CHAPTER 5

My Little Princess

Disclaimer © Masashi Kishimoto

This fic is mine

Pair © Uchiha Sasuke, Hyuuga Hinata

Rated © T

WARNING : OOC akut, typo, dan semua masalah dalam penulisan.

Summary © Peraturan yang di setujui bersama bahwa teman sekelas tak boleh pacaran.

Apa saja yang akan di lakukan Sasuke untuk mengajak Hinata 'melanggar aturan?'

Note © Fic ini terinspirasi dari keseharian Author di kampus, ketika kita sejurusan dan satu angkatan maka tidak boleh ada yang pacaran sesama teman angkatan. Berpacaran dengan teman angkatan akan di anggap Incest.

.

.

.

Musim panas terkenal dengan cuaca dingin menjelang pagi hari, terlebih lagi jika hari Minggu. Oh dude, gaya gravitasi kasur akan lebih terasa di Minggu pagi dibanding hari-hari lainnya, ada begitu banyak keinginan dan nafsu yang menggebu-gebu, nafsu ingin tidur lebih lama, misalnya. Dont have a dirty mind, guys!

Na'as, Minggu pagi yang seharusnya dihabiskan bertamasya di kamar kini hanya berstatus ilusi dan deja vu semata bagi Sasuke, Shikamaru, Gaara, Naruto dan Kiba. Pagar dengan gaya artsitektur yang sangat menarik bagi Gaara sudah ramai oleh para lelaki yang sedang berdiri memasang pagar betis bak peserta penerima Bantuan Langsung Tunai dan Raskin.

"A-apa yang akan Neji lakukan pada kita pagi-pagi begini" Naruto menggigil mempererat jaket bulu yang ia kenakan.

"Ini salahmu" Gaara melempar deathglare pada Naruto, untunglah masih pagi buta jadi Naruto tidak dapat merasakan aura kasih –eh? Maksudnya aura kegelapan yang mencekam (?)

"Bahkan lampu kamar Hinata belum menyala, dia pasti sedang tidur nyenyak sambil memimpikanku. Akulah bunga tidurnya setiap malam" beda dengan teman-temannya yang menggigil kedinginan merutuki kebodohan Naruto, Sasuke menggigil sambil membayangkan dirinya menjadi bunga tidur Hinata.

"Aku yakin kau hanya menjadi bunga bangkai dalam tidur Hinata-chan" Kiba berpelukan erat dengan Akamaru, anjing peliharaan yang dicurigai telah menularkan semacam virus dan penyakit hewani lainnya pada Kiba (?)

"Atau mungkin bunga mawar tak berduri" Naruto ikut membicarakan jenis bunga yang dijadikan nama Facebook oleh kalangan anak muda alay yang biasa berfoto sambil menitikkan air mata, tidak lupa dengan keterangan foto 'aqueehh terchhaakiithii yaoloohh' .

"Kira-kira apa yang akan Neji lakukan pada kita..." Shikamaru memikirkan nasibnya sekaligus menyadarkan teman-temannya dari pembicaraan yang melukai pendengaran. Lebih baik Shikamaru mati bunuh diri daripada harus mati di tangan Neji, kebalikan dari lagu dangdut 'lebih baik aku mati ditanganmu daripada aku mati bunuh diri'.

"Wiiihhh..." Sasuke, Gaara, Naruto, Shikamaru dan Kiba ber-wih ria saat melihat siluet seorang laki-laki berambut panjang tertiup angin menyerupai siluet sadako berjalan ke arah mereka.

Selain menjadi ketua Osis, Neji juga aktif di kegiatan sosial komplek perumahannya. Sudah beberapa bulan terakhir Neji menambah salah satu daftar organisasi yang diketuai olehnya, Neji menjadi ketua Karangtaruna di komplek perumahannya.

Hari Minggu adalah hari kerja bakti, Neji sengaja mengumpulkan Sasuke and the geng untuk membantu membersihkan komplek perumahan sebagai bentuk pertanggungjawaban tak lazim mereka saat membawa Hinata pulang dengan keadaan mabuk dan terus-terusan mengeong.

"Selamat pagi, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu... seperti biasanya, hari Minggu kita mengadakan kegiatan pembersihan komplek kita.." Neji berbicara di depan para warga komplek yang telah memegang senjata untuk perang melawan sampah.

"Tidak perlu ada adegan gelas pecah atau jari berdarah tertusuk jarum..." Sasuke memandang Neji kesal.

"Untuk memberikan pertanda bahwa kita sedang merasakan firasat buruk" Gaara memijit kepalanya yang kurang tidur melanjutkan perkataan Sasuke.

"Sudah jelas, bencana menanti di depan mata" Shikamaru menguatkan dirinya menghadapi Neji yang sangat mempermainkan mereka.

"Nah, hari ini ada 5 siswa KHS yang siap membantu kita untuk membersihkan komplek. Bagi lansia yang ingin melakukan sesuatu yang agak sulit silahkan minta bantuan kepada mereka" Neji dengan senyum tulus dan ikhlas menyerahkan jiwa raga Sasuke dkk kepada lansia yang kini berdiri di hadapan Neji.

"Waah, yang rambutnya hitam tampan sekali, memandangnya terlalu lama bisa membuatku operasi katarak untuk kedua kalinya.." seorang nenek memandang Sasuke dengan senyum genit. Sasuke hanya mengangguk sopan. Separah itukah pesona seorang Uchiha Sasuke?

"Yang rambut merah dong, matanya bikin jantung koroner kambuh" entahlah, Gaara harus bangga atau merasa berdosa dengan perkataan seorang nenek tua yang duduk di kursi roda saat melihatnya. Intinya, Gaara harus siap sedia dan siaga untuk menghubungi 911 jika nenek yang memandanginya merasakan sakit pada bagian dada.

"Nenek suka yang rambutnya kuning. Wajah manisnya membuat gula darah meningkat, diabetes akan susah sembuh jika berlama-lama dengannya" Nenek berambut putih berkacamata memandang Naruto sambil mengedipkan mata pada Naruto.

Dulu, Naruto percaya hanya ada dua orang yang mengatakan dirinya manis, Mama Kushina dan Banci yang diberikan uang receh setelah menyanyikan lagu 'aku tak mau jikalau aku dimadu', tapi semua berubah setelah mendengar ucapan nenek tadi. Jadi, sudah 3 orang yang mengatakan Naruto manis, Mama, Banci dan Nenek diabetes yang beresiko tewas di tempat jika terlalu lama berdekatan dengan Naruto.

"Ah, coba lihat yang pakai tatto merah dipipinya, asam urat menahun nenek akan sembuh begitu mendapatkan sentuhannya" Kiba berani bertaruh, masa muda nenek ini dihabiskan dengan kebanggaan menjadi Fujoshi.

"Kalau nenek suka yang rambutnya di kuncir, ambisi nenek yang ingin menjadi model muncul kembali" Hah, sudah seharusnya. Tidak ada yang bisa meragukan pesona keturunan Nara, sikapnya yang cuek dan tidak pedulian ternyata diam-diam membangkitkan cita-cita lama yang telah terkubur di taman makam pahlawan terdekat. Yah, meski pesona tersebut tak beda jauh dengan promo kartu internet 'syarat dan ketentuan berlaku' (berlakunya cuma di kalangan nenek-nenek, Gan!)

Neji dengan senyum menjengkelkan seperti biasanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan sejuta penderitaan lahir batin pada Sasuke, Gaara, Shikamaru, Naruto dan Kiba.

Kegiatan berlangsung ramai lancar, membersihkan selokan, menebang dahan-dahan pohon, memangkas rumput dan merapikan bunga. Sasuke dkk sangat rela, ikhlas dan ridho jika hal-hal tersebut yang mereka kerjakan tapi pekerjaan mereka lebih berat dibanding menjadi anggota divisi kebersihan komplek.

'Sasu-chaaannn, ayo bantu nenek memandikan kucing nenek'

'Gaara-chan, coba masukkan benang ini ke dalam jarum'

'Naruto-chaann, temani nenek jalan-jalan keliling komplek'

'Kiba-chaan, asam urat nenek kambuh. Suapi nenek yaaa'

'Shika-kuuunnn, nenek tidak bisa berjalan menggunakan high heels'

Bagi yang punya lansia di rumah, tolong jaga mereka baik-baik dengan penuh perhatian dan kasih sayang yang tulus tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun apalagi dalam bentuk harta warisan-eh?. Akan sangat mengkhawatirkan jika mereka menghabiskan masa tua mereka dengan kesepian dan menjelma menjadi nenek-nenek kesepian yang haus perhatian pemuda SMA.

Sasuke melihat jam tangannya, sebentar lagi ia harus bekerja di toko buku, hari Minggu Sasuke bekerja lembur untuk mendapatkan bayaran lebih. Sasuke meninggalkan kucing Persia yang ia tenggelamkan di bath tub, ia berjalan ke rumah Hinata dan melihat Hinata sudah menjadi Hinata yang bebas dari pengaruh alkohol. Hinata meletakkan minuman dan beberapa toples kue di teras rumah.

"Ohayoo...!" Sapa Sasuke mengambil segelas orange juice. Meski gelas orange juice ini berkeringat tapi orange juice-nya masih segar kok! Tenang saja, ini bukan adegan iklan jeruk kok minum jeruk. Ini adegan Sasuke kok minum jeruk (?) biasanya kan tomat.

"Gaara-kun dan yang lainnya mana? Mereka pasti kehausan" Hinata mengedarkan pandangannya mencari sosok teman-temannya yang telah menjadi bulan-bulanan Kakanda Neji tersayang.

"Mereka masih mengabdikan diri menjalankan tugas menemani nenek-nenek yang belum pernah melihat pemuda-pemuda tamvan seperti kami" ternyata, dengan pujian-pujian aneh pun kadar kepercayaandiri Sasuke bisa meningkat drastis.

Sasuke meninggalkan Hinata dan menghampiri Neji yang sedang memangkas tanaman di halaman rumah.

"Aku tidak bisa sampai siang" suara Sasuke menghentikan kegiatan Neji.

"Apa kau harus memasak di rumahmu?" tanya Neji meremehkan Sasuke.

"Tidak, aku harus kembali ke toko buku untuk bekerja. Aku tidak pernah main-main, aku sangat mencintainya. Aku berencana mengajak adikmu bertunangan, jadi persiapkan dirimu untuk menjadi kakak ipar yang baik" Sasuke menepuk pelan bahu Neji lalu kembali pada Hinata yang menatapnya dari kejauhan.

Lalu bagaimana nasib Gaara dkk? Mereka menjalani hari Minggu mereka dengan kegiatan yang sedikit anti-mainstream, tapi berkat hari ini mereka mengetahui satu hal penting. Mereka tidak heran mengapa Neji begitu aneh, ternyata Neji salah gaul dengan nenek-nenek di komplek perumahannya.

.

.

.

Bangku besi yang teduh oleh pepohonan di tepi lapangan olahraga KHS lagi-lagi tampak ramai oleh sekumpulan siswa yang memandang selebaran yang secara misterius memenuhi sekolah mereka. Mereka tidak begitu mengeluh membersihkan sekolah, toh mereka telah merasakan hal yang lebih sulit saat menjadi relawan kebersihan di komplek perumahan Neji.

"Hmm... kita masih kelas XI, jadi kenapa harus pusing dengan hal seperti ini?" Naruto meletakkan kertas yang berisi daftar kampus dan jurusan di Konoha.

"Kita harus memikirkan matang-matang, ini menyangkut masa depan" Shikamaru tampak serius menelusuri daftar kampus yang tertera di kertas.

"Kalian ingin jurusan apa?" Kiba dengan orientasi yang belum jelas bertanya pada teman-temannya.

"Aku jelas, teknik arsitektur, fakultas teknik, Universitas Konoha" dengan bangga tanpa keraguan sekecil bakteri yang berkembang seribu kali lebih cepat, Gaara memang telah memanfaatkan hatinya untuk menjadi seorang arsitek.

"Aku menemukan bakat dan passion-ku di seni, aku akan masuk jurusan seni" Sai memandang satu per satu teman-temannya yang kini tampak serius.

"Kau? Jangan bilang akan menjadi 'Ayah rumah tangga dan suami sholeh untuk istri dan anak-anak" Shikamaru memandang Sasuke.

"Aku belum berpikir kesana, aku masih bingung" Sasuke terbawa suasana, ia benar-benar belum tahu ingin masuk jurusan apa.

"Kalau Hinata-chan, ingin jurusan apa?" tanya Lee kepada Hinata yang dari tadi memasang wajah serius.

"Aku belum tahu. Aku ingin jadi dokter tapi kapasitasku tidak sampai. Kalau tidak jadi dokter, cukup menjadi istri dokter saja, hehe" Hinata mengatakannya dengan sedikit bercanda.

"Hei, kalian tahu? Sepertinya jurusan kedokteran menarik untuk dijadikan pilihan" tiba-tiba Sasuke menemukan jurusan yang ingin di pilihnya.

"Eh, Hinata-chan, kenapa kantung matamu besar dan hitam?" lanjut Sasuke memperhatikan Hinata yang tidak cerah seperti kilau mutiara.

"Aku insomnia..."

"Never though that i fall in love..." Naruto menyanyikan bait lagu dari Craig David.

"Love.. love... loveee..." Gaara dan yang lainnya menyambung lagu Naruto

"But it grew from a simple crush.." Naruto melanjutkan lagunya.

"Crush.. crush... crush..." Gaara dkk sepertinya cocok menjadi penyanyi latar.

"Being without you-..." Naruto sedikit bingung melanjutkan lirik lagu yang lumayan membuat lidah keseleo saat menyebutkannya,

"Feels like insomniaaa..." Lee mengambil alih, tak ingin berlama-lama dengan kebingungan yang di ciptakan Naruto, Lee langsung saja menyanyikan lirik yang mewakili apa yang Hinata rasakan, 'Insomnia'

"Aaaaahhh..." Naruto memimpin sambungan lagu yang tak mampu ia selesaikan.

"Feels like insomnia... Ahhh..." mereka menyanyikannya bersamaan, kecuali Sasuke dan Hinata pastinya.

Sasuke dan Hinata mematung memandang teman-temannya yang mungkin sedang main sambung lirik tanpa memberikan aba-aba terlebih dahulu. Sasuke tak ingin ambil pusing, meski teman-temannya aneh tapi merekalah yang selalu ada saat Sasuke sedih, tertimpa masalah, dan menangis. Sebenarnya, Sasuke curiga janga-jangan teman-temannya pembawa sial? Naudzubillah,

"Kau tampak tidak sehat, ingin pulang saja?" Sasuke memegang kedua sisi pipi Hinata, memandang Hinata sangat dekat dan penuh rasa khawatir.

"Tak bisa hatimu merapikan cinta..." Shikamaru adalah orang pertama yang merasa curiga dengan Sasuke, akhirnya Shikamaru menyanyikan sebuah lagu dari salah satu band tanah air (Nb: lupa nama bandnya .)

"Karena cinta tersirat bukan tersurat..." Sai dan Gaara melanjutkan lagu Shikamaru bersamaan.

"Meski bibirmu terus berkata tidak" Naruto dan Kiba adalah 2 sejoli yang kreatif dan penuh inisiatif, tanpa di perintah mereka mengambil inisiatif untuk melanjutkan lirik dari Sai dan Gaara.

"Matamu terus pancarkan sinarnya..." Chouji dan Shino ikut arus tapi tak terhanyut.

"Dan mungkin bila nanti, kita kan bertemu lagi..." Maklumi saja, Lee memang tidak up to date tentang musik. Adalah hal yang wajar saat Lee salah sambung lagu.

Shikamaru dan yang lainnya menarik nafas berat saat mendengar Lee menyanyikan lagu tapi salah sambung, Lee memang ikut arus tapi sayang ia terhanyut. Beda dengan Chouji dan Shino.

"Aa, Hinata-chan kan belum menyanyi. Menyanyilah sesuatu untuk menyatakan perasaanmu saat ini" mengabaikan kekeliruan Lee dalam menyambung lagu, Sasuke sangat mengharapkan Hinata untuk menyanyikan lagu untuknya.

"I need to tell you something..." dengan malu-malu, Hinata menyanyikan lagu 'I Really Like You' yang di populerkan oleh Carly Rae Jepsen. Sasuke yang selalu update masalah musik tahu betul dengan lagu yang dinyanyikan oleh Hinata, Sasuke sudah mempersiapkan dirinya untuk mendengar lirik selanjutnya yang akan di ucapkan Hinata. 'I really really really really like you' begitulah lirik selanjutnya yang dinantikan Sasuke.

"Fuck you... fuck you... fuck you.. very very very muuchhhh..~" sayang sekali, Gaara dan yang lainnya malah menyanyikan lagu 'Fuck You' dari Lily Allen. Bagi yang pernah dengar lagu ini, anda akan tahu betapa gregetnya lagu ini. Slow-slow gimanaaa giituuu..~

.

.

.

Ddrrrttt... ddrrrttt...

Makan malam baru saja selesai, Hinata membuka pintu kamar dan membuka Iphone-nya yang baru saja menerima pesan dari seseorang.

From : Uchiha Sasuke

"Aku akan mengobati insomnia mu"

Hinata merasa heran dengan pesan yang diterimanya. Sepengetahuan Hinata, Sasuke tidak ahli dalam pengobatan apapun, Sasuke bukan keturunan tabib zaman penjajahan atau apalah. Tapi mungkin saja, tadi siang Sasuke ingin masuk jurusan kedokteran mungkin saja Sasuke memang memiliki keahlian terpendam. Tapi bagaimana caranya?

Cliinngg...

Kerikil baru saja mengenai kaca jendela Hinata. Satu sisi kamar Hinata memang di dominasi oleh jendela kaca, Hinata melangkah menggeser pintu kaca dan keluar ke balkon memandang sekeliling. Tidak ada siapa-siapa, hanya jalanan yang tak begitu ramai, gerobak penjual gorengan dan-

"Hai.." kata seseorang di bawah sana. Hinata merapatkan diri ke teralis balkonnya dan menemukan-

"Sasuke-kun, apa yang kau lakukan dan bagaimana bisa kau masuk pagar?" Hinata benar-benar takjub dengan pemuda banyak akal yang satu ini. Sasuke berdiri dengan gaya sok cool sambil membawa ransel.

"Tangkap ini" Sasuke melemparkan sebuah tali yang di selipkan beberapa anak kayu, Hinata menangkapnya dengan sigap lalu menyelipkannya di antara deretan teralis balkon.

Sasuke menaikinya dengan santai tak lupa menatap Hinata yang masih bengong tak percaya akan penampakan Sasuke di depan kamarnya malam-malam seperti ini.

Hap

Sasuke berhasil mendarat dengan mulus di balkon kamar Hinata, tanpa dipersilahkan Sasuke sudah masuk ke kamar seorang gadis dengan wajah yang seolah 'everything is gonna be daijoubu'

"Sasuke-kun, bagaimana bisa kau sampai kesini?" tanya Hinata panik sambil mengikuti Sasuke dari belakang.

"Seorang lelaki bahkan bisa menemukan Rapunzel yang rumahnya terletak di tengah hutan. Rumahmu di tengah kota dan kau masih bertanya bagaimana bisa aku sampai kesini?"tanya Sasuke melepas ranselnya lalu berbaring di kasur Hinata.

"Tapi jarak rumahku dan rumahmu kan jauh?" Hinata berusaha mendapatkan jawaban mengapa Sasuke bisa sampai kesini.

"Kau pikir jarak rumahku ke rumahmu sejauh jarak yang di tempuh Kera Sakti mencari kitab suci ke Barat?" Sasuke memang hobi dengan film-film sejenis manusia kera yang mencari kitab suci ke Barat.

"Pagarku tidak mudah dipanjat" Hinata mengunci pintu kamarnya, takut-takut Neji masuk dan menemukan Sasuke yang sedang asik berbaring di kasurnya. Hinata tidak bisa membayangkan bencana apa yang akan menimpa Sasuke saat Neji menemukannya berbaring nyaman di atas kasur milik Hinata.

"Aku bawa perlengkapan kak Itachi saat ia ikut wajib militer" Sasuke menarik boneka beruang dan memeluknya sambil memejamkan mata.

"Bagaimana kalau Neji..."

Tok... tok.. tok...

"Hinata, kenapa pintunya di kunci?" baru saja namanya disebut, orangnya sudah muncul.

.

"Sasuke-kun, bangun. Itu Neji-nii.." Hinata panik menarik Sasuke untuk menuruni kasurnya tapi kekuatan Hinata yang mini tak mampu menarik tubuh besar Sasuke.

"Lalu?" tanya Sasuke masih menikmati posisi nyamannya.

"Ayo, Sasuke-kun. Kau harus bersembunyi" Hinata menarik kuat-kuat tangan Sasuke lalu sibuk mencari tempat persembunyian untuk Sasuke.

.

"Hinata...!"

"Tu-tunggu, aku sedang ganti baju" Hinata celingak-celinguk kebingungan ingin menyembunyikan Sasuke dimana.

Di kamar mandi? Tidak, Neji bisa saja masuk meminjam sampo. Di belakang pintu? Ini bukan sinetron. Di bawah kasur? Tidak, kasian Sasuke. Di atas lemari? Tidak, Sasuke bukan koper. Menempel di langit-langit? Ayolah, Sasuke bukan Spiderman.

Hinata sibuk mencari tempat untuk menyembunyikan Sasuke tapi orang yang ingin disembunyikan malah asik membuka album foto Hinata.

"Hinata-chan, kau lucu disini. Umur berapa?" Astaga Sasuke, bantulah Hinata untuk menyembunyikan dirimu.

"Itu umur 5 tahun" Hinata tetap saja melayani pertanyaan Sasuke.

"Hinata-chan, apa ini kue buatanmu?" Sasuke dengan tampang inosen menikmati kue di toples Hinata.

Di dalam lemari? Ah, ide yang bagus. Hinata membuka lemari dan mendorong Sasuke masuk lemari lengkap dengan toples kue di tangan Sasuke. Takut-takut Sasuke akan mati kelaparan di dalam lemari.

"Kenapa lama sekali?" tanya Neji kesal.

"Ma-maaf" kata Hinata mematung di depan pintu kamarnya, berniat menghalangi Neji masuk. Neji ke kiri, Hinata ke kiri. Neji ke kanan, Hinata juga ke kanan.

"Hinata..!" kata Neji tegas, Hinata ciut. Neji berjalan masuk kamar Hinata,

"Kenapa malam-malam jendela dibiarkan terbuka?" tanya Neji.

"Aku, aku gerah. Hehe"

"AC mu rusak?" tanya Neji memandang AC yang terpasang di sudut atas kamar Hinata.

"Tidak, hanya ingin merasakan angin malam" Hinata berdiri disamping pintu lemari tempatnya menyembunyikan penyusup.

"Toples kuemu dimana? Apa sudah habis?" tanya Neji tak mendapati toples kue di atas meja belajar Hinata.

"Ah, itu. Aku lupa dimana menyimpannya"

"Bagaimana rasa kue buatanku? Enak tidak?" tanya Neji. Sasuke yang bersembunyi di dalam sana berusaha mengeluarkan semua kue yang ia makan. Sasuke tak menyangka kalau Neji sangat ahli membuat kue, Sasuke tidak ingin makan apapun buatan Neji tapi bagaimana lagi? Toplesnya sudah kosong.

"Aku pinjam Macbookmu" Neji mengambil Macbook Hinata lalu keluar kamar. Hinata mengekor di belakang Neji lalu mengunci pintu.

Hinata membuka pintu lemarinya dan mengeluarkan Sasuke dengan toples kosong di tangan Sasuke.

"Aku rasa kue buatan Neji-nii memang enak" gumam Hinata polos melihat toples kuenya sudah kosong di tangan Sasuke.

"Sini.." Sasuke kembali mengambil posisi nyaman dan menepuk kasur di sampingnya. Memerintahkan Hinata untuk ikut berbaring dengannya. Hinata hanya menurut saja.

"Apa aku boleh menginap?" tanya Sasuke memandang Hinata yang kini berbaring di sebelahnya.

"Sasukee-kun...!" Hinata mendorong pelan bahu Sasuke.

"Baiklah, aku hanya bercanda. Bagaimana perasaanmu terhadap Gaara?" tanya Sasuke memandang Hinata dalam-dalam.

"Aku sangat menyayangi Gaara-kun. Sama seperti aku menyayangi Naruto-kun dan yang lainnya. Aku sangat senang bisa mengenal mereka, usil dan selalu menggangguku, bercerita ini itu dan juga selalu membantu dan menyayangiku. Aku berasa beruntung memiliki teman seperti mereka" kata Hinata memandang langit-langit kamarnya.

"Lalu bagaimana denganku?" tanya Sasuke, "Aku tidak ingin kau menyayangiku sama seperti caramu menyayangi Naruto dan yang lainnya" lanjut Sasuke.

"Apa Sasuke-kun penasaran?" giliran Hinata yang menggoda Sasuke.

"Tentu saja, Aku sangat menyukaimu. Aku melakukan semuanya agar kau tahu bahwa aku menyukaimu" Sasuke mendekatkan tubuhnya kepada Hinata.

"Sasuke-kun, aku bahkan tidak yakin ada orang lain yang lebih menyukaiku selain Sasuke-kun. Terima kasih telah membuatku merasa begitu berharga, terima kasih telah membuatku merasa spesial dan terima kasih telah membuatku tampak lebih manis dengan rambut yang di kuncir" Hinata berbicara serius lalu berbalik menatap Sasuke yang-

"Sasuke-kun," tegur Hinata.

"hmm..!"

"Kau terlalu dekat" kata Hinata pelan melihat wajah Sasuke yang sudah berjarak 1 cm darinya.

"Oh iya, ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan padamu. Besok sore kita bertemu di taman kota, ya?"

Hinata bersumpah, malam ini ia tidak akan tidur semalaman. Bagaimana bisa kau tidur ketika kau bersama dengan seseorang yang kau sukai? Sebenarnya Hinata ingin mengatakan bahwa ia juga menyukai Sasuke tapi Sasuke belum memberikan pertanyaan yang mengharuskannya menjawab 'aku juga menyukaimu, Sasuke-kun'. Hinata telah mengatakan beberapa hal malam ini, mengatakan bahwa ia merasa tidak akan menemukan orang lain yang menyukainya melebihi Sasuke, Hinata merasa lega setidaknya ia telah mengatakan apa yang ia rasakan. Besok ia akan bertemu dengan Sasuke, ia berniat untuk mengatakan bahwa ia juga sangat menyukai Sasuke.

Malam semakin larut, Hinata berdiri bersama Sasuke di balkon kamarnya memandang bintang.

"Look at the stars, look how they shine for you.." Sasuke menyanyikan lagu 'Yellow' dari Coldplay dengan suara pelan sambil memandang Hinata dalam-dalam.

"And everything you do. Yeah, they were all yellow.." Sasuke tetap menyanyikan lagu yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya, Hinata sudah salah tingkah dipandangi dari tadi oleh Sasuke.

"D'you know? You know i love you soo..." Sasuke tersenyum,

"Sasuke-kun, aku-..." Hinata sangat ingin mengatakan bahwa ia juga sangat mencintai Sasuke.

"Sampai jumpa besok, Oyasumi..." Sasuke menepuk pelan kepala Hinata, lalu pergi.

"I love you, too. Sasuke..." gumam Hinata pelan saat melihat Sasuke melompati pagar rumahnya.

.

.

.

Senja hari ini menjadi senja yang begitu indah di banding hari-hari lainnya. Seorang pemuda berambut raven duduk di salah satu bangku besi taman kota Konoha. Sasuke menampakkan senyum tipis di wajahnya saat melihat sesuatu di dalam genggamannya yang akan di berikan kepada Hinata. Kaos biru dan jeans dark blue tak lupa sneakers Converse navy menambah kesan kasual dan tamvan pada Sasuke.

Hari ini Sasuke memutuskan untuk menyatakan perasaannya dengan serius kepada Hinata sekaligus meminta jawaban Hinata dan yang paling penting hari ini Sasuke akan memberikan cincin yang ia janjikan kepada Hinata sebagai tanda lamarannya. Cincin berlian dengan permata kecil yang menghiasinya, Sasuke sudah tidak sabar menunggu Hinata.

"Sassukkeee-kun..." Hinata berteriak pelan dan melambai pada Sasuke dari seberang jalan. Sasuke berdiri dan membalas lambaian tangan Hinata.

Hinata mengenakan kaos putih dan rok flanel biru serta sneaker Converse white, Hinata masih sama seperti hari-hari sebelumnya, Hinata yang menguncir rambutnya tampak lebih manis tanpa lingkaran hitam di bawah matanya. Hinata mulai melangkah untuk menyeberang jalan dan-

BRRRUUUKKKKK...

"Seorang gadis tertabrak.." kata seseorang menghampiri jalan raya yang mulai ramai.

Sasuke berdiri mematung memandang lurus ke depan dengan perasaan kosong dan mata yang mulai berlinang air mata, orang-orang berlari ke jalan raya sesekali menabrak bahu Sasuke. Angin sore bertiup melambaikan rambut hitam Sasuke yang masih tak mampu bergerak satu jengkal pun dari tempatnya berdiri, pemandangan yang baru saja ia saksikan adalah yang paling menyakitkan baginya.

.

.

.

Langit tampak mendung hari ini, awan-awan hitam mulai menutupi birunya langit. Pemakaman Umum Konoha ramai dengan orang-orang yang berpakaian hitam mengantarkan seorang gadis ke tempat peristirahatan terakhirnya. Seorang pemuda bersama teman-temannya yang lain tampak berdiri mengitari sebuah nisan yang terukir nama 'Hyuuga Hinata'.

Sasuke berdiri di sisi makam mengenakan kemeja hitam dan celana hitam, ia memilih mengenakan kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sembab. Dari balik kacamata hitamnya, air mata masih tampak mengalir, tangan kanannya ia masukkan ke dalam saku celananya memegang erat sesuatu yang akan ia berikan kepada seseorang yang kini telah tenang di pangkuan sang Pencipta.

"Sasuke.." Neji memegang bahu Sasuke dari belakang, Sasuke berbalik dan memeluk erat Neji.

"Aku sangat mencintainya" kata Sasuke dengan suara serak, Neji menepuk pelan punggung Sasuke dan berusaha menahan tangisnya. Sasuke tak bisa menahan kesedihannya dan akhirnya, tangisnya pun pecah.

"Kita semua mencintainya,"

Angin masih berhembus pelan seperti hari terakhir Sasuke melihat Hinata, angin mulai membelai rambut semua orang yang kini perlahan-lahan meletakkan bunga daisy di atas makam Hinata.

Satu per satu orang meninggalkan pemakaman menyisakan Sasuke yang masih berdiri berdiri memandang nisan Hinata, seolah tidak percaya bahwa Hinata sudah tidak ada di dunia. Shikamaru dan yang lainnya menemani Sasuke yang ingin tinggal lebih lama di makam Hinata.

"Hah, apa ini?" Sasuke bertumpu pada lututnya. Sasuke membuka kacamata hitamnya, memperlihatkan mata yang sembab karena terlalu banyak menangis. Gaara sesekali menyeka matanya yang masih terus berair, suaranya sudah serak.

"Aku hanya ingin melamarmu..." Sasuke mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari saku celanya, ia membukanya di depan makam Hinata berbicara seolah Hinata dapat mendengarnya. Sasuke menangis dengan suara tertahan.

"Aku bahkan bekerja paruh waktu untuk membeli cincin ini untukmu dan kau tidak mengenakannya? Mengapa kau begitu jahat?" Sasuke terus berbicara, ia terlalu sulit menerima kenyataan.

"Aku... aku melakukan semuanya untukmu. MENGAPA KAU MENINGGALKANKU...!" Sasuke berteriak frustasi.

Teman-temannya yang lain begitu sedih melihat Sasuke yang berbicara pada nisan Hinata. Ada begitu banyak hal yang mereka lewati selama mereka bersama.

.

.

.

1 years later

Seorang pemuda berdiri di depan sebuah nisan yang bertuliskan nama 'Hyuuga Hinata', seikat bunga daisy di genggaman tangan kanannya dan sebuah surat di tangan kirinya.

"Uchiha-san.." sapa seorang kakek tua penjaga makam.

"Konnichiwa" sapa Sasuke sopan.

"Gadis yang bernama Hyuuga Hinata pasti gadis yang sangat beruntung, sepanjang tahun makamnya selalu penuh dengan bunga" kata kakek penjaga makam.

"Mereka yang melanggar aturan memang sampah, tapi mereka yang 'melupakan' temannya lebih buruk dari sampah" kata Sasuke memandang sayu pada nisan Hinata.

Dari semua makam, hanya makam Hinata yang selalu di penuhi bunga. Sasuke seminggu sekali akan selalu datang mengganti bunga di makam Hinata, kadang jika sangat merindukan Hinata, Sasuke akan mengunjungi makam Hinata lebih sering dan membawakan bunga serta duduk beberapa saat di depan makam Hinata.

"Hari yang lain tanpamu, Hinata. Kau tahu? Hari ini pengumuman tes masuk Universitas, aku di terima dan lulus di jurusan kedokteran. Andai hari ini kau masih berdiri dengan rambutmu yang di kuncir, kau pasti akan sangat bahagia mendengarnya dan kita mungkin akan merayakannya dengan makan malam di rumahmu bersama teman-teman yang lain seperti yang pernah kita lakukan" Sasuke meletakkan bunga dan melihat surat hasil pengumuman di tangannya sambil sesekali menyeka air matanya.

"Bagaimana ini? Aku akan menjadi dokter, mengapa orang yang ingin menjadi istri dokter harus pergi secepat ini? Sudah setahun tapi terasa baru kemarin aku memecahkan ban sepedamu agar aku bisa mengantarmu pulang" Sasuke mengangkat kepalanya, memejamkan mata mengenang Hinata yang tak bisa lagi ia lihat.

"Hari yang lain tanpamu, Hinata. Seorang Gaara akan benar-benar menjadi arsitektur hebat, aku di terima di jurusan teknik arsitektur. Kau pasti bahagia mendengarnya. Kami sangat merindukanmu, teman..." Gaara muncul dari belakang membawa seikat bunga, masih lengkap dengan seragam KHSnya.

"Hari yang lain tanpamu, Hinata. Inuzuka Kiba akan menjadi dokter hewan . Kami sangat ingin merayakan hari ini bersamamu, aku merindukan saat-saat kita bermain bersama Akamaru. Kau tahu, aku sangat merindukanmu, teman" Kiba menyeka air mata yang mengalir di pipinya.

"Kau, model terbaik yang pernah aku lukis. Kau tahu, Hinata? Kau terlalu cepat meninggalkan kami. Aku bahkan belum pernah makan malam di rumahmu" Sai meletakkan lukisan Hinata yang tengah tersenyum manis.

"Sejak kapan kalian ada disini?" tanya Sasuke memandang semua teman-temannya yang lain.

"Kau pikir hanya kau yang ingin memberi tahu kabar gembira pada Hinata-chan?, kami juga ingin mengunjungi Hinata-chan" Naruto, Chouji, Lee dan Shikamaru muncul dari belakang.

Setelah mengucapkan apa yang ingin mereka ucapkan pada Hinata, mereka berdoa sejenak lalu mulai melangkah meninggalkan makam Hinata yang akan selalu penuh dengan bunga sepanjang tahun. Dengan berat hati, Gaara dan yang lainnya sudah berjalan meninggalkan Sasuke yang masih berdiri memandang lukisan Hinata yang di buat oleh Sai,

"Hinata, aku mungkin tidak berhasil membuatmu melanggar aturan bersamaku. Suatu saat, aku mungkin menemukan perempuan lain yang akan menjadi istriku, ku harap kau tidak akan cemburu. You'll be my little princess till the end of time" Sasuke tersenyum lalu meninggalkan makam Hinata dan menuju ke teman-temannya yang lain.

"Ayo merayakannya di tempat makan favorit Hinata-chan" Chouji menawarkan ide.

"SETTUJUUU!"

Sampai jumpa di kehidupan yang lain, Hinata...

.

.

.

-END-

Yosh! Fic ini selesai.

Hal yang ingin author sampaikan dari fic ini adalah pertemanan itu salah satu hal terindah yang pernah kita lakukan. Yah, bagi kalian yang pernah terkhianati oleh teman atau apalah itu gak masuk hitungan, huahaha.

Beberapa scene koplak di fic 'Break the Rules!' ini adalah sepenggal kisah nyata yang pernah author alami bersama teman-teman.

Oh iya, Author ucapkan selamat datang bagi para mahasiswa baru Universitas Hasanuddin angkatan 2015, mari bersama mengharumkan almamater kita. Salam hangat dari kami angkatan 2013.

Sampai jumpa di fic A Letter at 3 a.m.