Seorang pria berkulit pucat berdecak sebal menatap arlojinya. Ia sedang duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap kesal pada seorang pria tampan yang masih asik berada di alam mimpinya. Demi koleksi barang ping Seokjin hyung, Yoongi—pria pucat itu—ingin sekali menendang pria yang berstatus sebagai tunangannya itu hingga jatuh dari kasur.

Bagaimana tidak? Setelah membuatnya kesal kemarin, lalu menghajarnya habis-habisan semalam, sekarang pria itu masih asik tidur sedangkan mereka punya jadwal meeting di kantor ayahnya Yoongi. Oh ingatkan pria bersurai hitam yang masih bisa mendengkur dengan santainya itu bahwa perusahaan ayahnya Yoongi adalah hal yang paling berharga, bahkan tunangannya sekalipun jika kau mau tau.

Menyerah menunggu terlalu lama, lengan Yoongi kembali terulur untuk mengguncangkan lengan kekar pria bernama lengkap Park Jimin itu agar bisa memisahkannya dari dunia mimpi. Tapi berapa kalipun Yoongi mencoba, hanya gumaman 'hm' yang keluar dari mulut Jimin. Jika ini adalah sebuah film, mungkin Yoongi sudah membungkus pria yang akan menjadi suaminya itu lalu membuangnya keluar dari jendela lamar mereka yang berada di lantai dua.

"Sialan kau Park Jimin, cepatlah bangun! Tidakkah kau tau hari ini kita akan ada rapat penting?!" Teriak Yoongi tepat di telinga Jimin yang dengan ajaibnya berhasil membuat Jimin membuka mata sipitnya itu.

Jimin menatapi sekitar, dengan malas ia kembali menggulung selimut merahnya dan baru saja akan kembali terlelap jika Yoongi tidak menarik paksa bantal yang ada dibawah kepala Jimin.

"Tsk, ada apa hyung?" Tanya Jimin, hendak protes karena acara tidurnya terganggu jika saja Yoongi tidak melayangkan death glare terbaiknya padanya.

Yoongi menghela nafasnya kasar, memijat pelipisnya kemudian melempar bantal di tangannya hingga mengenai perut Jimin. "Bangun pemalas! Hari ini kita punya jadwal meeting penting!"

"Ah shireo~ kau saja yang berangkat, aku masih ngantuk..." ucap Jimin yang disusul dengan mata sipitnya yang kembali menutup.

"Tsk, kalau masih mengantuk pun aku juga Jimin! Tapi ayolah, hari ini sangat penting"

"Semua hari yang dijadwalkan oleh appa mu untuk perusahaan selalu kau anggap penting hyung. Lagipula, tidak ada salahnya membolos sehari saja, ayo kita habiskan hari ini bersama, bagaimana?" Tawar Jimin yang sudah sepenuhnya bangun dan menatap tunangannya itu.

Yoongi berdecak sebal. Selalu malas, selalu seperti anak kecil. Ia bingung kenapa ia bisa tertarik dengan idol terkenal yang sebenarnya adalah anak pemalas dan suka berbuat seenaknya begini. Yoongi yakin, kalau bukan karena Tuan Park yang merupakan seorang pemilik agensi artis terbesar ditambah Park Chanyeol yang sukses dengan grup bernama EXO, pasti Park Jimin hanyalah murid SMA biasa yang tidak akan sukses karena selalu malas.

"Tidak bisa Jimin, ini demi masa depan kita"

"Kalau begitu kau saja yang berangkat hyung, aku benar-benar malas. Tubuhku masih terasa sakit dan pegal"

"Apa? Hei, seharusnya aku yang berkata begitu, bodoh! Ingat siapa yang semalam menggagahiku dengan kasar, hah?" Tanya Yoongi sambil kembali melempar bantal ke arah Jimin.

Jimin sendiri hanya bisa terkekeh geli mendengar omelan Yoongi. Yah jika diingat, itu adalah salah Yoongi sendiri yang dengan imutnya mengaku bahwa ia merajuk pada ayahnya tidak ingin menikahi Jimin. Lalu mereka berakhir di ranjang karena Jimin tidak bisa menahan nafsunya saat melihat Yoongi seperti puppy yang sedih karena menyesali perbuatannya.

"Itu juga salahmu kan hyung, kau yang seperti puppy sedih itu menggoda imanku"

"Dasar Park mesum! Cepat mandi sana!"

"Kkk baiklah-baiklah... berikan aku waktu 20 menit untuk tidur lalu aku akan mandi"

"Holy shit Park Jimin! We just have 15 minutes until the meeting starts!"

"Tsk, just don't worry you won't be late" ucapan final dari mulut Jimin disertai dengan Jimin yang merubah posisinya menjadi memunggungi Yoongi berhasil membuat Yoongi kembali menghela nafas.

Entah sudah yang ke berapa kali Yoongi mengisi kadar kesabarannya menghadapi tunangannya yang seperti anak kecil itu. Ia salut pada dirinya sendiri yang masih bisa bertahan selama bertahun-tahun dengan pria mesum itu. Mendengar nafas Jimin yang sudah teratur, tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepala Yoongi. Ia tersenyum menatap punggung Jimin kemudian mengambil ponselnya. Berjalan pelan menuju tempat tidur lalu duduk sisi yang kosong.

"Yeoboseyo? Ah Nona Lee? Apakah rapatnya sudah dimulai?" tanya Yoongi dengan suara yang sengaja di keraskan. Ia menatap Jimin yang masih pada posisinya.

"Oh begitu, baiklah, aku akan datang sebentar lagi"

"Tidak tidak, aku datang sendiri. Siapkan saja kursi kosong di sebelah Jung Dae—"

"10 menit lagi sampai, umumkan bahwa PARK Yoongi akan datang dengan PARK Jimin" sambung Jimin sambil menekankan suaranya pada pengucapan 'Park'. Entah sudah sejak kapan ia bangun dari posisinya dan merampas ponsel di tangan Yoongi. Berjalan menuju kamar mandi setelah sebelumnya melempar ponsel Yoongi ke atas tempat tidur.

Yoongi yang mendengar pintu kamar mandi dibanting keras hanya bisa terkekeh. Ia mengambil ponselnya kemudian mengambil tas kerjanya. "Jiminie, aku tunggu di mobil ya! Kkk"

*. Skip

Jimin menatap kesal pada toko-toko yang dilewati oleh mobilnya. Moodnya benar-benar hancur mengingat kejadian hari ini yang sangat tidak menyenangkan. Pertama, tidurnya duganggu dan ia kembali dikerjai oleh tunangannya.

Kedua, si sialan Jung Daehyun itu berbincang lama dengan Yoongi, saling melempar senyum dan bahkan ketahuan mencuri pandang pada Yoongi. Demi tuhan, Jimin ingin sekali memukul wajah pria itu.

Ketiga, ia dipanggil kembali oleh managernya untuk mengadakan pemotretan ulang atas permintaan tunangannya. Ia harus kembali mengumpat karena waktu yang seharusnya ia gunakan untuk bersama dengan Yoongi hyungnya tersayang kembali terpotong.

Keempat, demi sahabat aliennya yang mencintai gigi kelinci Jungkook, kenapa sekretaris ayahnya Yoongi, Kim Namjoon, harus ikut menemani ia dan Yoongi untuk pemotretan? Ia jadi tidak bisa melakukan hal lebih pada Yoongi karena pria itu terus mengajak bicara Yoongi mengenai bisnis keluarga besar Min itu.

Alhasil, Jimin hanya bisa berdecak sebal setiap kali ia melirik Namjoon yang—menurutnya sengaja—mendekatkan diri pada Yoongi yang duduk berhadapan. Tangannya serasa gatal ingin memisahkan mereka berdua. Jimin melihat sekitar, berusaha mencari cara untuk mengganggu mereka. Hal yang bisa mengganggu Yoongi hanyalah sifat childish Jimin, pekerjaan ayahnya, Jimin yang berada di sekitar wanita, dan suara.

Seperti sebuah bohlam yang menyala tepat di atas kepalanya, Jimin tersenyum menatap sebuah CD player yang terpasang di sudut ruang mobil itu. Ia mengambil remote putih kecil dan sebuah kaset, lalu menyalakan CD player dan memasukan kasetnya. Itu adalah album grupnya jika kau ingin tau. Jimin segera menelusuri tracklist yang menurutnya bisa mengganggu konsentrasi kedua pria yang dengan seenak jidatnya mengabaikannya.

Jimin tersenyum kemudian membesarkan volumenya, memilih track 'Ma City' kemudian—

"Aku rasa penanam saham itu—AH! SIALAN!"

—membuat Yoongi mengumpat begitu mendengar intro musik yang mengejutkan. Bukan hanya Yoongi, Namjoon bahkan supir yang duduk di kursi paling depan juga terkejut begitu mendengar suara musik yang tiba-tiba saja keluar dari speaker yang tertempel di mobil itu.

Yoongi menatap tajam pada seorang pria yang dengan santainya mengangguk-anggukkan kepalanya menikmati lagu sambil bersenandung kecil. Tapi bukan itu yang membuat Yoongi menajamkan tatapannya, melainkan sebuah earphone putih yang menyumpal kedua lubang telinga Jimin. Menggeram rendah seraya mengambil remote CD playernya, Yoongi mematikan CD player itu kemudian melempar remotenya ke paha Jimin.

Jimin meringis sambil mengusap pahanya. Ia berdecak sebal saat melihat tunangannya itu menatapnya seakan berkata "jangan berisik, bodoh". Jimin melepas satu earphonenya kemudian tersenyum. Ia mengambil remote putih itu kemudian kembali menyalakan CD player, memilih track yang berbeda dan kembali mengejutkan Yoongi dan Namjoon.

Namjoon sudah menghela nafas menghadapi Jimin, jika saja ia tidak sadar dengan posisinya yang hanya seorang sekretaris ayahnya Yoongi, mungkin ia sudah menghajar pria yang lebih muda darinya itu. Yoongi sendiri sudah menyiapkan sumpah serapahnya untuk Jimin, terlebih lagi saat ia tidak bisa menemukan remote putih itu. Jelas tidak bisa Yoongi, Jimin menyimpannya, di saku celananya.

"Park Jimin!"

Yoongi memanggil nama tunangannya. Tapi tidak di hiraukan karena suara musik di earphone Jimin juga keras. Yoongi menggeram kesal kemudian bersiap untuk melempar berkas di tangan Namjoon jika saja mobil mereka tidak berhenti di depan studio pemotretan Jimin. Jimin tersenyum cerah kemudian keluar dari mobil begitu supir mereka membukakan mobil untuknya.

"Ergh, sialan kau Jimin!"

Merasa frustasi tak menemukan remote putihnya, Yoongi memilih keluar dari mobil dan diikuti oleh Namjoon. Di sisi lain, Jimin masih terkekeh geli melihat Yoongi dan Namjoon. Ia memberikan remote CD playernya pada supirnya.

"Maaf atas suara berisiknya, paman" ucapnya yang hanya dibalas kerjapan mata bingung dari supir tua itu.

Jimin segera masuk kedalam gedung studio pemotretannya diikuti oleh Yoongi dan Namjoon. Yoongi mempercepat langkahnya kemudian memukul pelan pundak Jimin yang langsung dibalas dengan ringisan.

"Jimin! Kau memalukan! Apa yang kau lakukan tadi hah?! Kau tau kan aku—"

"Hyung, berhentilah mengomel, itu juga salahmu, kau tau kan aku tidak suka diabaikan. Dan lagi kenapa dia harus ikut?" Bisik Jimin sambil melirik Namjoon.

"Tsk, bilang saja kau cemburu Park! Kau tau kan ayahku ingin sekali aku menjadi penerusnya?"

"Kalau begitu apa kau tau kalau Park Jimin ingin sekali kau jadi istrinya?"

"Dasar anak kecil, kau selalu saja membuat masalah" ucapan final Yoongi bersamaan dengan pukulan yang ia layangkan untuk bahu tunangannya itu.

Jimin hanya menatap datar pada Yoongi. Sebenarnya ia tidak terima disebut sebagai anak kecil yang selalu membuat masalah. Karena kalian pasti tau, alasan Jimin membuat masalah hanya karena untuk menarik perhatian Yoongi. Tapi Yoongi juga sepertinya tidak sadar kalau ia juga tak kalah seperti anak kecil untuk menarik perhatian Jimin. Terbukti karena setelah melihat hasil pemotretan Jimin, ia langsung meminta pada manager Jimin untuk pemotretan ulang hanya karena pria bantet itu sangat dekat dengan modelnya.

Setelah melakukan sesi pemotretan, Jimin dan Yoongi memilih makan siang di sebuah restoran dekat studio pemotretan. Karena ia hanya melakukan pemotretan sendiri tanpa teman-temannya, Jimin harus rela menjadi nyamuk antara Yoongi dan Namjoon. Kedua pria itu kembali akrab dan berbincang tanpa menghiraukan keberadaan Jimin. Jimin benar-benar ini menyemprotkan kopi panas di cangkirnya pada wajah Namjoon sekarang.

"Jadi Yoongi-ssi, kapan kau akan menikah?" Tanya Namjoon sambil menatap Yoongi yang sedang menyuapkan cheesecakenya.

Yoongi yang mendengar pertanyaan Namjoon hanya bisa tersenyum. Menurutnya itu adalah pertanyaan yang sulit, lebih sulit dari pertanyaan tentang bisnis dari ayahnya. Karena jujur saja ia dan Jimin sama-sama sedang sibuk sampai melupakan acara penting mereka. Jimin dengan persiapan comebacknya, dan Yoongi dengan segenap pelajaran tentang perusahaan ayahnya.

"Hm aku belun memutuskan, tapi aku ingin cepat-cepat menikah"

"Oh, apakah kau dan Jimin-ssi sudah menentukan tanggalnya?"

"Apa kau akan membayari semua jika aku berkata kami sudah menentukan tanggalnya?"

Pertanyaan datar dari Jimin berhasil menghancurkan suasana akrab untuk Namjoon dan Yoongi. Yoongi yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa berhenti makan kemudian meletakan sendoknya.

"Jimin, jangan seperti itu"

"A-ah maaf jika aku lancang menanyakannya"

"Tidak apa-apa Namjoon, Jimin memang sedang dalam mood tidak baik akhir-akhir ini"

"Bagaimana tidak baik jika tunanganmu terus-turasan SIBUK dengan orang lain"

Baik Yoongi atau Namjoon melirik Jimin yang sengaja menekankan kata 'sibuk' pada kalimatnya. Jimin tengah cemburu dan Yoongi tau itu. Akan sulit untuknya membujuk Jimin apalagi di tempat umum, karena sebuah kecupan ringan tidak akan cukup untuk meluluhkan Jimin. Yoongi menghela nafas kemudian memilih untuk mengabaikan Jimin dan kembali berbincang dengan Namjoon. Jimin yang semakin kesal hanya bisa melirik kesal pada kedua pria itu dan beralih memainkan ponselnya.

Setelah menghabiskan makanan mereka, ketiga pria itu memilih untuk kembali ke rumah, kecuali Namjoon yang harus kembali ke kantor untuk mendampingi ayah Yoongi dalam menjalani segenap acara penting. Yoongi sendiri sudah menyiapkan beberapa acara manis agar Jimin tidak ngambek lagi padanya. Tapi belum jauh mereka melangkah keluar dari restoran—

"Jiminie~~!"

—langkah kaki mereka, khususnya Yoongi, terhenti saat mendengar suara imut berteriak. Jimin menolehkan kepalanya dan membulatkan matanya saat melihat siapa yang berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan dan memanggil-manggil namanya.

'Sial kenapa dia harus muncul' batin Jimin, keringat dingin sekarang sudah mengucur deras dari tubuhnya.

Yoongi sudah menatap tidak suka pada orang itu dan melirik kesal pada Jimin.

Bruk!

"Jiminie! Kau tadi ke studio? Huwaaa kenapa kau tidak menemuiku? Kau tau kan aku juga ada disana untuk pemotretan?" Ucap pria mungil itu yang sudah memeluk Jimin dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jimin dan sesekali menggesekkan pipinya.

Jimin menatap panik pada pria itu, tanpa membalas pelukannya ia melirik Yoongi yang kini sudah memancarkan aura membunuh yang membuat siapapun berada di dekatnya merinding seketika.

"A-ah hyung... a-aku bahkan tidak tau kau disana hehe"

"Bohong! Managermu bilang padaku kalau kau sudah diberitahu" ucap pria itu sambil mengerucutkan bibirnya.

Jimin yang melihatnya semakin menelan kasar salivanya. Ia merasakan bahaya dari arah belakangnya. "A-ah b-benarkah? T-tapi aku tidak melihatmu tadi hyung"

"Huuh~ Jiminie kau jahat padaku!"

Jimin menatap kaget pada pria itu yang sekarang sudah berdiri sambil menyilangkan kedua lengannya di dada, mengerucutkan bibirnya sebagai tanda bahwa ia marah kepada Jimin. Sementara itu di belakang, Yoongi yang sudah melewati batas kesabarannya segera membuka pintu mobil.

"Ayo Namjoon-ssi, kita kembali ke kantor. Abaikan saja dua orang yang sedang SIBUK ini" ucap Yoongi sambil menekankan kata 'sibuk'nya. Jimin hanya bisa menatap panik pada mobil yang sudah berjalan meninggalkannya dan pria imut itu.

"Mati aku~"

"Jiminie~ apa itu tadi Yoongi?"

"Ergh, iya hyung, itu tadi Yoongi hyung"

"Heeee kenapa tidak bilang padaku kalau ada Yoongi? Jiminie jahat! Harusnya aku sedang berbincang dengan Yoongi sekarang huweee"

Jimin menepuk jidatnya menatap pria di hadapannya yang sekarang sedang menangis dengan imutnya. Menggeram pelan kemudian—

"AAAAARGH PARK CHANYEOL SIALAAAAAN!"

—berteriak keras melepaskan kekesalannya karena dengan cerobohnya kakak tiangnya itu melepaskan kekasihnya yang doyan nempel pada siapapun.

TBC

Huwaaaaaa Nji kembali dengan chap baru Mature x)
Mian ne updatenya lama, abis Nji sempet kehilangan imajinadi buat Mature ;-;
Trus juga maaf chap yang ini rada pendek ;-;
Tapi nanti Nji usahain setidaknya satu/dua chapter Nji update yah ≧font face="Nimbus Mono L, monospace"span lang="zh-CN"﹏≦/span/font Yang nungguin Mature masih adakah? Eh? Apa udah gaada ya? ;-;
Aigo maaf ya karena Nji updatenya lama kalian jadi kehilangan harapan nungguin Mature T-T)
Tapi makasih buat yang masih nungguin Mature, buat yang masih mau menekan follow/fav untuk cerita ini TvT)
Nji bener2 sayang kalian ugh readers2 yang gak bisa Nji sebutin satu-satu namanya tapi tak mengurangi rasa cinta Nji ke kalian/apa/ TvT)b

Yaudah deh tanpa banyak omong, tunggu chap selanjutnya yaaa diusahain cepet biar MinYoon nya cepet menikaaaah w)/\

Ehehehe RnR juseyoooooo /lempar albumnya Jimin/ ;v;