CHAPTER 8

Come Home

Disclaimer © Masashi Kishimoto

This fic is mine

Pair © Uchiha Sasuke, Hyuuga Hinata

Rated © T

Summary © Hinata dengan misi rahasia, Sasuke yang tidak mengerti apa yang terjadi. Organisasi mafia dan agen rahasia.

.

.

.

"Uchiha Sasuke..." seorang bergigi tajam tampak menyeringai kepada Sasuke di depan pintu kamar apartemen bernomor 312.

"Mu-mungkin aku salah alamat" Sasuke mundur perlahan berusaha meninggalkan seseorang yang terlihat menyeramkan baginya tapi usahanya gagal saat Kisame memegang erat pergelangan tangan kanannya.

"Kau tidak salah alamat"

.

.

.

Tanpa perlu banyak waktu untuk berpikir, Hinata yakin Sasuke dijebak oleh Kisame, Hidan dan Kakuzu. Satu hal yang Hinata ketahui Itachi sudah pasti tidak akan membiarkan Sasuke hidup damai sementara ia menghabiskan sisa hidupnya di dalam penjara blood prison, penjara paling mengerikan di dunia. Hinata mengganti pakaiannya dengan cepat dan dua pistol kedap suara andalannya tidak pernah ketinggalan.

"Shikamaru... kau dimana?"Hinata memasang headset selagi ia menyetir dengan kecepatan yang 'gila' seperti biasanya, di tangannya ia menggenggam surat palsu yang mengatasnamakan dirinya. Apartemen yang ia tuju adalah apartemen yang berada cukup jauh dari kota.

"Kenapa suaramu bergetar seperti itu?" tanya Shikamaru santai di balik telepon.

"Bisa kembali ke kota sekarang juga?" Hinata masih tidak bisa mengendalikan detak jantungnya yang berdebar sangat kencang, suara dan bibirnya bergetar ketakutan. Ia sangat takut sesuatu yang buruk terjadi pada Sasuke.

"Apa maksudmu? Besok kita sudah kembali ke Amerika, aku hanya ingin menghabiskan waktu memancing dan sekarang kau sudah memintaku kembali? Memangnya ada apa?"

Shikamaru mengangkat kail pancingnya menjauh dari danau untuk membereskan perlengkapannya. Hinata bukan tipe orang yang suka mengganggu kesenangan orang lain karena hal sepele. Meski Hinata belum menjelaskan alasan mengapa ia meminta Shikamaru kembali ke kota tapi Shikamaru sudah yakin pasti ada hal yang sangat penting.

"Sasuke... seseorang mengirim surat kepada Sasuke atas namaku. Dalam surat itu, ia meminta Sasuke untuk menemuiku di sebuah apartemen" Hinata menginjak pedal gas dalam-dalam menerobos lampu merah, ia tidak ingin membuang-buang waktu belum lagi hari sudah sore.

"Dasar anak bodoh. Merepotkanku saja. Dimana alamatnya?"

Setelah menghubungi Shikamaru, Hinata juga menghubungi Gaara yang sedang menonton film Inside Out sambil makan pop corn. Dengan terpaksa Gaara harus meninggalkan bioskop dengan langkah berat, diam-diam film ini adalah film yang ditunggu-tunggu oleh Gaara.

"Sudah ku bilang 'kan? Dia hanya merepotkan kita saja. Lagipula kenapa dia bisa sampai sebodoh itu?" Gaara mengoceh di balik telepon selagi ia berjalan menuju basement parkiran mobil.

"Iya, baiklah aku mengerti. Setelah ini pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus menemani dan membayarkan tiket bioskop untuk nonton film Inside Out"Gaara masih saja belum merelakan film yang ia tunggu-tunggu berlalu begitu saja tanpa ia tonton.

Berhasil membujuk Gaara meninggalkan bioskop, Hinata kembali menekan beberapa tombol untuk menghubungi satu lagi temannya yang sedang menikmati pemandangan pantai sambil menunggu sunset.

Sai yang tengah duduk santai di salah satu kursi pantai harus merelakan hal yang sangat dinantikan olehnya terlewatkan saat Iphone-nya berdering menerima panggilan dari Hinata.

"Apa? Anak bodoh itu?" Sai terlonjak kaget mendengar penjelasan Hinata.

Satu hal, karena kecerobohan Sasuke, Shikamaru, Gaara dan Sai sama-sama mengatai Sasuke dengan kata 'bodoh'.

"C'mon guys, dia hanya orang biasa. Dia bukan orang seperti kita, wajar kalau dia sangat mudah terjebak seperti itu"

Hinata memarkirkan mobilnya lalu berlari menuju wanita paruh baya yang berdiri di balik meja resepsionis.

"Kosongkan apartemen ini, perintahkan semua penghuni untuk meninggalkan apartemen sesegera mungkin" Hinata dengan nafas yang sulit ia kendalikan berbicara cepat kepada resepsionis yang kebingungan menatapnya.

"Maaf, tapi anda-"

"Aku polisi. Ada 3 buronan yang berada di apartemen ini. Sampaikan pengumuman perkamar dan jangan mengumumkannya di kamar 312" Hinata memperlihatkan kartu nama FBI miliknya lalu dengan lincah sang resepsionis melakukan perintah Hinata.

Hinata berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang, ia menuju lift kemudian menekan lantai tujuannya. Di dalam lift, Hinata bersama dengan seorang ibu dan seorang anak kecil.

"Sepertinya lantai atas sedang ada perbaikan dan ada penyelidikan polisi" Hinata menekan tombol yang membuka pintu lift. Hinata menggendong anak kecil tersebut dan membawanya keluardari lift. Ibu dan anak tersebut kemudian turun menggunakan lift yang satunya lagi.

"Hinata, aku sudah ada di dalam lfit menuju-

DUUAARRR...!

"Halo...? Shikamaru? Halo..."

Tidak ada jawaban dari Shikamaru. Hinata memandang ke bawah di bagian kaca lift, ia melihat semburan abu dan kaca pecah di bagian lantai dua, orang-orang berlarian meninggalkan apartemen. Bom baru saja diledakkan dan sialnya Shikamaru pasti terjebak dan tidak bisa membantunya saat ini. Masih ada Gaara dan Sai tapi kemungkinannya untuk segera menyusul sangat kecil. Tidak ada pilihan lain, Hinata meyakinkan dirinya untuk melakukan semuanya sendiri.

Tiinng...

Pintu lift terbuka, pintu kamar 312 tepat berada di depan Hinata. Hinata mengeluarkan pistol dari balik kemejanya, ia berjalan dengan langkah pelan mendekati pintu kamar tersebut.

Doorr... Doorr...

Dua kali tembakan berhasil membuka pintu kamar, Hinata menendangnya dan kemudian memandang ke seluruh bagian ruangan dan betapa terkejutnya ia ketika menemukan sosok berambut hitam duduk dengan seluruh bagian tubuhnya terikat di kursi.

"Sasuke..." Hinata ingin segera mendekati Sasuke dan melepaskannya tapi langkahnya terhenti ketika seorang lelaki muncul dengan seringaian jahat yang senantiasa menghias wajahnya.

"Sudah ku duga, kau pasti akan datang" seorang pria berperawakan menyeramkan dan bergigi tajam muncul dan berdiri di samping Sasuke.

"Dia tidak ada hubungannya dengan ini" Hinata menurunkan pistolnya,mencoba untuk berdamai dengan Kisame.

"Awalnya, dia memang tidak ada hubungannya dengan kasus Akatsuki dan FBI tapi ia telah melibatkan dirinya karena bekerja sama dengan kalian untuk menjebak Itachi" Hidan muncul disusul oleh Kakuzu di belakangnya.

"Kau memang berani. Bahkan kau datang seorang diri kesini..." Kakuzu menarik pelatuk pistolnya bersiap untuk melepaskan peluru yang akan mengenai kepala atau jantung Hinata.

"Sendiri? Aku punya teman.." Hinata pun tak ingin kalah, ia menyiapkan kedua pistolnya tapi saat ini ia hanya sendiri, sedangkan tiga orang di depan sana sama-sama memiliki pistol. Memutuskan untuk menembak salah satu diantaranya mungkin memang berhasil tapi masih ada dua orang tersisa yang mungkin saja menembaknya secara bersamaan.

'Sial. Aku mungkin berakhir disini..'

Hinata menelan paksa ludahnya yang tercekat di tenggorokan, sesaat ia menyempatkan dirinya melirik ke arah Sasuke yang bahkan bernafas pun terlihat sangat sulit ia lakukan. Sasuke tampak menggeleng-gelengkan kepalanya memberi isyarat kepada Hinata untuk tidak melakukan hal-hal bodoh yang membahayakan nyawanya.

"Bagaimana kalau kita akhiri saja..." Hidan menarik pelatuk pistolnya dan mengarahkannya kepada Hinata.

"DASAR BANYAK BICARA...!" Sai melompat dari balik pintu dan langsung menerobos melepaskan tembakan.

Dorr... Dorr...!

Dua tembakannya berhasil mengenai bagian dada Hidan, semuanya terjadi begitu cepat. Kakuzu menekan sebuah tombol remote control di tangannya dan-

DUUUAARRR...!

Bom meledak di luar kamar 312. Dinding tembok yang berdiri kokoh tertiup seperi kapas saat terkena ledakan bom, Hinata berusaha menutupi kepalanya dari reruntuhan bangunan menggunakan kedua tangannya, ruangan tersebut kini hancur berantakan dalam sekejap mata. Hinata memberanikan diri membuka matanya dan mendapati Sasuke telah terjatuh dari kursi. Kepala Sasuke tampak berdarah, sepertinya terkena reruntuhan bangunan.

"SASSUUKKKEEEE...!" Hinata berteriak sekencang mungkin saat melihat darah segar mengalir dari kepala Sasuke. Mata Sasuke tertutup.

"MATI KAU..!" Kisame mengarahkan pistolnya ke bagian kepala Hinata yang tampak tak fokus karena memperhatikan Sasuke.

Dooorrrr...!

"Arrggghhhhhh..!" Hinata yang akan berlari menyelamatkan Sasuke jatuh tersungkur di lantai saat ia merasakan peluru menembus kakinya dari belakang.

Dari belakang? Tunggu tapi Kisame menembaknya dari depan, lalu kenapa seseorang menembak kakinya dari belakang?

Hinata mengarahkan pandangannya ke belakang dan mendapati Gaara terjatuh dengan peluru yang tepat menembus jantungnya.

"GAARAAA...!" Mata Hinata berair saat melihat salah satu temannya jatuh perlahan dengan luka di bagian dadanya.

Jadi, saat Kisame akan menembak kepala Hinata, Gaara muncul dari belakang dan menembak kaki Hinata, tujuannya adalah agar Hinata jatuh dan peluru Kisame tidak mengenai Hinata tapi sebagai gantinya Gaara tidak punya banyak waktu untuk menghindar dan akhirnya peluru yang akan mengenai kepala Hinata melesat ke belakang menembus jantungnya.

"DASAR BODOH...!" Shikamaru muncul dari belakang dengan air mata yang menetes perlahan saat melihat Gaara kesulitan bernafas, Shikamaru melompati Gaara menerobos reruntuhan puing bangunan yang seakan tak menjadi penghalang Shikamaru untuk melepaskan beberapa tembakan untuk menghentikan Kisame, disusul Sai mengejar Kakuzu yang lari keluar ruangan.

Hinata dengan kaki yang bercucuran darah berusaha mengabaikan rasa sakitnya, ia berjalan menghampiri Gaara yang tampak kesulitan bernafas, Hinata menghampiri Gaara dengan air mata yang sudah tak mampu lagi ia tahan.

"Bo-bodoh..." Hinata duduk di samping Gaara, ia mengangkat kepala Gaara agar Gaara setidaknya lebih mudah bernafas.

"Ayolah, bertahan. Hiks... Hiks... besok kita harus pulang ke Amerika. Ayo, Gaara kuatkan dirimu" Hinata mengangkat kepala Gaara ke pahanya. Hinata mengusap kepala Gaara, mengguncang-guncang wajah Gaara agar Gaara tetap sadar.

"Ma-maafkan a-aku. A-aku me-menembak kakimu u-untuk ke-kedua kalinya..." Dengan pandangan yang mulai kabur, Gaara menatap Hinata yang berusaha membantunya bernafas dengan melepas satu per satu kancing kemejanya.

"Jangan bodoh. Bertahanlah, kau akan baik-baik saja, kau belum menonton film Inside Out bukan? Aku akan membeli tiketnya dan menemanimu menonton..." Hinata berusaha memberikan semangat kepada Gaara agar tetap bertahan.

Hinata benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan, ruangan tempatnya sekarang tak lebih baik dari ruangan yang terkena gempa bumi, belum lagi disisi lain ada Sasuke di ujung sana dengan luka di kepalanya, dan suara peluru masih terus terdengar saat Shikamaru dan Sai mengejar dua orang yang berusaha melarikan diri.

"Hi-hinata, a-aku rasa... a-aku akan berakhir di-disini. Aku se-senang be-bekerja sama de-dengan tim ki-kita..." Bersamaan dengan berakhirnya ucapan Gaara, Gaara menutup matanya dan menghembuskan nafas terakhir.

Hinata memeluk erat Gaara dan menangis tertahan.

"Kau melakukan semuanya dengan baik, Gaara" Hinata meletakkan kepala Gaara ke lantai.

Hinata kemudian berjalan mendekati Sasuke dan melepaskan ikatan di bagian tangan dan kaki Sasuke, Hinata juga melepaskan kain yang menyumpal mulut Sasuke. Hinata memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Sasuke.

"Sasuke... Sasuke... Ayo bangun, Sasuke..." Hinata memperbaiki posisi Sasuke, wajah putih Sasuke kini tampak menyedihkan karena dipenuhi darah yang mengalir dari kepalanya.

"Hi-hinata..." Sasuke membuka matanya.

"Bertahan Sasuke, ambulans akan segera datang. Tetap buka matamu, Sasuke..." Hinata membuka kemejanya lalu diikatkan pada kepala Sasuke untuk mencegah pendarahan Sasuke.

"I love you, Hinata..." Mata hitam Sasuke yang biasanya selalu menatap tajam kini terlihat sangat sayu.

"Iya, aku tahu..."

"Tell me you love me, if don't... then lie.. lie to me, Hinata.." Sasuke berusaha mengais sisa-sisa tenaganya yang tersisa untuk mengatakan hal yang paling ingin ia katakan. Ia meminta Hinata untuk mengatakan bahwa ia mencintainya, kalau pun ternyata Hinata tidak mencintainya ia meminta Hinata agar berbohong bahwa ia mencintainya.

"I love you, Sasuke... I love you, too... I love you more and thats the truth.." Meski Sasuke memintanya untuk berbohong tapi Hinata mengatakannya dengan jujur, ia mengatakannya dengan perasaan yang sebenarnya.

Sasuke menatap mata ungu Hinata lalu tersenyum bahagia, pandangannya mulai kabur, kepalanya terasa berputar-putar dan Sasuke menutup matanya.

Pingsan.

Hinata tidak punya banyak waktu untuk membawa Sasuke ke rumah sakit, ia bahkan tak mampu berjalan dengan baik, belum lagi besok ia harus kembali ke Amerika. Hinata tidak berniat memberitahukan kejadian ini kepada Kakashi-sensei karena hal ini di luar dari misi tapi bagaimana lagi? Gaara meninggal di peristiwa ini. Hinata, Shikamaru dan Sai harus mengurus jenazah Gaara dan menerbangkannya ke Amerika malam ini juga. Lalu bagaimana dengan Sasuke? Orang tua Sasuke ada di luar negeri, sesaat kemudian Hinata memikirkan seseorang yang bisa menemani Sasuke di rumah sakit.

"Halo... Naruto, kau dimana?" Bibir Hinata mulai pucat, ia kehabisan banyak darah karena tembakan di kakinya.

"Aku sedang main PS bersama yang lainnya, ada apa Hinata?" Dari seberang telepon Hinata mendengar suara Kiba yang menyalahkan stik karena kalah 3-0 dari Naruto.

"Sasuke..." Hinata sepertinya akan menyusul Sasuke pingsan, ia merasakan seluruh tubuhnya terasa dingin.

"Kenapa dengan si Teme?" Nada suara Naruto terdengar sangat khawatir, Kiba yang tadinya sangat berisik pun kini terdiam, menunggu jawaban Hinata.

"Kepalanya terbentur, ia pingsan. Bisa kau temani dia di rumah sakit? tolong hubungi orang tuanya"

"Tapi kenapa"

Tut... tut... tut..

Hinata mematikan sambungan telepon dengan Naruto. Beberapa perawat kemudian mengangkat tubuh Sasuke.

'Maaf, Sasuke. Aku tidak bisa menemanimu' Hati Hinata sedikit perih saat melihat Sasuke yang tak berdaya di bawa ke rumah sakit oleh petugas ambulans.

"Kau tidak apa-apa?" Shikamaru membantu Hinata berdiri dengan memegang bahu kiri Hinata.

"Dua orang sisanya?" Hinata menanyakan Kisame dan Kakuzu karena Hidan telah lebih dulu ditembak mati oleh Sai.

"Sudah kami bereskan" Sai juga membantu Hinata berdiri dengan memegang bahu kanan Hinata.

"Lalu bagaimana dengan Gaara? Semuanya salahku" Hinata memandang sayu kepada beberapa polisi yang mengangkat jenazah Gaara.

"Tidak ada yang salah. Bukankah kita diajarkan untuk saling melindungi satu sama lain? Gaara melakukan sesuatu yang mungkin tak bisa kita lakukan, mengorbankan dirinya sendiri demi rekan se-tim" Shikamaru menahan air matanya saat melihat jenazah Gaara di bawa pergi.

.

.

.

Di sebuah kamar VIP Rumah Sakit Konoha, Sasuke masih terbaring lemah dengan perban yang membalut kepalanya, Mikoto dan Fugaku duduk tak jauh dari kasur tempat Sasuke terbaring, tak ketinggalan Naruto, Kiba, Sakura, Ino, Lee dan yang lainnya.

"Nggh..." Sasuke membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya di sebuah ruangan yang didominasi warna putih.

"Sasuke... Sasuke.. kau sudah bangun? Ini Mama, sayang..." Mikoto dengan lincah mendekati Sasuke yang sudah siuman.

"Apa yang terjadi?" Sasuke berusaha mengingat hal terkahir yang terjadi sebelum ia berada di rumah sakit.

"Hinata menghubungiku, kau pingsan di kamar apartemen yang terkena bom" Naruto berjalan mendekati sahabatnya yang sadar setelah 4 hari tak sadarkan diri.

"Hi-hinata? Dimana dia?" Sasuke mencari seseorang yang terakhir bersamanya saat itu.

"Dia kembali ke Amerika karena salah satu temannya meninggal di kejadian itu, ternyata dia bla... bla... bla..." Naruto kemudian menceritakan banyak hal yang sebenarnya lebih dulu diketahui oleh Sasuke.

.

.

.

Sasuke kembali ke apartemennya bersama Mikoto dan Fugaku. Sasuke sedikit sesak saat mendapati apartemennya tak lagi sama dengan hari-hari sebelumnya, tak lagi sama tanpa kehadiran Hinata.

"Sasuke, sejak kapan kau tidur di sofa seperti ini?" Mikoto membereskan bantal dan selimut yang biasa digunakan Hinata saat tidur. Sasuke hanya diam, tak berniat menjawab pertanyaan Mikoto.

"Kau punya dua Macbook dan ini... kameramu?" Mikoto terus membereskan meja yang berisi barang-barang Hinata.

'Ia tak membawa apapun' Sasuke mengedarkan pandangannya, Sasuke berpikir bahwa setelah kejadian itu Hinata tak pernah kembali ke apartemen dan langsung terbang ke Amerika. Apa karena ia pingsan terlalu lama? Ia bahkan belum sempat mengucapkan kata selamat tinggal kepada Hinata.

"Kau ingin makan apa, Sasuke?" Mikoto bersiap-siap membuatkan makanan untuk Sasuke.

"Aku ingin makan bubur" Sasuke mengingat makanan yang berhasil dibuat oleh Hinata untuknya, makanan saat ia demam setelah di kejar-kejar Akatsuki. Bagi Sasuke, masakan Hinata saat itu adalah masakan yang paling enak.

"Sejak kapan dia makan bubur" Mikoto bergumam pelan saat melihat Sasuke beranjak menuju kamarnya.

Sasuke membuka pintu lemarinya, ia ingin mengganti pakaian rumah sakit yang tampak sangat menghancurkan penampilannya. Lagi, Sasuke harus tertegun mengenang Hinata saat ia mendapati gaun yang dikenakan Hinata saat mereka mengendarai mobil 'terbang' mengejar Akatsuki yang mengacaukan pesta Namikaze Minato.

"Where are you now..." Sasuke membelai pelan gaun Hinata.

Sasuke berkali-kali menghubungi Hinata tapi seperti yang Sasuke perkirakan, Hinata sudah pasti mengganti Iphone-nya dan mereka berdua benar-benar telah lost contact.

Hari demi hari berlalu, Sasuke menjalani hari-harinya seperti biasa. Ke sekolah, belajar, dan main PS bersama Naruto dan yang lainnya, main basket hingga hari yang paling ia tunggu-tunggu telah tiba, hari Ujian Akhir Sekolah. Sasuke bangun lebih awal dari biasanya untuk menyiapkan seluruh perlengkapan ujiannya. Iphone-nya tak kenal lelah bergetar menerima ucapan 'do your best', baik dari teman angkatan, kakak kelasnya yang telah lebih dulu lulus maupun adik kelas yang sangat tergila-gila padanya.

Ia mengecek satu per satu pesan masuk tapi ia tak menerima pesan yang ia inginkan. Di sela-sela kegiatan Sasuke merapikan perlengkapan, tiba-tiba Macbook-nya menampilkan pemberitahuan e-mail masuk.

Sasuke mendekati mejanya untuk memeriksa e-mail yang baru saja masuk. Dengan sekali 'klik' Sasuke tak mampu meninggalkan Macbook-nya, ia terus mengulang membaca e-mail tersebut.

From : 6888787

Bagaimana luka di kepalamu, Sasuke?

Aku harap kau baik-baik saja, maaf telah melibatkanmu dalam banyak masalah.

Aku bahkan tidak menemanimu di rumah sakit.

Hari ini kau Ujian Akhir, bukan?

Lakukan yang terbaik, Sasuke.

"eh?" Sasuke heran melihat sebuah pemberitahuan muncul di sela-sela email Hinata, pemberitahuan yang mengatakan bahwa email tersebut akan hangus dalam 10 detik. Sasuke harus segera membalas email tersebut kurang dari 10 detik.

I miss you more than anything,

Please come home, Hinata.

Email dari Hinata mengilang tak berapa lama setelah Sasuke menyempatkan untuk menulis balasan. Ada banyak hal yang ingin Sasuke katakan tapi hanya ada dua hal yang sangat ingin ia katakan. Pertama, ia sangat merindukan Hinata. Kedua, ia hanya ingin Hinata kembali. Berpisah dengan seseorang yang kau cintai tanpa mengucapkan apapun adalah hal yang sangat berat bagi Sasuke.

.

.

.

Aula Konoha High School menjadi saksi atas kelulusan siswa kelas XII tahun ini, raut wajah bahagia dan tangis haru menjadi ekspresi utama yang menghiasi seluruh wajah siswa kelas XII tapi entah mengapa bagi Sasuke hari ini sama sekali tak ada artinya, meski ia menjadi siswa paling banyak menerima buket bunga tetap saja suasana hatinya tak kunjung membaik.

"Wah, kau menjadi lulusan dengan nilai tertinggi. Meskipun kau menjengkelkan tapi aku bangga memiliki teman sepertimu" Naruto menjabat tangan Sasuke.

"Meskipun kau hampir tidak lulus tapi aku pun bangga memiliki teman sepertimu" Sasuke membalas jabatan tangan Naruto dengan sedikit senyum.

Acara berlangsung sangat meriah, satu per satu siswa KHS memberikan persembahan mereka. Ino yang membacakan puisi, Sakura yang menyanyi Solo, Tenten yang menjadi dirijen paduan suara, bahkan ada drama teatrikal yang dibawakan oleh Naruto, Kiba dan yang lainnya.

"Tuhan menghadirkan seseorang yang baik dalam hidup kita bukan berarti Dia menakdirkan kita untuk hidup bersama, Tuhan menghadirkannya untuk memberikan pelajaran berharga kepada kita. Setiap orang dalam hidup kita punya porsinya masing-masing untuk mengajarkan sesuatu pada kita. Orang tua, Tuhan menghadirkannya dalam hidupku untuk menjaga dan menyayangiku. Kak Itachi, Tuhan menghadirkannya untuk mengajarkan aku bagaimana memilih jalan hidup yang benar. Naruto, Kiba dan yang lainnya, Tuhan menghadirkannya untuk mengajarkan aku bahwa aku tak sendiri, aku punya orang-orang yang akan menemaniku dalam suka dan duka, orang-orang bodoh yang aku namakan teman. Lalu, Hinata... mungkin Tuhan menghadirkannya dalam hidupku untuk mengajarkan aku bagaimana rasanya mencintai seseorang. Rasanya... sangat menyenangkan. Hinata... kau dimana? Menurutmu, Tuhan menghadirkan aku dalam kehidupanmu untuk apa? Kapan kita akan bertemu lagi? Aku rela mengorbankan 1000 hari dalam hidupku demi sehari bertemu denganmu. Jika aku diberikan kesempatan untuk terlahir kembali dan diberikan kebebasan memilih hidup yang akan ku jalani, aku akan memilih hidup yang seperti ini lagi. Bertemu denganmu dengan cara yang tak biasa, kita bahkan mempertaruhkan nyawa untuk melakukan banyak hal. Bagiku, hari-hari bersamamu adalah bagian terbaik selama aku hidup"

Sasuke berdiri sambil tersenyum dan bertepuk tangan saat acara drama teatrikal dari Naruto dkk selesai. Lalu acara selanjutnya, acaranya terakhir. Persembahan lagu dari Sasuke.

Sasuke membungkuk memberi penghormatan sebelum ia duduk di depan piano hitam dan memulai membelai nuts piano menyanyikan sebuah lagu.

Title © Come Home

Artist © OneRepublic

Sasuke's POV

.

Hello world, hope you listening...

-Halo dunia, semoga kau mendengarkan-

Forgive me if I'm young and speaking out of turn

-Maafkan aku jika aku terlalu muda dan bicaraku tak karuan-

There's somone I've been missing

-Ada seseorang yang kurindukan-

I think that they could be the better half of me

-Kurasa mereka bisa jadi separuh yang lebih baik dari jiwaku-

.

Halo dunia, lagu ini untuk seseorang yang aku tak tahu entah dimana dia berada. Maaf jika aku terlalu muda dan berbicara tak karuan, aku hanya merindukan seseorang, seseorang yang entah telah berapa lama aku tak melihatnya, tak mendengar suaranya. Aku bisa saja hidup tanpanya tapi aku hanya hidup dengan menjalani hariku tanpa keinginan apapun karena semua keinginan dan harapanku ada pada dirinya. Dia telah menjadi separuh dari jiwaku. Di dunia yang besar ini, akankah aku bertemu lagi dengannya?

.

Come home... Come home...

-Pulanglah, Pulang..-

'Cause I've been waiting for you,

-Karena aku telah menunggumu-

For so long, for so long

-Sekian lama, sekian lama-

And right now there's a war between the vanities

-Dan saat ini ada peperangan diantara kesia-siaan-

But all i see is you and me

-Tapi yang ku lihat hanyalah kau dan aku-

And fight for you is all I've ever known

Dan memperebutkanmu adalah segalanya yang aku tahu

So, come home

-Maka, Pulanglah..-

.

Hinata, kau dimana? Ku mohon padamu untuk kembali padaku. Hari terakhir kita bersama adalah hari dimana kita tidak bisa mengucapkan kata perpisahan. Aku tidak bisa saat kau meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Jika aku melihatmu dan memberimu pelukan saat kau akan meninggalkaku, mungkin hal itu akan sedikit menenangkanku. Kau tahu? Aku sudah terlalu lama menunggumu, aku bahkan tak mengganti password apartemenku karena saat kau kembali dan tak punya tempat tinggal kau bisa datang padaku. Setiap pagi, aku selalu berharap bel apartemenku berbunyi, aku akan berlari membukannya dan menemukan dirimu seperti saat pertama kali kita bertemu. Apa kau tidak merindukanku? Aku ingin ke pantai akhir pekan ini bersamamu, ku mohon... pulanglah.

.

Everything I can't be is everything you used be

-Segala yang tak bisa ku lakukan adalah hal yang biasa kau lakukan-

And that's why i need you here

-Dan itulah mengapa aku membutuhkanmu disampingku-

.

Aku tak bisa melakukan banyak hal seperti yang bisa kau lakukan. Kau memberiku semangat yang kadang tak bisa ku lakukan pada diriku sendiri. Kau bahkan memasak bubur, masakan yang tidak pernah aku masak. Ada banyak hal yang kurang dariku, karena itulah aku membutuhkanmu.

.

Bersamaan dengan berakhirnya lagu Sasuke, semua orang berdiri bertepuk tangan untuk memberikan apresiasi terhadap sebuah lagu sederhana yang dibawakan oleh seorang Uchiha Sasuke.

Semua siswa meninggalkan aula, memilih halaman sekolah untuk mengambil beberapa foto bersama teman, guru dan orang tua. Sasuke pun tak ketinggalan, ada begitu banyak tangan yang menariknya kesana kemari untuk berfoto bersama, kemejanya sudah sangat kusut, ia bahkan tak mampu lagi membawa buket bunga yang diberikan padanya karena sudah terlalu banyak.

"Selamat, Sasuke-kun... kau melakukannya dengan baik.." Sakura memberika seiikat bunga mawar kepada Sasuke.

"Um.. Terima kasih..." Sasuke mengambilnya sambil sedikit tersenyum, bagaimana pun semua orang sedang berbahagia saat ini, ia tidak boleh menampakkan perasaannya yang sebenarnya.

"Kita berfoto bersama dulu ya, Sasuke-kun..." Sakura bergeser lebih dekat dengan Sasuke saat Ino akan mengabadikan foto mereka berdua.

"Siap ya... satu..." Ino memberikan isyarat, Sakura memasang senyum terbaiknya sementara Sasuke mengedarkan pandangannya untuk mencari Naruto. Hari ini ia dan Naruto beserta teman laki-laki lainnya akan mengadakan perayaan kecil-kecilan di restoran Yakiniku.

Sasuke menyipitkan matanya untuk memperjelas pandangannya, pandangan Sasuke tidak mengarah ke Naruto yang juga menjadi salah satu objek foto bersama tapi pandangan Sasuke mengarah ke salah satu sudut jalan yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Mobil Ferarri hitam dan seorang gadis berambut panjang bersandar di pintu mobil tersebut, gadis yang mengenakan topi berwarna pink dan sekotak susu coklat di tangannya.

"Permisi..." Sasuke meninggalkan Sakura dan Ino yang belum mengambil foto.

"He... Hei... Sasuke-kun, belum..." Sasuke tak mengindahkan teriakan Sakura yang tak rela saat ia pergi meninggalkannya sebelum Ino memotret mereka.

Sasuke semakin mempercepat langkahnya menuju tepi jalan, ia tak memperdulikan suara protes yang ditujukan padanya karena menabrak orang tanpa mengucapkan kata 'maaf', mata Sasuke terlalu terpaku dengan sosok di depan sana.

Sasuke berhenti di jarak 2 meter dari seorang gadis yang sedang asik mendengarkan musik sambil meminum susu. Rambut panjang berwarna indigo, mata ungu...

"Ha-hai, Sasuke...kau terlalu sibuk berfoto sehingga tak menyadari keberadaanku yaa..." Hinata membuka topinya saat Sasuke menatapnya tak berkedip.

"Ano saa, selamat atas kelulusanmu. Ku dengar kau lulusan terbaik tahun ini..." Hinata membuang kotak susunya, ia heran Sasuke masih saja menatapnya tanpa berkata apapun.

"Lagu yang kau nyanyikan tadi... aku menyukainya" Hinata bingung harus mengatakan apa lagi, Sasuke tetap saja tidak meresponnya.

"Apa kau marah karena aku tidak membawa buket bunga untukmu? Aku tidak sempat membelinya.. bagaimana kalau kita-"

"Kenapa lama sekali..." Sasuke menjatuhkan semua bunga dan coklat yang ada ditangannya agar ia leluasa memeluk seseorang yang sangat ia rindukan.

"Misiku di Rusia selesai, aku menyempatkan ke Jepang untuk menemuimu karena hari ini hari kelulusanmu.." Hinata mengelus punggung Sasuke dengan lembut, Sasuke hanya diam, memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku meninggalkanmu tanpa sepatah kata pun, aku juga tak menemanimu di rumah sakit" Hinata melirik Sasuke dengan ekor matanya, tak ada tanda-tanda Sasuke akan melepaskan pelukannya. Hinata mulai merasa risih saat beberapa pasang mata tak berhenti menatapnya dan Sasuke.

"Aku tidak memaafkanmu..." Sasuke menenggelamkan kepalanya di leher Hinata, menghirup dalam-dalam aroma vanila yang menjadi favoritnya.

"Apa yang harus ku lakukan agar kau memaafkanku?" Hinata tahu, Sasuke butuh sedikit pancingan.

"Don't leave me again..." Sasuke melepas pelukannya dan menatap Hinata dalam-dalam.

"Setelah ini, aku harus kembali ke Amerika untuk memberi laporan seperti biasanya dan setelah itu aku akan dikirim ke Australia" Hinata menjelaskan dengan halus kepada Sasuke.

"Jadi maksudmu, kau tidak akan tinggal bersamaku?" Sasuke mengeryitkan dahinya tak setuju.

"Sasuke, kita punya jalan hidup yang berbeda. Aku dan pekerjaanku, kau dan sekolahmu. Dan ada satu hal yang ingin aku lanjutkan..." Hinata berjinjit untuk mensejajarkan dirinya dan Sasuke. Ia mengecup pelan bibir tipis Sasuke, hal yang tak pernah berlanjut setelah terakhir mereka melakukannya di pesta Namikaze Minato.

"Aku tidak akan melupakanmu, Sasuke"

Hinata sekali lagi memeluk Sasuke sebelum akhirnya dengan berat hati ia melepaskan pelukannya. Hinata membuka pintu mobilnya dan sekali lagi balik menatap Sasuke yang berusaha tersenyum

Hinata tertawa pelan dan menutup pintu mobilnya lalu melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan Sasuke yang masih berdiri di tepi jalan.

"Sampai bertemu lagi, Hinata..."

.

.

.

E N D

Yap, selesai juga. Ini fic pertama yang gue publish ke ffn.

Gue termasuk orang baru di FFN dan gue berterima kasih banget sama temen-temen yang udah niat baca dan nge-review fic ini beserta fic-fic gue yang lain.

Niat hati, pengen bikin fic yang setara film-film produksi Universal. Hahaha *BedaJauh

Gue bukan penulis yang bisa bikin ending bagus.

Itu karena gue mikir life must go on *eaahhh..

Hidup harus selalu berlanjut dan dalam hidup yang sebenarnya gak ada namanya happy or sand ending.

Akhir kata,

JANGAN LUPA BAHAGIA...!

Haha... sekali lagi, terima kasih banget ya temen-temen...

Semoga tetap niat baca fic-fic gue yang lain.