Lake
©Skylar.K
Wu Yi Fan and Huang Zi Tao
Mystery / And maybe Angst
.
.
.
Saat bulan bersinar terang menciptakan keremangan, maka kau akan dapat melihatnya.
Sosok yang mereka katakan, sosok indah yang muncul dari dalam danau dengan air yang tenang.
Saat dia muncul di hadapanmu, jangan pernah menatap matanya. Atau dia akan membawamu pergi...
.
"Shit!"
Umpatan yang sarat akan kekesalan yang amat sangat itu keluar dari celah bibir seorang pria bertubuh tinggi.
Dia di kenal sebagai Kris Wu. Seorang CEO sebuah perusahaan besar yang bergerak di dalam perusahaan eksport yang sangat besar di China. Dan seorang pria dengan segala kesempurnaan sepertinya berada di pinggiran kota Beijing, amat sangat mengherankan jika di telaah lebih cermat.
Masih mengenakkan pakaian kantor lengkapーkecuali pada bagian dasi yang menggantung engganーberwarna hitam, yang menegaskan kesempurnaan fisik yang di miliknya. Auranya seolah menguar tak terkendali, dan entah sadar atau tidak si tampan bermarga Wu itu, dengan 'bakat' pheromone yang di milikinya.
Lalu apa yang membuatnya berada di pinggiran kota tengah malam begini? Bukankah seharusnya ia sudah berada diatas kasur empuk miliknya?
Kris tak hentinya menendang murka batu kerikil yang bersebaran di pinggiran jalan itu. Menendangnya tanpa peduli akan mendarat dimana, tak peduli dengan sikap kekanakannya yang akan membuat siapa saja yang melihat bertanya-tanya. Andai jika ada yang melihat.
"Fuck!" ia memaki lagi.
Entah di tujukan pada siapa.
Ddrrt drrtt
Getaran ponsel di saku jas bagian kanannya menghentikan gerakan kakinya yang akan kembali menendang kerikil. Dengan wajah tertekuk garang ia merogoh saku jasnya, membuka lock screen ponselnya dengan kasar. Sebuah pemberitahuan pesan masuk akun e-mail nya, membuat wajah tampan yang tercetak sempurna miliknya semakin mengerut.
Daddy sudah memesankan tiket ke Kanada untuk besok pagi. Untuk sementara acara pertunangan mu, Lu Han yang akan menggantikan mu mengurus perusahaan.
"Tidak bisakah kau tidak mengatur hidupku sekali saja Tuan Wu yang terhormat!" teriaknya marah. Urat-urat di sekitar lehernya sampai tercetak jelas di kulitnya yang putih.
Di liputi amarah yang besar, ia melemparkan ponsel mahal berwarna putih itu jauh-jauh ke depan. Nafasnya cukup berat, seperti baru saja di paksa berlari beberapa kilometer jauhnya.
Kris mengacak surai hitamnya frustasi, berteriak sekerasnya, dan kembali menendangi bebatuan kecil di pinggiran jalan yang belum di aspal itu.
Reaksinya ini tidaklah berlebihan.
Pria tampan yang setiap hari mengendarai mobil sport mewah berwarna merah itu menjalani hidupnya yang sudah di atur sedemikian rupa oleh sang Ayah. Bahkan perusahaan tempatnya bekerja saat inipun, Ayahnya lah yang sudah memaksanya. Dan sekarang untuk urusan pendamping pun sang Ayah kembali ikut campur.
Kris bukan pria yang tidak laku. Bahkan terlalu banyak wanita yang rela di jadikan simpanan andai ia menikah nanti. Dan dirinya tidak habis pikir dengan sikap sang Ayah yang selalu mengatur hidupnya.
Demi Tuhan. Dirinya sudah berusia matang, 27 tahun. Anak mana yang tenang-tenang saja jika hidupnya masih di campuri oleh Orangtua? Ia adalah lelaki dewasa, pantas jika dirinya jengah.
Puas melampiaskan amarah dan rasa kecewanya, ia menghembuskan nafas kasar melalui mulut, dengan kedua tangan berkacak pinggang. Emosinya memang lebih stabil, tapi bukan berarti dirinya begitu saja menuruti semua perintah sang Ayah.
Trriiing~ trriingg~ ttriiing~
Kris yang hendak berbalik untuk kembali ke mobilnya yang terparkir asal di pinggir jalan, urung melakukannya karena suara ringtone ponselnya yang tiba-tiba terdengar. Dengan alis tebal yang bertaut, ia kembali menatap lurus ke depan. Pada perbatasan jalan yang membentuk gundukan tinggi yang memisahkan jalan dan sebuah danau yang terbentuk dari bendungan terdekat di sepanjang jalan ini.
Dering ponsel miliknya terus berbunyi di antara keheningan malam. Maka Kris memutuskan untuk mengarahkan kaki panjangnya, mendaki gundukan pembatas itu, dan mengedarkan pandangannya ke seluruh area yang bisa di jangkau matanya.
Tapi kerlip layar ponselnya ketika terjadi panggilan sama sekali tidak di lihatnya, tapi bunyi dering itu masih di dengarnya.
Apa mungkin ponselnya masih hidup setelah di lemparkannya dengan tak berperasaan seperti itu?
Trriiing~ trriingg~ ttriiing~
Kris kembali melangkahkan kakinya. Dengan hati-hati menuruni gundukan pembatas, berjalan pelan sambil sesekali berputar agar tak luput melihat keberadaan ponselnya. Bahkan ia sampai membungkuk menyibak semak-semak rendah yang tumbuh tak beraturan di pinggiran danau itu, lalu mendekat pada pepohonan yang rindang, namun tetap tak menemukan gadget mahal itu.
Dengan bantuan cahaya bulan yang temaram, di temani semilir angin yang cukup dingin, Kris membawa kakinya menyusuri pinggiran danau, dan memasang baik-baik indra pengelihatannya. Dan tak di sadarinya jika ia semakin dekat dengan bibir danau, kaki panjangnya pun refleks berhenti di tempat.
Dering ponselnya tiba-tiba lenyap. Tak terdengar.
Kris memutar kepalanya, menajamkan matanya melihat sekeliling karena cahaya yang kurang memadai. Kalau seperti ini, dapat di pastikan dirinya tidak akan menemukan ponsel itu.
Pyuk
Satu alis tebalnya terangkat. Suara akan adanya pergerakan di dalam air itu membuatnya kembali memutar kepalanya, menatap lurus ke depan. Pada air danau yang tenang, yang memantulkan refleksi bulan dan memendarkan cahayanya bagai mutiara hitam.
Namun apa yang di lihatnya membuatnya mengernyit dalam.
Sebuah tonjolan sebesar kepala manusia muncul keatas permukaan air, di lengkapi sepasang mata yang menatap kearahnya. Kris tak bergerak melihat kepala misterius itu, cukup tenang ketika objek tersebut semakin mendekat dan menciptakan riak air yang cukup tenang. Seperti malu-malu, kepala itu hanya memunculkan sebatas mata dan hidung, sedangkan bagian bibirnya terendam air.
Kris bukanlah orang yang percaya akan adanya hantu. Itulah alasan mengapa ia tetap diam dengan tenang melihat kepala dengan surai hitam yang basah dan kini berkilau di tempa cahaya bulan itu. Bahkan jika kepala itu kini tepat berada di pinggir danau, sejurus dengan kakinya.
Sepasang mata itu menatapnya lembut dan lugu, dengan lingkaran hitam yang menghiasi. Dan saat kepala itu mendongak menatapnya, Kris dapat melihat wajah itu dengan keseluruhan.
Si tampan bermarga Wu itu berani bersumpah jika ia dapat dengan jelas melihat wajah objek asing itu. Bahkan meski cahaya bulan cukup temaram, ia dapat memperhatikan sepasang mata Panda yang berpadu apik dengan hidung mancung, bibir kissable kemerahan, yang menciptakan rupa menawan.
Anehnya, sama sekali tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Kris seperti terpaku. Bahkan ia lupa pada kenyataan, jika saat ini adalah tengah malam, dan sangat tidak mungkin ada manusia yang berendam, terlebih di dalam danau.
Kepala itu menampakkan sosoknya lebih jelas. Dan pandangan mata Kris bergerak naik ketika pemilik kepala itu menampakkan tubuhnya yang semula terendam air danau. Berdiri tepat di hadapannya, dengan tatapan lugu yang indah, serta sebuah senyum memikat di bibir kissable yang menggoda.
Kris terpesona.
Masa bodoh dengan bentuk tubuh yang sejenis dengannya. Tanpa tonjolan payudara, dan kelamin yang sama. Dan jangan salahkan matanya yang kini mulai menatap lamat-lamat memperhatikan lekuk tubuh sosok yang berdiri tegap di hadapannya.
Kakinya yang jenjang berada di dalam air, kulitnya yang langsat berkilat eksotis di tempa cahaya bulan, membuat sosoknya terlihat begitu indah. Terlebih Kris benar-benar dapat melihat tubuh yang terbentuk indah dengan pinggang yang ramping.
Apakah sosok asing itu perwujudan Dewa Bulan?
Kris masih diam tak bergerak, memaku pandangannya pada sosok pemuda di depannya. Bahkan saat pemuda pemilik bibir kissable yang menggoda itu mengulurkan tangan kanannya menyentuh pipi. Tangan itu sangat dingin, berbeda dengan senyuman yang terasa hangat dan menyilaukan.
"Maukah anda ikut dengan ku Tuan?" suara indah bagai serenade itu menyusup ke dalam gendang telinga Kris.
Si tampan bermarga Wu itu masih terdiam, terlalu terpesona dengan pemuda di hadapannya.
"Tidak akan ada yang mengganggu Tuan lagi" pemuda itu berujar lagi.
Senyuman yang manis dan memikat. Tangannya yang berada di pipi Kris perlahan turun, dan menggapai tangan kanan si pria. Perlahan, ia menarik tangan tersebut dengan lembut, mengajak sang pria untuk mengikutinya, dan Kris menurut begitu saja dengan mata yang tak berkedip.
Seolah seluruh kesadarannya hanya berpusat pada pemuda di yang tengah menarik tangannya.
Pemuda manis itu masih tersenyum, membawa si pria tampan menuju ke tengah danau.
"Boleh ku tahu nama mu?" Kris bersuara untuk yang pertama kalinya. Pemuda itu mengangguk.
"Tao" ia tersenyum lagi.
"Kau akan menemani ku Tao?"
Bibir kissable nya semakin merekah. "Tentu Tuan. Kita hanya berdua, tanpa pengganggu"
Tao menghentikan langkah kaki jenjangnya, menarik tangan Kris hingga tubuh mereka saling bersentuhan. Dan tanpa ada perintah, keduanya saling mendekatkan wajah masing-masing, ketika tangan Kris telah bertenger di pinggang ramping Tao, hingga kedua bibir itu bersentuhan.
Kris memejamkan matanya merasakan pagutan lembut bibir manis kissable milik Tao, selagi tangannya merambat menuju pada bongkahan pantat berisi Tao. I meremasnya lembut, dan memperdalam ciumannya.
Ciuman yang menghanyutkan, seperti air danau yang mulai beriak. Air yang semula tenang kini bergelombang kecil, menciptakan suara kecipak yang menandingin ciuman panas Kris dan pemuda bernama Tao.
Seiring dengan lidah yang saling membelit dan keinginan untuk mengklaim mulut masing-masing, saat itu air danau tiba-tiba menggulung seperti ombak. Seperti sebuah ilusi ketika gulungan itu semakin besar dan melumat sosok tinggi Kris dan Tao yang berada di dalam pelukannya.
Air danau itu bergejolak hebat, seolah sedang marah. Dan gulungan itu menghempas sosok Kris yang lenyap seiring dengan air yang kembali tenang. Tak bergerak maupun tak bergelombang, seperti tak pernah ada gulungan ombak yang mengerikan.
Air danau kembali tenang, bersama hembusan angin malam yang berbisik pada semak ilalang yang bergoyang-goyang.
Dan di antara keheningan danau, benda berwarna putih yang berkedap-kedip di pinggir danau menyerukan deringnya yang memecah keheningan malam.
Trriiing~ trriingg~ ttriiing~
Benda itupun kembali bungkam tak lama kemudian. Dan suara denting singkat menyusul, bersamaan dengan munculnya sebuah notifikasi e-mail. Entah angin atau ada yang menyentuh layar sentuhnya, e-mail itu terbuka dengan sendirinya.
Hei dragon! Dimana kau hah? Kenapa telepon ku tidak kau angkat? Hilangkan kebiasaanmu mampir ke tempat asing. Dan ku ingatkan jangan berhenti di pinggir jalan, apalagi di perbatasan kota yang ada danaunya itu. Tempat itu berhantu, sekali ini saja kau harus percaya padaku! Hubungi aku kalau kau sudah lebih tenang. Luhan.
Dan sesosok tubuh berbalut stelan berwarna hitam tiba-tiba muncul di permukaan air danau dalam posisi tengkurap. Tubuh itu mengambang seperti mainan bebek di dalam bath up.
The End
Ini drabble or ficlet misteri gagal! I know that! :v
Tapi jangan lupa tinggalkan ripiew yaw, muah! X3
With love, Skylar