DESIRE

.

.

CHAPTER 6

.

.

KIM KAI X OH SEHUN ( GS ) Maaf lagi ngefeel GS

RATED M

.

.

.

.

CERITA SEBELUMNYA

" Jangan khawatirkan reaksiku. Bagiku kau indah. Sangat indah. " Ucap Sehun meyakinkan Kai.

Kata kata yang begitu manis. Tapi... Kai telah hidup dengan rasa tidak percaya diri begitu lama, perasaan itu sudah menjadi bagian dari dirinya. " Bagaimana bisa? Tatap aku. Aku makhluk buas, seorang monster. Aku hanyalah sesuatu yang layak untuk ditakuti dan dicaci. "

" Aku sedang menatapmu dan kau adalah sesuatu yang layak untuk dipuja. Kau mungkin tidak memiliki penampilan seperti laki laki umumnya, tapi kau punya kekuatan dan keberanian. Selain itu, " Tambah Sehun sambil menjilat bibir tipisnya, " daya tarik binatang adalah hal yang sangat bagus. Nah, sekarang tunjukkan pada calon pengantinmu apa yang ingin ia lihat. "

.

HAPPY READING

.

CHAPTER 6

.

Kai melepaskan kain penutup dadanya dan melemparkannya ke samping dan dadanya yang penuh bekas luka, rambut dan tulang yang terlalu besar terpampang. Tangannya gemetar saat membuka ikatan yang melingkari pinggangnya, lalu ia melepaskan lempengan bulat baju jirahnya, perlahan menampakkan kejantanannya yang mengeras serta paha berambut yang penuh bekas luka.

Tubuh Kai terasa kaku, ia menunggu sentakan rasa ngeri yang akan diberikan oleh reaksi Sehun, ia masih tidak yakin meski Sehun telah meyakinkannya soal " daya tarik binatangnya. "

" Indah, " Komentar Sehun kagum. " Tubuhmu benar benar indah. Seorang Kesatria sejati. Kesatriaku. " Sehun mengulurkan tangan dan menyusurkan ujung jemarinya di rambut rambut halus itu. " Lembut, aku suka. Tidak, aku cinta. "

Napas berembus keluar dari bibir Kai yang terbuka, napas yang tidak ia sadari telah ditahannya sampai saat ini. " Sehun. Sehunku yang manis, " Ucap Kai serak. Sehun adalah... Adalah segala galanya bagi Kai. Apa yang telah dilakukannya hingga bisa mendapatkan perempuan sempurna seperti Sehun? Andai ia belum mencintai Sehun, ia pasti akan jatuh cinta pada Sehun sekarang. " Aku ingin merasakanmu. "

" Silahkan, " Ucap Sehun.

Hasrat terpanas terasa berdentam dalam tubuh Kai, ia mencium tubuh Sang Dewi, menuruni perutnya, berhenti sebentar untuk mencelupkan lidahnya ke dalam pusar Sang Dewi.

" Aaahhh... " Dan hal itu membuat Sehun bergetar.

Kai kembali menurunkan mulutnya ke pangkal paha Sehun. Kedua tangannya memegang lutut Sehun lalu membuka lebar kedua kaki Sehun agar memudahkan posisi tubuhnya di antara kedua kaki Sehun.

Kai menurunkan wajahnya sejajar dengan vagina Sehun yang berkedut kedut dan basah. Lidah Kai menjilat vagina Sehun, menggigit ringan klitoris Sehun dan dengan hati hati Kai memasukkan satu jarinya ke dalam lubang vagina Sehun.

" Aaahhhh... Kaiah... Luar biasa... Aaahhh... " Sehun terkesiap merasakan jari Kai yang keluar masuk di lubang vaginanya. " jangan berhenti... Aaahhhh... Kumohon jangan berhenti. "

Kai terus memanjakan klitoris Sehun dengan lidah dan gigitannya dan menambah dua jari untuk memasuki lubang vagina Sehun. Dan Sehun mengetatkan rektum vaginanya, menghisap tiga jari Kai lebih dalam dan mengenai pusat gairah Sehun.

" Oohhh... " Sehun bergetar dan menggeliat membusungkan dadanya. Kai mengulurkan satu tangannya yang bebas dan meremas satu payudara Sehun membuat tubuh Sehun tambah bergetar karena nikmat.

Kai mengeluarkan masukkan tiga jarinya secara perlahan, cepat kemudian perlahan lagi menggoda pusat gairah Sehun. Isapan dan jilatan lidahnya pada klitoris Sehun menambah banyak cairan keluar dari vagina Sehun.

Kai bisa merasakan kekuatan Sehun menyelubunginya, kekuatan Sehun berusaha mengendalikan tindakan Kai. Kai tidak yakin apakah ia bisa menolaknya dan ia tidak peduli. Ia hanya ingin menikmati rasa manis Sehun, memilikinya.

" Kai.. Aaahhh.. Aku... AAAAHHHHHHH... " Setelah Sehun mencapai klimaks dan memekikkan kepuasannya. Kai bangun. Ia bangga dan merasa terhormat bisa memberi Sehun kenikmatan seperti itu.

Tubuh Kai sendiri sekarang gemetar, seakan terbakar dan begitu putus asa. Begitu menginginkan Sehun, hanya Sehun.

" Sakitnya? " Tanya Kai.

" Lenyap. " Jawab Sehun dengan lelah.

Kenyataan bahwa ikatan mereka bisa menyelamatkan Sehun membuat Kai merasa lebih bahagia sekarang. Sehun akan menjadi miliknya, dan Sehun akan tetap hidup.

Sehun bangkit bangun dan mengulurkan tangan untuk menyentuh kejantanan Kai. " Aku ingin merasakannya, Kai. "

Kai menelan ludah saat melihat Sehun menundukkan kepalanya dan mulai memasukkan kejantanannya ke dalam mulutnya yang mungil.

" Enngghh.. " Erang Kai saat merasakan kejantanannya sudah berada sepenuhnya dalam mulut Sehun. Kai menunduk dan menatap mata Sehun.

Sehun mengulum kejantanan Kai dan tetap mengarahkan pandangan matanya ke wajah Kai. Ia ingin melihat ekspresi kenikmatan di wajah Kai. Sehun mulai menaik turunkan kepalanya mengulum kejantanan Kai yang besar dan keras. Ia begitu menyukai tekstur dan rasa kejantanan Kai.

" Ssehun... " desis Kai saat merasakan kepala kejantanannya mengenai pangkal tenggorokan Sehun.

Sehun meletakkan kedua tangannya di atas paha Kai dan membelai paha Kai. Ia menaik turunkan kepalanya dengan cepat, lidahnya menjilat jilat ujung kejantanan Kai.

" Eunghh... Sehun aku_ " Kai klimaks saat Sehun meremas kedua testisnya. Sperma Kai memenuhi mulut Sehun dan Sehun meneguk sperma Kai tanpa rasa jijik.

" Rasamu begitu nikmat, Kai. " Tangan Sehun mulai menggenggam kembali kejantanan Kai. Sehun sedikit menaikkan tubuhnya dan memposisikan kejantanan Sehun di antara kedua payudaranya. Sehun meletakkan kedua tangannya di samping masing masing payudaranya dan mulai mengapit kejantanan Kai. Ia menaik turunkan tubuhnya, payudaranya mengapit kejantanan Kai yang mulai mengeras kembali.

" Eeemmm... Kaiahhh... Payudaraku nikmat, bukan. " Sehun menundukkan kepalanya. Ia mulai merasa panas melihat kejantanan Kai keluar masuk di antara kedua payudaranya. Ia semakin menundukkan kepalanya dan mengulum kepala kejantanan Kai.

Kai menengadahkan kepalanya karena mendapatkan kenikmatan beruntun dari Sehun. Tangan Kai meremas rambut Sehun. Setelah beberapa saat Sehun melepaskan kuluman mulutnya dan melepaskan jepitan kedua payudaranya pada kejantanan Kai dan Sehun menarik tubuh Kai untuk menindihnya.

Sehun melilitkan kakinya di pinggang Kai dan ia menangkup pipi Kai, menatap dalam dalam mata laki laki itu. " Kumohon, Kai. Aku membutuhkan lebih darimu. "

Kai mengurut kejantanannya dan mulai memposisikannya di depan lubang vagina Sehun. " Kuharap kau tidak berubah pikiran, Hun. Aku akan memilikimu. Siap? "

" Aku tidak akan pernah berubah pikiran, Kai. Aaaahhhh... "

Kai memasukkan kejantanannya dengan perlahan. Ia masuk satu inci, satu inci yang memabukkan. Lalu ia berhenti, untuk memberi Sehun waktu untuk menyesuaikan diri. Ia akan melakukannya secara perlahan meski itu akan membunuhnya. Ini adalah siksaan yang sangat manis. Tapi ia akan membuat ini menyenangkan untuk Sehun, ia akan memberikan yang terbaik.

" Eeemmm... Aaaahhh... Kenapa aku tidak merasa perlu untuk menguasaimu... Aaahhh... " Bisik Sehun di telinga Kai. Ia menjulurkan lidah, menjilat lalu menggigit cuping telinga Kai.

" Seperti itukah sebelumnya? Dulu saat kau bersama laki laki lain, kau seakan menguasai mereka. " Bulir bulir keringat terbentuk di tubuh Kai dan menetes ke tubuh Sehun.

" Eemm... " Sehun mengangguk, ia menaikkan pinggulnya untuk memasukkan kejantanan Kai lebih dalam lagi. Satu inci lagi.

Kai harus menahan erangan. " Mungkin karena hatiku seluruhnya milikmu, jadi tidak ada lagi yang tersisa untuk kau kuasai. " Kai memasukkan kejantanannya sedikit lebih dalam lagi.

" Oohhh.. Kai... Kumohon... " Sehun membelai tanduk Kai, ujung jarinya mengitari puncak tanduk Kai yang tajam. " Lakukan saja, masukkan langsung kejantananmu. Beri aku dirimu seutuhnya. "

Kai tidak akan pernah bisa menolak permintaan Sehun. Melepaskan seluruh kontrol dirinya, Kai menghunjam lebih ke dalam dan membuat Sehun memekik. Bukan pekik kesakitan tapi pekik kenikmatan. Kejantanan Kai memenuhi vagina Sehun, Kai memberi Sehun seluruh dirinya. Keinginan mereka berpadu begitu sempurna, hingga mustahil mengetahui siapa menginginkan apa. Kenikmatan hanya itulah tujuan mereka.

Kuku jari Kai menggores lantai di sebelah kepala Sehun saat ia menghunjamkan kejantanannya lebih dalam mengenai pusat gairah Sehun. Rektum Sehun menjepit kejantanan Kai, menambah rasa dan nikmat pada kejantanan Kai.

" Sehunnnhhh... " Desah Kai di telinga Sehun. Ia menggigit ringan telinga Sehun.

" Kumohon... Lebih keras Kai.. Aaahhh... Lebih cepat. " Sehun mendesak Kai, memohon untuk melakukan lebih.

Kai terus menghunjam pusat gairah Sehun dengan cepat. Ia menundukkan kepalanya di leher Sehun, mencium aroma Sang Dewi yang memabukkan. Sehun melingkarkan kedua tangannya di leher Kai dan tangannya mengelus tanduk Kai, ia juga menggerakkan pinggulnya berlawanan arah dengan gerakan pinggul Kai. Menciptakan irama yang menggairahkan dan panas bagi mereka berdua.

Dan, saat Kai menyemburkan spermanya di dalam vagina Sehun, rektum vagina Sehun mencengkeram kejantanan Kai penuh luapan kepuasaan dan membasahi kejantanan Kai dengan cairan kenikmatannya.

Kai meneriakkan kata kata yang terpendam di hatinya sejak pertama kali melihat Sehun. " Aku mencintaimu, Sehun !"

Yang mengagetkan, Sehun juga balas berseru. " Oh, Kai. Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. "

Mereka telah berpasangan dan mereka telah terikat untuk selama lamanya.

.

.

.

.

Mereka segera berpakaian. Sehun memang masih terlihat lemah, tapi setidaknya rasa sakitnya telah lenyap.

" Apa mereka masih di gerbang? " Tanya Kai. Ia sudah siap untuk mengakhiri semua masalah ini. Ia sudah siap untuk membawa Sehun pergi dari tempat ini, dari tempat menyedihkan ini. Dan ia siap untuk mencintai Sehun selamanya. Akhirnya ia akan mendapat kebahagiaan. Karena mereka bersama. Karena mereka saling mencintai.

" Ya, " Jawab Sehun. " Mereka bekerja tanpa kenal lelah. "

Kai mencium bibir Sehun dan menikmati rasa lain dari perempuan yang dicintainya ini. " Kita akan memanjat naik kesana. Begitu kau melihat mereka, kuncilah pergerakan mereka agar mereka tidak bisa bergerak dan aku yang akan membereskan sisanya. "

" Kuharap ini berhasil, " Balas Sehun, " karena aku tidak sanggup memikirkan terpisah darimu. "

" Begitu juga diriku, Sehun. Kita pasti berhasil. Harus berhasil. " Tegas Kai.

.

.

.

.

Perjalanan ke atas membutuhkan waktu selama satu jam, satu jam yang lamban dan menyiksa, Kemudian Kai mendapati dirinya berdiri beberapa meter jauhnya dari dinding. Ketika ia memahami pembantaian yang ada di sekelilingnya, ia nyaris tidak bisa mempercayai penglihatan matanya. Para Iblis itu bekerja begitu giat, darah mereka membasahi bebatuan bebatuan yang kini telah terkikis hingga nyaris menjadi setipis kertas. Lubang di dinding sebentar lagi akan terbentuk.

Parahnya lagi, pasukan Penguasa iblis masih ada disana. Semuanya bertubuh besar, dan tinggi mereka sekurangnya dua meter, badan mereka begitu lebar. Tengkorak tengkorak tampak jelas di balik kulit mereka yang transparan. Beberapa bersayap, yang lain bersisik dan semuanya terlihat mengerikan dalam kejahatan mereka masing masing. Bermata merah dan bertanduk seperti Kai dan mereka memiliki jemari setajam pisau.

" Sehun, " Panggil Kai.

" Aku sedang berusaha, Kai, aku bersumpah sedang melakukannya, aku sedang memfokuskan diriku mengendalikan mereka. " Setiap kata yang diucapkan Sehun semakin pelan dan lemah. " Tetapi... "

Salah satu makhluk itu memergoki mereka. Lalu terbahak, suara tawa mereka menegakkan setiap helai rambut di tubuh Kai.

" Sekarang, " Teriak Kai pada Sehun.

" Membekulah, iblis. Kuperintahkan kalian untuk membeku. " Teriak Sehun.

Tapi para iblis itu tidak membeku.

" Coba lagi. " Perintah Kai.

" Sedang kulakukan. " Sehun menatap para iblis tajam tapi semua sia sia. Sehun menudingkan tangan ke arah mereka tapi semua itu sia sia juga. Para penguasa iblis itu tidak membeku di tempat mereka. " Aku tidak bisa, " Ucap Sehun terengah.

" Apa yang salah? " Kai melirik Sehun, sambil bergerak ke depan Sehun, ia melingkarkan lengan di pinggang Sehun. Wajah Sehun terlihat memucat, sama seperti ketika mereka berada di tavern tadi dan tubuh Sehun bergetar hebat. Andai tangan Kai tidak merangkul Sehun, ia tahu Sehun pasti akan terjatuh. Kalau begitu ikatan mereka apakah tidak berhasil? " Bicaralah padaku, Manis? " Bujuk Kai.

" Aku terikat padamu dan dinding. Aku bisa merasakan kekuatanmu, kelemahan dindingnya dan semua itu terasa merobek tubuhku, Kai !" Pekik Sehun. " Maafkan aku. Maafkan. Semua ini tidak ada gunanya, Kai. Sia sia ! Aku terkutuk. Aku terkutuk sejak awal. "

" Apa yang kita lakukan tidak sia sia, Sehun. Kita saling memiliki. Aku tidak akan membiarkanmu mati. " Ucap Kai dengan tegas.

" Tidak ada yang bisa kulakukan. " tangis Sehun.

Perlahan para iblis itu bergerak maju, mereka seperti para predator yang mengincar mangsa. Kesenangan yang mengerikan terpancar dari mereka.

" Akan kubunuh mereka semua. Kita akan melarikan diri. Kita akan_ "

" Kau adalah hal terbaik yang pernah terjadi padaku, Kai. " Ucap Sehun lemah, ia menyandarkan pipi di punggung Kai.

" Aku melarangmu bicara seperti itu, Sehun. " Marah Kai. Ia tahu apa makna dari ucapan Sehun tadi. Ia tidak mau berpisah dengan Sehun.

" Bunuh mereka dan larilah, seperti rencanamu. Hiduplah dengan damai dan bebas, Cintaku. Semua kebebasan itu milikmu. Kau berhak mendapatkannya. " Ucap Sehun.

" Tidak. Kau tidak akan mati, Manis. " Tapi bahkan saat Kai mengucapkan kata itu, dinding yang sudah teramat rusak, mulai retak, siap runtuh dan lubang pun sudah terbentuk. " Berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan mati. "

Lutut Sehun akhirnya menyerah, dan Kai berbalik, meraung, ia merebahkan Sehun ke tanah. Matanya terpejam. " Maafkan... Aku, Cinta. "

" Tidak. Kau akan tetap hidup. Kau dengar aku? Kau akan tetap hidup !" Seru Sehun. Setelah mengucapkan hal itu kepala Sehun terkulai ke samping. Lalu, tidak ada gerakan lagi.

" Sehun. " Kai mengguncang tubuh Sehun. " Sehun !"

Tidak ada respon. Tapi dada Sehun masih terlihat bergerak naik turun. Sehun masih hidup. Terima kasih Dewa.

" Beritahu aku bagaimana cara menolongmu, Sehun. Kumohon. " Bujuk Kai.

Sekali lagi tidak ada respon apa apa.

" Kumohon. " Air mata Kai terasa menyengat. Ia tidak menangisi istri yang meninggalkannya, tidak menangisi hidupnya yang hilang tapi ia menangisi perempuan ini, menangisi Sehun. Sehun menginginkannya mengalahkan para Penguasa iblis itu lalu meninggalkannya. Tapi Kai tidak sanggup memaksa dirinya bangkit dari sisi Sehun. Tanpa Sehun, ia tidak punya alasan untuk melanjutkan hidup.

Sesuatu yang tajam menggores leher Kai dan ia memalingkan wajahnya ke samping. Para iblis beterbangan di sekitar mereka, sambil tergelak senang.

" Tinggalkan kami, " Geram Kai. Ia akan melewatkan berapapun waktu yang dibutuhkan, ia akan memeluk Sehun hingga keadaan aman untuk memindahkan tubuhnya.

" Bunuh perempuan itu, " Satu iblis berkata.

" Hancurkan perempuan itu. "

" Cabik cabik perempuan itu. "

" Terlambat dia sudah mati. "

Lebih banyak tawa terdengar.

Bajingan ! Geram Kai. Saat melihat salah satu dari iblis itu menukik turun dan menggoreskan satu cakar di pipi Sehun hingga meneteskan darah sebelum kai menyadari apa yang terjadi. Sehun tidak bereaksi. Tapi Kai bertindak. Ia meraung penuh murka.

Iblis lain mengendus aroma darah dan mendengkur kegirangan. Lalu terjadilah momen senyap dan hening total. Suasana tenang sebelum badai menerjang. Karena, sekejap kemudian, mereka semua menyerang dengan ganas.

Kai meraung lagi, ia melontarkan tubuhnya di atas Sehun untuk menerima serangan terparah. Segera saja punggungnya tercabik cabik, salah satu tanduknya digigit hingga lepas, satu otot tendonnya robek. Selama itu ia terus mengayunkan tangan, berharap cakar beracunnya mengenai sebanyak mungkin iblis, tapi ternyata cakarannya hanya mengenai satu iblis.

Terus dan terus suara tawa terdengar dan serangan tetap berlanjut.

" Aku mencintaimu, " Tiba tiba Sehun berbisik di telinga Kai. " Teriakanmu... Menarikku dari dalam... Kegelapan. Harus... Aku harus memberitahumu bahwa... Aku... "

Kai kaget sekaligus lega. " Aku mencintaimu. Tetaplah bersamaku. Jangan tinggalkan aku. Kumohon. Kalau kau bisa tetap sadar cukup lama untuk menjaga diri, aku bisa membunuh mereka. Lalu kita bisa pergi dari sini. "

" Maafkan... Aku tidak bisa. "

Kalau begitu Kai akan menemukan cara lain untuk menyelamatkan Sehun dan ia akan terus melindunginya. Kai tidak akan pernah membawa Sehun memasuki neraka seandainya ia tahu kalau akan berakhir seperti ini. Ia akan tetap melewatkan seluruh eksistensinya di depan gerbang, berjuang untuk melindungi Sehun.

Tunggu. Berjuang untuk melindungi. Para iblis ini ingin melarikan diri. Itulah sebabnya mereka berada disini.

" Pergilah, " Teriak Kai pada para iblis itu. " Tinggalkan tempat ini. Dunia manusia milik kalian. " Kai sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Sehun selamat. Sehunlah yang terpenting disini.

Seolah hanya menunggu persetujuannya, dinding itu akhirnya runtuh. Yang berarti_

" Tidak, " Pekik Kai. " Aku tidak berniat menyuruhmu runtuh. Aku hanya bermaksud agar para iblis itu bisa terbang melewatimu. " Tapi semua sudah terlambat, kerusakan telah terjadi.

Para Penguasa iblis meninggalkan Kai dnegan gembira dan terbang memasuki gua lalu lenyap dari pandangan.

Aliran air mata baru membakar mata Kai saat ia mengangkat tubuh Sehun ke dalam pelukannya, dengan tangannya yang berlumuran darah. " Bilang padaku bahwa dinding itu tidak lagi terikat padamu. Bilang padaku kini aku bisa membawamu ke tempat aman. Bahwa kita akan bersama selamanya. "

" Selamat tinggal, Cintaku, " Ucap Sehun dan menutup mata dalam pelukan Kai.

.

.

.

.

Sehun tewas. Sehun sudah meninggal. Dan tidak ada yang bisa Kai lakukan untuk menyelamatkannya. Air mata yang menyengat bergulir menuruni pipi Kai.

Aku mengecewakannya. Sialan, aku mengecewakannya! Raung Kai.

Sehun butuh bantuan Kai untuk menyelamatkan dinding, untuk menyelamatkannya. Sehun butuh bantuan Kai untuk memastikan para Penguasa iblis tetap di dalam neraka, dan lagi lagi ia gagal melakukan itu. Gagal, gagal, gagal.

" Maafkan aku, Kai. "

Mendengar suara itu, Kai mengerjap. Apa apaan - saat ia menatap jiwa Sehun mulai meninggalkan tubuhnya yang tidak bergerak. Ia adalah.. Ia adalah... Harapan mengepak ngepak di dada Kai. Harapan dan kebahagiaan. Rupanya ia tidak benar benar kehilangan Sehun.

Tubuh Sehun memang hancur, tapi jiwanya akan terus hidup. Tentu saja. Seharusnya Kai tahu itu. Setiap hari ia bertemu jiwa jiwa seperti itu, meskipun tidak ada jiwa yang semurni dan sehidup milik Sehun. Tapi mereka masih bisa bersama.

Kai bangkit, ia menghadap Sehun, jantungnya berdegup liar, kakinya gemetar. Sang Dewi tersenyum pedih ke arahnya.

" Maafkan aku, " Ulang Sehun lagi. " Seharusnya aku tidak mengikatkan diriku padamu. Seharusnya aku tidak pernah meminta bantuanmu. "

" Kenapa? " Kai benar benar bahagia, Sehun masih disini bersamanya. " Tidak ada yang perlu kau sesali, Manis. Akulah yang mengecewakanmu. "

" Jangan pernah berkata begitu. Seandainya kau tetap di posmu, semua ini tidak akan terjadi. " Ucap Sehun.

" Itu tidak benar. Para iblis tetap akan menghancurkan dinding dan dengan hal itu akan tetap membunuhmu. Tapi kalau kau tidak membawaku pergi dari posku, aku tidak akan mendapat kesempatan, bukan, kebahagiaan, terikat denganmu. Aku tidak bisa menyesali apa yang telah terjadi. " ucap Kai.

" Kai_ "

" Bagaimana dengan para iblis? " Tanya Kai, menyela Sehun. Kai tidak mau mendengar perempuan itu meratapi sesuatu yang dianggapnya sebagai kesalahannya. Sehun tidak berbuat satupun kesalahan.

" Kurasa para Dewa akan mencoba menangkap mereka, dan para Dewa akan mengeluhkanku sebagai kegagalan untuk selama lamanya. " Ucap Sehun.

Kai menggeleng. " Kau bukan kegagalan, Cintaku. Kau telah berbuat semampumu untuk menghentikan mereka. Sebagian besar dari para Dewa, aku yakin tidak akan ada yang mau memasuki gerbang seperti dirimu. " Kai menelengkan kepala sambil mengamati Sehun dengan seksama. Perempuan itu secantik biasanya. Berkilauan, transparan dan terlihat rapuh. Sehun masih memiliki ikal ikal rambut keemasan. Sehun masih tetap menatap Kai dengan mata yang bercahaya. Sebelum bertemu Sehun, hidup Kai seperti padang tandus. Sedetik tanpa Sehun akan terasa bagai... Well, neraka.

" Terima kasih, Kai ku yang manis. " Ucap Sehun.

Kai mengulurkan tangan untuk memeluk Sehun, tapi tangannya hanya menembus tubuh Sehun dan hal itu membuatnya mengernyit, sebagian kebahagiaannya lenyap. Menyentuh Sehun adalah suatu keharusan untuknya. Tidak mungkin ia bisa hidup tanpa kehangatan dan kelembutan Sehun. Tetapi, lebih baik ia hidup tanpa sentuhan dan kehangatan Sehun daripada tanpa Sehun.

" Kau paham sekarang, " Ucap Sehun dengan sedih. " Kita tidak akan pernah bisa bersatu lagi. Kita tidak akan pernah bisa bersama sama. "

" Aku tidak peduli. " Ucap Kai.

" Tapi aku peduli. " Air mata Sehun merebak. " Setelah semua yang kau derita, kau pantas mendapat kebahagiaan, pantas mendapatkan lebih. "

" Aku hanya menginginkanmu. " Ucap Kai lirih.

Sehun melanjutkan ucapannya seolah Kai tidak pernah menyelanya. " Aku akan meninggalkanmu dan berkelana di dunia sendirian. " Sehun menggeleng. Air matanya membasahi pipi. " Aku tahu para Dewa dan Dewi diijinkan memilih dimana mereka ingin tinggal dalam hidup, setelah kematian mereka, tapi aku tidak berniat kembali ke surga atau tetap di neraka. "

Saat Sehun berbicara, suatu gagasan terbentuk dalam benak Kai. Suatu gagasan liar yang diinginkannya.

Kai menatap Sehun lagi, tatapan mereka beradu. " Saat aku terikat padamu, Sehun, itu untuk selamanya dan di keabadian lainnya. Aku tidak akan menyerah untuk memilikimu sekarang. "

" Tapi kau tidak akan pernah lagi bisa menyentuhku. Kau tidak akan pernah_ "

" Aku akan bisa menyentuhmu lagi. Aku janji. " Dan dengan itu, Kai menghunjamkan cakar beracunnya ke dada, ia merasakan racun membakar, memanggang, menghanguskannya. Ia berteriak kesakitan, kegelapan menyelimuti pandangannya. Ia sekarat.

Saat rasa sakit ditubuhnya mereda, kegelapan memudar. Kai bukan apa apa. Ia menjadi suatu kehampaan. Bukan, ia bukan suatu kehampaan. Ada seberkas cahaya. Seberkas cahaya terang. Ia berlari ke arah cahaya itu, terengah engah, mil demi mil, hampir... Sampai...

Pelupuk mata Kai bergetar terbuka dan ia melihat tubuhnya lenyap menjadi setumpuk abu dan jiwanya melayang di sisi Sehun. Mata Sehun terbelalak kaget, mulutnya ternganga.

Dulu Kai sering mempertimbangkan melakukan tindakan ini. Apapun untuk mengakhiri kemonotonan hidupnya. Tapi ia bertahan hidup, demi Sehun. Demi melihat Sehun, untuk membayangkan membelai tubuh Sehun dan berharap memiliki kesempatan untuk terikat dengan Sehun. Kini, kesempatan itu menjadi nyata.

" Kau... Kai... Kau berubah. " Ucap Sehun terbata.

Kai menunduk menatap dirinya sendiri. Penampilannya berubah menjadi seperti dulu, menjadi manusia. Tanpa cakar, rambut yang berlebih, kaki yang besar dan tanduk. Wujudnya kembali menjadi manusia. " Kau kecewa? "

" Tidak, aku tidak kecewa. Aku mencintaimu apa adanya. Kau berwujud monster ataupun manusia. Aku mencintai keduanya. Tapi kau tak seharusnya mengorbankan hidupmu demi aku. " Ucap Sehun di sela sela air mata dan senyum lebar yang tidak bisa di sembunyikannya.

" Kini aku juga bebas, " Balas Kai. " Benar benar bebas untuk bersamamu. Dan, aku rela mati sekali lagi untuk mendapatkan hal seperti ini. " Kai menarik Sehun ke dalam pelukannya, ia tersenyum karena ia bisa merasakan kekasihnya lagi. Sehun memang tak sehangat dulu, kini ada rasa dingin pada diri mereka berdua, tapi yang penting sekarang, ia bisa kembali memeluk kekasih yang sangat dicintainya ini. Hangat ataupun dingin selama mereka bersama, itu tidaklah penting. " Kau segalanya bagiku, Manis. Aku tersesat tanpamu. "

" Aku sangat mencintaimu, " Balas Sehun, ia menangkup kedua pipi Kai lalu menciumi seluruh wajah Kai. " Tapi apa yang akan kita lakukan sekarang? "

" Hidup. Kita akan menjalani kehidupan kita sekarang. Dan kita akan berkelana kemanapun kita suka. " Ucap Kai.

Dan mereka melakukannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

END

.

Catatan : Para Penguasa Iblis itu akhirnya bisa ditangkap oleh para Dewa dan dimasukkan kedalam sebuah kotak yang terbuat dari tulang belulang Dewi Penindasan. Dan kotak tersebut diberikan untuk dijaga oleh Prajurit Perempuan yang bernama Pandora. Nah dari sana asal mulanya Kotak Pandora.

.

.

.

.

Maaf aku bikin KaiHun meninggal di FF ini. Tapi jiwa mereka tetap bersatu. Dan encehnya gak banget hahahahahaha

Moga suka ya ama FF abal abal ini. Makasih bagi yang udah selalu review di FF ku.

Emm.. ini FF terakhirku di FFN yaaa.

Aku udah gak ada mood lagi buat post di FFN, aku mau jadi readers yang baik aza.

Maaf juga kalau ada yang tersinggung aku selalu minta review.

Bye Bye