Hai semua xD *dicakar* Maafkan saya sang author yang tidak tahu diri ini…. Diriku sudah terlalu lama menelantarkan fanfic ini bahkan tanpa memberikan kepastian kapan akan bisa di update xD Tapi sekarang author langsung meng update kelanjutannya kok… Daripada menunggu terlalu lama, saya persembahkan saja…

Hope

By Yumiharizuki

Vocaloid bukan punya saya, tapi punya Crypton Future Mediadan Yamaha

Warning: masih abal, banyak typo, mungkin OOC, cerita kurang greget dan legit (?), dll

Note: Untuk amannya mungkin Rate nya aku ambil T plus (Syukur-syukur masih bisa T)

Part 3

Miku bersyukur karena masih berada dalam perlindungan Tuhan. Karena dalam keadaan sepayah dan sekacau itu ia bisa sampai di desa dengan selamat. Padahal ia mengira kalau dirinya akan diincar oleh orang-orang suruhan Meiko untuk membawanya ke rumah itu kembali. Tapi syukurlah, sejauh ini belum ada seorangpun yang mengikuti jejaknya. Miku tidak boleh merasa puas dulu karena sepertinya hanya tinggal menunggu waktu sampai orang-orang itu datang dan menyeretnya kepada Meiko. Miku pun mencari tempat untuk beristirahat. Selama beberapa jam ia berjalan jauh dengan segenap sisa tenaganya tanpa makan dan minum. Dan ia sampai di desa ketika waktu sudah menjelang subuh. Sungguh perjuangan yang benar-benar melelahkan bagi gadis itu.

Miku menyandarkan tubuhnya yang lelah di tembok gang sempit desa. Suasana masih sangat sepi dan tentunya sangat dingin. Miku menggigil. Ia begitu sangat merasa kedinginan. Di dalam kondisi segawat itu mana mungkin ia sempat berpikir untuk membawa pakaian? Ia tentu tak ingat untuk membawa apapun. Kini yang ia miliki hanyalah sebuah kalung liontin peninggalan keluarganya. Lalu bagaimana Miku bisa bertahan hidup setelah ini? Miku meruntuki dirinya sendiri. Ia tidak tahu dimana keberadaannya saat ini. Padahal ia ingin berlari pulang ke rumah, menemui kedua orang tua angkat yang menyayanginya. Ia ingin tetap berada di dalam rumah nyaman mereka dan tidak ingin pergi kemanapun. Tapi dimana rumah orang tua angkatnya? Ia sama sekali buta arah karena memang tidak pernah pergi kemanapun sendirian. Yang ia ketahui cuma satu hal. Daerah tempat tinggalnya dulu bernama Wellingthon City. Dan entah dimana itu letaknya dari desa ini.

Miku tertunduk sambil berusaha menenangkan perutnya yang sudah kelewat lapar. Tapi apa daya ia tidak membawa uang sama sekali. Lalu bagaimana cara ia bisa mendapatkan makanan? Miku sama sekali tidak tahu. Rasa lapar itu terus menyiksanya. Dan rasa kantuk pun datang di saat yang tidak tepat hingga membawanya terlelap untuk beberapa waktu.

Sengatan sinar matahari yang lumayan menyoroti wajah Miku disertai dengan suara bising aktivitas manusia membuat Miku membuka matanya dengan terpaksa. Miku tertidur cukup lama sampai tengah hari. Kini dirasakannya kembali rasa lapar yang begitu mendera. Dengan perlahan, Miku pun bangkit dari tempatnya. Ia menepuk perlahan gaunnya yang sudah lusuh dan kotor dan ia pun berjalan keluar dari tempatnya bersembunyi. Dan dilihatlah pemandangan hiruk pikuk khas pedesaan yang belum pernah ia lihat sebelumnya, membuat Miku sedikit terperangah takjub. Deretan jongko kecil dagangan menghiasi sepanjang jalanan. Banyak sekali orang yang memadati jalanan desa walaupun hari sudah siang. Selain itu tak jarang pula terlihat beberapa kereta kuda milik para orang berada yang melintasi jalan desa. Miku sedikit berwaspada ketika melangkah. Ia takut jika disana mata-mata Meiko mengintainya. Miku berjalan sambil melihat ke sekelilingnya. Buah-buahan ranum itu… Kemudian jajanan pasar yang baru saja digoreng itu… Godaan itu sungguh sangat berat untuk bisa Miku tahan. Ia hanya bisa menelan ludah sambil menguatkan diri agar ia bisa menahan keinginan itu. Tapi ia benar-benar ingin memakan sesuatu. Apalagi ketika ia melihat sebuah toko roti kecil di ujung jalan. Dari sana tercium bau roti gandum yang baru saja di panggang. Miku melihat dari luar jendela. Terdapat etalase yang memajang berbagai jenis roti dan kue yang di jual. Dan semuanya begitu… Sangat lezat.

"Oh, ada orang rupanya," seru seorang pria dewasa yang membuat Miku kaget.

Miku langsung merasa salah tingkah dan berniat untuk meninggalkan tempat itu. Namun pria dewasa itu berusaha mencegah Miku pergi.

"Tunggu, aku tidak akan mengusirmu nona muda," katanya dengan suara yang begitu lembut. "Tunggu sebentar disana. Aku akan segera kembali,"

Miku sedikit bingung dengan pria itu. Namun Miku menuruti perkataannya dan tetap menunggu di depan toko. Tak lama kemudian, Pria itu muncul kembali sambil membawakan sebuah keranjang kecil dari dalam toko dan menyerahkannya kepada Miku.

"Ambil ini. Ini untukmu," katanya sambil tersenyum.

Miku menatapnya dengan penuh tanda tanya. Ia jelas-jelas sangat bingung, mengapa pria itu memberinya sebuah keranjang. Dan Miku bertambah terkejut ketika melihat isi dari keranjang itu.

"Ini…," ucap Miku tidak percaya.

"Itu adalah roti gandum yang baru saja selesai dipanggang. Aku juga memasukkan beberapa sandwich disana. Kuharap kau menyukainya," kata pria itu sambil tersenyum. "Ambillah. Jangan ragu. Itu semua untukmu,"

"U…Untukku?" tanya Miku ragu. Namun kemudian dengan wajah bersemu agak merah, Miku pun membungkuk berterimakasih kepada pria itu, "Terimakasih banyak,"

"Kembali," kata pria itu. "Oh tidak! Aku harus segera kembali! Rotinya masih di dalam oven! Tidak! Bau hangus! Rotiku hangus!"

Dengan tergesa-gesa, pria baik hati itu segera berlari ke dalam tokonya. Benar saja. Bau hangus kini tercium dari dalam toko. Miku yang sejak tadi terlihat bingung, kini bisa tersenyum kecil. Dalam hati ia begitu berterimakasih atas kebaikan pria itu. Ia segera meninggalkan toko itu dan berniat untuk kembali ke tempat istirahatnya semula. Ia perlu tempat yang nyaman untuk memakan roti kesukaannya tersebut. Miku berbalik arah kembali melewati deretan jongko yang menjajakan makanan. Namun Miku tidak perlu merasa khawatir karena kini ia sudah memiliki makanannya sendiri. Miku benar-benar tidak sabar untuk segera mencicipi roti gandumnya. Wangi gandum itu benar-benar menggodanya. Ia bahkan sampai tidak fokus dengan langkahnya. Seorang anak kecil berlari dan menabrak dirinya dengan keras. Miku jatuh tersungkur dan keranjang makanannya terpelanting jauh. Roti gandum miliknya beserta sandwich lezat itu berhamburan di jalan. Dan parahnya, makanan itu sudah tidak dapat dipungut lagi karena kaki-kaki yang berlalu lalang itu sudah menginjaknya.

"Aaaaaa," Miku memekik kecil. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia alami sekarang. Makanannya… Bagaimana ia bisa makan setelah makanannya jatuh terinjak seperti itu?

"Itu…," Anak yang sudah menabrak tadi terlihat merasa sangat bersalah. Namun karena rasa takut, anak itu malah berlari cepat meninggalkan Miku yang masih terlihat kebingungan.

Miku sama sekali tidak bisa membenci anak itu. Ia hanya menyesal karena kurang berhati-hati sehingga kejadian itu harus terjadi. Dengan lesu, ia segera meraih keranjang kosongnya dan berjalan perlahan menuju ke gang sempit tempat persembunyiannya. Ia tidak memperdulikan tatapan para warga desa yang memandang penuh tanya dan juga iba terhadap dirinya. Apalah arti dirinya. Bagi orang-orang, Miku hanyalah seorang gadis gelandangan.

Miku langsung terduduk lemas di gang sempit itu. Perutnya kini terasa perih. Rasa perih itu membuatnya sangat menderita. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja. Perasaannya kacau. Ia merasa hidupnya begitu sangat menyedihkan dan sial sekali. Lalu sekarang ia harus bagaimana? Ia tidak mungkin kembali ke toko roti itu dan memohon pria baik hati itu untuk memberinya roti kembali. Ia juga tidak mungkin mengemis kepada warga desa ataupun para pedagang untuk makan. Dan ia juga tidak mungkin menjual peninggalan milik keluarganya hanya untuk kebutuhan dirinya saat ini. Miku tersenyum lemah. Ia hanya bisa menunggu ajal menjemputnya. Perlahan matanya terpejam. Ia berusaha mengabaikan rasa sakit itu dan berharap malaikat pencabut nyawa segera datang mengambil nyawanya.

"Hey, bangunlah…,"

Miku membuka sedikit demi sedikit matanya. Suara itu seakan familiar untuk Miku. Miku mengerjapkan matanya dan mendapati seorang anak laki-laki yang seusianya tengah menatap khawatir kepadanya. Miku benar-benar terbangun ketika ia mencium bau yang sangat lezat di dekatnya.

"Kau… Kenapa…," tanya Miku bingung.

"Maafkan dia ya… Kurasa dia sama sekali tidak sengaja menabrakmu," kata anak laki-laki itu. "Sebagai permintaan maaf, ini aku bawakan roti gandum dan juga sandwich untukmu,"

Miku masih merasa terkejut. Namun karena perutnya terasa semakin sakit, dengan cepat Miku meraih roti gandum dari tangan laki-laki itu dan memakannya cepat. Satu persatu roti itu habis hingga kini Miku merasa lebih baik.

"Kamu… Yang waktu itu menolongku, kan?" kata Miku setelah selesai makan. Aku ingat betul wajahmu, rambutmu yang berwarna honey blonde… Kau… Len, kan?"

"Kamu masih ingat rupanya," ucap anak laki-laki itu seraya tersenyum lembut. "Kita bertemu lagi nona,"

Tiba-tiba entah mengapa wajah Miku terasa panas melihat senyuman itu. Senyuman yang teramat sangat menentramkan hati. Miku merasa sangat menyukai senyuman itu.

"Lalu kau mau pulang kemana?" tanya Len kemudian. "Um… Kau kabur dari rumah besar itu?"

"Maksudmu rumah… Ah tidak! Aku tidak akan kembali ke rumah itu lagi," kata Miku cepat.

"Kenapa? Apakah Nyonya Meiko melakukan hal yang jahat terhadapmu?" tanya Len dengan menyelidik.

"Kau mengenal bibi Meiko?" tanya Miku lagi. Rasanya aneh begitu Len terdengar begitu mengetahui mengenai Meiko.

"A… Tidak. Semua orang di desa ini mengetahui segala hal mengenai beliau. Karena… Kau tahu? Nyonya Meiko adalah bangsawan yang terkemuka dan paling di hormati di wilayah kami. Beliau adalah… Wanita yang disegani di sini karena kebaikannnya," ucap Len dengan sedikit agak terbata.

"Oh begitu. Aku tidak mengetahui kalau bibi sangat di hormati," kata Miku. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin kembali ke rumah orang tuaku. Apa kau tahu Wellingthon City ada di mana?"

"Wellingthon? Itu sangat jauh sekali dari sini. Butuh waktu seharian berkuda untuk sampai disana. Kalau hanya mengandalkan berjalan kaki… Kita bisa berhari-hari sampai di sana. Kita tidak mungkin berjalan kaki sampai ke sana kan," kata Len.

"Ya ampun… Bagaimana ini…," ucap Miku bingung.

"Bagaimana jika aku mengantarmu kembali ke tempat Nyonya Meiko? Nyonya Meiko pasti sangat mengkhawatirkanmu. Apalagi karena kau kabur dari rumahnya tanpa alasan. Beliau pasti benar-benar khawatir," kata Len lagi.

"Tidak. Aku sudah memutuskan untuk kembali ke Wellingthon City apapun yang terjadi. Aku rela kalau harus berjalan kaki sampai ke sana. Yang penting aku bisa bertemu kedua orang tuaku kembali," jawab Miku mantap.

"Bukankah lebih cepat jika meminta bantuan Nyonya Meiko? Nyonya Meiko kan bibimu. Pasti beliau dengan senang hati akan mengantarkanmu ke Wellingthon City dengan kereta kudanya," kata Len lagi. "Kalau kau mau berjalan kaki… Apakah kau sanggup seorang diri pergi kesana? Apakah kau punya bekal yang cukup selama tiga hari?"

"A… Aku….," kata Miku dengan terbata-bata. "Tidak. Aku tidak punya apapun,"

"Ya sudah, kita kembali saja kalau begitu," ajak Len dengan bersemangat.

"Tidak. Bagaimanapun aku akan tetap pergi kesana," kata Miku pada akhirnya. "Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku, tapi aku benar-benar harus pulang,"

Miku pun segera bangkit dari tempatnya. Ia berjalan meninggalkan Len di gang sempit itu.

"Kau mau kemana?" tanya Len bingung.

"Aku harus segera pergi sekarang. Lebih cepat sampai di Wellingthon City lebih baik," jawab Miku.

Len ditinggalkan begitu saja oleh Miku. Len berdecih pelan kemudian bangkit dari tempatnya dan segera mengejar Miku.

"Tunggu!" seru Len.

Miku pun berhenti di tempatnya begitu Len memanggilnya.

"Aku… Akan ikut bersamamu," kata Len sambil terengah-engah lelah.

"Hah?" Miku terlihat begitu bingung dengan ucapan Len.

"Me… Memangnya kau tahu jalan ke sana? Kau kan buta arah. Bagaimana kalau tiba-tiba kau tersesat? Bagaimana kalau ada orang yang berbuat jahat kepadamu? Bukankah berbahaya kalau anak perempuan berjalan jauh sendirian?" ucap Len sambil sedikit memalingkan wajah.

Miku tersenyum kecil. Ternyata Len begitu mengkhawatirkannya.

"Baiklah. Ayo," ajak Miku sambil tersenyum.

Kini giliran Len yang merasa wajahnya begitu panas. Tanpa di duga, wajahnya merah merona. Untung Miku tidak melihat wajah Len saat itu.

"Lalu kita pergi ke arah mana?" tanya Miku tiba-tiba membuat Len terkejut.

"E… Apa? Tentu saja kita harus membawa bekal terlebih dahulu," kata Len sambil memalingkan wajah sedikit. "Kita harus membawa beberapa roti untuk bekal di perjalanan,"

Akhirnya Miku dan Len pun berjalan mengunjungi toko roti yang sempat Miku datangi sebelumnya. Sejujurnya Miku agak malu datang kesana. Karena ia takut disangka sebagai gadis gelandangan. Berbeda dengan Len. Justru dandanan Len terlihat rapi dan bersih. Miku merasa agak aneh sebenarnya dengan Len. Mengapa Len terlihat berbeda? Ia tidak terlihat seperti seorang gelandangan.

"Wah ada Len-san!" sapa pria baik hati yang pernah menolong Miku. "Wah, jadi nona ini adalah kenalanmu?"

"Iya Kiyoteru-san. Aku ingin membeli roti gandum beserta croissant," kata Len sambil menyodorkan beberapa penny kepada Kiyoteru.

"Croissant? Bukankah biasanya Nyonya Meiko selalu membeli roti Bagelen?" Kiyoteru terlihat bingung.

"Tidak, ini untuk kami. Tidak ada hubungannya dengan beliau," kata Len cepat.

"Oh, baiklah," kata Kiyoteru tanpa banyak bertanya. Ia segera memasukkan beberapa potong roti gandum dan juga beberapa croissant ke dalam keranjang makan Miku.

"Terimakasih banyak Kiyoteru-san," kata Len sambil mengambil keranjangnya.

"Kembali. Oh iya, tolong sampaikan salamku kepada Nyonya Meiko. Sudah lama beliau tidak berkunjung ke toko ini," kata Kiyoteru. "Ah… Tidak mungkin beliau akan berkunjung,"

"Baik nanti kusampaikan," kata Len. "Ayo Nona Miku,"

Miku dan Len pun berjalan sambil beriringan. Mereka tak ada yang saling berucap satu sama lain. Namun kemudian, Miku membuka kembali pembicaraan.

"Bibi Meiko benar-benar sangat disegani ya… Bahkan pria baik itu pun sangat menyegani bibi," gumam Miku.

"Benar. Kiyoteru-san memang sangat menyegani beliau. Dan sebenarnya bukan hanya segan. Ia juga sangat mengagumi beliau," jawab Len.

"Kagum? Maksudnya… Suka?" tanya Miku polos.

"Mungkin bisa dibilang begitu. Karena sejak masih remaja dulu, Nyonya Meiko sering mengunjungi toko roti nya Kiyoteru. Sehingga yah… Kiyoteru-san bisa di bilang jatuh cinta pada beliau," jawab Len.

"Wah… Begitu ternyata," ucap Miku takjub.

"Oh iya lewat sini. Mulai sekarang kita akan melalui perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Bisa di bilang ini adalah perjalanan yang sangat berbahaya. Akan ada banyak bandit berkeliaran… Jadi kau… Jangan jauh-jauh dariku," kata Len.

"Aku mengerti kapten," kata Miku dengan bersemangat.

Miku dan Len pun memulai perjalanan panjang mereka menuju Wellingthon City. Setelah meninggalkan desa, mereka melewati area padang rumput yang panjang. Rumput ilalang yang tumbuh tinggi menyulitkan Miku untuk berjalan. Namun berkat adanya Len, Miku berhasil melewati rumput yang mengganggu itu. Tanpa terasa hari sudah berganti malam. Mereka kini sudah melewati area jalan setapak yang sepi. Bukan hanya sepi. Jalan itu pun gelap karena tidak ada sama sekali pencahayaan di sana. Len dengan sigap membuat penerangan kecil dari korek api yang di bawanya. Len sendiri tidak tahu pasti di mana mereka berada saat ini.

"Kau sudah lelah?" tanya Len begitu mendapati Miku hanya membisu di dekatnya.

Miku mengangguk lemah. Sejujurnya Miku merasa lapar, haus dan juga lelah.

"Sudah kuduga. Perjalanan ini memang tidak baik untukmu. Perjalanan kita masih jauh. Masih harus menempuh beberapa kilometer lagi ke arah barat. Dan sekarang kau sudah lelah. Sungguh ide yang buruk. Seharusnya kupaksa saja kau kembali ke tempat Nyonya Meiko daripada harus kelelahan seperti ini," gerutu Len. "Ya sudah, ayo kita cari tempat istirahat,"

Tanpa banyak bicara, Miku pun mengikuti Len yang berjalan memimpin di depannya. Korek api milik Len pun sebentar lagi akan habis. Nyala apinya sudah semakin redup. Dan Len kini mulai putus asa.

"Bodoh! Kenapa tadi aku tidak membuat obor saja?" gerutu Len pada dirinya sendiri. "Jadi sekarang harus bagaimana jika tidak ada penerangan?"

"Anu… Len… Di sana…," tunjuk Miku lemah. "Disana ada… Kereta kuda yang sedang beristirahat. Mungkin…. Kita bisa minta bantuan…,"

"Ide bagus! Kita selamat!" seru Len senang.

Dengan segera Len mengandeng Miku ke arah kereta kuda itu. Len merasa senang karena dirinya dan Miku bisa selamat.

"Permisi! Kami mau meminta obor…," kata Len. "Permisi,"

Namun sama sekali tidak ada jawaban. Bahkan tidak terlihat ada seorang pun di dekat sana. Sungguh sangat aneh.

"Hm… Kenapa tidak ada orang?" gumam Len bingung.

"Len!" seru Miku tiba-tiba.

Tiba-tiba sesosok pria tinggi besar menyekap Len dari belakang. Miku pun disekap oleh anak buah dari pria itu. Len sama sekali tidak bisa berbuat apapun. Tenaga pria itu sangat kuat, tidak bisa dilawan oleh anak-anak seperti dirinya.

"Hahaha! Untung besar! Kita untung besar! Tanpa disangka, anak kelinci datang sendiri ke kandang harimau! Dengan begini kita bisa menjual mereka ke kota dengan harga yang tinggi! Lihat mereka! Begitu tampan dan cantik! Pasti bangsawan royal itu akan cepat membeli mereka dengan tawaran harga yang tinggi!" kata pria tinggi besar yang menyekap Len.

"Benar Bos! Lihat nona cantik ini! Kulitnya begitu sangat halus! Kalau aku masih muda, akan kunikahi dia!" kata sang anak buah.

"Jaga bicaramu! Hilangkan pikiran kotormu itu! Kita cepat masukan mereka ke dalam kereta kuda! Kita segera pergi ke kota! Hahaha!" kata sang Bos dengan bahagia.

Len dan Miku pun bernasib malang saat itu. Mereka disekap dan di masukan ke dalam kereta kuda oleh para bandit itu menuju ke kota untuk di jual.

TBC

Akhirnya chapter tiga pun selesai xD Bagaimana? Cukup puas kah dengan ceritanya? Mudah-mudahan author bisa melanjutkan kembali dengan cepat ya xD

Langsung ke review xD

Go Minami Asuka Bi: Mina-chan aku lupa xD iya ada Western nya Xd Ada tapi kayaknya gak terlalu kentel sih xD

rei atsuko: Halo Rei-san xD Hwaaa gomen aku tidak bisa menepati janji T_T update nya lamaaaaa banget xD gomenasai… *sujud-sujud* Untuk lanjutannya…. masih panjang xD di tunggu aja ya xD *plak

Hikasya: Gomeeen baru update sekarang xD Semoga tidak mengecewakan ya xD

silverqueen98: Maaf baru bisa lanjut sekarang xD Semoga suka ya xD

Berkali-kali maaf untuk para reader… Karena author tidak pasti kapan bisa update xD Tapi mohon dukungannya terus supaya tidak kehabisan ide xD

Salam… Yumiharizuki :3