"Ji Jimin!" panggil Jungkook, sedikit tergopoh-gopoh berlari kearah Jimin sambil menenteng tas dan buku-buku yang entah sejak kapan berada ditangannya.

"ta-tadi Songsengnim bilang Jimin harus mencatat semua ini"

Jimin cemberut melihat tangannya yang diperban dililit bersama sebongkah benda keras yang membuat tangannya tak bisa bergerak, Jimin menggeleng memelas kearah Jungkook "tapi kau lihat? Tanganku masih sakit Jungkook-ah"

Jungkook turut menyesal, pasalnya Tangan Jimin patah gara-gara membela dirinya waktu itu, bahkan Jimin baru saja keluar dari rumah sakit. Beberapa hari yang lalu Jungkook berpikir jika semua tulang Jimin patah dan akan berhenti tumbuh membuat ia ingin menangis setiap hari. beruntung umma Jimin selalu membujuknya dan mengatakan Jimin tidak kenapa-napa

"tapi Jimin, nanti kau akan sembuh kan?"

Jimin terkekeh mata sabitnya kembali muncul. "tentu saja! aku kan namja yang kuat!" Ujar Jimin sembari mengangkat tangannya yang lain seperti superman.

"kalau begitu aku saja yang menuliskan tugasnya untukmu!"

"woah Jungkookie sangat pengertian!"

.

.

.

Jungkook bersumpah, Jimin 100% lebih menyebalkan ketika mabuk.

Dengan pengorbanan berat, setelah setengah jalan berjalan sambil menggendong Jimin akhirnya Jungkook mendapat taksi. Tapi namja itu malah muntah-muntah membuat rasa mual tiba-tiba mengguncang perutnya, wajar saja acara makan malam mereka tadi gagal total, tidak ada yang mereka makan malam ini sedikit pun.

"maaf merepotkan ahjussi, terimakasih" Jungkook menunduk beberapa kali kearah si supir setelah mereka turun. Perjuangan belum sampai disini, Ia harus membawa Jimin masuk kerumahnya membawa ia kekamar terdekat. dan juga sepertinya Jimin terserang demam lagi, Sialan bayi besar yang suka merepotkan!

Jika kau berpikir ini dimana, ini rumah Jimin dulu sebelum orang tua mereka memutuskan untuk bersama. Jarak rumah mereka sangat dekat, sedikit khawatir memang jika Ayah Jimin curiga. Tapi tidak lebih memungkinkan jika ia membawa nya pulang dengan keadaan seperti ini.

"Jimin"

"eunggggg"

BRAKK

"aargh punggungku akhirnyaa" menyenderkan tubuhnya ke ranjang Jimin, tak lupa menyalakan lampu tidur yang sudah hampir redup. Ia melirik kearah Jimin yang tadi ia lempar kekasur, sudah tidur. Baiklah, mungkin ada baiknya jika ia bersih-bersih? tapi tunggu dulu, tidak ada debu sedikitpun disini. persis seperti rumah yang masih dihuni. Pemikiran aneh yang membuat tubuhnya merinding tiba-tiba bermunculan Jungkook lantas buru-buru menyampingi Jimin, matanya menjelajah kesegala penjuru arah.

"jangan-jangan ini ulah arwah bibi? astaga aku merinding!"

"umma~" Perhatian Jungkook teralihkan, Jimin mengigau, ia menangis dalam tidurnya. Dengan ragu ia memusut kepala Hyungnya itu dengan lembut, berharap ia akan tenang dan tidur dengan nyenyak. Tapi tak terduga, Jimin tiba-tiba membuka matanya sehingga mereka berpandangan.

Mata ke mata

Hei, kenapa rasanya seperti ada magnet yang memikatmu sehingga tidak bisa beralih.

.

.

.

Pagi-pagi sekali, Jungkook harus bolak-balik kerumahnya dan kerumah Jimin. Pertama, untuk mengambilkan baju, Kedua untuk menyiapkan sarapan-tapi lupakan saja karna ia gagal memasak, lagi.

Suasana nampak canggung satu sama lain, Jimin hanya diam dikasurnya sambil memandangi matahari di balik jendela. Ia menoleh ketika sadar Jungkook sudah datang.

"bajumu, sudah tidak mabuk lagikan? aku sudah membawa peralatan mandi. Aku juga sudah bawakan perlatan sekolah jika kau mau berangkat hari ini, masalah sarapan nanti akan ku belikan-ro ... ti" kalimat Jungkook terpenggal saat Jimin berjalan begitu saja melewatinya.

sialan? aku dianggap angin lalu begitu? kau kira siapa yang membawa badan tambunmu itu sampai kemari? jika tidak mungkin saja ia sekarang berada di kantor polisi! dasar manusia tidak pandai bersyukur!

"Sudah cukup! aku tidak tahan lagi!" kesal Jungkook, ia berjalan cepat sambil menghentakkan kakinya mendatangi jimin.

"Jimin! Jika kau maarah padaku marah saja! tidak usah diam dan-dan bergaya seolah kau sangat menarik perhatianku karna aku satu-satunya orang yang bersalah!"

Jimin berhenti ia menaikkan alisnya, "aku tidak marah padamu"

"Tapi dengan kau mendiamkanku seperti itu! Akuu..." AKU SANGAT KESAL DAN TOLONG AKU MERINDUKAN SUARAMU YANG BISAMEMBUATKU NAIK DARAH.

Jimin diam saja, bahkan ia melihat Jungkook seperti makhluk yang paling aneh di dunia, ia terkekeh dan tanpa diduga tangannya mengacak rambut Jungkook hingga yang termuda menjadi membeku

Jungkook benci perasaan ini, ia benci saat Jimin berhasil membuat dunianya menjadi berubah dan terasa aneh. ia menarik kasar rambutnya dan memilih menjauh "terserah kau saja!" dan "AKU MEMBENCIMU PARK JIMIN!"

.

.

.

jadi, ini terlihat aneh.

Jungkook bingung, hari ini terasa tidak terjadi apapun. Jimin bersikap seperti biasa, bercanda dengan temannya bahkan menjawab beberapa pertanyaan dikelas. well, Jungkook hanya bisa menyangga dagu sambil memandang sosoknya disana yang sedang tersenyum ceria bersama Taehyung. otaknya tetap saja berpikir, aneh ini aneh.

"jin hyung, apa mood mu bisa berubah dengan cepat hanya dalam semalam?" Jungkook mendekati Jin, yang tertua menaikkan bahu sambil ikut memandang kearah mata Jungkook sedari tadi tertuju. "itulah, Jimin memang susah ditebak" jawabnya, Jungkook mengangguk setuju.

"bicaralah padanya, minta maaf yang tulus" bujuk Jin, sambil menyenggol lengan Jungkook, terlihat ia seolah enggan. Jin cukup mengerti dan paham apa yang memberatkan Jungkook seperti itu. "mau sampai kapan hubunganmu dan dia akan menjadi kaku seperti ini eum?"

tiba tiba Jimin menoleh padanya, Jungkook langsung salah tingkah. ia mengambil cepat buku di mejanya dan pura-pura sibuk membaca. ia juga mendengar suara Taehyung tertawa terpingkal setelah itu. sial, aku pasti terlihat sangat aneh gumamnya.

"kau menyukainya kan?" canda Jin, Jungkook menoleh cepat dengan ekspresi 'kau-bercanda-hyung?' "aku mengerti, tidak usah dijawab" goda Jin lagi, ia berdiri dari kursinya dan bergabung bersama Jimin dan yang lain. Lihatlah betapa licik senyumnya yang seolah berkata 'ayo kesini kalau berani ikut bergabung'

"sialan Jin hyung"

"Jungkook-ah, mau ikut dengan kami?" Ajak Taehyung, ia menyampirkan tas nya begitu pula dengan yang lain. Jungkook mengedipkan matanya, "untuk apa?"

"PARTY PARTY!" Hoseok berteriak dengan tarian aneh ala girlband hingga Yoongi menepuk pantatnya karna malu, "aw, Hyung!"

"ikut saja, orang tua Taehyung sedang tidak ada dirumah jadi kita bisa bebas eum-"

"aniya," jungkook menggeleng, Jimin juga pasti ikut dan itu akan terasa aneh baginya. "aku sibuk"

Taehyung berdecak, ia menarik tangan Jungkook dengan paksa. "aku tak ingin mendengar penolakan!"

"Yahh kalian memaksa!"

"Jika perlu ikat tangannya Taehyung ah!"

"eum-namjoon kau berlebihan" Jin memandang namjoon mengintimidasi hingga namjoon bergerak mundur. "o-okay"

"TOLONG AKU DICULIK! SHIROOOO"

.

.

.

well

"apa ini yang disebut PARTY?"

"ck, mereka sengaja melakukannya" sambung Jimin, Jungkook menoleh padanya. "kenapa kau tidak ikut dengan Taehyung dan Hoseok saja?!"

"mana mungkin aku mengganggu mereka dan menjadi obat nyamuk?"

"oh, okay Jimin jadi maksudmu mereka sengaja pergi meninggalkan aku agar berdua denganmu begitu?"

"lihatlah sendiri siapa yang masih tertinggal?"

"Jin hyung menyuruhku tinggal untuk menjaga rumah!"

"waEe? bukankah yang seharusnya protes adalah aku?" Jimin menaikkan nada suaranya sedangkan Jungkook merengut berpangku dada. "protes-ya protes saja! aku juga tidak ingin berdua denganmu disini!"

"aku masih marah padamu kau tau?"

"o-oh ya..." suaranya merendah, hening kemudian. Jimin menoleh padanya ragu-ragu.

"soal malam tadi-terimakasih"

"maaf Jimin" potong Jungkook, memberanikan dirinya untuk melihat kearah Jimin. "tentang ibumu, sungguh aku tidak bermaksud seperti itu. Emosiku sedang kalut, jujur saja aku kesal karna kau mempermainkan ku saat berada diatap-jadi karna ku rasa skor kita sama, anggap saja ini impas okay?"

Jimin terkekeh, "sudahlah aku bercanda, dari awal ku bilang aku sama sekali tidak marah padamu"

yah

"aku hanya marah pada ayah, pada situasinya, pada diriku sendiri"

"Tapi! malam tadi kau sangat menyusahkan! Jika dihitung berapa kali kau muntah dan aku harus menggendong badan besarmu itu sampai punggungku rasanya hampir patah!"

"oh-jadi kau tidak ikhlas?"

"yaaa rjeijssibdiskakiwishjd-"

sementara teman-temannya hanya mengintip diluar, hanya bisa menggelengkan kepala karna sepertinya rencana mereka tidak berjalan mulus.

"aku pikir mereka akan berciuman-"

"hsssttt taehyung!"

.

.

.

aduh pendek banget ya /dibacok/ maaf next update diusahain cepet yaa /jangan percaya/

oh ya, ada yang mau temenan saya diline? ceritanya mau nyari temen buat duet kek atau apa gitu buat semangat nulisnya-_-

add id bngftn yaw