAJA KALIAN MENGERUBUNG DIPARKIRAN DENGAN MENCURIGAKAN SEPERTI ITU, TERNYATA KALIAN SUDAH BERNIAT MENCULIKKU. AKU AKAN ADUKAN KALIAN KE KOMISI PERLINDUNGAN ANAK!" teriak Jongdae. Untungnya diarea kampus hanya ada Shin Ahjusshi—satpam—dan Jang Ahjusshi yang tengah bersih-bersih, jadi tindakan kriminal mereka tidak lihat siapapun. Mereka tidak perlu takut pada Shin dan Jang Ahjusshi, karna dua pria tua itu pasti mengira mereka sedang bermain-main saja.

"Komisi Perlindungan Anak tidak menerima korban setua dirimu, Kim." Sahut Sehun seraya terbahak puas.

"KALIAN MAU APAKAN AKU HAH? LEPASKAN AKUUUU! AKU JANJI TIDAK AKAN MENGATAI KALIAN JOJONAT LAGI. SUMPAH SUMPAH SUMPAH! KALIAN MAU TEBUSAN BERAPA? AKU AKAN BAYAR, ASALKAN DIBAWAH LIMARIBU WON!"

"Serius, Jongdae. Aku yakin gadis-gadis kalah berisik darimu. Mulutmu itu lebih mirip tukang penjual obat." Ucap Jongin mulai gerah. Detik selanjutnya, kaki Jongdae yang berlapis sepatu itu mendarat dihidungnya. Tepat dihidungnya!

JDUK!

"AAAAARHHH HIDUNG BERHARGAKUUUUU!"


"Sial sekali. Kukira mobil anak itu semacam Porsche atau paling tidak Audi, tapi ternyata mobil seperti ini." Gerutu Sehun dengan wajah tertekuk tujuh. Setelah mengikat Jongdae dipohon beringin tua yang ada dihalaman kampus, dan menyumpal mulut anak itu dengan bungkus hamburger, Tiga Sekawan itu segera merampok mobil Jongdae. Hanya satu kata yang pantas menggambarkan Kim Jongdae saat itu; Mengenaskan.

Dan penyebab Sehun terus menggerutu dengan alis tebalnya yang menukik tajam adalah karna mobil Jongdae yang tidak ada keren-kerennya sama sekali untuk dibawa keliling Seoul.

Mobilnya adalah…

Adalah..

Adalah…

VW Kodok.

Iya. Mobil VW Kodok kuno dengan warna biru cerah dan modif burung-burung memenuhi body mobilnya.

.

.

Good.

Mobil ini malah mirip Taxi konvensional macam Bluebird. Malah lebih keren taxi itu.

.

"INI SIH LEBIH MIRIP MOBIL PARIWISATA ANAK TK! HAHAHAHA.." Chanyeol dan Jongin malah terbahak bersama.

"Kalau tau begini, tadi kita rampok mobilnya Suho hyung saja." Dumel Sehun.

Chanyeol yang kebagian menyetir itu menepuk-nepuk bahu Sehun yang duduk disebelahnya. "Sudahlah, yang penting kita bisa mencari Yizi. Demi anak kita, dude!"

"Tapi hidungku juga jadi korban disini." Jongin mengelus-ngelus hidung pes—berharganya yang kini terbungkus plester bintang-bintang. Sial sekali, Jongdae itu. tau saja spot yang pas untuk membuatnya mengerang-ngerang tidak karuan.

"Jadi, tujuan utama kita adalah?" tanya Chanyeol, dimatanya sudah terpasang kacamata hitam bergaya. Sepertinya itu milik Jongdae. Berlaga sekali anak itu, membawa mobil Kodok saja seolah-olah membawa Ferrari.

"Rumah Sakit."

"Yap. Kita akan ringkus dan bungkus orang yang sudah menculik Yizi!"

"Dan orang yang menghilangkannya."

Chanyeol langsung berwajah datar mendengar perkataan Jongin. "Hei, hei."

Jongin nyengir. "Sorry. Kukira kau tidak dengar."

"Dengan kuping selebar antenna parabola gini, mustahil bagiku untuk tidak mendengar suara bagongmu itu." ujar Chanyeol. dia mulai menyetir mobil hasil curiannya itu dan menyalakan musik lewat tape yang ada disana.

Lonely.. I'm so lonely…

There's nobody…

OOOOH MY LOOOOVEEEE OOOHHHH…

"ANJAY LAGU MACAM APA ITU? BAHAHAHAHA"

"ITU SIH LAGU YANG COCOK BANGET BUAT KITA BERTIGA. HAHAHAA."

Jongin dan Sehun terbahak mendengar suara Donald's—kalau tidak salah—yang cempreng memenuhi isi mobil. Chanyeol buru-buru menekan-nekan tombol ganti pada tape. Jongdae itu, bukan wajahnya saja yang konyol ternyata kelakuannya juga tak kalah konyolnya. Mana ada Mahasiswa semester lima masih doyan mendengarkan lagu-lagu Disney?

"Jangan-jangan Jongdae juga mengoleksi lagu-lagunya Avenged Sevenfold, HAHAHAHAHA."

Jongin dan Sehun memasang wajah 'apaan-sih-nggak-jelas-amat' kearah Chanyeol yang tertawa sendirian.

"lagu-lagu Avenged Sevenfold itu bergenre rock, Chan! Tidak ada unsur konyolnya sama sekali. Kalau mau ngelawak yang lucu dikit, dong." Protes Jongin. Chanyeol manyun, dan kembali fokus menyetir.

"Luhan meneleponku!" Sehun tiba-tiba berseru heboh. Anak itu buru-buru mengangkat teleponnya begitu melihat ponselnya berdering dan tertera nama kontak 'Bubun Sayang' dilayar ponselnya.

"Ekhem, ekhem." Sehun berdehem, untuk mengatur intonasi suaranya. "Hello," test-nya dengan suara berat. Mirip om-om kejepit pintu hotel.

"Hello, babe." —kali ini dengan suara yang dibuat seseksi mungkin, kali ini malah lebih mirip orang yang lagi horny. Anak itu mengangguk sekilas, meyakini jika suaranya sudah oke untuk berbicara dengan Luhan.

Menarik nafas sejenak, Sehun mulai menempelkan ponselnya ditelinga. "Hallo?"

'Hallo, Sehun..'

Sehun menjeduk-jedukan kepalanya di dashboard begitu mendengar suara Luhan yang lembut-lembut menggoda iman. Chanyeol dan Jongin hanya bisa melirik kearah Sehun sejenak, mereka sudah terbiasa dengan kelakuan sinting Sehun. bukannya apa-apa, kasihan saja pada dashboard mobilnya.

'Kamu ada dimana?' tanya Luhan diseberang sana. Sehun bisa mendengar suara kucing mengeong didekat Luhan. ah, itu pasti kucing gendut yang sering berjalan angkuh disekitar kampus, milik Luhan yang menjadi saingan berat Sehun—karna kucing itu lebih disayang oleh Luhan. Sehun biasa memanggil kucing itu dengan sebutan Gembrot. Kucing ngeselin yang mukanya seolah-olah menunjukan 'Aku lebih beruntung dari kalian semua, karna bisa dielus-elus Luhan tiap hari.'

"Aku ada di…" Sehun bingung mau menjawab apa. jika Ia berkata jujur, maka Luhan akan bertanya siapa itu Yizi. Dan itu akan menjadi urusan yang panjang nantinya. "Perpustakaan."

"Cih, perpustakaan. kau mau dibilang jenius, begitu?" sahut Chanyeol, usil.

Jongin malah nyengir sinis, "Hai, Oh-kutubuku-Sehun yang senangnya bersemedi di perpustakaan. kenalin, aku Kim Jongin. mahasiswa yang juga suka bermukim diperpustakaan."

Sehun hanya memasang wajah mengejek kearah dua temannya yang usil-usil itu.

'Serius? tapi aku mendengar suara musik dan mesin mobil.'

Sehun gelagapan. "A-ah itu karna perpustakaannya dekat ruang TMO." Bohong Sehun.

'Setahuku perpustakaan ada di lantai tiga, dan disana tidak ada ruang Otomotif.'

Sehun kembali menjedukan kepalanya di dashboard. Kenapa berbohong ke orang yang kita sukai itu susah sekali sih? Andai Luhan ada didepannya, Sehun pasti akan merekrutnya sebagai polisi penyidik. Detail sekali bertanyanya. Tidak tahu Sehun sedang frustasi apa?

"I-ini.. aku, bukan di perpustakaan kampus." Elak Sehun, "Oh iya, ngomong-ngomong ada apa kau meneleponku? Kangen ya?" ucap Sehun cepat-cepat, kali ini lengkap dengan cengiran tengil ala Oh Sehun. sebelum Luhan kembali bertanya ini-itu lebih baik dia mengalihkan pembicaraan.

"Kau punya hutang mungkin padanya, makanya dia meneleponmu." Kali ini Jongin yang menyahut, diangguki Chanyeol.

"Alaah, sirik saja dua jomblo ngenes!" cibir Sehun bisik-bisik, tidak mau didengar Luhan.

'B—bukan! Apaan sih, Sehun! Katanya sore ini kamu mau jemput aku? Jadi nggak?'

Sehun senyum-senyum mendapati nada gugup Luhan. Aih, pasti wajah si cantik itu sedang memerah sekarang. "Jadi dong, beberapa menit lagi aku jemput kamu di taman dekat kampus. Tunggu saja disana, ya. Dandan yang cantik—eh tidak usah deh, kamu kan memang sudah cantik." Dimulailah gombalan menggelikan Sehun.

'Aku manly, tau! Jangan bilang aku cantik!'

"Iya, manis girly. Hehehe."

"Sehuuun!"

"Iya deh iya, yang manly." Sehun lebih mengalah, daripada harus kena amukan Luhan. padahal wajah Luhan tidak ada tampan-tampannya sama-sekali.

'Yasudah, nanti aku tunggu. Jangan telat!' Sehun bisa membayangkan wajah Luhan yang cemberut saat mengatakan itu. ududuh, dia jadi tidak sabar mau kencan dengan si manis itu nanti.

"Iya, gak bakal telat kok. Aku bakal datang dengan kecepatan supernya Flash. Kalau perlu aku terbang seperti Superman." Jawab Sehun, asal-asalan.

'Hahaha, yasudah aku tutup teleponnya. Bye, Sehun.'

"Bye, calon."

'Calon? Calon apa?' ternyata Luhan belum menutup sambungan teleponnya.

Sehun nyengir idiot, "Calon pacar. Hehehehe.."

Dan sambungan telepon langsung terputus saat itu juga. Sehun memandangi layar ponselnya dengan nelangsa. Serangkaian pikiran buruk berlomba-lomba menyusup keotaknya. Luhan tidak suka sama perkataannya barusan? Dia marah? Aduh, bagaimana jika Luhan akan membatalkan kencan pertama mereka? Dasar bodoh sekali dirinya yang keceplosan begitu. Sekarang Sehun harus menggigiti kukunya untuk meredam rasa paranoidnya yang tiba-tiba melonjak drastis.

padahal diseberang sana, Luhan tengah gugup luarbiasa mendengar ucapan terakhir Sehun.

"Ada apa dengan wajahmu? Luhan tidak suka kau bilang 'Calon pacar' ya?" goda Jongin seraya menoel-noel bahu Sehun dengan jahil.

"Kasian sekali temanku ini. Ucukucukucuk.. ayo beli permen sama Yeollie hyung, nanti hyung traktir ya, Sehunnie." Chanyeol sok prihatin dan mengelus-ngelus lengan Sehun dengan bibir monyong-monyong.

"Diam kalian, bajingan. Hiks."

"ASTAGA, KENAPA KAU MENANGIS, HUN?! HAHAHAHAHA."


Chanyeol memukul stirnya dengan sebal saat mereka mulai terjebak di kemacetan. Ada sebuah truk pengangkut kayu didepan sana yang berhenti mendadak karna ban-nya bocor, alhasil kemacetan pun terjadi. Dibelakang sana Jongin mendumel, dia sedang terburu-buru agar jalan-jalannya dengan Kyungsoo jangan sampai terlambat. Jika terlambat sedikit, maka tiga Pendekar Pedang alias kakak-kakaknya Kyungsoo akan melarangnya untuk JJS dengan adiknya. Ah sialan! Jongin akan mencekik Chanyeol jika itu terjadi.

Entah kenapa Chanyeol harus menjadi bahan cekikannya.

"Haaah, kenapa nasib sial suka sekali mengikuti kita?" Chanyeol menghela nafasnya cukup berlebihan.

Sehun yang masih pundung itu menjawab dengan gumaman malas, "Bukan nasib sial yang selalu mengikuti kita, tapi kita yang senang sekali mencari-cari kesialan."

"Aku tidak tau gimana jadinya kita kalau Yizi tidak bisa ditemukan." Ujar Jongin, menambah suasana suram didalam mobil hasil rampokan itu.

"Kita akan disangka penculik anak yang senang membunuh anak-anak demi mendapat organ dalamnya untuk dijual." Jawab Sehun.

"Atau disangka pedophile yang suka memperkosa anak-anak dibawah umur hingga tewas."

Ucapan Chanyeol membuat Sehun dan Jongin memandangnya dengan hidung kembang kempis, plus tatapan 'Kau-saja-yang-pedophile-jerapah!'

"Tapi memang ada benarnya juga sih kalau kita selalu mendapat nasib sial. Coba kalian ingat-ingat kesialan-kesialan yang menimpa kita?" tukas Jongin.

"Kita pernah nyaris membakar rumah karna mencoba memasak. Menipu Donghae yang berujung mobilku disita. Dikejar-kejar anjing herder milik tetangga sebelah sampai celana robek-robek kena gigitannya. Ditimpuk Bibi Jang pakai pot bunga karna mengira kita telah mengambil jemuran pakaian dalamnya. Ditampar Paman Jang karna kita dikira telah melecehkan Istri gendutnya." Jawab Sehun mengingat-ingat pengalaman 'suram' mereka. Seolah-olah pengalaman itu sudah tercantum dalam buku catatan hariannya.

Terlalu banyak pengalaman suram mereka. Bahkan pernah satu kali, mereka ingin berlibur ke Pantai Busan dengan menaiki Kereta. Ketiganya tertidur didalam kereta tidak tahu waktu, melewati stasiun-stasiun berikutnya, yang pada akhirnya mereka bukan mendarat di Busan, melainkan dikota yang mereka sendiri tidak tahu ada dimana. Saat itu, Jongin memaki-maki masinis kereta yang tidak membangunkan mereka. Bukannya mendapat permohonan maaf, masinis itu malah balik memaki-maki mereka bertiga dan menendang mereka keluar dari kereta. Dan, mau tahu apa kelanjutannya? Tiga anak yang terdampar dikota yang tidak dikenal itu tersesat disana dengan uang seadanya. Tidur di emperan, nyaris kena razia Satpol PP karna dikira gelandangan. Mau ngamen tapi suara mereka tidak seindah suara Bruno Mars. Mereka baru balik ke Seoul setelah seminggu kemudian dengan keadaan macam busung lapar. Tidak ada liburan menyenangkan melainkan liburan menyesatkan yang sial. Padahal mereka bertiga sudah membuat to do list sepanjang gerbong kereta saat sudah di Busan nanti.

Itu belum ada apa-apanya dibanding kejadian dua bulan lalu. Saat itu, mereka bertiga mengikuti ajakan kencan buta dari beberapa wanita yang tidak jelas asal-usulnya dari sosial media—ini usulan Jongin— wanita-wanita cantik itu mengundang ketiganya keacara pesta disebuah hotel. Chanyeol, Sehun maupun Jongin berdandan se-tampan mungkin untuk menghadiri pesta tersebut. Bahagia bukan main mendapati kenyataan sedikit lagi mereka akan melepas gelar 'Jomblo Ngenes' dan mendapat pacar cantik dan seksi. Tetapi apa yang mereka dapat setelah sampai di Hotel XX? Yang disana bukanlah segerombolan gadis seksi nan modis yang memiliki wajah bak Miss World, melainkan wanita-wanita dewasa beranjak tua yang haus belaian berondong-berondong. Ternyata foto di sosial media hanya tipuan belaka. Wanita-wanita beralis tebal macam ulat bulu hitam itu berbondong-bondong berusaha menyerang mereka. Berlomba-lomba memonyongkan bibir yang sudah dipoles lipstick merah tebal mengerikan itu kearah mereka dan berusaha menggapai-gapai keperjakaan mereka. Untungnya, Sehun, Chanyeol dan Jongin bisa selamat dan kabur dari sana.

Dengan baju sudah compang-camping macam gembel, tentunya. Plus cetakan bibir merah dikemeja dan pipi mereka.

Sehun, Chanyeol dan Jongin sontak bergidik ngeri membayangkan pengalaman suram itu.

"Itu bahkan lebih seram dibanding saat kita dijebak dipemakaman Cina saat jadi Maba dulu." Tukas Chanyeol.

"Ospek waktu itu juga seram. Bayangkan saja, perutku nyaris dikoyak oleh kumpulan zombie dipemakaman sana! Bayangkan itu!"

Sehun menjawab seruan heboh Jongin dengan decakan malas, "Itu hanya senior yang berdandan seperti zombie, bodoh!"

Dok! Dok! Dok!

Jongin nyaris mati berdiri saat kaca jendela disampingnya diketuk-ketuk tidak sabaran oleh orang diluar. Dia kaget, astaga. Mereka sedang membicarakan zombie soalnya. Diluar sana, ada seorang wanita yang sepertinya meminta Jongin untuk membukakan pintu mobil.

"Siapa dia? Pengamen?" tanya Sehun.

"Bukan, sepertinya. Wajahnya panik sekali. Bukakan saja, Jongin."

Jongin menggeleng kuat-kuat, "Tidak! Bagaimana jika dia adalah perampok?!"

"Apa yang mau dirampok dari kita? Uang tidak ada, mobil juga hasil curian—ah tidak, mobil ini hasil pinjaman." Ucap Sehun.

"Jong, buka saja! Kasihan dia, lihat wajahnya! Dia sepertinya ingin meminta tolong. Kau tidak boleh paranoid terus ah." Suruh Chanyeol, yang memang suka tidak tega pada wanita-wanita.

Akhirnya, Jongin menuruti perintah Chanyeol dan membukakan pintu mobilnya untuk wanita itu. Wanita itu segera masuk dan duduk disebelah Jongin dengan keringat sudah membanjiri wajah dan bajunya yang agak tipis.

"Pak, bawa aku ke Rumah Sakit! Cepat!" ujar wanita itu dengan nafas putus-putus.

Chanyeol, Jongin dan Sehun membulatkan mata mereka begitu melihat wanita itu yang sepertinya kesusahan untuk berbicara. Tidak, bukan itu yang jadi masalah! Yang jadi permasalahan disini adalah… wanita itu sedang Hamil. Besar. Dan sepertinya akan melahirkan.

Wait!

Melahirkan?

MELAHIRKAN?!

"PERUTMU!" Jongin berteriak heboh melihat wanita disampingnya memiliki perut sebesar bola basket. Oh, mungkin si idiot yang satu ini lupa jika seorang wanita bisa memiliki perut sebesar itu yang dalamnya adalah calon manusia baru. Jongin sontak duduk menjauh, hingga dirinya memepet pada pintu mobil. Ekspresi menunjukan jika Ia benar-benar harus menjauhi wanita hamil disampingnya.

"Ta-ta-tapi ini bukan taxi, nunna!" Sehun ikut-ikut panik melihat wanita hamil diantara mereka. Mentang-mentang mobil ini berwarna biru dan motif burung-burung, jangan kira mobil ini taxi bluebird!

"Aku tidak peduli! Siapapun kalian, kumohon bawa aku ke Rumah Sakit terdekat. Aku sudah tidak tahan. Ini menyakitkan sekali!" Wanita itu meraih tangan Jongin dan mencengkeramnya kuat-kuat, sontak hal itu membuat Jongin tambah berteriak-teriak panik. Astaganaga, kenapa harus ada masalah baru lagi?!

Chanyeol tergagap bukan main, "TA-TA-TAPI—"

"APA KALIAN TIDAK MAU MEMBANTU SEORANG CALON IBU?! TEGA SEKALI KALIAN!"

Chanyeol buru-buru memegang kemudi stirnya dan duduk tegap. "Ba-ba-baiklah, kami akan membawamu ke Rumah Sakit. Tapi tunggu kemacetannya mereda. Tunggu sebentar lagi, oke?" ujarnya dengan keringat sebesar biji jagung didahinya. Dia rasanya ingin pulang dan memeluk Ibunya dirumah.

Sementara itu Sehun memandang ngeri pada perut wanita yang duduk disebelah Jongin. dengan perut sebesar itu… apa tidak meletus?

"Cepatlah!" Wanita itu semakin kencang mencengkeram tangan Jongin seraya berusaha bernafas dengan benar. Jongin sendiri jadi ikut panik melihatnya. wanita itu terlihat kesakitan sekali. Dimana suaminya saat seperti ini? Mengapa istrinya yang tengah hamil tua dibiarkan jalan-jalan di jalan raya dan mengemis pada orang-orang untuk membawanya ke Rumah Sakit? Jongin bersumpah jika Ia sudah menikah nanti dengan Kyungsoo, dia akan menjaga Kyungsoo yang tengah hamil setiap saat—tunggu! Memangnya Kyungsoo bisa hamil? Ah persetan! Apa salahnya Jongin berkhayal.

"Nunna, dimana Suamimu disaat kau seperti ini?" tanya Jongin. wanita disampingnya terlihat masih sangat muda. Mungkin usianya baru 27-tahunan.

Wanita itu menggeleng dan… mulai menangis.

Oh, great, Jongin. Kau menambah masalah baru!

"Su-suamiku… aku tidak tahu. Dia pergi saat aku bilang aku hamil, dan usia kehamilanku sudah dua bulan. Dia pergi begitu saja! H—hiks.. sudah kuduga dia memang tidak mau menerima kehamilanku ini!" Wanita itu semakin kencang menangis diselingi desis-desis kesakitan. Kali ini, dia bahkan memeluk Jongin.

"Jongin, bodoh! Idiot! Makhluk hitam tidak guna! Kau malah membuatnya menangis. Aaaah, dasar bison afrika!" maki Sehun melemparkan kaleng bekas kewajah Jongin. kesal sekali sepertinya anak itu.

Sementara itu, Chanyeol mulai menyetir kembali saat kemacetan sudah reda. Tangannya gemetar saat mengemudi. Mungkin karna ada wanita hamil yang saat ini dibelakangnya. Dia jadi tidak fokus.

Jongin sendiri tidak tahu harus bagaimana. Hidungnya nyut-nyutan karna terkena kaleng lemparan Sehun. kalau saja tidak ada wanita hamil tua dipelukannya, dia pasti akan menggulingkan Sehun kejalan raya sana. Anak berkulit tan itu menepuk-nepuk kepala wanita itu dengan kaku, mencoba menghibur orang yang sedih adalah kebaikan, oke?

"S-sudahlah, jangan menangis. Lelaki seperti itu jangan ditangisi. Dia tidak berguna. Lelaki yang mau-nya hanya enaknya saja, giliran mendapat kabar kehamilan dia malah pergi. Itu namanya bajingan yang tidak bertanggung jawab. Nunna, kau harus kuat untuk anakmu! Ayo, jangan menangis lagi! Kami akan membantumu hingga persalinanmu selesai." Jongin yang bijak kembali hadir.

"Y-ya, kau benar. Aku tidak boleh menangis karna lelaki itu. T-terimakasih." Wanita itu mengusap airmatanya dilengan baju Jongin, membuat Jongin memandangi bagian sana dengan miris. Sial, kemeja barunya! Padahal kemeja ini baru lunas dan mau dia pakai buat JJS dengan Kyungsoo nanti.

"AAKH, PERUTKUU! BISAKAH KAU CEPAT SEDIKIT? KEPALA ANAKKU RASANYA SUDAH MAU KELUAR!"

Dan Chanyeol menancap gas sekencang-kencangnya layaknya Dom Toretto di FnF, daripada harus melihat wanita melahirkan secara langsung didepan matanya. Itu lebih mengerikan dibanding dikejar-kejar tante-tante haus belaian.

Mobil VW Kodok itu pun melesat kencang layaknya Bugatti.


Luhan baru saja sampai ditaman dekat kampusnya. Dia segera duduk dikursi panjang yang ada disana. Masih banyak mahasiwa-mahasiswa yang berlalu-lalang disekitar sini, tapi tidak ada satupun diantara mahasiswa-mahasiswa berwajah lelah belajar itu ada Sehun. tidak ada wajah datar si albino itu dimana-mana. Luhan merengut, dan melihat kearah arloji yang melingkar cantik dipergelangan tangannya.

16:23 PM.

Sabar Luhan, sabar. Sehun hanya baru telat tiga menit. Bukan tiga abad.

Pemuda manis itu melirik sengit kearah pohon besar yang dibaliknya ada dua orang yang diam-diam menguntitnya. Memangnya Luhan tidak tahu kalau disana ada Nickhun dan Taecyeon. Dasar dua pengawal menyebalkan itu! Sudah Luhan larang beribu kali untuk mengikutinya kemana-mana, tetapi tetap saja mereka kepala batu. Salah Baba-nya juga yang masih memperlakukannya seperti Little Princess, jadi Luhan harus selalu dikawal oleh dua bodyguard itu. padahal tidak dijaga sekalipun Luhan tidak akan diperkosa ramai-ramai oleh anak SMA haus bokong.

"Uhuhuhu… Appa Yeol, Jong Appa, Daddy Hun.."

Luhan mengalihkan pandangannya dari pohon besar, untuk melihat seorang anak kecil yang berjalan didepannya seraya menangis. Anak itu memakai hoodie gambar Mickey Mouse kebesaran, celana kain selutut, dan ada sebotol susu ditangannya. Anak lelaki yang berkisar tiga tahunan itu menangis dan sesekali tangannya mengusap airmata dan lelehan dari hidungnya.

Luhan tidak tega melihatnya. dimana orangtuanya? Kenapa anaknya dibiarkan berkeliaran sendirian ditaman? Kejam sekali!

Luhan dengan insting keibuan—coret, keayahan— menghampiri anak itu yang menoleh kesana-kemari—sepertinya mencari orangtuanya.

"Hei," tepat saat Luhan menghampiri anak itu, pemuda lain juga ikut menghampirinya. Luhan menoleh kearahnya, mendapati sesosok lelaki mungil dengan mata burung-hantu juga ikut memandangnya. Luhan seperti pernah melihatnya.

"Kau kakaknya anak ini?" tanya Luhan.

Pemuda itu menggeleng kecil, "Bukan. Daritadi aku melihatnya menangis, makanya aku ingin menghampirinya. Aku kasihan melihatnya berjalan mengitari taman sendirian."

Luhan mengangguk-angguk, "Aku seperti pernah melihatmu."

Hei, ini bukan waktunya untuk berkenalan, Luhan-_-

"Aku Do Kyungsoo, mahasiswa dari Sastra Inggris. Kamu pasti Luhan, si anak dekan." Pemuda yang ternyata Kyungsoo itu menjawab dengan senyuman ramah. Luhan langsung senang melihatnya. Wah, akan jadi teman baru yang menyenangkan sepertinya.

"Iya. Salam kenal, Kyungsoo!" balas Luhan dengan ceria. Dia selalu suka saat berkenalan dengan orang lain.

"Appa…"

Perhatian kedua lelaki manis itu segera fokus ke anak kecil yang ada didepannya. Anak itu masih menangis dengan ujung hidungnya yang memerah.

"Hei, kenapa menangis?" Luhan bertanya seraya berjongkok didepan anak kecil itu dengan wajah prihatin. Anak itu tidak menghindar melihatnya, melainkan menjawab pertanyaanya. Tidak seperti anak lain yang biasanya takut saat melihat orang asing.

"AppaDaddy.."

"Kau mencari Appa-mu?" kali ini Kyungsoo yang bertanya. Anak kecil itu mengangguk seraya menyerot kembali lelehan dihidungnya yang nyaris mengalir ke bibirnya.

"Baiklah, aku akan membantumu mencari Appa-mu. Kau ikut 'kan Kyungsoo?" tanya Luhan.

Kyungsoo mendengung sesaat, tampak ragu-ragu. "Aku sebenarnya sedang menunggu Jongin disini," gumamnya dengan polos. "Tapi, aku akan ikut denganmu untuk mencari Ayah anak ini. Jongin bisa menungguku nanti." Lanjutnya dengan senyum kecil.

Luhan mengangguk riang. "Baiklah, ayo kita cari Appa-mu!" Luhan menggenggam tangan kanan anak itu, sementara Kyungsoo menggenggam tangan kirinya. Oh, baik hati sekali dua makhluk manis ini.

"Ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Palk Yici."jawab anak itu dengan aksen cadel yang khas.

"Hah? Yici?"

"Yi-ci. Yi-zzci."

Luhan dan Kyungsoo sontak tertawa mendengar anak itu berusaha menyebut namanya dengan benar. Menggemaskan sekali.

"Yizi?" ulang Luhan. Dan anak berambut hitam itu mengangguk-angguk. "Oke, Yizi. Darimana kita harus memulai untuk mencari Appa-mu?"

"ARGGHH! MENGEMUDILAH DENGAN CEPAT CHAN!"

Sehun terbahak-bahak melihat Jongin dibelakang sana teriak-teriak karna rambutnya sedang dijambaki anarkis oleh wanita hamil disampingnya. Wajahnya konyol sekali. Sayang jika Sehun tidak abadikan dalam galeri fotonya. Lalu, anak albino songong itu mengarahkan kamera ponselnya kewajah Jongin yang sedang menderita itu.

"Jongin, Kimchi~!" cengir Sehun.

Jongin langsung mengamuk, "KIMCHI LUBANG HIDUNGMU! AKU SEDANG MENDERITA, IDIOT! APA-APA UPLOAD INSTAGRAM, DASAR KUTIL BISOOOOON!"

Sehun semakin terbahak. Oh, senangnya dalam hati kalau melihat teman seperjuang menderita dibawah jambakan ibu-ibu hamil.

"INI AKU SUDAH CEPAT SEPERTI DOM TORETTO! SABARLAH! DIKIT LAGI SAMPAI DI RUMAH SAKIT." Chanyeol ikut-ikut teriak dengan keringat sebesar bola pingpong berlomba-lomba jatuh dari dahinya. Jadilah didalam mobil VW Kodok biru cerah itu penuh dengan teriak-teriakan. Belum lagi teriakan si Ibu hamil yang menambah kisruh mobil itu.

"AAKH, PERUTKU!" Wanita itu mengerang sejadi-jadinya. Tangannya yang satu masih sibuk menjambaki rambut hitam Jongin, dan yang satunya lagi mencengkeram kursi yang didudukinya.

"RAMBUTKUUUU!"

Chanyeol pusing tujuh keliling. Serius.

"Sehun, jangan main ponsel saja, idiot! Bantu Ibu itu melahirkan!" suruh Chanyeol.

"Lah?" Sehun bingung untuk beberapa saat. "Bagaimana caranya? Masa iya aku jongkok didepan kedua kakinya lalu berperan jadi Bidan dadakan?" Chanyeol itu spesies paling idiot sepanjang masa, menurut Sehun. dirinya mana bisa membantu orang yang mau melahirkan. Memegang kompor saja langsung meleduk. Masa iya, nanti perut Ibu itu ikut-ikutan meleduk karna Sehun yang memegangnya?

Kan ngeri.

"Itu cerdas! Setidaknya bantu dia mengatur nafasnya." Lanjut Chanyeol.

Kali ini Sehun yang terjangkit pusing tujuh keliling. Haaah, aspirin mana aspirin?

Sehun menengok kebelakang, dia menarik nafasnya sesaat. Lalu memejamkan matanya untuk beberapa detik. Oke, dia sudah mendapat pencerahan dari Dewa Neptunus.

"Nunna, dengarkan aku baik-baik, oke?"

"AKU SEDANG KESAKITAN DAN KAU MAU AKU MENDENGARKANMU? DIMANA OTAKMU?! DI DENGKUL?"

Sehun nyaris jantungan. Gila, dia baru saja dibentak oleh wanita hamil. Ternyata wanita yang mau melahirkan itu lebih buas daripada wanita yang sedang menstruasi.

"Nunna, kendalikan tubuhmu nanti anakmu yang didalam sana tidak keluar-keluar." Ceplos Sehun dengan polos. "Ayo, dengarkan aku! Tenangkan dirimu sejenak, ayo tenangkan! Tidak tenang, barbel melayang." perintahnya dengan paksa.

Sehun, kau itu lebih pantas menjadi psikiater gila daripada menjadi Bidan penenang.

"Tarik nafas… ya, bagus." Ujar Sehun melihat wanita hamil didepannya mulai menuruti kata-katanya.

Satu detik.

Lima detik.

Dua puluh detik.

.

.

Hening.

.

"Suruh dia buang nafas, bego! Kau mau dia mati, apa?!" Chanyeol meradang marah. Mumet dia punya teman se-blo'on Oh Sehun.

Sehun menepuk dahinya, "Oh, iya. Aku lupa." Pantas saja wanita itu terlihat pucat, Sehun belum memberi aba-aba buang nafas sih. Dasar sinting!

"Sekarang hembuskan nafasmu dengan pelan-pelan. Yap, seperti itu! Bagus, bagus." Ujar Sehun, menghayati perannya menjadi Bidan dadakan. "Lakukan itu berulang-ulang, oke?"

"Sehun, bisa suruh dia melepaskan jambakannya? Aku merasa rambutku akan rontok dan menjadi botak seperti Prof. Lee." Tukas Jongin masih dengan posisi miring terkena jambakannya.

"Tidak, Jong. Itu cara wanita yang mau melahirkan untuk melampiaskan rasa sakitnya. Tahan saja, kau tidak botak seperti calon Kakak iparmu kok."

"Kris, maksudmu?"

"Iya. Siapa lagi yang botak dikampus selain dia dan Prof. Lee."

"Trims, Hun. Dia memang calon kakak iparku. Hehehe."

Masih sempat-sempatnya nyengir dia -_-

"AKHIRNYA, KITA SAMPAI DI RUMAH SAKIT!" Chanyeol berseru girang, yang dibalas tepuk tangan heboh oleh dua teman seperjuangannya. Chanyeol memakirkan mobil Kodok milik Jongdae, dan mereka bertiga segera keluar dari mobil itu dengan perasaan lega luar biasa. Akhirnya mereka bisa menghirup udara segar. Nah, sekarang tinggal masuk kedalam Rumah Sakit.

Eh.

Tunggu!

Seperti ada yang… kelupaan.

"KENAPA KALIAN MENINGGALKAN WANITA YANG MAU MELAHIRKAN DIDALAM MOBIL?! OTAK KALIAN DIPUNGGUNG YA?!"

Nah, kan.

Tiga pemuda jangkung itu buru-buru kembali ke mobil. Sebelumnya melakukan 'hompimpah-alaihum-gambreng' untuk siapa yang menggendong wanita hamil tua itu sampai ke dalam RS. Dan yang kalah adalah… Chanyeol. pemuda bertelinga peri itu segera menggendong wanita hamil itu dan membawanya menuju RS dengan berlari-lari. Bukannya apa-apa, dia takut ada seekor makhluk mungil yang disebut bayi keluar didepan matanya.

"YAK! JANGAN LARI-LARI! KAU MAU PERUTKU MELETUS YA?!"

.

Astaga. Bantu Chanyeol, Dewa..

.

Sementara dibelakang sana, Sehun dan Jongin mengikuti Chanyeol dari belakang. Tetapi Sehun segera menghentikan langkahnya mendadak. Begitu suara menggoda Luhan terngiang diotaknya.

"Yasudah aku tunggu. Jangan telat!"

"Chaaaaan, mana kunci mobilku?!" teriak Sehun tidak tahu situasi kondisi. Kakek-kakek yang sedang sakit gigi disana memelototinya dengan sengit. Persetan! Luhan jauh lebih penting dari gigi bengkak si Kakek itu.

Chanyeol sontak membalikan badannya dengan cepat, membuat wanita hamil digendongnya nyaris terpental jatuh. "Ambil disaku celanaku! Kau mau kemana?"

Sehun merogoh saku celana Chanyeol. "Aku mau menemui Luhan. Sebentar saja, aku janji! Dia menungguku di taman soalnya. Aku tidak mau kencanku batal."

"Baiklah. Jangan lama-lama. Kita harus mencari Yizi setelah ini."

Sehun mengangguk cepat, nyaris kepalanya putus saking cepat anggukannya. "Terimakasih, Chan. Kau memang best bro-ku, muahmuahmuah~!"

Chanyeol butuh kamar mandi untuk muntah, plis.

"Aku juga mau menemui Kyungsoo." Jongin nyaris menangis saat mengatakan itu. orang-orang didalam Rumah Sakit memandang ketiganya dengan 'Hei para humu, pikirkan wanita hamil yang sedang meringis-ringis digendongan teman kalian!'

"Tidak. Jongin. Tidak!" tekan Chanyeol. "Temani aku disini dulu. Nanti setelah Sehun kembali, baru kau yang pergi."

"CHANYEOL JAHAAAAT!"

"Najis, Jongin. Najis."


"Blacky kesayanganku," Sehun memeluk dan mencium singkat mobil Audi hitam yang terparkir sendirian diujung parkiran. Oh, akhirnya mereka disatukan kembali. Anak albino itu segera masuk kedalamnya, dan menancap gas sekencang-kencangnya untuk menjemput calon kekasihnya.

Ngarep sekali anak ini. Belum tentu Luhan mau menjadi kekasihnya nanti.

Sehun tiba di Taman dekat kampusnya tepat jam 16:32 PM. Sial, dia telat dua-belas menit. Luhan pasti akan marah-marah padanya. Persetan! Bagaimanapun ekspresi Luhan, Sehun tetap suka.

Sehun turun dari mobilnya dan mulai mencari sang pujaan hati diantara jutaan orang-orang yang ada di Taman—bercanda.

"Dimana My honey bunny sweety deer Bunbun?" gumam Sehun, seraya mengitari Taman. Banyak orang pacaran disini, dan itu semakin membuatnya keki. Apa orang pacaran harus selalu mengumbar kemesraan didepan seorang jomblo ngenes seperti dirinya? Sehun bom baru tahu rasa mereka!

Dan Sehun menemukan Si pujaan hati sedang duduk ditengah-tengah taman sendirian. Sehun meloncat girang sesaat, lalu menghampiri Luhan yang sangat bersinar diantara orang-orang yang ada di Taman ini. Memang, kalau orang sedang jatuh cinta, dimanapun orang yang dicintainya berada, dia pasti bisa menemukannya dengan cepat.

Uhuk.

"Hai, Lu." Sehun menyapa Luhan dengan senyum malu-malu serigalanya. Aih, sore ini Luhan makin terlihat cantik saja dengan sweatter soft blue-nya. Dia unyu dan manis sekali.

.

Sehun gemes, mamamialezatos.

.

Luhan tersenyum dan balas menyapa, "Akhirnya kau datang juga." —ada nada sinis disana, walau wajahnya masih semanis gula aren.

"Maaf ya, sudah membuatmu menunggu."

"Tidak apa-apa. Aku suka kok menunggu. Ayahku juga suka menunggu. Ibuku juga suka menunggu. Oh! Nenekku juga suka menunggu. Dan Kucingku! Kucingku paling suka yang namanya menunggu."

Sehun hanya 'haha-hehe' canggung. 'Pedes juga Luhan mulutnya' —pikirnya dalam hati. Tidak sengaja Sehun melihat ada botol susu disamping tempat duduk Luhan. botol susu yang familier. Gambarnya Spiderman. Sehun seperti kenal botol susu itu.

"Itu punya siapa?" tanya Sehun. tidak mungkin Luhan masih menggunakan botol susu buat meminum susu 'kan?

"Oh ini, ini punya anak kecil yang tadi tersesat disini. Temanku sedang membawanya ke Supermarket untuk membelikannya eskrim dan makanan. Kasihan anak itu. dia kehilangan Ayahnya." Luhan berujar dengan nada sedih dan prihatin. "Lihat saja nanti, jika aku ketemu dengan Ayah anak itu. aku akan menendang hidungnya dan memaki-makinya. Tega sekali telah meninggalkan anaknya sendirian disini."

Sehun mengangguk-angguk, sok peduli. "Ya, kau tendang saja Ayahnya nanti."

"Jadi, kenapa kau telat?"

Sehun mengusap lehernya sesaat, "Ehm, anu…"

"Ada apa dengan anu-mu?" tanya Luhan dengan ambigu. Mana bertanyanya dengan wajah polos-polos minta diperawanin lagi. Jangan sampai Sehun ereksi karna hal spele begini.

"I-itu, tadi aku ke Rumah Sakit."

"Siapa yang sakit? Kamu?"

Sehun menggeleng. Nyengir tengil didalam hati saat melihat wajah khawatir Luhan. Dududuh, Sehun makin sayang sama Luhan kalau begini caranya.

"Ada yang mau melahirkan—"

"Siapa? Kekasihmu?" tanya Luhan dengan mata membola. "Jangan-jangan kau sudah punya… istri?" wajah Luhan memucat. Bayangan Sehun yang sedang menggendong bayi dengan senyuman dewasa dan wanita cantik disebelahnya, sungguh mengganggu pikiran Luhan. rasanya dia ingin menusuk Sehun saat ini juga.

Sehun menggeleng cepat. "Bukan! Mana mungkin aku sudah punya istri. 'kan calon istriku, sedang ada didepanku." Cengirnya dengan alis naik-turun.

Luhan nyaris mencabut tiang listrik didepan dan menggetok kepala Sehun dengan itu, karna berhasil membuatnya mendadak gugup. "A-a-apasih!"

Sehun senang bukan main melihat Luhan gugup karna gombalan murahannya. Cubit sedikit pipinya, tidak apa-apa 'kan? Tapi, saat tangan Sehun ingin mencubit pipi menggemaskan Luhan, ponsel disaku celananya bergetar tidak sabaran.

Triple kampret!

"Sebentar ya, Lu." Sehun dengan tidak enak hati berjalan menjauhi Luhan beberapa langkah untuk mengangkat teleponnya. Nama Park-Rese-Chanyeol tertera dilayar ponselnya. Oh, seharusnya Sehun tahu bison ngeselin mana yang mengganggu acara berduaannya dengan Luhan. kalau tidak Chanyeol, ya pasti Jongin.

"ALBINO, CEPAT KEMARI !JANGAN PACARAN SAJA PIKIRANMU! KAU JANJI HANYA SEBENTAR. CEPAT BALIK KE RUMAH SAKIT! GAK BALIK BARBEL MELAYANG."

Wanjay.

Sehun bisa budek mendadak kalau begini caranya.

"Aku baru saja sampai di taman. Sebentar lagi, plisplisplis."

'KAU PILIH CALON KEKASIHMU YANG BELUM TENTU MAU DENGANMU, ATAU SAHABAT SEPERJUANGANMU SEJAK KITA MEMAKAI POPOK?'

Anjir. Kenapa pula harus ada dua pilihan begini? Sehun 'kan jadi dilema. Disatu sisi ada Luhan yang menunggunya dan disisi lain ada dua temannya yang membutuhkan kehadirannya. Bisa tidak Sehun memilih pilihan cadangan? Seperti menginap dirumah Miranda Kerr misalnya?

"Kau mau pergi lagi?" tanya Luhan yang tiba-tiba ada disampingnya. Sehun mengurut dadanya, kaget. Dia mengulas senyuman kikuk kearah Luhan yang mendadak menjelma seperti seorang Istri posessif yang tidak mau suaminya menjauh darinya, walau seinchi pun.

"Y-ya, teman-temanku membutuhkanku."

Luhan menekuk wajahnya, cemberut. Sehun yang melihat itu cepat-cepat melarang tangannya agar tidak merayap ke wajah Luhan dan menciumnya dengan ganas. Mungkin cuma Luhan didunia ini yang kalau sedang marah, wajahnya tetap menggemaskan. Cuma Luhan.

"Aku janji akan kesini lagi nanti. Kau bisa pegang janjiku!" Sehun meraih tangan Luhan dengan kedua tangannya, dan entah sadar atau tidak dia mengecupi tangan Luhan berkali-kali. Habis sudah punggung tangan Luhan penuh dengan liur Sehun.

"Sampai ketemu nanti, calon! Jangan kemana-mana!" teriak Sehun sambil berlari menuju mobilnya. Dia berdadah-dadah ria. Luhan menahan tawanya saat kepala Sehun terjeduk tiang listrik karna sibuk melempar kissbye kearahnya. Tapi anak albino itu tetap nyengir kearahnya dan mengacungkan ibu jarinya—tanda dia tidak apa-apa. padahal beberapa detik lagi benjolan berwarna merah pasti akan timbul didahinya.

"Dasar Sehun!" gumam Luhan dengan wajah semerah lipstick Dosen Tata Busana dikampusnya. Dia memandangi tangannya yang baru saja dikecupi Sehun, lalu tertawa-tawa kecil.

Astaga, jantung. Bisa kalem dikit tidak?

"Siapa diantara kalian suami dari Kang Soyou?"

Chanyeol, Jongin dan Sehun saling menunjuk satu sama lain didepan seorang Dokter spesialis Ibu-Anak itu. tak ayal hal itu membuat si Dokter memandang ketiganya dengan pandangan bingung dan aneh.

"Saya tanya sekali lagi. Siapa diantara kalian suami dari wanita yang ingin melahirkan didalam sana?"

"Dia!" —Chanyeol menunjuk Sehun.

"Dia." —Sehun menunjuk Jongin.

"Dia!"—Jongin menunjuk Chanyeol.

Bagus.

Si Dokter bertambah jengkel karna mereka. "Ayolah, ini bukan waktunya untuk bercanda, bapak-bapak sekalian."

"KAMI BUKAN BAPAK-BAPAK!"

Dokter yang bername-tag Lee Jinki itu menggeram. "Terserah. Wanita didalam sana membutuhkan suaminya. Cepat, siapapun diantara kalian yang menjadi suaminya, ikut saya kedalam."

Dan terjadilah aksi dorong-mendorong antara tiga jerapah afrika itu didepan ruang bersalin. Sehun yang sepertinya tidak disayang oleh Dewi Fortuna itu terdorong kedalam. Dokter Lee langsung menarik tangannya untuk masuk kedalam.

"T-T-TUNGGU! AKU BUKAN SUAMINYA! AKU BELUM MENIKAH! JANGAN SERET AKU KEDALAM!"

Chanyeol dan Jongin memasang wajah sok prihatin seraya berdadah-dadah ria kearah Sehun yang diseret paksa oleh Dokter Lee. Setelah itu, yang didengar oleh Chanyeol dan Jongin adalah teriakan Sehun yang berlomba-lomba dengan teriakan wanita yang sedang melahirkan.

"AAAAAAA APA ITU DISELANGKANGANMUU?!"

"BAPAK INI BISA DIAM ATAU TIDAK? ITU KEPALA ANAK ANDA, PAK!"

"K-K-K-KELAPA?"

"KEPALA, PAK. KEPALA."

"MASA BODOH! AKU MAU KELUAR DARI SINI! AKU TIDAK MAU MELIHAT LIVE SEORANG MANUSIA BARU KELUAR DARI ASALNYA—YA AMPUN, YA AMPUN! APA ITUUU?!"

"Istrinya yang melahirkan, kok suaminya yang rempong?"

"Iya sist, ganteng-ganteng tapi bloon. Masa kepala bayi aja nggak tau."

"AYO, BU. TARIK NAFAS LAGI—BAGUS, LALU KELUARKAN. YA, YA, SEDIKIT LAGI. IBU PASTI BISA!"

"EERRGGHH!"

.

BRUGK!

.

.

"YA AMPUN. KENAPA BAPAKNYA MALAH PINGSAN?!"

Siapa yang melahirkan, siapa yang malah pingsan.

.

.

"Aku akan menemui Kyungsoo dulu. Habis itu aku akan balik lagi kesini. Setelah persalinan selesai baru kita mencari Yizi." Ujar Jongin dengan kunci mobil ditangannya. Dia menahan tawanya habis-habisan mendengar kekacauan didalam ruang persalinan sana. Mampus saja si Oh Sehun itu, setelah ini dia pasti tidak akan bisa makan dan melawan pada Ibunya lagi.

Chanyeol mengangguk, "Ya, sana-sana! Aku mengantuk, aku akan tidur disini dulu sebentar." Dan pemuda jangkung itu membaringkan tubuhnya diatas ranjang dorong yang kebetulan ada didekatnya. "Aaah, ini nyaman sekali." Desahnya seraya menaikan selimut putih yang sudah tersedia keseluruh tubuhnya. berasa dirumah sendiri.

Tiga detik sesudahnya, Chanyeol langsung tertidur pulas. Bermimpi main kejar-kejaran dengan Baekhyun di taman rumput depan Taj Mahal, dengan dirinya yang memakai baju khas lelaki India dan Baekhyun memakai kain Sari (baju yang biasa digunakan wanita India). Oh, tidak lupa lagu Kuch Kuch Hota Hai menjadi backsound dalam mimpinya.

Chanyeol Khan feat Baekhyun Devgan.

Perfect.

Jongin menengok kesana-kemari mencari keberadaan makhluk unyu bermata bulat bernama Do Kyungsoo didepan gerbang kampusnya. Tetapi tidak ada. Dimana Kyungsoo? apa jangan-jangan tiga Pendekar Pedang yang menjabat sebagai Kakaknya tidak mengizinkannya? Atau yang lebih parah… Kyungsoo sudah diculik oleh om-om gendut pedofil?

Jongin merasa kadar keparanoidannya semakin menanjak setiap hari.

Anak yang mengaku-ngaku kulitnya seksi itu menanyai setiap mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu-lalang didepannya. Pasalnya ini sudah nyaris jam lima sore, tidak mungkin Kyungsoo membatalkan acara jalan-jalan mereka 'kan?

"Hei, apa kau melihat calon masa depanku disini? Tubuhnya mungil, matanya macam pororo, bibirnya menggoda iman, dan kulitnya seputih salju. Lihat tidak?"

Mahasiswa yang bernama Jackson itu memandang Jongin dengan tatapan 'are you waras, bruh?' "Aku tidak lihat masa depanmu. Aku bukan peramal soalnya."

"Yang kumaksud itu seseorang, bukan masa depan beneran! Ah, kugetok juga kepala pirangmu itu!" Jongin gondok. Mahasiswa yang bernama Jackson itu melenggang pergi dengan mulut berkomat-kamit, menggerutu.

Kali ini Jongin menghadang seorang mahasiswi yang sering mengatainya sebagai cucu dari Jiraiya, siapa lagi kalau bukan Yeri. Junior songong yang sering mengatainya dengan macam-macam julukan. Beruang mesum, Muka kriminal, Negroid Korea, Pinokio gagal, Jomblo laknat—dan masih banyak lainnya yang Jongin tidak mau sebutkan, karna itu aib dirinya sendiri. Kadang Jongin merasa Yeri adalah adik Sehun yang hilang—karna bibir keduanya sama-sama berbisa—tetapi Sehun membantah kalau adiknya tidak ada yang hilang.

"Hei, Yeri. Lihat masa depanku tidak?" tanya Jongin.

Gadis berwajah jutek itu menjawab asal-asalan, "Ya, aku melihatnya. Suram sekali, sunbae. Sumpah."

"Bukan masa depan yang sebenarnya!" Jongin nyaris manjat gerbang saat itu juga. "Maksudku, Kyungsoo. kau melihatnya, tidak?"

"Belum tentu Kyungsoo sunbae mau jadi masa depanmu. Nyadar diri dong, sunbae!"

Tuh, kan.

Jongin mengucapkan mantra-mantra penyabar diri dalam hati. Dia harus ingat jika didepannya ini adalah seorang wanita, kalau tidak—mungkin Yeri sudah tergantung dipohon beringin daritadi. "Aku sedang tidak ingin menggulingkan orang hari ini. Jawab saja pertanyaanku."

"Gitu saja kesal, seperti gadis yang sedang PMS saja." Gerutu Yeri. "Tadi aku sempat melihatnya di taman sana bersama Luhan sunbae dan seorang anak kecil. Sehabis itu aku tidak melihatnya lagi."

"Kyungsoo bareng sama Luhan?" gumam Jongin. Sehun habis menemui Luhan, tetapi anak itu tidak mengatakan apa-apa padanya. Setidaknya Sehun harus memberitahunya tadi. Dasar albino cadel itu!

"Dan yang aku lihat sekarang adalah mereka." Yeri menunjuk kesebuah arah, dimana disana ada Kris dan Yongguk sedang berjalan kearah mereka dengan aura-aura gelap yang membuat rumput-rumput disekitar layu seketika. Tanah yang dipijakinya pun berubah menjadi beku. Dan angin-angin tidak enak mulai berhembus dari arah selatan disertai gemuruh petir diatas sana.

Kenapa kesannya jadi seperti film Horror?

"Mampus aku!" wajah Jongin memucat. Dia hendak bersembunyi dibelakang tubuh Yeri—walau mustahil, karna tubuh Jongin yang sebongsor beruang dewasa— tetapi Yeri dengan entengnya melenggang pergi dengan senyuman polos (menyimpan makna iblis) kearah Jongin.

"Bye-bye, sunbae! Selamat menikmati masa depanmu!" seru Yeri. Senang sekali anak itu melihat wajah pucat Jongin.

"Hei, Black Kim. Dimana adik kami?"

Sapaan yang bagus sekali, Kakak Ipar, Do Yongguk.

Jempol kaki Jongin gemetaran melihat wajah sangar dua calon kakak ipar didepannya. "A-aku tidak tahu…"

"Tidak tahu?" ulang Yongguk. Seketika aura-nya lebih gelap daritadi. Jongin bertambah pucat. Please, itu kenapa wajah Yongguk mirip dengan Voldemort jika sedang murka? 'kan Jongin bertambah takut.

"TIDAK TAHU, KATAMU?!"

Yassalam.

Jongin nyaris pipis dicelana saat itu juga.

"Kyungsoo bilang dia ingin bertemu denganmu sore ini. Dia bahkan memohon-mohon pada kami berdua. Mana tega kami menolaknya walau sebenarnya aku ingin memusnahkanmu karna berani-beraninya mengajak Kyungsoo jalan-jalan. Berapa memangnya nyawamu hah? BERAPA?!"

Kali ini Jongin benar-benar akan pipis dicelana menerima bentakan sengit dari Kris.

"Dan sekarang kau bilang, kau tidak tahu dimana Kyungsoo. Spesies kampret macam apa kau ini, Kim-Black-Jongin?! Untung saja tidak ada Kyuhyun hyung disini. Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak tubuhmu yang akan dipotongnya nanti."

Demi kerang ajaib peliharaan Spongebob…

Jongin rasanya ingin berlari secepat mungkin dari sini.

Dia rasanya seperti ada dipengadilan dengan dua algojo sangar yang siap memotong kepalanya kapanpun. Ini bahkan lebih menyeramkan dari apapun didunia ini. Sumpah. Heran saja dengan Kyungsoo, kenapa bisa tahan dengan kakak-kakak sesangar Davy Jones begini. Jongin tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya nanti jika sudah sah menjadi adik ipar mereka. Baru mengajak Kyungsoo jalan-jalan saja sudah begini, apalagi jika dia menghilangkan keperawanan Kyungsoo—bisa-bisa nyawanya yang akan hilang selanjutnya.

"A-a-a-a-aku…"

"COWOK ITU TIDAK GAGAP SAAT BERBICARA!" Bentak Kris dengan kesangaran diluar batas.

"AKU BENAR-BENAR TIDAK TAHU DIMANA KYUNGSOO!" Jongin ikut membentak. Sedetik kemudian dia menyumpahi dirinya sendiri. Anjir, dia keceplosan 'kan! Bagaimana ini sekarang? Kris dan Yongguk pasti akan mengikatnya lalu membuangnya dikandang singa terdekat.

Shit, shit, shiiiittt!

"Kenapa kau malah nyolot, Black?" Yongguk memelototi Jongin.

Ngomong gagap dimarahi, ngomong keras-keras juga dipelototi. Jongin serba salah, Tuhan. 'Bunuh saja hayati, mas..' –batin Jongin. ini mirip seperti saat seleksi masuk anggota Paskibra. Serius.

"Aku tidak nyolot! Aku hanya menjawab pertanyaan Kris hyung dengan tegas. Dia bilang, cowok itu tidak gagap saat berbicara." Jawab Jongin dengan apa-adanya. "Ayolah, Kakak ipar… aku benar-benar belum bertemu Kyungsoo. aku tidak tahu dimana dia."

"KAKAK IPAR NDASMU!"

Jongin salah lagi, Ya Tuhan.

"Aku tidak mau tau, kau harus cari adikku sampai ketemu. Kau punya dua jam untuk menemukan Kyungsoo, kalau tidak…" Kris menggantung ucapannya, wajahnya masih seperti kanibal-kanibal haus daging, membuat Jongin menelan ludahnya susah-payah.

"Aku akan menyuruh Yongguk menebas hidungmu dengan samurainya, lalu aku akan meminta Kyuhyun hyung untuk membelah perutmu, setelah itu aku akan mengikatmu ditengah jalan dan menembakimu dengan revolverku sampai seluruh tubuhmu berlubang semua."

Kalian bisa membayangkan bagaimana perasaan Jongin sekarang setelah mendengar itu?

Rasanya dia ingin mengutuk dirinya menjadi plankton dan hidup bahagia selamanya di Bikini Bottom tanpa ada bayang-bayang samurai Yongguk, pisau bedah Kyuhyun dan revolver Kris.

"Kau mengerti calon adik ipar?"

.

Calon

Adik ipar?

.

Are you listen, bruh?

.

Kris yang mengatakan itu barusan!

KRIS! BAYANGKAN ITU! BAYANGKAN!
.

"MENGERTI HYUNG, MENGERTI!" seru Jongin dengan kebahagiaan diambang batas normal. Dia nyaris berbuih saking senangnya.

Setelah itu Jongin mencium tangan Kris dan Yongguk bergantian, membungkukan tubuhnya hingga nyaris tersungkur ketanah, lalu berlari secepat Flash untuk mencari Kyungsoo. Orang mana yang tidak bahagia saat dipanggil 'calon adik ipar' oleh Kakak si kecengan? Tidak apa-apa jika Jongin harus digulingkan dijalan raya oleh tiga Kakak Kyungsoo, kalau pada akhirnya dia bisa benar-benar menjadi adik ipar dari Tiga Pendekar Pedang itu.

Dan yang menjadi masalah disini adalah, dimana dia harus mencari Kyungsoo dalam waktu dua jam sementara dirinya harus mengurusi wanita melahirkan di Rumah Sakit sana dan mencari Yizi?

Oh Tuhan, kutuklah Jongin jadi Plankton.

"Ada apa dengan wajahmu, Hun?" tanya Jongin seraya ikut duduk didepan pintu ruang persalinan dengan Sehun. jika Jongin tidak dalam mood buruk seburuknya, mungkin dia sudah tertawa guling-guling melihat ekspresi Sehun. Anak albino itu terlihat pucat sekali dengan bye-bye fever didahinya. Rambutnya yang tadinya sudah ditata hair-up sekece mungkin, kini sudah tidak beraturan mirip jerami diblender. Pandangan matanya kosong, dan Jongin tidak melihat Sehun berkedip-kedip daritadi. Mirip seperti patung-patung di museum. Lantas, Jongin mengarahkan jari telunjuknya ke depan hidung Sehun.

Masih nafas.

Oke.

Sehun menjawab dengan nada mengambang, "Jongin, ini terakhir kalinya aku menemani orang melahirkan. Aku berjanji demi celana dalam nenekku."

"Celana dalam nenekmu yang mana? Yang polkadot itu bukan?"

"Bukan, tapi yang loreng-loreng—AAAAH KUTU KUPRET! AKU SEDANG SERIUS!"

"Oke, oke. Memangnya apa yang kau lihat didalam sana? Persalinannya lancar kan?" tanya Jongin.

"Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana manusia 'baru' keluar dari asalnya. Itu… mengerikan sekali, Jongin. Wanita itu memang ajaib sekali. Dengan perut serata itu, dia bisa menampung bayi didalamnya. Dan dengan ekhem, lubang sesempit itu dia bisa mengeluarkan bayi dari sana. BAYANGKAN ITU, JONGIN! AKU MELIHATNYA DIDEPAN MATAKU SENDIRI BETAPA ELASTISNYA WANITA ITU! SECARA LANGSUUUUNG!" Sehun mencengkeram bahu Jongin dan mengguncang-guncangkan tubuh anak itu dengan beringas. Sampai-sampai Jongin harus menahan perutnya yang mendadak mual dan mulas.

"Aku akan trauma pada Rumah Sakit setelah ini." Gumam Sehun dengan wajah sepucat kertas. "Dan, ada apa dengan wajahmu? Hidungmu bertambah menjorok kedalam jika kau sedang kusut begitu."

"Setan." Jongin mengumpat. "Kyungsoo menghilang saat aku ingin menjemputnya tadi. dia tidak ada dimana-mana. Dan alhasil aku berurusan dengan Dua Ninja Asassin penjaga Kyungsoo. aku masih punya sedikit waktu untuk mencari Kyungsoo saat ini, kalau tidak—katakan selamat tinggal saja pada nyawaku."

"Ya, semoga tenang dialam sana, kawan."

"KAU MENYUMPAHIKU?!"

"Itu do'a, Jongin."

Jongin nafsu sekali ingin mengadu kepala Sehun dan tembok dibelakangnya ini. Beneran.

"Dimana Chanyeol?" tanya Sehun.

"Lho? bukannya tadi dia ada disini?"

"Aku yang daritadi disini, tetapi jerapah caplang itu tidak ada." Ujar Sehun. pantas saja sepertinya ada yang kurang daritadi.

Jongin menggaruk kepalanya, bingung. "Tadi dia ada disini. Dia bilang ingin tidur sebentar."

"Tidur dimana?"

"Di ranjang dorong yang ada disini." Jongin berdiri dan menunjuk tempat dimana tadinya ada sebuah ranjang dorong. Apa jangan-jangan Chanyeol melarikan diri dan kencan diam-diam dengan Baekhyun? Ah tapi mana mungkin. Baekhyun 'kan sedang sibuk dengan les bahasa-nya.

"Ranjang dorong?"

"Iya. Ada selimut putihnya lagi. Nyaman sekali kelihatannya, aku jadi mengantuk." Jawab Jongin asal-asalan.

Dahi Sehun berkerut dalam, tanda otaknya yang hanya sebesar biji jagung sedang berpikir keras. kata 'ranjang dorong' dan 'selimut putih' berputar-putar dipikirannya. Jika dua kata itu digabungkan dan ditelaah, maka yang tergambar didalam otak Sehun adalah… Mayat.

Mayat.

Mata sipit Sehun langsung membelalak, nyaris ingin keluar dari habitatnya. "DEMI CELANA KOLOR KAKEKKU YANG—"

"Yang batik itu, bukan?"

"ASDHDHDKKALSJKAK AKU SEDANG SERIUS KIM JONGSEK! JANGAN SAMPAI AKU CABUT HIDUNG MINIMALISMU ITU! KITA HARUS CARI CHANYEOL DIKAMAR MAYAT!"

"K-K-K-KA-KAMAR MAYAT? NGAPAIN?!"

Sehun memasang wajah horrornya, "Ada dua kemungkinan. Chanyeol ketiduran dan disangka mayat oleh perawat lalu dibawa ke ruang mayat, atau… sudah dibawa ke ambulance?"

Jongin menggigiti kukunya. "Atau… atau, dia sudah dimakamkan? BAGAIMANA INI SEHUN? AKU TIDAK MAU TEMANKU HILANG SATU! WALAUPUN CHANYEOL MENYEBALKAN BUKAN MAIN, TAPI AKU MENYAYANGINYA."

Sehun menggetok kepala Jongin dengan sepatunya. "JANGAN MEMBUATKU TAKUT!" dia segera berdiri dan menarik Jongin. "Ayo, kita cari dia dikamar mayat, sebelum Chanyeol benar-benar jadi mayat."

"T-T-TA-TAP-TA—TAPI…"

..

.

Memang benar apa kata Chanyeol kalau nasib sial senang sekali mengikuti mereka bertiga. Dan hari ini adalah bagian klimaksnya diantara hari-hari sial lainnya. Hari ini, tepat jam tujuh malam ketiganya duduk dilorong Rumah Sakit dengan wajah blank tanpa melakukan apa-apapun. satu-satunya gerakan yang mereka lakukan hanyalah berkedip. Chanyeol sudah ditemukan. Dan memang benar apa kata Sehun, anak jangkung itu terjebak diruang mayat. Saat Jongin dan Sehun menemukannya, Chanyeol tengah terduduk dipojok ruangan seraya menutup wajahnya. Badannya gemetaran dan bahkan dia sudah pipis dicelana saking takutnya karna terjebak diruang mayat sendirian. Kasihan sekali anak itu. sampai-sampai Chanyeol bertekad tidak mau lagi tidur di Rumah Sakit.

Persalinan pun sudah selesai dari sejam yang lalu, dan mereka mendapatkan ciuman dipipi kanan masing-masing dari Soyou sebagai ucapan terimakasih. Hanya tiga detik mereka terbang, setelah itu jatuh kejurang lagi kala Jongin bertanya dengan polos, 'Dimana kita harus mencari Yizi?'

Mereka mencari Yizi keseluruh penjuru Rumah Sakit, bahkan sampai ke toilet dan gudang-gudangnya. Siapa tahu Yizi terselip diantara wastafel kan? Tetapi tetap tidak ditemukan. Mereka pun sudah bertanya ke seluruh orang yang ada disini—termasuk ke kakek-kakek yang tengah sakit gigi (mereka mendapat getokan tongkat sebagai balasannya). Hasilnya pun nihil. Chanyeol, Jongin serta Sehun sudah putus-asa. Entah sudah berapa ratus kali mereka menghela nafas lelah.

Terlebih lagi Jongin tidak bisa menemukan Kyungsoo. JJS yang dibayangkan sangat romantis itu akhirnya gagal total. Padahal Jongin sudah membayangkan dia akan menggenggam tangan Kyungsoo sepanjang jalan, saling melempar senyuman, membeli permen kapas dan makan satu berdua, lalu dipenghujung hari mereka akan berbagi ciuman lembut dibawah sunset—oke, sepertinya Jongin terlalu banyak menonton FTV. Dan yah, setelah pulang dari sini Jongin akan membuat batu nisan-nya sendiri karna Tiga Pendekar Pedang penjaga Kyungsoo pasti akan memutilasinya hidup-hidup.

Bukan Jongin saja yang sedang mentalbreakdown, Sehun pun tidak kalah ngenesnya. Satu jam yang lalu, Luhan mengiriminya pesan kalau kencan mereka dibatalkan saja. Si manis itu sepertinya marah bukan main karna disuruh menunggu ditaman oleh Sehun, tetapi si pembuat janji palsu tidak datang-datang. Sehun ingin membalas pesan Luhan,tetapi suara mbak operator yang centil memberitahunya kalau pulsanya sudah wafat dari dua hari yang lalu. Kampret sekali kan? Sehun tidak tau bagaimana Luhan nanti jika mereka bertemu. Pasti primadona kampus itu akan melengoskan wajah darinya.

Dan Chanyeol… sebenarnya dia tidak se-frustasi dua temannya itu sih. Dia hanya sedang memikirkan bagaimana nasib Yizi sekarang. dimana anak itu? apa dia saat ini tengah diikat oleh penculik dan dibentak- bentak? Atau.. sedang dibelah-belah perutnya dan diambil organ dalamnya—oh shit! Chanyeol pusing sendiri memikirkannya. Baekhyun pasti akan membunuhnya jika Ia tidak menemukan Yizi. Kadang Chanyeol merasa Baekhyun sudah seperti Ibu yang baik untuk Yizi.

"Chan, bisa kau bunuh aku?" tanya Jongin.

"Dengan senang hati, Jongin."

"Siapa tau saja dikehidupan selanjutnya aku menjadi orang yang selalu beruntung. Menjadi Presdir misalnya. Presdir Kim Jongin. keren bukan? Aku akan menjadi orang yang dingin dan tidak konyol seperti ini. Lalu Kyungsoo adalah sekretaris pribadiku dan tiga kakaknya adalah OB-ku. Ah, senangnya hidup jika seperti itu."

"Itu sih di hanya ada di Fanfiction." Celetuk Sehun.

"Lho? memangnya sekarang kita bukan ada di Fanfiction?"

.

Hening.

.

oke, ulang-ulang!

.

"Chan, bisa kau bunuh aku?" tanya Jongin.

Chanyeol menoleh kearah Jongin dengan pandangan tak percaya. "Serius? SERIUS? AKU MEMANG INGIN SEKALI MEMBUNUHMU, JONGIN. AKHIRNYA WAKTU YANG KUTUNGGU-TUNGGU DATANG JUGA! AYO, KAU MAU CARA MATI YANG BAGAIMANA? YANG SAKITNYA HANYA TERASA LIMA MENIT ATAU YANG SAKITNYA TUH DISINI?" tiba-tiba ditangan Chanyeol sudah ada kapak dan pisau daging segede babon. Wajahnya macam singa yang tidak makan-makan setahun, dan Jongin adalah kelinci kecil yang malang.

Saat Chanyeol ingin mencincang-cincang tubuh Jongin, Sehun datang menarik tubuh Jongin menjauh. Anak albino itu mengarahkan samurai-nya kearah Chanyeol.

"Tidak semudah itu, Chanyeol Uchiha. Jika kau mau membunuh kekasihku, langkahi dulu mayatku!" —Dengan baju ala ksatria gagal.

Kok?

"Kau pikir aku berani padamu, Uzumaki Sehun?! Dia adalah kekasihku, Haruno Jongin. Jangan coba-coba kau rebut dia dariku, keparat!"

"Bukannya yang benar itu 'kau pikir aku takut padamu'?"

"MASA BODOH! MAJU SINI! LAWAN AKU, KITA GULAT!"

"CIAAAAAATTT!"

Dan keduanya mulai terlibat pukul manja, sementara diujung ruangan Jongin menangis tersedu-sedu melihat kekasih dan selingkuhannya terlibat pertengkaran hebat. Dia nyaris menghabiskan sekotak tisu untuk mengelap ingus dan airmatanya.

"Jangan bertengkar, Uzumaki Sehun, Chanyeol Uchiha. Hiks. Aku mencintai kalian berdua. Kumohon, berhentilah… hiks."

.

Oke, ini akan semakin ngaco jika diteruskan.

.

ULANG-ULANG! SERIUSS!

.

"Chan, bisa kau bunuh aku?" tanya Jongin.

Chanyeol menghela nafasnya, "Bagaimana kalau kita bertiga meminum sianida sama-sama saja?"

"Aku tidak mau!" tolak Sehun. "Aku belum menikah dengan Luhan soalnya. Kalian saja yang minum berdua, aku masih ingin membangun rumah tangga dengan Luhan dimasa depan nanti."

"Dasar tidak setia kawan!"

Orang-orang yang berjalan melewati ketiganya memandang mereka dengan pandangan 'I can smell the homo.' FYI saja, mereka duduk dipinggir lorong Rumah Sakit dengan kepala bersandar satu sama lain. Romantis? Tidak. Tapi malah lebih terlihat seperti pasien RSJ yang melarikan diri. Kasihan sekali ketiganya. Kau akan miris sendiri ketika melihat mereka.

"HEI, TIGA ANAK KEMBAR SIAM!"

Chanyeol berharap itu bukan panggilan untuk mereka. tapi begitu mengenali suara yang sering mendesah (dalam mimpinya), dia menegakan kepalanya. Diikuti Jongin dan Sehun. disana mereka melihat Baekhyun tengah berjalan beriringan dengan Luhan dan Kyungsoo. Seketika wajah putus-asa Chanyeol, Jongin dan Sehun menjadi berseri-seri layaknya lampu dipinggir taman.

Goddammit!

Ada bidadari sedang berjalan menghampiri tiga punguk yang merindukan bulan.

Sehun, Chanyeol dan Jongin buru-buru berdiri dengan wajah bling-bling menggelikan. Kenapa dipenglihatan mereka Baekhyun Luhan dan Kyungsoo semakin bersinar? Seolah-olah tiga makhluk manis itu adalah penerang dari kehidupan mereka yang suram nan kelam.

Tetapi senyuman mupeng ketiganya luntur seketika saat Luhan memasang wajah singa betina siap menerkamnya dengan desisan tajam menyayat hati.

"Apa kalian Ayah dari Anak ini?"

—bodohnya mereka bertiga adalah daritadi tidak menyadari jika ada Yizi diantara tiga bidadari itu.

"YIZI?!"


Tbc.


a/n :

THREE IDIOTS IS RETURN! YO! YO! YO!

Haaaaaai semua. Apa kabar? Sehat? :'DD

Berapa lama gue nelantarin FF ini? Lima bulan? Enam bulan? Satu taun? Satu abad—oke ini makin ngaco-_-

MAAFIN GW YANG UDAH NGANGGURIN FF INI. MAAF MAAF MAAF:'(((((

Habisnya gue sering kena WB kalo mau lanjutin ini hiks:(( ide udah ada, tapi ngetiknya itu yang males /plak/ dan sekarang gw malah bawa chapter yang ancurnya naudzubillah. Garing bgt ini yaampun. Maafin gue oke? Harusnya ini gak gue update karna menurut gw ini garing bgt (humor gw buruk bgt asal kalian tau) tapi karna banyak yg minta gw segera lanjutin ff ini—yaudah, inilah chapter 6 dari Three Idiots yang makin ancur. FF ini gak bakal discontinued kok, tenang aja buat yg kemaren sering nge-PM takut 3 Idiot gak lanjut.

Gw gabisa nge-discontiued FF:( selama apapun gue ngelanjutinnya, tetep bakal gw lanjut kok sampe ending. Oke?

Dan soal moment setiap couple—jangan bahas itu dulu deh ya:')) nanti kalo udah waktunya juga si Tiga Sekawan itu bakal dapetin KyungBaekLu. Sabar aja ya. Orang sabar disayang oppa lho~~ xD

Bigthanks yang udah review, fav, follow dan nungguin FF absurd ini. THANKS BANGEEEEEEEEET YAA SAY! /idiiiih/ Muahmuahmuah(?)

Sampai ketemu dichap selanjutnyaaaa! :D