Always Connected by naminazeela

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pair : Naruto x Hinata, Sasuke x Sakura, and other

Genre : Friendship and Romance

Rate : T atau T+(?)

Warning : AU, typo mungkin, penempatan tanda baca tidak sesuai, OOC mungkin, mainstream, terlalu banyak percakapan, bahasa tidak baku dan kekurangan lainnya.

My First Fic

Enjoy~ :)

.

.

.


.

.

.

Sepasang uwabaki itu menapak dengan pasti di atas lantai koridor Konoha Senior High School. Berjalan uring-uringan seakan-akan tidak ada tujuan hidup. Surai pirang milik pemuda itu sudah tidak jelas lagi bentuknya akibat ulah tangannya sendiri. Layaknya seorang yang sedang frustasi, ia berjalan seakan di dunia ini hanya dia seorang. Tidak mempedulikan lagi pekikan protes setiap orang yang ditabraknya saat berjalan.

Sang Namikaze pun heran kenapa dia harus seperti ini. Berjalan sendiri layaknya jomblo yang mengenaskan, berjalan lunglai menuju suatu tempat yang belum terlihat hingga sekarang. Kantin.

Oh, ya. Lupakan saja soal ke toilet tadi.

"Justru itu yang ingin aku lupakan! Arghhh!" Bibir sang Namikaze terus melontarkan kata-kata yang tidak dimengerti oleh siswa dan siswi di sekitar. Dan sekarang Naruto tidak menghiraukan tatapan aneh di sekelilingnya. Sudah kukatakan sebelumnya, ia merasa di dunia ini hanya ada dia seorang.

Dan, kenapa tadi katanya? Oh, ingin melupakan soal ke toilet. Ya, jadi yang ditakutkan memang benar-benar terjadi. Naruto benar-benar tidak menyadari ada sang kakak sepupu dari gadis yang tengah dirangkulnya berjalan di belakangnya. Bersama Gaara si pemuda berwajah stoic, dan dua orang berotak sama dengannya yang ternyata sedang cekikan sendiri.

Ia tidak bisa melupakan perkataan Neji tadi.

"Berani sekali kau berkata seperti itu pada Hinata! Dan apa-apaan tanganmu tadi?! Kau sudah menodai Hinata dengan tangan kotormu! Jangan dekati Hinata lagi!"

Sungguh, Naruto tidak bermaksud apa-apa atas ucapannya tadi. Nejinya saja yang berlebihan. Siapa yang tahu kalau Hinata ingin ke toilet? Naruto mungkin bisa mengantarnya sampai pintu depan, tapi kalau Hinata mengijinkan dia juga akan dengan senang hati mengantarnya sampai dalam. Hehehe…

Lalu masalah tangannya, apa salahnya merangkul teman sendiri? Naruto hanya bermaksud menuntun Hinata berjalan di sampingnya. Tidak salah 'kan kalau Naruto tidak ingin Hinata hilang di sekolah sebesar ini? Ya, walaupun itu tidak mungkin. Satu tahun adalah waktu yang cukup untuk mengingat seluk-beluk sekolah ini.

Dan lagi, tangan kotor katanya? Naruto selalu menggunakan tangannya untuk hal-hal baik. Siapa yang tidak tahu Naruto? Pemuda supel yang terkenal dengan kebaikannya senang menolong orang lain. Harusnya Neji bangga adiknya disentuh oleh orang sebaik dirinya.

Dan yang terakhir…

"Jangan dekati Hinata lagi!"

Jangan dekati Hinata lagi!

JANGAN DEKATI HINATA LAGI, KATANYA?!

Neji akan menjadi cobaan tersulit untuknya melakukan pendekatan dengan Hinata.

'Yosh, Naruto! Kau harus membuktikan pada Neji kalau kau pantas untuk Hinata!' Tekadnya dalam hati.

.

.

.


.

.

.

Sepasang emerald yang dimiliki oleh gadis pinky itu terus saja melirik ke sebelahnya. Bagaimana tidak? Sedari tadi sahabatnya –Ino tersenyam-senyum sendiri sembari memutar-mutar sedotan dari jus miliknya.

"Hey, Ino. Kau ini kenapa? Senyumanmu itu mengerikan, tahu." Sudah 'tak tahan lagi menyaksikan aksi mari-tersenyum-bersama milik Ino, akhirnya ucapan itu terlontar di bibir merah muda milik Sakura.

Merasa lamunan indahnya terganggu, gadis ber-ponytail itu mendelik ke arah Sakura. "Cih, kau mengganggu saja." Jawab Ino lalu kembali tersenyum lagi dan dengan sukses membuat jidat seksi Sakura mengkerut.

Hinata –yang sudah terbebas dari acara tarik-menarik dengan Neji dan Naruto– dan Tamaki hanya bisa tersenyum penuh arti melihatnya. Tentu saja mereka tahu kenapa Ino senyum-senyum seperti itu. Mereka menyaksikan secara live drama ala SaiIno di kelas tadi.

"Ah… aku baru sadar dia itu tampan." Pekik Ino tiba-tiba yang semakin memperdalam kerutan di jidat Sakura. Tapi sekarang tidak hanya Sakura. Temari, Tenten, dan Matsuri pun melakukan hal yang sama.

Saat Ino bicara seperti itu, yang melintas pertama di pikiran Sakura adalah Sasuke. Setahunya yang disukai Ino 'kan hanya Sasuke. "Kau bilang baru sadar? Ya, ampun, Ino. Kemana saja kau selama ini?"

Ino hanya menoleh. "Eh, kau tahu dia siapa?" Tanya Ino dengan pose imutnya.

"Tentu saja aku tahu!" Jawab Sakura cepat, jengkel dengan Ino yang seperti ini. Kenapa masih pakai tanya segala soal itu? Sudah pasti Sakura tahu.

Ino kembali menundukkan wajahnya. Merenungi perkataan Sakura barusan. 'Baru sadar, ya? Kenapa bisa?' Ucap Ino dalam hati. 'Sai tidak buruk juga. Dia baik walau kata-katanya pedas. Kalau dilihat-lihat juga wajahnya tampan. Beda tipislah dengan Sasuke-kun.' Lanjutnya.

Matsuri yang sadar Hinata dan Tamaki ikut-ikutan senyum-senyum mengeluarkan suaranya. "Kalian tahu soal ini, ya?" Yang dijawab oleh cekikikan dari kedua orang itu. Matsuri hanya dapat menghela nafasnya.

Tiba-tiba gadis berambut cokelat itu mendapati seseorang di sisi lain kantin. Rambut merah maroon milik pemuda itu tersapu oleh angin dari jendela di sebelahnya, terlihat sangat…

'Tampan.'

"Siapa yang kau perhatikan, eh? Adikku?" Temari menyeringai menyadari tatapan Matsuri tertuju pada adik sepupunya. Gadis itu hanya menundukkan wajahnya yang mulai memerah.

"T-t-tidak, Temari-chan. A-ano…" Gadis itu sudah kehabisan kata-katanya. Matsuri sedang mempertimbangkan, apa lebih baik dia beri tahu saja? Setahun mengenal Temari, ia yakin sahabat sekaligus orang yang dia yakini sebagai calon kakak iparnya ini dapat menjaga rahasia dengan baik. Akhirnya dia menghela nafas. "Baiklah, aku memang memperhatikan Gaara-kun. Tapi aku mohon jangan beritahu dia, please…" Ucapnya pelan agar yang lain tidak mendengar sambil menangkupkan kedua tangannya di depan wajah.

Temari semakin memperlebar seringaiannya. 'Cinta adikku terbalaskan ternyata.'

"Ya, akan kujaga dengan baik. Eh, tapi aku tidak janji, ya." Si gadis pirang bercepol empat itu mengerlingkan sebelah matanya. Matsuri menahan nafas, menyesali pemikirannya kalau sahabatnya ini dapat menjaga rahasia dengan baik.

Tapi kurasa keberuntungan berpihak padamu, Matsuri.

.

.

.

Kiba tertawa kencang mendengar cerita Naruto barusan. Temannya ini benar-benar tidak baik dalam urusan memikat hati wanita. Naruto hanya menghela nafasnya panjang. Cukup tahu saja ditertawakan oleh orang yang sudah memiliki kekasih.

"Pelet apa yang kau gunakan untuk mendapatkan Tamaki?" Tanya Naruto dengan nada datar dan dengan sukses membuat Kiba mendadak berhenti tertawa, digantikan oleh deathglare yang sama sekali tidak menakutkan milik Kiba.

"Kau meragukanku?" Ucap pemuda berambut cokelat itu sok galak.

Shikamaru memandangi kedua orang itu bengis, apalagi Kiba. Ini 'kan kantin, tapi Kiba masih saja bisa tertawa selebar itu di tempat seramai ini.

"Sudahlah. Kau tunjukkan dulu pada Neji kalau kau pantas untuk adiknya. Lagipula belum apa-apa kau sudah main rangkul saja, sepertinya kau dulu tidak segitunya dengan Sakura." Ujar si Nara jenius itu.

Naruto kemudian nyengir. "Aku tahu resikonya kalau berani menyentuh Sakura-chan seperti itu."

Shikamaru mengangguk membenarkan, mengerti apa yang dimaksud resiko oleh Naruto. "Dimana yang lain? Kenapa hanya kita berempat?"

"Sasuke dan Neji OSIS. Yang lainnya aku tidak tahu." Jawab Kiba.

"Mengurus orientasi siswa?" Satu-satunya pemuda berambut merah di sana bertanya.

"Tidak tahu. Tapi kalau seperti itu harusnya dari saat upacara penerimaan siswa."

"Halo, teman-temanku sekalian!" Suara itu mengangetkan keempat orang yang sedang duduk santai di meja kantin itu.

"Berisik, Lee." Bisik Chouji tepat di depan telinga Lee.

Sai dan Shino yang juga datang dengan rombongan itu langsung duduk di samping Shikamaru.

"Hey, kalian tahu tidak?" Semua yang di sana dengan kompak menggeleng. "Guy-sensei bilang besok ada test renang untuk kelas 2-3 dan 2-4!" Ucap Lee semangat.

Naruto mendengus kecil. "Kelasku memang besok ada olahraga. Tapi mana mungkin langsung test renang, minggu pertama 'kan dimulai dengan lari dulu."

Lee pundung saat teman-teman yang lain juga mengangguk setuju. Merasa tidak ada yang percaya, pemuda berambut bob itu kembali berucap semangat. "Terserah saja kalau tidak percaya. Tapi kusarankan kalian berlatih dulu, kalau yang kuucapkan itu benar kalian akan menyesal."

Naruto melirik Shikamaru dan Sai yang memang kelas 2-3 dan 2-4. Kedua pemuda itu hanya menggedikkan bahunya.

"Kalau menurutku kalian latihan saja." Gaara kembali berucap membuat yang lain menoleh padanya. "Ya, agar kalian bisa kalau memang besok ada test. Aku juga bisa ikut latihan untuk persiapan."

Kiba menyeringai mendengarnya. Oh, Kiba tahu tujuan Gaara yang sebenarnya. Tiba-tiba pemuda itu berdehem singkat. "Kalau yang kulihat saat kelas 1 dulu Matsuri bagus juga dengan pakaian renang."

Lirikan tajampun Gaara layangkan pada Kiba. "Kau sudah ada Tamaki."

Naruto ikut-ikutan tersenyum jahil. "Ah, tapi maaf Gaara. Kau tahukan selain saat olahraga kolam renang hanya boleh dipakai untuk keperluan latihan."

Kiba dan Naruto tertawa kencang setelah mengatakannya. Mereka berdua lalu mengadu tinjunya sebagai simbol kemenangan memojokkan Gaara.

"Ck. Aku memang ingin latihan." Gaara mulai terlihat kesal.

"Tapi 'kan jadwal olahraga 2-1 dan 2-2 hari Kamis." Shino ikut tergabung dalam acara mari-membuat-Gaara-kesal ini.

"Itu 'kan 3 hari lagi! Kenapa kau juga jadi ikut-ikutan menyebalkan, Shino?!" Gaara sudah tidak bisa menahan emosinya. Yang lain hanya tertawa melihat ekspresi kesal milik Gaara yang langka untuk dilihat ini.

"Baiklah-baiklah. Bagaimana kalau Hinata-"

"Aku akan meninjumu, Kiba." Si pemuda pirang sudah mengepalkan tangannya di depan wajah Kiba. Kiba hanya memasang wajah pura-pura terkejut. Sementara Gaara, Lee, Chouji, dan Shino benar-benar terkejut.

"Sejak kapan, Naruto?!"

"Bukannya kau menyukai Sakura?"

"Berarti aku punya kesempatan mendekati Sakura, 'kan?!"

"Apa kau sudah menyatakannya?"

Naruto langsung diserang berbagai pertanyaan dari keempat temannya itu. "Ya, ya. Semenjak akhir kelas 1 aku menyukainya dan sudah tidak menyukai Sakura-chan lagi. Aku masih dalam proses pendekatan. Dan untuk kau Lee, tidak selama Sasuke masih hidup."

Pemuda yang biasanya mempunyai semangat yang tinggi itu langsung melemaskan bahunya.

"Sudahlah, Lee. Lebih baik kau dengan Hinata saja. Model rambut kalian 'kan sama." Saran Chouji.

"Kau bicara lagi aku akan mengambil semua keripik kentang yang ada di dalam tasmu." Ucap Naruto galak. Chouji langsung menelan ludahnya.

"Kalau begitu ini kesempatanmu, Naruto! Ajak saja Hinata latihan renang, lalu kau bisa lebih mendekatkan diri dengan mengajarinya renang, 'kan?!" Usul Lee. Naruto mengernyitkan alisnya, ah, ide yang bagus.

"Kau jenius, alis tebal! Aku ke kelas dulu!" Pemuda itu segera bangkit dari duduknya dan melenggang pergi ke kelas.

"Tapi… Hinata 'kan masih di kantin." Sai berucap lirih sambil menunjuk sekumpulan gadis di sisi lain kantin dan pastinya Naruto tidak mendengarnya.

Yang lain hanya menggelengkan kepalanya berharap bel cepat berbunyi. Bel pulang, ngomong-ngomong.

.

.

.


.

.

.

Dikarenakan hari ini hari pertama masuk, pulang sekolah menjadi lebih awal. Dan saat-saat yang ditunggu oleh Naruto -dan Gaara tentunya sudah tiba. Para pemuda yang sedang diliputi semangat itu melakukan pemanasan sekarang, kecuali Shikamaru. Pemuda berambut nanas itu ditarik paksa oleh Naruto, dan susah baginya untuk meronta dari paksaan temannya itu. Karena itulah sekarang ia lebih memilih bersandar di dinding dibanding melakukan pemanasan, sambil diam-diam melirik ke arah pintu.

"Shika, kau yakin tidak ingin ikut renang?" Sai yang juga baru saja mengganti pakaian renangnya bertanya.

"Ya. Aku menunggu Sasuke dulu." Jawab Shikamaru. Alibi yang bagus.

Pintu ruangan indoor itu terbuka, menampilkan para gadis yang sudah lengkap dengan sukumizu-nya. Naruto menyeringai ke arah Gaara. "Ini 'kan yang kau tunggu?"

Gaara mendelik sambil tetap menggerakkan kakinya -melakukan pemanasan. "Memangnya apa yang kutunggu?"

Pemuda berambut kuning itu tertawa. Temannya ini keras kepala sekali, hanya mengakui kalau dia menunggu Matsuri menggunakan sukumizu saja sangat susah.

Temari yang sudah melepas keempat ikatan di rambutnya mendekati Shikamaru yang sudah mulai masuk ke alam bawah sadarnya. Memperhatikan wajah pujaan hatinya yang terlihat bodoh ketika tertidur. Gadis itu melirik ke arah Sai yang sedang melakukan pemanasan. Sai yang paham dengan kode yang diberikan Temari tersenyum jahil lalu mulai memegang tangan kiri Shikamaru. Sedangkan Temari tangan sebelahnya.

1...

2...

3!

SPLASH!

"Hey! Apa-apaan?!"

Sontak Naruto dan Gaara yang tidak tahu-menahu tentang kejahilan Temari dan Sai terkejut. Kedua pemuda itu saling melirik. "Bukannya tadi Shika bilang dia malas berenang?"

Sementara Temari dan Sai sudah tertawa penuh kemenangan di belakang mereka.

.

.

.

"P-pelan-pelan, ya, N-naruto-kun."

Kiba dan Tamaki -yang entah datang darimana- hanya geleng-geleng kepala melihat kedua orang di depannya.

"Sebenarnya mereka itu mau latihan renang atau melakukan 'itu' sih?" Kiba berbisik di telinga kekasihnya yang langsung dihadiahi cubitan mesra di pinggangnya.

"Tentu saja latihan renang, Kiba-kun. Hinata-chan 'kan baru belajar." Tamaki berucap kesal.

Sementara di sisi lain, Naruto diam-diam juga bingung apa yang dimaksud 'pelan-pelan' oleh Hinata. Tapi dia mencoba melupakannya dan fokus pada rencananya.

"Iya, aku akan melakukannya dengan lembut."

Sepasang kekasih yang mendengarnya merasa seperti tersedak ludah sendiri. Kenapa pembicaraan mereka itu ambigu sekali?

Dan untuk belajar renang, apanya yang dilakukan dengan lembut?

Kiba dan Tamaki merasa gila kalau berlama-lama di sini dan memutuskan untuk pindah ke sisi lain ruangan. Membiarkan kedua manusia berbeda jenis itu menikmati pembicaraan aneh mereka.

Sedangkan Naruto dan Hinata hanya menatap penuh tanda tanya ke arah sepasang kekasih itu lalu mencoba tidak mempedulikannya.

"Pertama, coba pegang kedua tanganku." Dengan takut-takut Hinata mengeratkan pegangannya pada telapak tangan Naruto.

"Aku akan berjalan mundur. Sekarang taruh kaki sebelah kananmu di sisi kolam. Saat aku menarik tanganmu, hentakkan kaki kananmu dan saat aku membawamu berjalan ayunkan kakimu ke atas bawah bergantian. Mengerti?"

"Um."

Hinata mulai melakukan apa yang diucapkan oleh Naruto. Sedangkan Naruto tertawa dalam hati, ini akan menjadi hari yang menyenangkan.

.

.

.

"Hai. Maaf aku baru datang." Sakura menghampiri Ino dan Tamaki yang sedang santai di pinggir kolam. Gadis pink itu sudah memakai sukumizu-nya sekarang.

"Tamaki, kenapa kau di sini? Dan kau, Ino. Tidak latihan?" Tanya Sakura yang heran melihat ada Tamaki dan Ino yang masih memakai seifuku.

"Aku hanya ingin melihat, Sakura-chan." Jawab Tamaki sambil tersenyum manis.

"Aku sedang berhalangan." Jawab Ino dengan cengirannya.

Sakura hanya menganggukan kepalanya pertanda mengerti. "Sebenarnya aku juga malas latihan. Tapi dipaksa oleh si dobe itu. Dimana dia sekarang?"

Ino menunjuk seseorang di tengah kolam renang. Dan Sakura membelalakkan matanya melihat pemandangan di depannya. Tidak begitu terkejut, sih. Tapi Sakura dapat menyimpulkan sesuatu.

"Sialan bocah itu. Memakai alasan latihan untuk mencari kesempatan, eh?"

.

.

.

"Aku akan berdiri di sini. Dan kamu harus berenang untuk menangkapku, oke?"

Gadis indigo itu menganggukan kepalanya imut. Hinata mulai beranjak ke sisi kolam renang dan mengambil ancang-ancang untuk meluncur. Saat melihat aba-aba dari Naruto gadis itu langsung meluncur ke arahnya.

Manik sapphire Naruto memperhatikan lekat-lekat gerakan Hinata. Lambat sekali, pikirnya. Gerakannya juga sangat lucu, dan sudah jelas Hinata mati-matian menahan nafasnya. Naruto terkekeh geli melihatnya.

Saat Hinata sudah hampir berhasil menangkapnya, dengan iseng Naruto malah semakin melangkah mundur. Semakin dekat, semakin mundur. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya gadis itu sudah tidak kuat menahan nafasnya dan mencoba untuk berdiri. Namun nyatanya...

"Hinata!"

Naruto yang melihat Hinata malah tenggelam langsung menarik tangan gadis itu dan menahan pinggangnya. Keasyikan mundur, Naruto tidak sadar kalau dirinya sudah masuk ke bagian kolam yang lebih dalam.

"Hah... k-kenapa -hah... N-naruto-kun malah mundur." Hinata mencoba berbicara dengan nafas yang tersengal-sengal. Bibirnya mengernyit lucu karena keisengan Naruto dan malah membuat pemuda itu tertawa.

"J-jangan tertawa!"

"Aku lupa kalau kamu itu pendek."

"Aku tidak pendek!"

"Buktinya kamu malah tenggelam."

"..."

Wajah gadis itu sudah bersemu karena malu dan memilih menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Naruto.

.

.

.

Ceruk leher Naruto?

.

.

.

Kedua remaja berbeda jenis itu baru menyadari posisi mereka. Rona merah tipis tercetak di kedua pipi tan Naruto. Begitu juga dengan Hinata yang wajahnya sudah memerah total. Bagaimana tidak? Sekarang wajah mereka sangatlah dekat dengan kedua tangan Naruto di pinggangnya dan tangan Hinata yang melingkar di bahu tegap Naruto. Dan lagi, tubuh mereka menempel erat tanpa celah. Dada dengan dada, perut dengan perut, lalu kau tahu selanjutnya apa.

Membuat Naruto merasakan sensasi yang berbeda.

"A-ano... b-bisa tolong lepaskan?" Lirih Hinata lalu sedikit mendorong dada Naruto agar wajah mereka tidak terlalu dekat.

Berbeda dengan Hinata, Naruto lebih memilih mengabaikan debaran jantungnya yang menggila lalu menyeringai kecil. "Bisa saja kalau kamu mau tenggelam lagi."

Hinata menundukkan kepalanya lebih dalam. "K-kalau begitu bawa aku k-ke pinggir kolam..."

Pemuda berambut pirang jabrik itu malah menempelkan dahinya ke dahi gadis di hadapannya. "Tanggung."

Hinata berusaha menetralkan detak jantungnya yang benar-benar menggila, apa Naruto berniat membunuhnya? "T-tanggung ke-kenapa?"

Di sisi lain Kiba dan Shikamaru yang memperhatikan mereka sedari tadi diam-diam mendukung Naruto. 'Itu sekitar 3 centi lagi, Naruto! Semangat!'

Bersamaan dengan wajah Naruto yang semakin dekat, Kiba melirik ke arah sekitar. 'Aman. Di sini tidak ada Neji.'

"EHEM!"

Suara deheman khas gadis itu menginterupsi kegiatan Naruto. Spontan Naruto menarik wajahnya untuk melihat siapa tersangka yang sudah menganggu kegiatannya itu.

"Kalian tahu, dilarang melakukan hal mesum selama masih di lingkungan sekolah! Apa di sini tidak ada tulisannya?!"

Naruto menarik nafasnya melihat gadis yang tengah marah-marah tersebut. Sementara Kiba sudah kesal sendiri. "Tidak ada Neji, sih. Tapi ada pacarnya."

Tenten yang juga mendengar itu melayangkan deathglare-nya ke arah Kiba. "Sejak kapan ada berita aku pacaran dengan Neji, hah?!"

"Berisik! Bisa tidak kau tidak marah-marah terus denganku?!"

Dan pertengkaran kedua orang itu kembali dimulai. Sedangkan Naruto? Dengan sangat amat terpaksa menarik Hinata ke pinggir kolam.

.

.

.

Sakura yang sedari tadi memperhatikan Naruto dan Hinata mendecih kesal. Tentunya gadis itu iri dengan kedua sahabatnya itu. Mereka belum resmi sebagai sepasang kekasih tapi sudah seromantis itu. Sedangkan dirinya, belum juga sih. Tapi kalau boleh jujur, dia juga ingin diperlakukan seperti itu oleh Sasuke.

"Hh... aku rasa itu hanya akan menjadi mimpiku saja." Keluh Sakura.

Akhirnya gadis itu memilih untuk latihan renang. Daripada terus mengkhayalkan hal yang tidak mungkin, pikirnya. Dengan lincah Sakura mulai berenang dari satu sisi kolam ke sisi lainnya.

"Sasuke lama sekali. Dia bilang setelah OSIS langsung ke sini."

Shikamaru mendecak sebal. Sepertinya pemuda itu berubah pikiran ingin berenang. Karena tadi alasan yang dia gunakan adalah menunggu Sasuke, jadi dengan terpaksa dia harus menunggu Uchiha itu.

"Kau tidak berenang?"

Shikamaru melirik ke asal suara. Akhirnya orang yang ditunggunya sedari tadi datang juga. Kalau seperti ini Shikamaru bisa langsung berenang, dan seketika pemuda itu sudah masuk ke dalam kolam.

Sasuke hanya menatap orang itu aneh. Kenapa Shikamaru jadi seperti itu?

"Sai! Cepat tolong Sakura!"

Manik onyx Sasuke melirik ke asal suara tadi. Alisnya mengernyit melihat wajah panik Ino dan seketika itu matanya terbelalak. Dengan cekatan bak penjaga pantai yang selalu siap siaga memantau para pengunjungnya Sasuke langsung menyeburkan dirinya dan bergegas menolong Sakura.

.

.

.

Layaknya seorang pahlawan di siang hari, Sasuke berhasil menolong Sakura dan membawanya ke pinggir kolam. Dia merebahkan secara perlahan tubuh gadis yang sudah tidak sadarkan diri itu.

"Sakura!" Ino segera menghampiri sahabat sedari kecilnya itu lalu menampar kecil kedua pipi Sakura. Semua yang di sana juga ikut menggerubungi Sakura, termasuk Shikamaru yang baru saja berhasil berenang.

"Bangun, jidat! Aku mohon!"

Yang lain hanya menatap jengah ke arah Ino. Gadis itu bersikap seperti Sakura sudah benar-benar kehilangan nafasnya saja.

"Cepat bawa dia ke ruang kesehatan, Sasuke!" Teriakan nyaring Temari terdengar jelas di telinga Sasuke.

Tanpa berpikir lebih lama akhirnya Sasuke mengangkat tubuh Sakura ala pengantin baru. Dengan pelan pemuda tampan itu membawa tubuh seringan kapas Sakura ke ruang kesehatan. Setelah sampai Sasuke merebahkan tubuh Sakura di salah satu ranjang kosong di sana.

Sekarang Sasuke tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia tidak pernah tahu pertolongan pertama apa yang harus dilakukan pada seseorang yang sehabis tenggelam. Tapi sepertinya Sasuke ingat satu cara.

"Nafas buatan?"

Sasuke menggelengkan kepalanya cepat. Ini sama saja mencari kesempatan dalam kesempitan.

Tapi kalau dengan cara itu Sakura terbangun, bagaimana?

Setelah melakukan perang batin yang begitu sengit, Sasuke memutuskan untuk melakukannya. Daripada Sakura tidak terbangun sama sekali?

Lagipula, diberi nafas buatan oleh Uchiha Sasuke adalah impian setiap gadis.

Perlahan Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Sambil memejamkan mata Sasuke membayangkan apa saja hal yang terjadi selanjutnya.

.

"Apa yang kau lakukan?! SHANNAAROOOO!"

.

Tiba-tiba Sasuke menarik wajahnya. Kesan cool yang selama ini melekat di dirinya hilang begitu saja saat membayangkan hal itu. Tidak-tidak. Sasuke tidak mau wajah tampannya hancur begitu saja karena amukan Sakura. Lagipula suasananya tidak romantis. Masa' first kiss-nya dilakukan di ruang kesehatan. Eh?

Si jenius Uchiha itu mencoba memutar otaknya. "Ayolah, jenius. Berpikir apa yang harus kau lakukan..."

"Sasuke-kun?"

Sasuke mengangkat wajahnya dengan wajah bingung. Menatap Sakura yang juga bingung melihatnya. Sejak kapan gadis itu sadar?

Sasuke langsung memasang kembali wajah kerennya.

"Kenapa kau bisa tenggelam?"

Sakura mengernyitkan alisnya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran di belakangnya. Mengingat-ingat kenapa sekarang dia bisa berada di ruangan ini, bersama Sasuke pula.

"Ah." Pekik gadis itu. "A-aku baru ingat aku belum pemanasan sebelum latihan. Jadi kakiku keram." Sakura menundukkan wajahnya mengingat kecerobohannya itu.

Sasuke tertawa kecil. "Gadis bodoh. Bagaimana kau bisa menjadi ketua kelas."

Sementara Sakura yang mendengarnya langsung mencebikkan bibirnya. Tapi tidak lama setelah itu Sakura tersenyum kecil, menerima fakta bahwa Sasukelah yang menolongnya.

"Sasuke-kun..."

"Hn?"

"Aku kedinginan."

"..."

Sasuke benar-benar baru sadar kalau mereka berdua masih memakai pakaian renangnya. Pantas saja dia juga merasa kedinginan sedari tadi.

"Pakai saja selimutnya."

Gadis yang baru saja memandangnya penuh harap itu kembali mencebikkan bibirnya. Sasuke benar-benar tidak peka. Coba saja kalau dirinya itu Hinata, pasti Naruto sudah memeluknya.

Tapi tanpa Sakura sadari, pemuda di sebelahnya tersenyum tipis saat itu juga.

.

.

.


T.B.C


Untuk masalah belajar renang, abaikan saja ya...nami aja gabisa renangx'D jadi gatau cara belajar renang itu gmn...jadi anggap saja itu cara belajar renang yang benar dan baikx'D

Apa sudah romance? Apa terlalu berlebihan? Maaf, ya, nami emang gabakat bikin romancex'D Alurnya terlalu lambat kurasa, tp di sisi lain jg terlalu cepat(?) Awalnya agak lebay ya? Iya nami ngaku koxD Sejujurnya awalnya ini genre friendship, romance itu hanya selingan. Tapi berhubung pada suka yang romantis romantis jadi mungkin idenya sedikit melenceng dari ide awal. Tapi gajauh ko, di sini romance hanya kutambahin porsinya, tp genre utamanya tetep friendship. Karena kalo friendship itu banyak pesan moralnya menurutkuxD

Apa ada yang mengharapkan momen gaamatsu dan pair lainnya? Maaf di chapt ini ngga ada... aku hanya fokus ke dua pair utama dan sedikit kibatama. Gajadi ke sasusaku doangx'D Oh, ya. Untuk sasusaku gmn? Apa masih kurang ngefeel? Nantinya akan ada sedikit masalah di hubungan ini. Dikit ko dikit bangetttt... agak berimbas juga ke naruhina, hehehhe...

Untuk yang mereview, terimakasih sudah mereview^^

Byakugan no Hime : aku terkejut bacanyax'D oke naruto memang kubikin modus banget disinixD sudah kulanjut^^

NaruHina Lovers : aduh jadi enak dibilang kaya gitu:3 makasih udah suka, apa ini sudah banyak?xD

ChacaSavika : iyaxD maaf kalau terlalu gmn, aku gaterlalu bakat bikin romance^^

Misti Chan : untuk menyatakan, aku rasa belom duluxD biar lebih berasa gitu^^

Fury F : sudah^^

NHforever : semoga suka juga yang ini yaahh^^

: apa sudah banyak?xD

AAAlovers : aku jg ga kebayangxD sudah nih naruhina sasusakunya:3 kurang romantis ya?

.

.

.

Mind to review?:)