Setelah semua yang terjadi dalam hidupnya pada 5 tahun belakangan, Tao merasa hidupnya bagai roaller coaster. Mendebarkan sekaligus menakutkan. Baik karena kesendiriannya hidup di Negeri orang, hingga dirinya harus menghadapi perasaan merepotkan bernama cinta yang tertuju pada seseorang yang begitu jauh darinya.

Jika di ingat, semua itu terasa bagai mimpi. Tao tak pernag berpikir jika hidupnya cukup beruntung, atau dirinya sangat di berkati. Tak pernah sekalipun.

Tao hanya pemuda biasa yang sialnya jatuh cinta pada seorang superstars yang kini wajahnya beredar dimaba-dimana, dan kini membuat dadanya terasa sesak. Seperti terdapat gelembung udara yang berjumlah cukup banyak mendekam disana dan akan meletup secara bersamaan. Belum lagi rasa tak di inginkan yang selalu timbul beberapa hari ini.

Ia tak mengerti kenapa. Tao sudah sangat yakin pada dirinya dan juga perasaannya, jika sejak awal ia harus mempersiapkan diri untuk sesuatu yang menyakitkan. Entah apa, namun ia mengerti jika hal itu memang sudah sepatutnya di persiapkan jauh-jauh hari agar dirinya tak merasakan sakit yang luar biasa seandainya hal itu terjadi.

Dan apapun itu yang kini mengganggu pola pikir hingga aktifitasnya, berhasil membuatnya menjadi sosok yang pesimis. Bahkan pada perasaan cintanya sendiri.

Ketika kekasihnya tak pernah berada di sisinya, ketika melihat kekasihnya berada di hampir seluruh chanel tv yang membuatnya semakin ragu, dan ketika rasa tak layak itu muncul hingga meremas ulu hatinya.

Tao merasakan bahagia dan sakit dalam waktu yang bersamaan. Dan ia tak tahu bagaimana harus mengatasinya jika setiap saat dirinya selalu melihat dan mendengar perihal kekasihnya yang semakin hari semakin bersinar

Begitu dekat, dan juga begitu jauh.

Bahkan pemuda manis dengan tubuh semampai itu sudah beberapa hari ini sama sekali tak terlihat bersemangat. Ia hanya keluar dari apartemen seperlunya saja, menjauhkan diri dari ponsel kesayangannya, televisi, komputer, bahkan teman-temannya. Entah apa yang di hindarinya begitu mati-matian, sementara teman-temannya mulai mengkhawatirkan keadaannya saat ini.

Sebenernya jika ingin jujur, Tao bukanlah pemuda lemah yang begitu saja akan tumbang karena hal bernama cinta. Ia tak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, maka dari itu saat ia merasakan hal seperti ini saat ini, dirinya merasa begitu bodoh dan lemah.

Hingga meragukan dirinya sendiri.

Apa dirinya pantas di cintai dan menjadi bagian dari kehidupan sang kekasih Kris Wu?

Tao mengerti jika memikirkan hal seperti ini tidak akan ada habisnya, ia juga mengerti jika dirinya begitu bodoh jika terus memikirkannya. Tapi sungguh, hatinya menolak untuk mengabaikan semua itu, dan otaknya tak berhenti bekerja memikirkannya, jadi wajar saja jika ia kehilangan nafsu makan dan begitu pesimis menjalani hidupnya saat Kris tak berada di dekatnya.

Dan karena ia sudah memutuskan jika untuk sementara menjauhi televisi, maka kegiatan rutinnya setelah menghabiskan makan malam adalah menyibukkan diri dengan segala sesuatu hal yang berada di apartemennya. Bahkan meski dirinya sudah melakukan hal itu kemarin, Tao tak keberatan jika harus melakukan aktifitas yang sama untuk mencegah dirinya kembali memikirkan hal yang sama.

Maka dengan peluh di dahi dan lehernya, pemuda manis bermarga Huang itu berdiri dengan kedua tangan di pinggang memperhatikan kamarnya yang terlihat sangat amat rapih. Dirinya telah berhasil mengembalikan kondisi kamarnya dalam keadaan normal, dan membuat ruangan itu terlihat lebih luas dan nyaman untuk di tepati.

Ia hendak beranjak dari depan tempat tidur saat tak sengaja sebelah kakinya menginjak sesuatu yang keras do lantai. Pemuda cantik itupun mengurungkan niatnya dan menunduk untuk melihat benda apa yang di injaknya. Iapun menundukkan tubuhnya meraih benda itu, yang tak sengaja tertekan oleh berat tubuhnya dan terdengar bunyi pip! yang nyaring.

Tao baru saja meraih benda persegi panjang yang ternyata sebuah remote televisi ketika benda elektronik berbentuk persegi yang datar itu menyala dan menampilkan sebuah tayangan infotainment yang sedang membahas seorang selebriti pria tampan yang baru saja mengikuti perlombaan basket di Kanada.

Ia hanya bisa berdiri diam dengan mata tertuju pada layar televisi. Bahkan tak sedikitpun berkedip ketika wajah tampan selebriti itu memenuhi layar, menunjukkan betapa bahagianya pria itu ketika tersenyum pada kamera dan bercerita dengan lugas.

Tao merasakan dadanya kembali terasa sesak. Dadanya seperti di himpit oleh benda keras yang besar, membuatnya tak bisa benafas dengan baik.

Kris baik-baik saja disana. Tanpa dirinya. Kris menikmati harinya.

Tidak seperti dirinya yang tertekan karena perasaannya sendiri.

Segera saja ia mematikan televisi dan melempar remote nya ke sembarang arah. Tao mendudukkan tubuhnya kasar di tepian tempat tidur menghadap televisi, menunduk menatap kedua kakinya dengan mata yang mulai berembun. Bibir uniknya ia gigit kuat-kuat, mencegah air matanya yang nyaris meleleh keluar karena rasa sesak di dadanya yang semakin menjadi.

Setiap kali melihat Kris begitu bahagia di layar televisi, dirinya merasa begitu sedih.

Bukankah sangat aneh?

Seharusnya dirinya juga bahagia bukan?

Setiap kali ia menyadari jika begitu banyak orang di sekeliling Kris, dirinya merasa semakin terasingi.

Apa arti dirinya?

Apa alasan untuk orang lain hingga menomor satukan dirinya?

"Hiks..."

Isakan itu lolos dari celah bibirnya yang bergetar. Cepat iapun membungkam bibirnya dengan satu tangannya, semakin kuat mengigit bibirnya, tak peduli jika hal itu dapat melukai bibirnya. Karena desakan itu semakin kuat, membuatnya merasa sangat lemah.

Dan tangisan itu tak lagi bisa di bendung.

Kedua mata indahnya basah, pipinya berkilat karena air mata yang deras mengalir, bahunya bergetar hebat, hingga tubuhnya merosot jatuh perlahan di bawah tempat tidur. Tao menekuk kedua kakinya di depan dada, meletakkan kedua tangannya yang terlipat diatas lututnya, dan menyembunyikan wajahnya yang berantakan di balik lipatan tangannya.

Ia merindukan kekasihnya. Kris nya.

Kapan terakhir kali mereka bertemu? Tao tidak ingat lagi.

Kapan terakhir kali mereka bicara? Tao benar-benar tidak ingat.

Seharusnya dirinya tahu jika hal seperti ini akan sering terjadi. Kris juga pernah mengatakannya, lelaki itu sudah memberitahunya banyak hal. Tapi tetap saja dirinya tidak bisa menahan semua itu.

'Kenapa menangis?'

Bahkan suara lelaki itu terngiang di dalam kepalanya.

'Melihatmu menangis membuat dada ku sakit peach'

Masih berusaha meredam isakannya mati-matian. Tao semakin meneluk erat kedua lututnya dan merasakan nafasnya yang tersendat-sendat. Sungguh menyedihkan, disaat seperti ini suara hangat Kris selalu terngiang di dalam kepalanya, yang membuatnya tak pernah lama menangisi perasaannya yang begitu menyedihkan.

Wajahnya benar-benar basah saat ini, membuat pandangannya memburan karena kedua matanya yang basah. Tatapannya lurus tertuju pada rak di bawah meja televisi yang terdapat beberapa buku miliknya maupun milik Kris. Dan dari sekian banyak buku yang tertata, hanya satu buku lah yang membuatnya tergerak untuk mengambil buku tersebut dan membawa ke posisi awalnya.

Sebuah buku yang telah di modifikasi menjadi album foto super unik, terdapat rongga berbentuk kotak di setiap halamannya yang terisi benda kenangan mereka, entah itu bungkus permen karet, sepasang barcelet, rantai kalung yang putus, dan yang paling berkesan adalah lembar-lembar foto yang tersimpan cantik dengan berbagai dekorasi yang mereka buat.

Foto-foto penuh kenangan. Baik dirinya maupun foto Kris yang di ambil diam-diam, foto yang membuat mereka akan kembali teringat akan masa sulit itu.

Masa dimana Kris melakukan banyak hal untuknya. Untuk meyakinkannya jika pria itu juga memiliki rasa yang sama, dan juga pengorbanan yang Kris lakukan untuknya.

Pria itu sempat mendapat masalah besar karena dirinya. Kris bahkan nyaris mendapat gugatan dari sebuah sponsor karena tak menghadiri kontrak yang telah di sepakati.

Kris mati-matian menyembunyikan hubungan mereka agar dirinya tak terganggu oleh media.

Kris juga lah yang rela berkali-kali harus pulang-pergi saat dirinya sakit dan sendirian di apartemen.

Hanya Kris yang berada di sampingnya bahkan saat hubungan mereka nyaris terbongkar.

"Hiks...gege...gege..."

Tao mendekap album penuh kenangan itu di dadanya erat, tepat pada foto yang berukuran paling besar yang membingkai kenangan mereka berdua. Dan kini dadanya terasa begitu sesak hingga terasa sakit, air matanya juga tak berhenti mengalir, bahkan ketika pintu kamar dibuka, Tao benar-benar tak menyadarinya.

"Jika kau mulai meragukan diri gege, cukup ingat alasan mengapa gege jatuh cinta padamu peach"

Suara berat yang terdengar begitu hangat itu sukses membuat Tao mengangkat kepalanya dengan wajah berantakan, bahkan wajah manis itu memerah, dan pasti kedua matanya menjadi bengkak.

Sebuah dekapan hangat melingkupi tubuhnya yang bergetar hebat. Dekapan itu nyata, memeluk dirinya dengan kehangatan yang sama, aromanya pun sama, dan detak jantung yang di dengarnya saat inipun nyata.

Kris datang memeluk dirinya. Dan Tao sedang tidak bermimpi.

Pemuda manis itu membuka lipatan tangannya diatas lutut dan memeluk pinggang kekasihnya erat, meledakkan wajahnya di dada bidang Kris, menumpahkan tangisnya disana, dan merasakan pelukan di tubuhnya sangat erat. Juga ciuman di puncak kepalanya.

"M-maaf...maafkan a-aku...gege..." bahunya masih berguncang. Suaranya terdengar sangat pelan dan lirih.

Kris tersenyum tipis, memperat dekapannya seraya mengusap punggung yang bergetar kekasihnya. "Maaf di terima baobei"

Tao masih menangis, bahkan suara tangisnya terdengar semakin kencang. Karena masih tak menpercayai jika Kris kini berada di hadapannya, meneluknya erat, dan menenangkan dirinya.

Karena memang Kris selalu ada untuknya.

Lantas mengapa ia masih merasa ragu pada dirinya sendiri?

"Jika kau membutuhkan gege ketika gege jauh darimu, jangan pernah ragu untuk menghubungi gege, sayang. Karena gege akan selalu ada untukmu, sekalipun gege tidak di sampingmu"

Tao mengangguk lagi di dalam dekapan Kris.

Dan saat kekasih manisnya itu tak bisa berhenti menangis, maka Kris akan tetap memeluknya hingga Tao berhenti menangis dan memandangnya. Karena sungguh, dirinya tidak bisa jika harus melihat mata indah favoritnya itu basah oleh air mata.

Kris tidak pernah sanggup. Karena itulah dirinya lebih memilih untuk segera kembali dari Kanada sebelum hal yang lebih buruk lagi terjadi pada Taonya.

Dan saat kepala dengan helai berwarna kelam itu terangkat memperlihatkan wajahnya yang basah, Kris akan selalu menyekanya lembut dan tersenyum hangat.

END

Typo? Harap maklum. Ini sistem ngetik kilat.

Judulnya di comot dari lagunya Big Bang :3