Disclaimer: Masashi Kishimoto, and Naruto. I just pinjam(?)

Warning: ini fict ratenya kecut. OOC, banyak typo, dan segala macamnya.

Pairing: Ino Yamanaka. Kiba Inuzuka.

Yo-minna, aduh malu mau nampakin idung#idungnyapesekmanabisadilihat.

Padahal ff vampire kingdomnya belum selesai, eh udah bikin lagi, maaf ya. tapi aku bakalan usahain secepatnya ku-update.

Oke aku rasa udah cukup basa-basinya, selamat RnR ^_V

Konoha, 30/06/2015.

"Hmm..."seorang gadis dengan rambut pirang platinum terlihat tengah menghirup udara pagi ini dalam-dalam, menikmati tiap oksigen yang masuk keparu-parunya, matanya menutup dalam kenyamanan, hingga sebuah suara menginterupsi kegiatan damainya itu.

"Ino!"mata gadis itu terbuka menampakan sepasang bola mata sewarna samudra. Namun saat ia melihat siapa yang memanggilnya bola matanya berotasi malas, diikuti pose berkacak pinggang andalannya.

"Terlambat lagi, apa ini hobi barumu huh, Forhead?"tanya gadis yang dipanggil Ino itu ketus. Sementara yang diceramahi hanya bisa menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Maaf-maaf, hm, begini saja, sebagai tanda penyesalanku, aku akan meneraktirmu minum ocha dan kue mochi, setuju?"tanya gadis berambut merah muda itu.

"Hm, terserah kau saja, Sakura."ucap Ino mengalah.

"Yosh, ayo kita pergi."seru Sakura lalu menarik tangan Ino.

Di sepanjang jalan Sakura tak henti-hentinya membahas tentang kencannya semalam dengan Sasuke, sementara Ino hanya diam dan mendengarkan, akhirnya mereka sampai dicafe langganan mereka.

"Hoi, Pig, ada apa? Tumben sekali kau pendiam seperti ini."tanya Sakura saat mereka telah duduk di meja urutan kedua didekat jendela besar yang menampilkan pemadangan taman, Ino yang tadi tengah menatap keluar jendela menoleh dan menatap Sakura dengan pandangan cemas, wajah damai yang terlihat beberapa waktu yang lalu itu, kini sudah berganti suram layaknya awan mendung. "A-ada apa?"

"Dia muncul, pemuda itu..., dia kembali,"Ino menghela nafas sesaat. "Aku takut jika dia mengetahui keberadaan Kumari."ucap Ino sambil menundukkan wajahnya kemeja.

"Maksudmu, bajingan itu?"ucap Sakura ragu-ragu, Ino mengangguk lemah. "Memangnya kau bertemu dengannya dimana?"tanya Sakura mulai cemas.

"Dia adalah anak direktur Inuzuka, dan sekarang dia sudah menjabat sebagai direktur baru, menggantikan ayahnya. Sakura, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin keluar dari perusahaan, jika aku keluar bagaimana aku bisa menghidupi Kumari?"ucap Ino.

"Ini sulit, mungkin kau bisa meminta bantuan Naruto, kudengar toko bunga yang sudah kau berikan padanya itu kini telah berkembang pesat."Ucap Sakura.

"Tidak, Sakura. Aku tidak mau merepotkan Naruto."ucap Ino sendu.

"Dia tidak mungkin merasa repot Ino, bahkan mungkin dia akan dengan senang hati membantumu."ucap Sakura sambil menggenggam tangan Ino.

"Aku tidak mau."ucap Ino bersikeras, Sakura hanya mampu pasrah mendengarnya. Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Sakura, melihat kondisi sahabatnya yang kini kembali terlihat terpuruk itu.

Sungguh, Sakura tak pernah menyukainya, ia tidak suka melihat sahabatnya itu sedih dan terpuruk hanya karena pemuda bajingan itu. Masih terngiang jelas dimemori Sakura saat sahabat yang biasanya selalu menyemangatinya itu dalam keadaan benar-benar terpuruk.

Saat itu benar-benar sebuah bencana yang sungguh sangat menyakitkan bagi Ino, Ino dulu adalah gadis ceria, dan baik hati. Walaupun dari keluarga kaya Ino tetap rendah hati, Ino selalu membantu temannya yang dalam keadaan sulit, dulu keluarga Yamanaka adalah keluarga kaya yang baik hati, hampir semua keluarga Yamanaka adalah keluarga yang baik dan hangat, sehingga sangat mudah bagi Ino untuk mendapatkan teman.

Ayahnya Inoichi Yamanaka adalah kepala kepolisian, dan ibunya Tsunade Yamanaka adalah pemilik rumah sakit di Konoha. Walau kedua orang tuanya memiliki pekerjaan yang mampu menjamin kehidupan Ino dimasa depan, Ino tetap berpikir untuk membantu kedua orang tuanya dalam mencari uang, ia memiliki toko bunga yang walaupun tidak terlalu besar namun lumayan untuk menambah uang saku sekaligus membantu teman-temannya.

Ino mempekerjakan Naruto untuk membantunya, Naruto adalah anak yatim piatu yang hanya tinggal bersama pamannya yang seorang pekerja serabutan, dan Ino memberikan Naruto pekerjaan ditokonya agar Naruto memiliki uang untuk sedikit meringankan beban pamannya.

Ino memiliki empat orang teman wanita yang selalu menyayanginya, Temari, Ten-ten, Hinata dan teman yang paling dekat dengannya yaitu, Sakura. Mereka berlima adalah sahabat yang selalu saling membantu.

Semua berjalan sempurna dalam kehidupan Ino, keluarga, teman. Semua sempurna. Hingga peristiwa itu datang.

Flashback

tepat diliburan musim panas tujuh tahun yang lalu, saat itu Inoichi dan Tsunade akan berangkat berlibur, Ino yang mengerti bahwa kedua orang tuanya butuh waktu untuk menghabiskan waktu bersama akhirnya memilih untuk tetap tinggal dirumah bersama para pelayan.

Namun tepat saat makan malam sebuah berita melaporkan tentang hilangnya pesawat yang membawa kedua orang tua Ino, Ino benar-benar shock, kedua orang tuanya pergi, pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, setelah kemunculan berita itu Ino hanya mampu berdiam diri dikamar dan berdoa agar kedua orang tuanya selamat dan ia berharap itu hanya mimpi.

Setelah cukup lama menangis, Ino memutuskan untuk mandi, mungkin mandi dapat sedikit menenangkan hati, pikirnya.

Didalam kamar mandi Ino meringkuk dibawah guyuran shower yang menghantarkan air dingin untuk menghantam kulitnya, pikirannya kacau, ia terisak, isakan yang memilukan.

Namun Ino terlonjak saat mendengar suara tembakan dari lantai bawah, dan jeritan para pelayan dirumahnya. Ino bergegas memakai baju handuknya lalu berlari keluar kamar mandi, bahkan dia lupa mematikan keran air. Namun kakinya terhenti dan matanya membelalak saat melihat seorang pemuda bersurai coklat tengah berdiri bersandar didaun pintu, seringai terbentuk dibibir pemuda dengan tato segitiga dikedua pipinya itu. Ino dengan cepat kembali masuk kekamar mandi. Tubuhnya bergetar ketakutan manakala gendang telinganya menangkap untaian kata-kata dari pemuda itu.

"Aku akan mendapatkanmu malam ini, Yamanaka."Suara pemuda itu terdengar datar dan dingin. Ino mengunci pintu kamar mandi itu lalu menatap kamar mandinya dengan panik saat didengarnya suara pintu kamar mandi yang digedor paksa.

'Kami-sama, tasukete.' Mata aquamarine itu berkaca-kaca. Ino panik, saat dilihatnya tidak ada celah sama sekali untuk keluar dari kamar mandinya.

BRAAKK.

Ino berbalik dan matanya kembali terbelalak saat dilihatnya pintu yang terbuat dari kayu Mahoni itu terbuka, bahkan engselnya hampir terlepas. Ino mundur dengan waspada.

"A-a-apa y-yang kau inginkan? P-pergi! Jangan dekati aku, pergi!"Ino berteriak panik saat punggungnya menabrak dinding kamar mandi.

"Aku ingin tubuhmu, aku tidak mau pergi, aku akan memilikimu."ucap pemuda itu, Ino mengeratkan cengramannya pada baju handuknya saat pemuda itu berjalan makin dekat.

Pemuda itu mengunci tubuh Ino, tangan kanan pemuda itu berada disamping kepala Ino, sementara tangan kirinya mulai mengerayangi pinggul Ino, hingga mampu membuat gadis itu terkesiap.

"M-menja─ahhh─uh d-dariku."Ino mati-matian menjaga desahannya agar tak keluar saat tangan pemuda itu meremas pantatnya. Pemuda itu menyeringai, diikuti tangannya yang naik menuju tali baju handuk Ino, Ino yang menyadarinya dengan sekuat tenaga mendorong pemuda itu hingga membuat pemuda itu terdorong menjauh darinya, namun kesalahan Ino adalah ia mendorong pemuda itu tepat saat tangan besar itu sudah bersiap menarik tali bajunya, dan itu membuat baju handuk itu terbuka menampilkan belahan dada, perut, dan...,

Tangan Ino dengan cepat kembali mengikatnya saat mata pemuda itu sudah hampir berhasil menatap bagian terlarang miliknya.

"Pergi!"Ino kalap, ia berteriak histeris. "Seseorang tolong aku!"Ino berteriak entah pada siapa, air mata bercucuran dari kedua iris aquamarinenya.

"Berteriaklah sesuka hatimu, Sayang. Tapi aku lebih senang mendengar teriakanmu yang menyebut namaku saat kita sudah mencapai 'puncak', tapi tunggu, aku belum memberitahu namaku, jika kau belum tahu namaku bagaimana kau bisa mendesahkan namaku saat 'melakukannya' nanti..., baiklah aku akan memberitahu namaku. Namaku adalah Kiba. Cukup pengenalannya, bagaimana jika kita mulai."setelah bicara panjang lebar pemuda bernama Kiba itu kembali berjalan mendekati Ino, Ino bergetar ketakutan saat melihat mata Kiba yang berkilat penuh nafsu.

Tangan kanan Kiba dengan kasar menarik tangan Ino hingga membuat tubuh Ino menubruk tubuhnya. Ino memberontak dalam rengkuhan Kiba.

"Lepas─hmmp."sebelum Ino berteriak Kiba sudah lebih dulu membungkam bibirnya. Kiba melumat bibir Ino dengan kasar, Ino menolak menerima ciuman Kiba dan membungkam mulutnya erat-erat saat dirasanya benda lunak milik Kiba memaksa masuk, hal itu tak pelak membuat Kiba geram, tangan Kiba yang tadi memeluk pinggang Ino naik keatas, dan Kiba menyeringai saat tangannya berada tepat ditempat yang ia inginkan.

"ashhh."desahan Ino lolos saat merasakan tangan Kiba meremas dadanya dengan kuat, dan itu dimanfaatkan Kiba untuk memasukan lidahnya kedalam mulut Ino, lidah Kiba bergerak liar dalam mulut Ino, lidahnya menelusuri tiap gigi rapi Ino, dan berakhir dengan perang lidah.

Namun ciuman panas itu terhenti saat Kiba menjauhkan wajahnya dari wajah Ino, nafas Ino tersenggal-senggal. Namun tak berapa lama Ino menghirup udara bebas, ia kembali dibuat tersentak saat merasakan tarikan tangan Kiba yang membawanya keluar dari kamar mandi.

"L-lepaskan aku!"Ino memberontak saat menyadari langkah kaki Kiba yang membawanya kearah kasur berukuran besar miliknya. Namun Kiba dengan kasar menarik tangan Ino dan membuat gadis itu terbaring dikasurnya. Ino mencoba mundur namun dengan cepat Kiba sudah menindih tubuhnya. Kiba kembali mencium bibir Ino dengan kasar, nafas Kiba terdengar memburu, Kiba benar-benar sudah dikuasai nafsu.

Tangan kanannya bergerak untuk menarik simpul baju handuk Ino. Ino berteriak histeris saat Kiba dengan kasar membuka baju handuknya membuat dua gundukan kenyal miliknya terekspos. Ino mencoba menutupinya dengan kedua tangannya, namun Kiba dengan cepat menarik kedua tangan Ino hingga membuat benda itu kembali terlihat, Kiba menatap dada telanjang Ino dengan wajah kelaparan.

Lalu perlahan Kiba menunduk dan kembali mengecup bibir Ino, lalu bibirnya turun keleher Ino, menyesap dalam-dalam aroma mawar dari ceruk leher Ino, Kiba menjilat dan menggigit leher Ino, hingga membuat bercak merah muncul dileher Ino.

"Hmmm, tubuhmu sangat wangi, aku menyukainya."Kiba berbisik dengan nada serak. Lalu ciumannya kembali turun kebelahan dada Ino, Ino bergerak-gerak tanda menolak, namun kedua tangannya yang dicengkram oleh Kiba membuatnya tidak bisa bergerak banyak.

"Ashh,...uhh,"Ino mendesah tertahan saat Kiba melumat dan menjilat putingnya yang kini menegang. Tangannya pun tidak mau tinggal diam, tangan itu bergerak untuk meremas dada Ino yang tidak dihisapnya. Membuat desahan Ino makin keras, dan itu berhasil membuat 'Adik kecil' Kiba berdiri, Tangan kiri Kiba bergerak ingin menyentuh bagian bawah Ino, namun Ino dengan kesadaran yang tinggal sedikit berhasil mencegahnya. Kiba menggeram kesal, dan dengan kasar menyeret tubuh Ino kearah dasboard ranjang, Kiba meraih baju handuk Ino dan merobek talinya. Lalu ia mengikat kedua tangan Ino kedasboard dengan tali handuk itu. Ino menangis histeris, dan memohon dilepaskan namun Kiba tak menggubrisnya.

Tangan Kiba mengelus pipi berair Ino lalu mengecup bibir Ino.

"Tenang, dan nikmatilah, aku akan membawamu kesurga dunia."ucap Kiba yang diiringi seringai tajam.

Kiba kembali melanjutkan aktifitasnya yang tadi sempat tertunda. Mata Kiba turun namun belum sempat Kiba menatap bagian bawah milik Ino, kedua paha Ino sudah menutupinya, namun kedua tangan Kiba bergerak untuk membuka kedua paha Ino, lalu ia tersenyum puas saat menatap daerah terlarang milik Ino yang putih bersih tanpa bulu, Kiba menatapnya dengan pandangan lapar. Lalu ia menunduk, membuat hidungnya bersentuhan langsung dengan miss-V Ino, tubuh Ino seketika menggelinjang hebat, kedua kakinya lemas saat lidah Kiba bermain dengan miliknya.

"H-hentikan, uhh..., C-cukup!"Ino berteriak keras, dan menggerak-gerakan tubuhnya agar kegiatan Kiba terganggu. Namun Kiba tidak menunjukan tanda-tanda bahwa ia terganggu.

'Kami-sama, tolong hentikan penderitaan ini!'

Kepala Ino tiba-tiba terasa pusing, dan pandangannyapun mulai buram. Yang terakhir dia lihat adalah pemuda itu yang bergerak hendak membuka pakaiannya, dan setelah itu semua menjadi gelap.

TBC

Kyaaa! Aku berkeringat dingin! aduh ini pengalaman pertama bikin fict dengan rate-M begini. Aduh, semoga kalian suka ne. Arigatou#pergidenganmukamerah.