Dengan seragam yang berantakan dan rambut yang acak-acakan Luhan menghetikan langkahya dengan nafas yang memburu. Seketika berjongkok sembari menutup mulutnya. Berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.

PATTISIERE IN LUV

.

T

.

HUNHAN AND ALL EXO MEMBER

.

ROMANCE, SCHOOL LIFE, FRIENDSHIP

.

BOYS LOVE

.

AdeliApple

.

FLASHBACK

" Apa perasanku saja atau beratmu memang bertambah?" Ujar Sehun setelah menurunkan Luhan dari punggungnya. Luhan mendelik tajam pada Sehun namun tidak mengatakan apa-apa. Ia menghempaskan tubuhnya pada sofa yang ada disudut ruangan itu kemudian menghela nafas sembari memejamkan matanya. Yup! Mereka saat ini sedang berada dirumah pohon. Seperti kata Sehun tadi, ia akan membuatkan Luhan something sweet.

" Apa kau sudah mau mulai?" Luhan tiba-tiba bertanya masih dengan menutup matanya. Membuat Sehun tersadar dari lamunannya.

" Ne." Balasnya singkat. Sehun berjalan menuju dapur dan membuka salah satu laci dan mengambil sebuah apron bewarna merah maroon dari dalam sana. Luhan membuka sebelah matanya saat mendengar kegaduhan dari arah dapur. Terlihat Sehun sedang memasang apron nya dan kemudian tiba-tiba berbalik sembari berkacak pinggang. Luhan refleks kembali menutup matanya.

" Jadi kau mau kubuatkan apa?" Tanya Sehun. Luhan membuka matanya perlahan.

" Kenapa bertanya padaku? Kau yang memasak, jadi terserah padamu." Jawab Luhan sembari melirik Sehun sekilas. Sehun berpikir sejenak lalu kemudian berbalik dan mulai mengeluarkan bahan-bahan yang akan digunakannya. Selagi Sehun mulai memasak, mata Luhan tak lepas dari punggung itu. Tanpa Luhan sadari, Sehun sedang tersenyum disela-sela kegiatannya. Bagaimana tidak Luhan memeperhatikannya tanpa berkedip. Dan dia menyadarinya.

" Ekhem!" Sehun berdehem dengan cukup kuat dan dengan unsur kesengajaan karna ingin mengerjai Luhan. Lihatlah, saat ini Luhan terlihat kaget dan gelalapan. Ia menegakkan punggungnya kemudian berdehem pelan.

" Apa aku begitu menawan sampai-sampai kau lupa cara untuk berkedip?" Luhan mengalihkan pandangannya dengan wajah memerah saat Sehun mengatakan itu.

" A-ani." Jawab Luhan tegas. Mukanya memerah sampai ketelinga.

'He's such an adorable' Sehun berusaha menahan hasratnya untuk menyerang Luhan.

" Kemarilah." Perintah Sehun. Luhan berjalan kearah dapur dengan canggung.

" Ini." Sehun menyodorkan secangkir teh begitu Luhan duduk didepan meja dapur. Luhan menatap bingung Sehun dan teh itu bergantian. " Minumlah." Ujar Sehun lagi. Luhan masih menatap teh itu dalam diam.

" Tenanglah, aku tidak memasukkan sianida atau semacamnya." Ujar Sehun. Sehun memandangi Luhan sembari menopang dagunya. Luhan bergerak canggung dan tergesa-gesa mengambil teh itu kemudian meminumnya.

" Hmph!" Sehun terkekeh melihat Luhan mendadak memelototkan matanya tapi kemudian kembali mencoba bersikap biasa saja walaupun air mata sudah menggenang dipelupuk matanya.

" Tidak panas?" Pancing Sehun. Luhan menggeleng kuat sambil menggenggam cangkir teh itu, mencoba mengabaikan rasa perih dimulutnya.

" Earl grey.." Gumam Luhan pelan.

" Apa kau mengatakan sesuatu?" Tanya Sehun tanpa melihat Luhan.

" Earl grey." Jawab Luhan sembari mengangkat gelas tehnya kemudian tersenyum canggung. Sehun mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya.

Lama Luhan menunggu tapi entah mengapa rasanya menyenangkan melihat Sehun yang sedang serius memasak.

" Ada apa?" Luhan terlonjak kaget saat Sehun tiba-tiba berdiri didepannya. " A-aniya! Aku hanya berpikir sangat menyenangkan melihatmu begitu serius memasak!" Ujar Luhan panik.

" Benarkah?" Sehun tersenyum tipis. Lega melihat Luhan menikmati waktu bersamanya.

Wajah Luhan kembali memerah. " Ma-maksudku sangat menyenangkan ketika melihat seseorang tengah serius memasak! Siapa pun! Bukan hanya kau saja!" seketika senyuman Sehun luntur dari wajahnya.

" Begitu." Ujarnya datar.

" Arrrghhh!" Luhan yang melihat perubahan ekspresi diwajah Sehun sontak berteriak kencang dan menbenturkan keningnya keatas meja. Sehun kaget melihat tindakan Luhan.

" Y-ya! Kau tidak mati kan?" Ujar Sehun sambil menggoyangkan tubuh Luhan kuat. Luhan mengangkat kepalanya perlahan. Ia menatap Sehun sembari menggembungkan pipinya. Dahinya sedikit memerah karena benturan tadi. Sehun menelan ludahnya saat ditatap Luhan seperti itu.

" Apa?" Tanyanya mencoba santai.

"Huh!" Luhan buang muka. " Aniya. Lanjutkan saja pekerjaanmu." Luhan masih menggembungkan pipinya. Sehun tidak bisa membantah kenyataan bahwa dia masih ingin melihat wajah langka itu lebih lama tapi tidak ingin dianggap aneh oleh Luhan jadi dengan berat hati Sehun memutuskan menyelesaikan pekerjaannya yang hampir selesai.

' Apa-apaan dengan wajah kecewanya itu?! Membuatku ingin meninjunya saja! Arrgghh!' Batin Luhan kesal.

Saat Luhan sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba sebuah piring putih lengkap dengan isinya diletakkan didepan Luhan. Luhan langsung menoleh kearah piring itu. Luhan tau pasti mukanya terlihat seperti idiot sekarang.

" Maaf membuatmu menunggu. Tapi apa-apaan dengan mukamu itu?" Ujar Sehun sembari menutup mulutnya menahan tawa. Luhan seketika tersadar dari kekagumannya dan berdehem pelan.

" Apa ini?" Tanyanya santai. Kali ini Sehun yang berdehem pelan.

" Aku membuat Raspberry Jam Cheesecake." Jelas Sehun. Luhan menatap piring itu dengan mata berbinar. Luhan sudah memegang garpu namun ia teringat sesuatu, ia menggigit garpu itu dan mengeluarkan ponselnya. Dahi Sehun sedikit berkerut melihat tindakan Luhan. Bertanya-tanya apa yang mau dilakukan Luhan dengan ponselnya. Luhan sedikit berdiri dan memposisikan ponselnya diatas dessert itu.

CEKREK

" Kau sedang apa?" Tanya Sehun. Luhan melirik Sehun sekilas.

" Memotret?" Jawab Luhan.

" Untuk apa?" Tanya Sehun lagi.

" Mau meng-uploadnya ke akun SNS ku." Jawab Luhan sembari mengutak-atik ponselnya. Sehun hanya menatap Luhan datar. Setelah beberapa menit Luhan meletakkan ponselnya.

" Bon appétit!" Ujar Luhan. Satu suap dessert itu masuk kedalam mulut Luhan dengan mulusnya. Luhan terdiam. Cukup lama sebenarnya. Sehun mengerutkan dahinya bingung melihat Luhan tidak bereaksi.

" Ada apa? Apa ada yang salah?" Luhan menggeleng.

" Apa rasanya tidak tepat?" Luhan kembali menggeleng.

" Apa aku salah memasukkan bahan?" Kali ini Sehun bertanya pada dirinya sendiri.

" Aniya." Luhan membuyarkan lamunan Sehun.

" Apanya?" Sehun bertanya bingung.

" Maksudku tidak ada yang salah! Ini sangat-! Bagaimana caraku menjelaskannya." Ujar Luhan sembari berpikir keras. Matanya bergerak tak tentu arah " Saat itu masuk ke mulutku rasanya seperti Bwah! Dan Gwah! Semuanya terasa meleleh dimulutku! Daebakk!" Sambung Luhan semangat.

Kerutan didahi Sehun semakin terlihat. ' Itu? Bwah? Gwah?' Batin Sehun bingung.

" Ha?" Hanya itu kata yang berhasil keluar dari mulut Sehun.

" Aishh! Maksudku ini sangat enak! Homemade Vanilla pound cake with creamy cheesecake, sweet jam and fresh raspberry! Semuanya terasa sangat pas dilidahku. Daebak!" Jelas Luhan panjang lebar sambil mengacungkan kedua jempolnya.

" Heh! Itu bukan apa-apa." Ujar Sehun bangga. Sebenarnya Luhan ingin membalas ucapan Sehun yang terlalu percaya diri, tapi berhubung dessert itu memang sangat enak, Luhan hanya diam dan lanjut menghabiskannya.

" Bagaimana bisa dia membuat hidangan seenak ini? Apa dia ikut pelajaran khusus? Apa dia belajar dengan pattisiere terkenal? Yah, walaupun semua guru disini rata-rata adalah pattisiere terkenal. Tapi, eottokhae? Atau jangan-jangan dia menggunakan sihir dan mantra-mantra aneh? Jika iya, darimana dia mempelajari mantranya? Harry Potter?" Gumam Luhan.

"Ya! Aku bisa mendengarmu." Dengus Sehun. Luhan memeletkan lidahnya.

Sehun hanya menatap Luhan dengan senyum tipis. Senang melihat Luhan menyukai hidangannya.

" Wae?" Tanya Luhan tiba-tiba.

" Mwoya?" Balas Sehun bingung.

" Kenapa kau tersenyum seperti itu?"

" Waeyo? Apa aku tidak boleh tersenyum?"

" Bukan begitu, tapi kau membuatku merinding. Kau tersenyum tanpa alasan seperti orang gila." Ejek Luhan.

" Kau bilang aku gila?" Ujar Sehun tersinggung.

" Memangnya siapa lagi yang ada diruangan ini? Aku tidak mungkin bilang diriku sendiri gila." Balas Luhan enteng.

BLETAK

"Yak! Oh Sehun! Kenapa kau menjitak kepalaku?!" Teriak Luhan sembari memegang kepalanya yang berdenyut akibat dijitak Sehun dengan tidak elitnya.

" Itu karena kau bicara seenaknya." Ujar Sehun datar.

" Siapa yang seenaknya?! Aku itu jujur! Ju-jur!" Balas Luhan sengit. " Kau memang seperti orang gila tersenyum tidak jelas seperti itu! Atau mungkin juga seperti om-om pedo mesum! Hiiii!"

" Mwoya?! Kau bilang apa?! Aku ini tersenyum ada alasannya, kau tau?"

" Mwo? Mwo? Katakan alasanmu." Ujar Luhan menuntut.

" Itu karena-" Sehun menggantungkan kalimatnya. "Kau sangat menggemaskan." Sehun menarik kedua pipi Luhan kuat. Luhan memukul-mukul tangan Sehun agar melepaskan pipinya. Begitu Sehun melepaskannya, Luhan langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengacungkan garpu tepat didepan leher Sehun.

" Katakan sekali lagi dan aku akan membunuhmu sekarang juga." Ujar Luhan dingin tepat didepan wajah Sehun. Sehun mengangkat kedua tangannya tanda menyerah dan membuat gerakan mengunci mulutnya dengan tangannya.

Luhan memundurkan tangannya dan hendak kembali duduk namun Sehun menahan tangannya. Sehun mendekatkan mulutnya kearah telinga Luhan kemudian berbisik. " Kau tau? Kau terlihat makin menggemaskan ketika berakting dingin seperti itu." Sehun menatap mata Luhan dengan smirk tipis terpatri diwajahnya.

" Yak, Oh Sehun! Kau-!" Luhan hendak menarik tangannya namun cengkraman Sehun dipergelangan tangannya terlalu kuat.

" Tidak bisakah kau menerima kenyataan dan kembali lanjutkan kegiatan makanmu, ne?" Tanya Sehun yang lebih seperti perintah. Luhan menatap Sehun kesal namun tanpa sadar menuruti perkataan Sehun. Ia menarik kasar tangannya dan kembali duduk dikursinya. Sehun tersenyum.

" Anak baik." Sehun mengusap pucuk kepala Luhan. Luhan buang muka sambil mendengus sedangkan Sehun malah tertawa.

Setelah perbincangan singkat dengan topic tidak jelas mereka Luhan menyelesaikan acara makannya. Sehun melirik kearah pirih yang hampir bersih itu. Sehun mencomot raspberry yang tersisa dipiring Luhan. Baru saja raspberry itu masuk kedalam mulut Sehun, Luhan tiba-tiba berteriak.

" Yak! Kenapa kau memakan raspberry-kuuuu?!" Tunjuk Luhan pada mulut Sehun. Sehun balas menatapnya polos.

" Kupikir kau tidak menginginkannya karna kau menyisakannya." Ujar Sehun.

" Aku sengaja menyisakannya untuk saat terakhir!" Balas Luhan. Wajahnya terlihat seperti hampir menangis. Sehun berpikir cepat.

" Buka mulutmu." Perintah Sehun.

" Andwae! Untuk apa?! Berikan aku alasan yang tepat sehingga aku harus membuka mulutku dan berhenti memarahimu karena sudah memakan raspberry-ku?!" Tanya Luhan sensi.

" Lakukan saja." Balas Sehun dingin. Luhan terdiam lalu membuka mulutnya sambil menggerutu.

Sehun meraih dagu Luhan dan mendekatkan wajahnya. Luhan tidak memiliki ide sama sekali apa yang akan dilakukan Sehun dan masih tetap menggerutu tidak jelas. Luhan menyadarinya saat wajahnya dan Sehun hanya tinggal beberapa centi lagi.

" Apa yang kau-" Luhan hendak memundurkan wajahnya namun tangan kiri Sehun sudah terlebih dahulu menahan tengkuknya. Luhan mencoba menghindar saat Sehun semakin mendekatkan wajahnya namun kepalanya benar-benar sudah terkunci oleh kedua tangan Sehun. Ia akhirnya menutup matanya rapat-rapat.

Luhan merasakan wajah Sehun yang perlahan semakin mendekat. Aroma mint tertangkap oleh indra penciuman Luhan dan hembusan nafas hangat menerpa seluruh permukaan wajahnya. Bulu kuduknya meremang. Apa keperawanan bibirnya akan direngut oleh manusia bernama Oh Sehun? Ia semakin memejamkan matanya erat saat merasakan hidung Sehun bersentuhan dengan hidungnya. Bulu kuduknya semakin meremang.

Luhan sontak membuka matanya saat sebuah benda kecil masuk kedalam mulutnya. Itu raspberry yang dicuri oleh Sehun tadi. Luhan mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencoba memahami situasi sekarang ini. Jadi, Sehun tidak menciumnya. Ia hanya mengembalikan raspberry itu dengan cara yang well, sedikit ekstrem. Luhan menatap Sehun dengan raut bingung. Sedangkan Sehun menatap nya tajam. Jarak mereka masih sama. Bahkan hidung mereka masih bersentuhan. Bibir mereka hanya berjarak beberapa centi. Tapi tidak ada dari mereka, baik Luhan maupun Sehun yang berinisiatif menjauhkan diri satu sama lain. Luhan dengan ekspresi bingungnya sedangkan Sehun tetap pada ekspresi datarnya yang sulit ditebak.

Mereka hanya saling memandang dengan tatapan yang sulit diartikan. Mencoba memahami satu sama lain lewat tatapan mereka sampai-sampai lupa caranya berkedip. Luhan merasakan usapan kecil didagu dan pipinya dan ia tau jelas siapa pelakunya tapi ia tidak bergeming. Sehun hendak mengatakan sesuatu namun gagal saat ponsel Luhan berbunyi. Luhan langsung mendorong muka Sehun kasar dan dengan cepat meraih ponselnya. Sedangkan Sehun tetap pada posisinya sambil mengusap wajahnya yang sedikit memerah akibat didorong kasar oleh Luhan.

Luhan mengunyah raspberry dimulutnya dengan susah payah kemudian menelannya. " Yeo-yeoboseyo?" Ujar Luhan gagap begitu mengangkat ponselnya.

' Manis.' Batin Luhan begitu ia menelan raspberry itu.

" Luhan-ah." Panggil seseorang diseberang sana.

" A-ah.. Kyungie. Wae?" Luhan langsung memperbaiki suaranya begitu sadar itu Kyungsoo.

" Apa kau sibuk?" Tanya Kyungsoo.

" Ti-tidak juga." Luhan melirik Sehun yang tengah membereskan piring bekasnya tadi.

" Kira-kira kapan kau akan pulang?" Tanya Kyungsoo lagi.

" Mungkin sebentar lagi. Ada apa?" Balas Luhan

" Ada hal yang ingin kubahas denganmu."

" Kalau begitu aku akan pulang sekarang."

" Baiklah. Aku tunggu kau di asrama."

" Ne." Luhan mengakhiri panggilannya dengan Kyungsoo.

" Siapa?" Luhan tersentak mendengar suara Sehun tepat dibelakang telinganya.

" K-kyunsoo." Ujar Luhan.

" Dia bilang apa?" Tanya Sehun santai.

" Katanya ada sesuatu yang perlu dia bahas denganku." Jawab Luhan gugup.

" Lalu? Kenapa masih disini?"

Luhan kelabakan. " A-aku akan pergi sekarang!"

" Aku akan mengantarmu." Sehun melepaskan apronnya. Luhan menggeleng keras.

" Ti-tidak perlu! Aku bisa sendiri." Sergah Luhan.

" Kau yakin?" Sehun mengangkat sebelah alisnya ragu.

" Ne." Jawab Luhan mantap. " Kalau begitu aku pamit dulu. Terima kasih makanannya. Sa-sampai bertemu besok.. disekolah." Setelah mengatakan itu Luhan segera berbalik dan hilang dari pandangan Sehun.

Sehun memandang punggung kecil itu hingga hilang dari pandangannya. ' Shit.' Sehun mengutuk kecerobohannya. Wajahnya sudah memerah hingga ketelinga. Pemandangan langka dari seorang Oh Sehun bukan?

END OF FLASHBACK

Luhan berjongkok sambil memeluk lututnya. Mengingat kejadian tadi membuatnya malu setengah mati. Wajahnya tak henti-hentinya memerah. Salahkan kulit wajahnya yang terlalu putih sehingga rona merah diwajahnya terlihat sangat jelas hingga ketelinga. Masih kentara dilidahnya rasa manis dari raspberry tadi. Ia ingin sekali langsung kembali keasramanya tapi mengingat Kyungsoo sedang menunggunya disana membuatnya mengurungkan niat. Anak itu pasti akan bertanya macam-macam dan Luhan terlalu malu untuk menceritakannya. Tapi, ada satu hal yang tidak bisa dimengerti oleh Luhan. Bagaimana dia bisa turun?

Saat Luhan sedang sibuk bergulat dengan pikiran dan batinnya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Luhan terlonjak kaget. Ia menoleh dengan hati-hati. Takut-takut kalau itu ternyata Sehun yang menyusulnya.

Hal pertama yang menarik perhatian Luhan saat ia berbalik adalah rambut pirang yang sangat mencolok dan juga mata biru langit yang memandangnya dengan raut khawatir.

" Kau baik-baik saja?" Tanya orang asing itu begitu Luhan bangkit jadi jongkoknya.

" Yeah!" Jawab Luhan sambil tersenyum. Orang itu balas tersenyum.

" Apa yang kaulakukan sendirian disini?" Tanya orang asing itu.

" A-aa.. Itu.. aku hanya sedang jalan-jalan." Kali ini Luhan berusaha tersenyum. " Bagaimana denganmu? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?"

" Aku guru baru disini dan well, aku sedikit tersesat. Hahaha" Orang itu tertawa canggung.

Luhan seketika tersedak ludahnya sendiri. " Kau? Kau guru baru disini?!" Orang itu mengangguk.

" Ma-maafkan aku karena berbicara tidak sopan." Luhan langsung membungkuk beberapa kali. Orang asing itu terlihat gelalapan dengan tindakan tiba-tiba Luhan.

" Tidak apa-apa. Tidak usah membungkuk seperti itu. Aku jadi gugup." Ujar orang itu ramah. Luhan mengusap tengkuknya. Masih merasa tidak enak pada calon 'gurunya' itu.

" Jadi, Mr…" Luhan menggantung kalimatnya.

" Max. Max Will" Jawab Max.

" Jadi Mr. Max, kemana tujuanmu?" Tanya Luhan. Kali ini dengan lebih sopan.

" Aku ingin kegedung utama. Bisa kau tunjukkan jalannya padaku?"

"Oh, kau tinggal mengikuti jalan ini saja." Balas Luhan.

" Benarkah?" Luhan mengangguk.

" Well, thank's boy." Max mengusap pelan kepala Luhan kemudian berjalan pergi. Saat Luhan hendak berbalik terdengar suara Max berteriak.

" MAAF, SIAPA NAMAMU?" Teriaknya.

" LUHAN. XI LUHAN." Balas Luhan berteriak. Max mengangguk kemudian melambaikan tangannya. Luhan membalasnya sambil tersenyum ramah.

.

.

.

.

Saat Luhan tiba di kamarnya, ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Kyungsoo. Ia mengangkat bahunya cuek dan berjalan kearah kamar mandi. Butuh waktu satu jam untuk Luhan membersihkan dirinya. Lebih tepatnya sepuluh menit untuk benar-benar mandi dan sisanya digunakan untuk melamun. Luhan berjalan kearah tempat tidurnya dengan setengah mengantuk. Ia masih tidak melihta tanda-tanda adanya Kyungsoo. Ia meraih ponselnya dan mendapati pesan dari Kyungsoo.

From: Kyungie

Mian, aku ada urusan mendadak. Aku akan membicarakannya denganmu besok. Maaf merepotkanmu.

Luhan meletakkan ponselnya keatas nakas kemudian membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Luhan menghela nafas beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar memejamkan matanya dan jatuh tertidur.

.

.

.

.

Sudah tiga hari semenjak kejadian dirumah pohon dan selama tiga hari ini juga ia tidak melihat Sehun dimanapun. Ia juga jarang bertemu Kyungsoo, mereka hanya bertemu dikelas dan setelah itu Kyungsoo pamit karena ada urusan mendadak. Entah mengapa ia merasa sedikit kesepian.

Luhan tidak sengaja menabrak seseorang saat ia tengah melamun. Ia hanya meminta maaf dan melanjutkan langkahnya. Namun, ia terhenti saat mendengar suara yang terasa tidak asing baginya. Dan benar saja, itu guru baru yang ditolongnya kemarin.

Tidak ada perbincangan khusus diantara mereka. Hanya obrolan ringan antara murid dan guru. Seketika rasa sepi itu lenyap digantikan oleh tawa dari mereka berdua. Ternyata guru baru itu sangat Easy-going. Mereka nyaman berbicara topic apa saja. Saat Luhan tengah asik mendengarkan cerita sang guru tentang anjing peliharaannya, tiba-tiba sebuah lengan merangkul bahunya.

" Sepertinya kalian sedang asik sekali. Keberatan jika aku ganggu sebentar?" Ujar Sehun dingin. Luhan seketika menoleh kearah Sehun yang kini sedang merangkulnya.

" Se-sehun?!" Ujar Luhan kaget. Ada sedikit rasa lega saat melihat wajah itu.

" Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Luhan.

" Hanya berusaha mempertahankan apa yang menjadi milikku." Jawab Sehun datar tanpa menoleh kearah Luhan melainkan menatap tajam kearah Max. Sehun mempererat rangkulannya. Luhan menatap Max canggung.

" Maaf Mr. Max, kalau ini membuatmu merasa tidak nyaman." Luhan sedikit membungkuk.

" Tidak apa-apa. Santai saja." Jawab guru itu sambil tertawa pelan.

" Kenapa kau meminta maaf padanya?" Sehun mengerutkan keningnya. Luhan mendelik tajam kearah Sehun kemudian menyikut pinggangnya kuat.

" Aw!" Teriak Sehun.

" Rasakan itu. Dia itu guru! Bersikap sopanlah." Luhan kembali menatap Max canggung. Tapi sesekali masih mendelik kearah Sehun.

" Aku hanya tidak suka dia berada didekatmu lebih dari batas yang kutentukan." Sehun mem-poutkan bibirnya sembari menggelayut manja pada Luhan. Luhan menatap ngeri pemandangan didepannya. Mimpi apa dia melihat Sehun bersikap manja seperti ini? Membuatnya merinding saja.

" Hentikan wajah konyolmu itu!" Luhan mendorong wajah Sehun menjauh darinya.

" Ekhem!" Tiba-tiba Max berehem.

" Ma-maaf Mr. Kita lanjutkan nanti saja. Aku ada urusan dengan orang aneh ini sebentar. Aku permisi." Luhan sedikit membungkuk kemudia menyeret Sehun yang masih menatap sengit kearah Max. Max tersenyum membalas tatapan Sehun membuat Sehun sedikit merasa aneh dengan guru baru itu.

Max masih tersenyum hingga Luhan dan Sehun hilang dari pandangannya. Wajahnya berubah dingin saat Luhan dan Sehun sudah tidak terlihat. Mata biru langitnya yang tadinya terlihat cerah berubah menjadi suram dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Sorot matanya yang tadinya terlihat sangat ramah berubah menjadi tatapan tajam tanpa belas kasihan.

" Cih, menambah kerjaanku saja. Akan sangat merepotkan jika bocah pucat itu terus berada disisinya." Ujarnya dingin.

.

.

.

Luhan masih menarik Sehun menjauh. Tanpa sadar ia menarik Sehun hingga ke atas gedung sekolahnya.

" Hei, bukannya kita tidak boleh kesini?" Tanya Sehun. Luhan melepaskan tangan Sehun kemudian menatapnya geli.

" Benarkah? Aku tidak tau. Jadi biarkan saja." Ujar Luhan datar.

Luhan berjalan kearah tepi menahan kedua tangannya pada pagar yang memang sengaja dipasang disana.

" Hei, hati-hati." Tegur Sehun.

" Aku bukan anak kecil kau tau." Balas Luhan sedikit kesal. Sehun berjalan mendekati Luhan.

" Kau memang bukan anak kecil, tapi bukan berarti kau tidak bisa celaka. Dan bukannya kau takut ketinggian." Sehun menjitak kepala Luhan pelan. Luhan seketika sadar dan mundur dengan kaki gemetar. Sehun tertawa melihat Luhan. Bagaimana bisa anak itu lupa dengan phobianya sendiri. Sehun berjalan kearah Luhan yang gemetaran dan membantunya menjauh dari tepian.

" Wae?" Tanya Luhan tiba-tiba begitu ia sudah menjauh dari tepian dan mendudukkan dirinya sambil bersandar di tembok.

" Mwo?" Sehun mendudukkan dirinya disebelah Luhan sambil menatap kedepan.

" Kenapa kau begitu perhatian dan peduli padaku?" Tanya Luhan datar. Sehun sedikit melirik kearah Luhan yang sedang mentapnya.

" Well, tidak ada alasan khusus." Jawab Sehun enteng.

" Ha?!" Balas Luhan kesal.

" Kenapa guru baru itu terlalu clingy padamu?" Ujar Sehun.

" Jangan tiba-tiba mengubah topik pembicaraan." Ujar Luhan kesal. Setelah itu mereka terdiam cukup lama.

" Jangan terlalu dekat dengan guru baru itu." Sehun membuka suara. Luhan hendak membantah namun terpotong oleh perkataan Sehun.

" Aku serius. Jangan terlalu terlibat dengannya." Sehun menatap Luhan tajam. Sorot matanya menandakan kalau dia benar-benar serius tentang apa yang diucapkannya. Luhan menghela nafas.

" Kali ini apa alasannya?" Tanya Luhan.

" Aku punya firasat buruk tentangnya." Luhan cengo mendengar jawaban Sehun.

" That's it? Cuma firasat buruk? Wow." Luhan tertawa sinis.

" Aku tidak ingin kau terlibat masalah dan mebuatmu terluka." Sehun mengusap rambut Luhan.

" You're not my mom.." Luhan mengalihkan pandangannya. Sehun meraih dagu Luhan dan membuatnya menatapnya.

" But I care for you. So, just listen to me once, okay?" Ujar Sehun lembut. Luhan menghindari kontak mata dengan Sehun.

" Luhan." Panggil Sehun. Luhan masih tidak mau menatapnya.

" Luhan!"

" Okay, okay. I got it." Luhan menatap mata Sehun kesal. Sehun tersenyum.

" Good boy." Sehun mengacak-acak rambut Luhan pelan. Luhan hanya bisa menunduk menyembunyikan wajahnya yang sedikit merona. Sehun menjauhkan tangannya dari kepala Luhan.

'Shit.' Sehun mengalihkan wajahnya. ' He's just to cute.'

" Kau belum menjawab pertanyaanku." Ujar Luhan pelan. Sehun menoleh.

" Hm?"

Luhan kembali mengalihkan wajahnya. " Kenapa kau begitu perhatian dan peduli padaku?"

Sehun terdiam sejenak. Perlahan mendekat kearah Luhan dan menarik tengkuknya pelan. CUP! Luhan refleks menyentuh keningnya dan memelototkan matanya pada Sehun. Sehun tertawa pelan.

" Menurutmu?" Ujar Sehun. Sehun bangkit dari duduknya kemudian berjalan pergi meninggalkan Luhan dengan ekspresi bodohnya.

" Y-yak! Oh Sehun! Apa maksudnya itu?!" Luhan berdiri kemudian mengejar Sehun. Sedangkan Sehun tertawa keras mendengar teriakan Luhan.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

A/N:

MianmianmianmianmianmianmianmianmianmianmianmianmianmianMIANHAEEEE!

Maafkan author yang updatenya seabad TT TT

Saia emang ga cocok jadi author TT TT

Kerjanya ga becus TT TT

Updatenya telat mulu TT TT

Reader! Where are youuuu?! Maafkan diriku yang seringkali terkena WB TT TT

Tapi tenang aja, ceritanya ga bakalan stuck kok :') Author sedang berjuang melawan virus WB :') Doakan author yak TT TT

Btw, ini chap 10 nya '-')/ Enjoy guyssss!

Review juseyooooo! CHAUUUU!