A/N : Hai semuanya,
Pertama-tama saya akan menjelaskan beberapa hal yang penting dalam cerita ini.
Naruto Namikaze adalah vampire dominant.
Hinata Hyuga adalah mate.
Sasuke Uciha juga vampire dominant.
Sakura Haruno juga adalah mate.
Vampire adalah salah satu makhluk supernatural yang abadi.
Mate adalah orang yang harus dilindungi oleh vampire. Bisa dibilang pasangan hidup. Biasanya mereka akan diberi tanda oleh vampire sebagai penanda bahwa ia sudah dimiliki oleh seorang vampire.
Mate memiliki kekuatan tersembunyi dan hanya muncul ketika mereka sudah terikat dengan vampirenya.
Mungkin itu aja semua. Ya udahlah kalau begitu. Langsung saja ke ceritanya…
Disclaimer : Masashi Kishimoto.
CHAPTER 1 : YOU WILL BE MINE
"Waktunya sudah datang." Sahut pria berambut raven di tengah keheningan malam. Wajahnya sangat dingin saat menatap seseorang di sampingnya. Mata onyx hitamnya tampak semakin gelap saat ia mengeluarkan beberapa kalimat dari mulutnya. "Aku yakin aku tidak bisa menahan rasa tertekan ini."
Pria berambut kuning di sampingnya hanya menyeringai tanpa membuka matanya. Ia tahu rasa tertekan yang dimaksudkan oleh temannya itu. Karena sekarang, dia merasakan rasa itu juga. Rasa haus akan darah dan kehadiran seorang kekasih.
"Apa yang akan kau lakukan, hum ? Kau tidak akan bertahan dengan hanya menghirup aromanya. Kau harus memilikinya sesegera mungkin, atau kau akan gila dan terbunuh."
"Aku akan mendapatkannya , kawan. Dia tidak akan menolakku, karena aku akan mengambilnya. Secara paksa atau tidak. Dia milikku dan siapapun yang mendapatkannya akan menerima ganjarannya,"
Pria bermata onyx itu masih saja datar tanpa ekspresi, walaupun badannya sudah lelah akan pencarian dan kerongkongannya kering. Penantian yang panjang untuk menantikan seorang kekasih. Wajah pria itu tampak pucat, namun tetap ringisan tidak keluar dari mulut tipis sang pria. "Aku yakin kau akan mengatakan itu, kawan. Aku juga melakukan hal yang sama."
"Ya, dan ketika aku mengatakannya, aku benar-benar akan melakukannya. Untuk itu, bersiap-siaplah dengan konsekuensinya."
"Tentu saja…"
Malam itu, kedua makhluk malam yang ditakuti mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi milik mereka. Mereka akan mendapatkannya.
Tidak ada yang paling menarik di sekolah selain menatap para idola sekolah. Ketika dua orang terhot dan tertampan melewati koridor sekolah, seruan kekaguman akan memenuhi koridor tersebut. Hari ini, seperti biasa mereka berjalan dengan tenang tanpa memedulikan suara melengking para gadis di seluruh koridor sekolah. Mereka tampak tidak peduli. Bahkan mereka seperti tidak berekspresi. Tatapan tajam mereka hanya tertuju kepada jalan, tidak ada yang lain.
Di lain pihak, seorang gadis bermata emerald tampak menikmati hidangan makan siang dengan tenang. Tidak memedulikan gema suara wanita di koridor sekolah. Ia tampak nyaman dengan makanannya, sambil sesekali menatap dua sahabatnya yang tampak asyik dengan kegiatan mereka. Masing-masing mereka memiliki kegiatan untuk di kerjakan. Misalnya saja gadis berambut indigo yang asyik dengan buku tebal dan sandwich keju atau gadis berambut pirang yang sedang asyik mendengarkan musik sambil memainkan laptop.
Mereka seperti menikmati rutinitas yang mereka lakukan. Mereka tidak memedulikan dua pria tampan yang sedang berkeliaran di sana. Ketenangan merupakan hal terpenting di dalam kehidupan ketiga gadis ini.
Suara lengkingan di ufuk timur semakin menjadi-jadi. Seketika itu, gadis berambut indigo menutup bukunya dengan keras dan menghela nafas. Ia menoleh kea rah koridor ufuk timur dengan pandangan ingin membunuh.
"Apa mereka tidak bisa mengecilkan volume suara mereka ? Demi Tuhan, telingaku hampir pecah mendengarkan mereka. Sial !"
"Mereka akan terus melakukannya, Hinata. Aku yakin mereka akan semakin meninggikan suaranya lima menit kemudian," Sahut gadis bermata emerald itu sambil tertawa. "Aku harap kau berhenti membaca bukumu itu, sejenak."
Hinata merengut. "Aku tidak punya pilihan dalam hal itu,"
"Tentu saja kau punya. Aku dengar, Ino akan pergi ke toko buku untuk mencari referensi tugasnya hari ini. Mungkin kau bisa ikut dengannya. Di sana, kau bisa memilih buku yang kau suka." Sahut gadis bermata emerald itu sambil memakan sandwich dari piringnya.
"Benarkah ?"
Hinata menatap Ino. Gadis itu masih asyik dengan kegiatannya saat ia menyadari tatapan Hinata. Ia menatap gadis itu dengan pandangan bingung. Namun, ia segera menebak pikiran gadis indigo tersebut. Apa lagi yang membuat gadis indigo itu bersinar kecuali membeli buku yang baru ? Sakura mungkin membertitahukan rencananya pada gadis manis ini.
"Tentu saja aku memiliki rencana. Aku akan pergi habis pulang sekolah. Jika kau ingin menemaniku, silahkan saja."
Hinata mengangguk dengan semangat. "Tentu saja,"
Sakura mengangkat alis saat melihat judul buku yang dibaca gadis indigo tersebut. "Jadi, apa vampire sebenarnya ada ?"
Hinata menoleh ke arah Sakura sambil mengangguk. "Aku tidak bisa memastikannya secara jelas. Tapi mereka memiliki sejarah yang cukup bisa di buktikan. Peninggalan-peninggalan yang tercantum di buku itu tampak meyakinkan. Aku tidak bisa mengatakan itu penilaian objektif. Tapi sejauh ini, aku menganggap mereka memang nyata,"
"Apa yang terjadi ?"
"Yah, mereka meninggalkan beberapa tanda yang menunjukan keberadaan mereka. Misalnya saja, tengkorak dengan dua taring besar dan sarang yang mereka buat di bawah tanah,"
"Aku tidak pernah percaya akan makhluk lain selain manusia, hewan, dan tumbuhan. Sepertinya, menjumpai makhluk yang lebih tinggi derajatnya dari manusia sangatlah mustahil."
"Aku tidak mengatakan kau harus mempercayainya, Sakura."
Sakura tersenyum. "Tentu saja. Tapi aku masih belum bisa membayangkan kemungkinan yang didapatkan jika memang vampire itu nyata di dunia ini. Mungkin aka nada dunia baru yang lebih seru dari hari-hari yang kita jalani hari ini."
"Aku tidak bisa mengatakan tidak,"
"Bagaimana ?"
Naruto mengangkat bahu , menyingkir dari perempuan yang menghalangi jalannya tanpa memberikan ekspresi. Sahabatnya tampak sabar dalam menghadapi perempuan merepotkan yang selalu mengganggu jalannya. Mereka tidak memiliki otak, seharusnya kau bisa menolerir mereka, Sasuke.
"Aku tidak peduli. Sejauh ini, aku hanya mencium bau busuk. Ya Tuhan, mereka tidak memiliki aroma yang sedap. Dia tidak di sini, mate. Aku akan mencarinya di tempat lain. Aku bisa merasakan ia ada di sini. Tapi, aku tidak bisa menemukannya. Ia ada di sin untukku, untuk kumiliki, dimana dia ? Sial !"
Naruto berjalan tanpa arah. Ia tampak linglung dan tak bertenaga. Siksaan badaniah yang ia alami nampaknya sudah menguasai dirinya. Sahabatnya tampak bernasib sama, walaupun dia masih bisa menenangkan diri.
"Naruto, kau bisa memperlambat pergerakanmu, atau tidak, kau akan merasakan keinginan itu semakin menguat." Katanya datar tanpa ekspresi.
Naruto menggeram tampak tak sabar. " Aku merasakannya Sasuke, aku membutuhkannya malam ini. Apa kau tidak bisa merasakan kehadirannya, Sasuke ? Aku yakin kau tidak sekuat itu dalam menahan hasratmu. Hum ?"
Sasuke berdecih saat aroma strawberry dan pine menelusuk di hidungnya. Matanya semakin menggelap saat pheromone dalam dirinya meningkat dengan pesat. Kekasihnya ada di sini. Sesaat kemudian, ia telah pergi meninggalkan Naruto yang sedang menghirup beberapa kali.
Sakura tertawa saat ia melihat Ino dan rencana liburan musim panasnya. Ia tak menyangka ia memiliki rencana untuk mengganggu ayahnya, dengan cara pergi ke London dan mengirimkan badut ke rumah ayahnya dan memberikan kejutan. Ino yakin ayahnya akan berteriak dan lari ke kamar mandi untuk melindungi diri, karena dasarnya ayahnya takut dengan badut.
Sakura dan Ino adalah sahabat dekat sejak mereka SMP. Mereka cocok dengan satu sama lain. Tidak heran mereka jarang berkelahi, bahkan nyaris tidak pernah. Sementara itu, Hinata adalah salah satu sahabat baru mereka yang mereka jumpai di tahun pertama. Selama satu tahun berteman dengan gadis manis itu, mereka bertiga semakin dekat dan bersahabat karib.
Ino dan Sakura baru beranjak dari kantin. Mereka berdua menuju kamar mandi. Sementara Hinata sedang mencari buku referensi tugas kelompok mereka.
Hampir saja mereka menjalani hari seperti biasa saat sekelebat bayangan datang melewati mereka dan muncul di depan keduanya. Jarak antara kedua gadis itu sangat dekat. Terutama pada gadis emerald yang belum siap dengan apa yang menunggunya setelah ini.
Pria yang muncul dengan tiba-tiba itu mendekatkan wajahnya ke arah leher Ino dan menghirup beberapa kali sebelum melakukan hal yang sama dengan dirinya. Sakura tidak bisa bergerak saat ia merasakan basah dan geli di sekitaran lehernya, ia bahkan tidak bisa berfikir. Ia bahkan tidak menyadari rasa nyeri di selangkangannya yang tiba-tiba muncul dengan kekuatan yang bukan main.
Lututnya mulai bergoncang dan kemudian dia tak bisa menopang tubuhnya. Sasuke yang sudah membaca gerakan kekasihnya, kemudian mengangkat pinggul Sakura ke tubuhnya, dan mengangkat wajahnya untuk menampakkan mata hitam gelap yang menghipnoti ke arah Ino. Seketika itu, Ino pun pingsan dan Sasuke kembali mencicipi leher sang kekasih. Merasakan indahnya suara gadisnya itu ketika ia menggigit pelan kontur leher jenjangnya. Gadisnya mendesah perlahan dengan malu-malu. Sasuke menyeringai saat ia merasakan rasa basah di perutnya.
Ia segera menghilang dari tempat itu. Ia menghilang tanpa melepaskan hisapannya. Karena ia tak sanggup mengontrol hasratnya. Ia terlalu lemah dalam hal itu.
Hinata tidak bisa bergerak saat mata biru itu menggelap dengan tiba-tiba. Kontak mata yang mereka lakukan selama beberapa menit, sanggup membuat Hinata bergelayut lemah ke arah rak buku yang menjadi saksi bisu kejadian ini. Kaki Hinata tampak gemetar saat mata itu menjelajahi seluruh tubuhnya. Pria itu menyeringai sebelu menghirup aroma lavender dan vanilla dari gadis itu. Ia masih tetap mempertahankan kontak mata mereka saat tangan pria itu menggenggam pinggang sang gadis, dan menopangnya.
Kaki Hinata tetap gemetar dan tubuhnya terkulai. Ia tidak bisa mengalihkan pandangan dari pria itu. Membiarkan tangan kekarnya menopannya agar ia tidak terjatuh. Ia tidak bisa berkomentar ataupun bergerak saat pria itu mendekat untuk menjilat pipi dan bibirnya. Ia hanya merasakan nyeri yang tidak kira-kira di perutnya. Ia bisa merasakan cairan keluar, mengalir ke pahanya dan membasahi lantai tempat mereka berdiri. Ia melenguh pelan saat pria itu menggigit kecil bibirnya dan meremas pinggangnya.
"Kau milikku." Ia menggeram seperti binatang sebelum mendekatkan wajahnya kea rah telinga gadis itu kemudian mengulum telinga gadis itu dan menjilatnya. Sesaat kemudian, kedua insan itu menghilang, meninggalkan cairan kental yang membentuk genangan di atas lantai.
Sasuke membiarkan kekasihnya menikmati puncak kenikmatan sebelum ia mendudukkan sang kekasih di pangkuannya. Ia bisa merasakan cairan kenikmatannnya membasahi perut dan sesuatu yang ia miliki di bawah sana. Kedua kaki sang kekasih masih mengelilingi punggungnya, dan Sasuke masih menikmati bau tubuh gadis itu.
Tangan Sasuke dengan liar menggenggam seragam si gadis dan menariknya kasar. Meninggalkannya dengan pakaian dalam berwarna hitam. Ia masih bisa merasakan gairah si gadis. Dan dengan senang hati ia akan melayani gadisnya ini. Ya Tuhan, dia sudah menunggu waktu ini dalam waktu yang lama.
Namun, ia tidak sempat merasakan kekenyalan payudara kekasihnya sesaat suara pintu yang di hancurkan mengganggu pendengarannya. Ia menghela nafas sebelum menurunkan gadis itu. Si gadis tampak kecewa, ia bisa merasakan denyutan dalam gadis itu, bahkan rasa kosong yang ia rasakan. Tapi Sasuke harus melihat apa yang terjadi. Ia mengecup bibir sang kekasih sebelum keluar dari kamar pribadinya.
Suara pintu rusa itu ternyata berasal dari kamar sahabatnya. Mungkin, Naruto terlalu senang menemui matenya, pikirnya. Dari tempatnya sekarang, ia bisa mendengar suara geraman dan desahan gadis milik sahabatnya. Selain itu, ia bisa merasakan rasa panas dan membakar dari kamar sahabatnya. Ya Tuhan ! Sahabatnya sangat menggila.
Ia kembali menemu kekasihnya dan tersenyum. Gadis itu sekarang masih terkulai di atas sofa, menutup matanya. Ia merapatkan kakinya berusaha menahan kenikmatan yang terunda, namun sia-sia karena cairan manis itu masih mengakir di sela-sela paha si gadi. Tangannya berusaha menutupi ketelanjangannya, dan pastinya sia-sia, karena ia masih bisa kemolekan gadis itu.
Hinata berusaha mendorong dada bidang pemuda liar yang berada di atasnya. Ia berusaha menghentikan aksi pemuda ini saat turun ke badan mungilnya yang terkulai tak bertenaga di atas ranjang, ia menggeram karena tangan kecil sang gadis yang berusaha menahannya, menimbulkan rasa nikmat yang tak terkira. Ia menyeringai saat ia merasakan nafas gadis itu semakin cepat, ia bisa merasakan aroma lavender dan vanilla itu di seluruh tubuhnya.
Hinata mendesah saat Naruto mulai menjelajahi leher gadis itu sambil mengusap pinggang si gadis. Ia menghirup aroma itu lagi dan lagi sebelum menggigiti leher dan bahunya. Meninggalkan bekas gigitan yang bisa dilihat oleh semua orang.
"Milikku," Geramnya sambil terus menekankan tubuhnya ke arah tubuh mungil gadis itu. "kepunyaanku, cintaku, hanya milikku seorang,"
Naruto mencium bibir Hinata dengan segala hasrat yang ia punya. Ia mengeluarkan lidah miliknya, hanya untuk menemukan penolakan darinya. Karena itulah, dia menggeram keras dan menekankan selangkangannya, membuat ia mendesah dan mengeluarkan cairan manis itu. Naruto menyeringai saat rasa manis bibir itu terkecap ke lidahnya. Ia mulai mengecup bibir yang penuh itu tanpa peduli dengan apapun. Bahkan saat si gadis melepaskan diri untuk mencari nafas, dia tidak memberikan kesempatan. Ia segera megecup bibir itu dan merasakan manisnya surga. Rasa nyeri di tubuhnya sudah berkurang, paling tidak saat mengecap sang mate, ia bisa merasakan kenikmatan dan merasa lengkap.
A/N : Jadi bagaimana ? Tolong di Review ya...!