Surai coklatnya bergerak perlahan seiring herhembusnya angin yang menyapa. Ia tidak pernah berfikir akan seperti ini jadinya. Menatap dalam diam sosok indah yang terdiam duduk di balkon kamarnya.

Ah, penyesalan selalu datang dalam akhir cerita. Ingin rasanya mengubah segala sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu. Namun, ia tak kuasa untuk menampakkan wajah di hadapan sosok itu.

Mulut tajamnya patut disalahkan untuk ini. Ia menyesal, namun seberapa keras ia mencoba, ia tetap tak mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Hanya terdiam sebagai tokoh penonton.

Flashback ON

" Pinjamkan padaku" seorang anak bersurai madu dengan kulit kecoklatan nampak menengadahkan tangannya meminta mobil-mobilan pada sosok lain disana.

"Shireoo.." jawab anak laki-laki lain, Kyungsoo namanya.

"Aku pinjam sebentar."

" ku tidak mau Kim Jongin." Sahutnya.

"Pinjam."

Tarik menarik terjadi diantara kedua nak itu menyebabkan mobil-mobilan yang mereka perebutkan lepas dibeberapa bagian.

"Kau meusaknya kim." Ujar kyungsoo.

"A-..

"Kau selalu membuat masalah kim Jongin. Jangan dekat-dekat dengan kami." Ujar sosok anak lain yang berkulit sangat pucat.

Mereka pergi meninggalkan bocah tan itu sendiri.

.

.

.

.

.

"Ayo pergi teman-teman." Ujar sosok pucat itu begitu melihat Jongin kecil yang berjalan mendekati ayunan bersama.

Jongin kecil hanya sendiri, ia sulit berkomunikasi dengan anak yang lain. Tidak, ia tidak bisu. Namun, teman-temannya selalu menganggap Jongin berbeda. Kulitnya berbeda, bibirnya berbeda, bahkan orang tua jongin tidak pernah menjemputnya.

Jongin dianggap pengacau karena sering ikut bermain dengan mereka. Jongin dianggap perusuh karena ingin meminjam mainan mereka. Keberadaan jongin adalah petaka bagi anak lain disekolah dasar itu.

.

.

.

.

" Anak- anak, besok tema kita adalah mainan. Silahkan bawa mainan kesayangan kalian ke sekolah. Dan ceritakan tentang mainan kesayangan kalian." Ujar Guru im.

Keesokan harinya semua anak dengan semangat membawa mainannya, tak terkecuali Kim Jongin. Ia bahka sempat membersihkan boneka Krong kesayangannya. Atau lebih tepatnya, satu-satunya mainan yang ia miliki.

" Ayahku membelikanku mainan pesawat keluaran terbaru." Ujar seoranng anak, Suho.

" Aku mendapat mobil-mobilan dari German." Ujar Luhan.

"Hey,… lihat itu, kim Jongin datang." Ujar seoarang anak, Baekhyun.

" Ih,… apa yang dibawanya?" tanya kyungsoo.

" Eww… hijau dan berbulu, dan kumal." Ujar anak berpipi bakpao.

Jongin dengan langkah riang menuju kelasnya. Ia sangat senang membawa krongnya hari ini. Ia juga sudah menyaipkan cerita di depan kelas.

Semua mainan dikumpulkan di pojok kelas. Jongin meletakkan Krongnya disana.

" Ew,,.. jangan dekat-dekat mainanku."

" Iya, mainanmu jelek sekali."

" Ih,… kumal."

" Dengar kim Jongin, mianan mu tak pantas berada di sini. Tapi ia lebih cocok berada di-Ups" ujar sehun.

boneka krongnya telah melayang ke dalam kolam bunga teratai depan kelas. Dan tenggelam. Jongin kecil tidak cukup bodoh untuk tahu bahwa kolam itu cukup dalam untuknya. Dan bonekanya sudah tidak terlihat lagi.

Diiringi tawa anak-anak lain yang melihat aksi Sehun.

Ia hanya memandang kolam itu dalam diam, ia ingin menangis, tapi mereka pasti akan mengejeknya lebih dari ini. Jadi ia hanya diam dan kembali duduk dibangkunya paling ujung dan sendirian.

Krongnya telah pergi, satu-satunya mainan yang ia miliki. Satu-satunya yang bisa ia peluk setiap malam. Jongin membuka bukunya.

Guru im datang dan mengabsen semua murid hingga Jongin yang tidak membawa mainannya. Hari itu jongin dihukum untuk berdiri di depan kelas karena melupakan tugasnya untuk membawa mainan.—bukan kejadian sebenarnya.

Tapi ia hanya diam.

.

.

.

.

Jongin selalu aktif mengangkat tangan ketika sang guru menjelaskan, entah untuk bertanya atau untuk menjawab pertanyaan. Para guru memuji kecerdasannya, hingga tak jarang ia mendapat pujian terang-terangan di depan kelas. Saat itu maka ia akan tersenyum dengan sangat manis. Namun, kebahagiaannya bukanlah kebahagiaan orang lain.

" Kau tahu, kau sangat berisik dan cerewet."

"…."

" Pasti orang tuamu juga terganggu dengan keberadaanmu, hingga mereka tidak pernah menjemputmu, bahkan tidak mau mengambil rapormu."

"…"

" Kau itu pengganggu." Ucapan itu sebenarnya tidak pantas diucapakan oleh anak sekolah dasar. Namun, seorang Oh sehun bukanlah anak sekolah dasar biasa. Ia cerdas. Namun kali ini ia harus terima dengan keunggulan nilai Jongin dalam rapor. Ia tidak terima itu. Dan ia tidak peduli karena Oh sehun harus selalu menjadi pemenang.

FLASHBACK OFF

Ia melihatnya lagi kini. Duduk termenung dalam bangkunya. Sepasang earphone membingkai telinganya menatap hampa pada jendela disebelahnya.

Sehun masih bertahan dalam posisinya untuk memandang sosok indah di ujung kelas. Penyesalan selalu datang dalam akhir cerita. Ia tahu ia salah, namun ia tidak akan pernah mau mengakuinya. Sosok disana menyita pikiran dan membuatnya kalut.

Flashback ON

Bruk

Oh sehun baru saja bertabrakan dengan seseorang dihari pertama ia kembali dari Amerika. Kini ia telah duduk dibangku kelas 12 High School. Paras tampannya membuatnya dikagumi oleh para wanita. Tapi sepertinya kali ini tidak berlaku. Orang yang menabraknya bahkan tidak mengucapkan maaf . hanya membungkuk dan berlalu.

Oh sehun tidak terima ini.

" Hei,.. apa kau bisu."

Sosok itu terdiam berdiri namun tidak membalikan badannya. Ia kembali meneruskan perjalannanya mengabaikan teriakan marah Sehun di belakang.

"Hey sehun, kenapa marah-marah dihari pertamamu hmm?' tanya salah satu kawannya, Luhan.

" Sial sekali, ada anak yang menabrakku dan tidak mau meminta maaf."

" Ewww… bukan oh sehun sekali." Itu baekhyun

" Memang seperti apa orangnya?" tanya Kyungsoo

" Lebih pendek dariku, berkulit kecoklatan, wajahnya cukup manis. Tapi sepertinya dia bisu." Ujar sehun kesal.

Semua teman-temannya terdiam.

"Kalian tahu siapa dia?" tanyanya lagi.

" Kim Jongin." Jawab Luhan

Flashback OFF

"Hei sehun… " Panggil kyungsoo

"hmmm.."

" Masih memandangnya? Kenapa tidak mendekatinya?"

" Dan kembali menyakitinya. Tidak terima kasih."

" Hei,… mana oh Sehun yang selalu mendapatkan kemauannya hmm?"

" Ya,.. dan karena itu aku menghancurkan hidup seseorang."

Kyungsoo terdiam, mau bagaimanapun ini memang salah sehun. Namun tidak dapat dipungkiri, ia dan beberapa temannya juga bersalah atas ini.

Kim Jongin tidak pernah lagi mengeluarkan suaranya setelah hari itu. Hari dimana sehun mengatai Kim Jongin sebagai seorang pengganggu.

Ia dan teman-temannya tidak pernah berpikir kata-kata itu akan menyakiti Jongin sebegitu dalam hingga ia bahkan tidak mau mengeluarkan suaranya. Sedikitpun.

Sehun mengacak surainya frustasi, berbagai kenangan perlakuan buruknya berputar bagai kaset yang tidak berhenti berputar.

Flashback ON

Sehun dan teman temannya sedang duduk di kantin. Disana, disudut kantin. Mereka kembali memperhatikan Kim Jongin yang duduk sendirian.

Sehun mendecih melihatnya.

Hingga netranya menatap Chanyeol salah satu sahabatnya menghampiri Jongin. Entah kenapa tapi ia merasa sangat kesal.

Chanyeol duduk dihadapan Jongin yang senantiasa menunduk, tidak menoleh atau melihat ke arah Chanyeol sedikitpun. Seolah tidak menanggapi adanya Chanyeol disana. Namun dari sisi Sehun, ia dapat melihat bahwa pipi Jongin memerah. Memicunya semakin kesal.

"Hey pengganggu… " Sehun berujar keras dibelakang Chanyeol.

"Sehun-ah.." Chanyeol menjawab.

"Bukan kau hyung, tapi pengganggu di hadapanmu itu sangat tidak tahu diri. Bagaimana mungkin ia mengacuhkan kau hyung. Sekali pengganggu tetap pengganggu. Tidak tahu cara menghargai orang lain. Mungkin orang tuanya malu mengakuinya. Kita bahkan tidak pernah melihat orang tuanya kan sedari dulu." Sehun berujar kasar.

Jongin masih menunduk. Ia kemudian berdiri membawa nampannya.

PRANG

Sehun menampik nampak ditangan sehun.

"Aku belum selesai biacara padamu pengganggu." Ujar sehun kasar.

Jongin berdiri menunduk disana.

Teman-teman Sehun mencoba menghentikannya.

"Sehun-ah hentikan!" ujar Yixing.

"Kau pergilah Jongin." Lanjutnya.

Flashback OFF

Sehun kembali meremas dadanya yang terasa sakit, mengingat kenangan kejahatannya terhadap sosok indah itu membuatnya merasa sangat menyesal.

"Kita perbaiki bersama-sama sehun-ah.." ujar kyungsoo

" Apa masih mungkin aku bisa memperbaiki semua ini soo?'

"Kita akan mencoba."

"Ia menderita karena aku. 7 tahun ia berada dalam dunia yang sepi tanpa suara soo."

"Kita bisa memperbaikinya. Percayalah Sehun-ah."

.

.

.

sosok disana masih menatap dalam diam, namun pandangan matanya semakin sendu. Ia mengeratkan earphone ditelingannya. Berharap tidak dapat mendengar semua ini. Ia sudah lelah. Jika ia bisa, ia ingin kembali berkumpul bersama orang tuanya.

.

.

.

"Kau mau pulang Jongin-ah?' Chanyeol menyapa.

Jongin hanya menganggukan kepalanya. "Aku jalan bersamamu ne?" Chanyeol kembali bersuara.

Jongin hanya menganggukan kepalanya.

Netranya menangkap sekumpulan siswa yang dikenalnya. Ia hanya mau menanggapi Chanyeol karena ia satu-satunya orang yang baik terhadapnya sejak masuk High School.

Langkahnya terhenti ketika sekumpulan siswa itu menatapnya.

"Ada apa Jongin-ah?' tanya chanyeol.

Jongin tidak menjawab. Ia hanya mendorong Chanyeol ke depan kemudian ia memutar arah. Kembali ke kelasnya.

"Hei,. Jongin-ah, kenapa?' Chanyeol berusaha mengejar Jongin yang berjalan cepat kebelakang.

Jongin hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak mau pulang bersama? Tanyanya dengan wajah memelas. Jongin menggelengkan kepalanya lagi.

"Lalu kenapa?"

Jongin mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.

'pergilah bersama temanmu hyung, kau akan terganggu bersamaku'

"Hei,… siapa yang bilang begitu?"

" Jongin juga temanku kan?"

jongin hanya menatap Chanyeol dalam diam.

"Tidak ada penolakan. Jongin juga temanku. Kita pulang bersama." Ujarnya sambil menggandeng tangan Jongin.

Seulas senyum tipis terukir dari bibirnya.

TBC