IT'S PAINFUL BECAUSE I LOVE YOU
Chanyeol x Baekhyun
and other cast
Chapter 5 (Final) : Me, You, Us.
Juli, 2015
.
.
.
Chanyeol POV
Aku berjalan keluar dari dalam kamar mandi sembari mengeringkan rambutku dengan handuk yang kupegang ini. Aku melihat ponselku yang kuletakan di atas meja kecil tepat disamping tempat tidurku itu bergetar, segera kuambil ponselku itu dan menatap ke layar ponselku. Seseorang menelponku. Langsung saja kuangkat telepon dari orang itu.
"Yeoboseyo?"
"..."
"Ah benarkah?"
"..."
"Baiklah. Terima kasih atas banyak informasinya, ahjumma."
Aku mematikan percakapan teleponku dengan orang itu. Lalu, aku mengetik nomor lain di ponselku, dan menelponnya.
"Yeoboseyo?"
"..."
"Datanglah ke cafe biasa jam 7 malam. Ada yang ingin kukatakan padamu, jadi kuharap kau datang."
"..."
"Baiklah, sampai berjumpa nanti."
Aku mematikan percakapan teleponku lagi dengan orang itu dan meletakan ponselku kembali ke atas meja kecil itu. Sebuah senyuman gembira mengembang di wajahku, aku berharap orang itu datang nanti malam.
.
Sejak beberapa menit yang lalu, aku duduk di dalam cafe ini sembari menyeruput secangkir americano yang belum lama kupesan. Melihat keluar jendela, mencari-cari dimana orang yang kumaksud, tapi aku masih belum menemukan orang itu. Aku menunggunya lagi untuk beberapa saat, seketika seseorang memasuki cafe ini lalu berjalan kearahku.
"Maafkan aku, aku terlambat. Sudah lama menunggu?", tanyanya padaku lalu duduk dihadapanku.
Aku menggelengkan kepalaku. "Belum."
Dia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin saat menuju kesini. "Ah syukurlah.", ucapnya lega dan tersenyum padaku. "Kau mau kupesankan sesuatu?", tawarku padanya. Ia mengangguk. Aku pun memanggil waiters untuk datang ke meja kami.
"Aku ingin memesan secangkir vanilla latte.", ucapnya sembari menunjuk sebuah gambar didalam daftar menu yang ia pegang itu. "Baiklah.", ucap waiters itu lalu pergi meninggalkan meja kami. "Jadi apa yang ingin kau katakan padaku?", lanjutnya.
Aku menarik nafas lalu sedikit membenarkan posisi dudukku.
Aku menatap matanya, begitupun sebaliknya, ia juga menatap mataku saat itu. "Kyungsoo-ah, menikahlah denganku..."
Baekhyun POV
Sangat senangnya bisa menghirup udara di kota Seoul kembali. Aku berjalan berjalan keluar dari pesawat yang kunaiki tadi bersama Luhan, hendak mengambil koper kami. Aku menghela nafas, akhirnya aku sampai juga di Korea. Sudah 4 tahun aku tidak kemari untuk berkuliah di New York. "Senangnya bisa kembali.", ucapku. Luhan pun tersenyum dan mengangguk mantap. "Ya, aku sangat rindu appa dan eomma.", lanjutnya lagi.
Kamu mengambil koper kami masing-masing lalu berjalan keluar bandara. Kami akan berdua berpisah sampai disini karena hendak pulang ke rumah kami masing-masing, kami saling berpamitan satu sama lain dan saling memberikan sebuah pelukan hangat. Setelah itu, kami memilih taxi yang berbeda lalu kembali ke rumah kami masing-masing di Seoul.
Aku berjalan sembari membawa koperku masuk ke dalam pekarangan rumahku. Hm, masih tidak berbeda dengan 4 tahun yang lalu. Akan tetapi, ada beberapa bunga-bunga baru disini, mungkin bunga-bunga lama itu sudah diganti oleh eomma dengan bunga-bunga baru ini. Aku mengetuk pintu rumahku, tak sabar untuk melihat kembali kedua orangtuaku setelah tidak bertemu setelah 4 tahun.
Seseorang membukakan pintu untukku. Spontan aku langsung memeluknya, "Appa! Aku sangat rindu dengan appa.", ucapku dipelukannya. Appa hanya tertawa melihat putrinya bertingkah seperti itu. Appa melepaskan pelukanku lalu memandangiku, "Putri appa sudah tampak berbeda sekarang. Sudah terlihat lebih dewasa dan bertambah cantik. Haha.", goda appa. Aku hanya tersipu malu mendengar ucapan appaku tersayang ini.
"Yeobo! Cepat turun dan lihatlah siapa yang baru saja datang.", teriak appa seraya memanggil eomma untuk turun menyambutku.
Eomma datang dari lantai atas lalu berlari memelukku. "Baekhyun putriku, eomma sangat rindu denganmu.", ucapnya gembira. "Aku lebih merindukan eomma.", balasku tak mau kalah. "Ayo kita masuk.", ajak appa. Lalu kami semua masuk kedalam rumah.
Aku, appa, dan eomma mulai berbincang-bincang di ruang keluarga. Mereka menanyakan segala hal padaku dengan sangat bersemangat. Aku pun menjawab semua pertanyaan mereka dengan diiringi sedikit gelak tawa, tak biasanya aku melihat mereka bersemangat ini.
Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan kedua orangtuaku. Aku masuk ke dalam kamarku, kamar yang sudah lama tidak kulihat, kamar yang mengetahui banyak rahasiaku. Aku merapikan semua baju-bajuku kembali dan memasukkannya kedalam lemariku, lalu berbaring diatas tempat tidurku ini.
Aku bangkit dari posisi berbaringku setelah ingat akan sesuatu. Aku berjalan ke arah rak buku milikku dan mencoba mencarinya disana. Tidak ada.
"Dimana buku diaryku? Aku ingat bahwa buku itu tertinggal di kamarku saat aku hendak pergi ke New York 4 tahun yang lalu.", ucapku bingung, aku mencarinya di semua sudut kamarku. Tapi aku tidak menemukannya.
Aku berbaring lemas di atas tempat tidurku. "Dimana buku berharga itu?", rengekku pada diriku sendiri. "Apa jangan-jangan tertinggal di laci meja sekolah lamaku? Bisa saja!", aku kembali bangkit dari posisiku tadi dan mengubah posisi itu menjadi posisi duduk.
"Tapi tidak mungkin. Apa mungkin jatuh ke dalam tempat sampah lalu eomma membuangnya?! Ah itu lebih tidak mungkin.", kataku lagi. Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal, masih berpikir dimana aku meletakkan benda berhargaku itu. Namun aku menyerah.
Tapi pikiranku kembali berubah lagi. "Untuk apa aku mencari benda itu? Isi dari diary itu pun tidak berguna.", aku pun mengerucutkan bibirku. Benar juga, mengapa aku mencari buku itu lagi. Biar saja buku itu hilang entah kemana, itu juga sudah tidak berguna lagi bagiku.
Aku masih terdiam diatas tempat tidurku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Lebih baik aku pergi berjalan-jalan, aku kan sudah lama tidak melihat pemandangan di kota Seoul ini lagi. Aku beranjak dari tempat tidurku lalu berjalan keluar kamar.
"Semoga saja yang menemukan diary itu bisa mengembalikannya padaku.", benakku.
.
Kota ini tidak banyak berubah. Masih saja indah seperti 4 tahun yang lalu. Sore ini angin bertiup sepoi-sepoi, aku berjalan menyusuri trotoar ini dengan gembira. Kulihat banyak sepasang kekasih yang sedang berjalan-jalan sore ini. Aku berhenti di depan sebuah cafe, terdiam memandangi papan nama cafe itu. "Mungkin akan sangat nikmat disaat sore hari seperti ini jika aku meminum secangkir americano.", gumamku lalu aku berjalan masuk ke dalam sana.
Aku memilih tempat duduk yang kuinginkan lalu memesan secangkir americano disana.
Tak lama secangkir americano yang kunantikan datang. Langsung saja aku menyeruput secangkir americano ini. "Ini mengingatkanku pada New York.", ucapku sembari melihat minuman itu. Aku menikmati minuman itu sembari melihat seisi cafe itu, tapi pandanganku berhenti ketika melihat seorang yeoja yang tak asing lagi bagiku duduk bersama seseorang di meja yang terletak di sudut cafe ini.
Mataku terbelalak. Sosok itu muncul lagi hadapanku. "Kyungsoo?", batinku. Hanya karena melihatnya, moodku langsung berubah drastis. Mengapa aku ditakdirkan untuk bertemu dengannya lagi? Apa dia tidak melihatku disini? Semoga saja tidak.
Tapi tunggu, apa yang duduk bersamanya itu.. Chanyeol? Sungguh, itu benar-benar Chanyeol? Bahkan ia sekarang terlihat lebih tampan.
Dengan cepat aku tersadar dengan apa yang baru saja aku pikirkan. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, membuang semua pikiran itu. Kau sudah menutup kisah cinta menyakitkan ini 4 tahun yang lalu, Baekhyun. Jangan biarkan kisah ini berlanjut menjadi lebih tragis lagi. Sudah cukup hatimu disakiti olehnya.
Aku terdiam lagi. Memandangi americano milikku ini. Jauh di dalam hatiku, masih terukir nama Park Chanyeol disana. Jujur, aku tidak dapat membohongi perasaanku ini. Aku sudah mencoba melupakannya, tapi.. tidak bisa. Terlalu banyak kenangan yang sangat sayang untuk dilupakan begitu saja.
Kau ini bodoh atau apa, Baek? Kau sudah disakiti tapi kau masih saja mengharapkannya. Lihat! Sekarang ia berada disana bersama 'Kyungsoo'-nya. Dia benar-benar sudah melupakanmu. Ini pertanda dari Tuhan bahwa kau sudah harus melupakannya.
Argh! Aku benar-benar tidak mengerti diriku sendiri.
Chanyeol POV
"...Bagaimana?", tanyaku pada Kyungsoo yang masih terlihat bingung. "Kumohon.", pintaku lagi padanya. Aku masih menatap kearahnya, dia terlihat masih bergelut dengan pikirannya sendiri. "Aku hanya takut..", jawabnya pelan.
Aku berusaha untuk meyakinkannya lagi. "Takut karena apa? Ayolah." Kumohon Kyungsoo. Kumohon.
Ia mengangkat kepalanya lalu tersenyum ke arahku. Ia menganggukan kepalanya, "Baiklah."
Aku menghela nafas lega. "Kamsahamnida!"
Baekhyun POV
Malam ini, aku hanya duduk terdiam di meja belajarku, membaca ulang koleksi buku-buku yang ada di dalam rak. Sudah lama aku tidak melakukan hal ini di kamarku. Tiba-tiba ponsel yang kuletakkan di sampingku bergetar. Langsung saja aku membuka pesan yang masuk ke ponselku itu. Chanyeol? Untuk apa dia mengirimiku pesan? Ah aku lupa. Harusnya aku menghapus nomor teleponnya lalu mengubah nomor teleponku menjadi nomor yang baru. Penasaran, aku buka pesan dari Chanyeol itu.
From: Chanyeol (00873XXXXX)
.
Hey kau! Kudengar kau baru saja kembali dari New York.
Aku ingin memberikan perhitungan padamu.
Besok malam datanglah ke taman kota pada pukul 7.
Aku serius. Kuharap kau datang.
Huh. Untuk apa menuruti kemauannya? Lebih baik aku di rumah daripada harus pergi menemuinya. Tapi darimana dia tahu bahwa aku pergi ke New York? Apa dia seorang stalkerku? Ah tidak. Aku mengepalkan tanganku sendiri, sudah kuputuskan bahwa aku tidak akan datang untuk menemuinya. Tak berapa lama, ponselku kembali bergetar. Chanyeol mengirimiku pesan lagi.
From: Chanyeol (00873XXXXX)
.
Jangan membantah dan datanglah.
Woah, bagaimana dia bisa tahu apa yang kupikirkan? Jangan-jangan anak ini memiliki ilmu gaib? Aku mengetik pesan balasan untuknya. Aku bingung pada diriku sendiri, padahal beberapa menit yang lalu aku baru saja berjanji bahwa aku tidak akan datang. Dan sekarang aku mulai berubah pikiran.
To: Chanyeol (00873XXXXX)
.
Baiklah.
Setelah menulis pesan balasan itu. Aku segera melempar ponselku keatas tempat tidur dan kembali melanjutkan membaca buku. Aku sudah mau meluangkan waktu untuknya, jika ia tidak datang, aku yang akan membuat perhitungan untuknya.
Mataku tiba-tiba terbelalak ketika aku baru saja mengetahui bahwa misiku untuk dapat melupakan dia gagal lagi. Aku menidurkan kepalaku diatas meja. Kau ini benar-benar bodoh, Baekhyun. "Ah tidak.", rengekku. Mengapa kau masih saja membuka hati untuknya?
Jadi dengan kau pergi ke New York itu semua sia-sia?
.
Aku sudah berada di taman ini sejak 10 menit yang lalu, tapi Chanyeol belum kunjung datang. Jika anak itu tidak datang, anak itu aku akan teror habis-habisan. Aku duduk menunggunya di bangku yang sama seperti 5 tahun yang lalu saat aku menunggunya. Aku harap kejadian seperti itu tidak terulang lagi.
Aku menundukkan kepalaku, memperhatikan yang berada di atas aspal ini. Pikiran bodoh mulai muncul di kepalaku. "Kasihan daun ini terpisah dari kawanannya yang masih berada diatas pohon.", gumamku sembari memperhatikan daun itu. Ketika sedang asyik memperhatikan daun-daun itu, aku melihat sepasang kaki di hadapanku. Aku langsung mendongak ke atas, untuk mengetahui siapa pemilik kaki ini.
"Sudah lama tidak bertemu, Baekhyun-ah." Aku menatap Chanyeol tanpa berkedip sekalipun. Aku merasa seperti mulai jatuh cinta padanya sekali lagi. Ya! Baekhyun! Buang pikiran semacam itu! Dia sudah milik Kyungsoo.
Dia duduk disampingku. Aku memalingkan wajahku darinya, "Untuk apa kau mengajakku kesini?", tanyaku padanya. Dia memegang daguku lalu memutar kepalaku menjadi menghadap kearahnya. "Kau ini, mengapa kau pergi meninggalkanku begitu saja? 4 tahun aku menunggumu. Kau ini bodoh atau apa?", protesnya. Aku melepaskan tangannya yang masih saja memegang daguku. "Itu bukan urusanmu.", jawabku singkat.
"Mengapa kau tidak memberitahuku jika kau mau pergi ke New York? Kau tidak pernah bercerita padaku jika kau sedang ada masalah. Kita ini sahabat, bukan?", ucapnya lagi. "Jika aku memberitahunya padamu, kau tidak akan membantu sama sekali."
Dia menghela nafas. "Tapi kita ini sahabat.", tegasnya lagi. "Iya aku tahu. Aku memang sahabatmu. Sahabatmu! Puas kau?", ketusku. Aku senang kau mencariku, tapi aku tidak senang jika kau masih saja menganggapku seorang.. sahabat. Chanyeol masih saja terdiam.
Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan semua ini. "Kau benar-benar ingin tahu apa alasan aku pergi begitu saja tanpa memberitahumu?"
"Tentu saja.", jawab Chanyeol dengan semangat.
Aku benar-benar sudah harus mengatakan ini sejak dulu. Meskipun aku tahu ini sudah sangat terlambat.
"Itu semua karenamu. Aku menyukaimu sejak 7 tahun yang lalu. Aku senang kau bisa menjadi sahabatku, aku senang kau bisa dekat denganku. Aku senang dulu kau memecahkan kacamataku, karena kejadian itu, aku bisa mengenalmu. Setiap hari aku datang ke perpustakaan hanya untuk mengintipmu bermain basket dari balik jendela. Aku selalu gembira setiap kau dapat memasukan bola basket ke dalam ring. Jika aku bisa memutar waktu kembali, aku sangat ingin menonton pertandingan basketmu. Aku sangat bahagia kau datang menjengukku saat aku berada di rumah sakit, walaupun pada akhirnya kau memarahiku karena aku kurang berhati-hati. Aku menikmati setiap waktuku bersamamu. Tapi semua harapanku untuk bisa menjadi kekasihmu pupus saat kau memilih Kyungsoo ketimbang diriku. Dan yang harus kau tahu, perasaanku dulu dan sekarang masih tetap sama. Aku masih menyukaimu. Aku mencintamu, Park Chanyeol.", jelasku pada Chanyeol.
Aku meneteskan air mataku, lagi. Chanyeol terdiam tanpa ekspresi di wajahnya.
"Oh, seperti itu rupanya.", jawabnya singkat lalu tersenyum tipis. Namun sekarang aku yang terdiam mematung, mendengar jawabannya barusan membuat hatiku ini seperti tercabik-cabik. Tak bisakah kau mengerti perasaanku? Kau tidak memberikan tanggapan sama sekali atas ucapanku tadi?
Aku menyeka air mataku menggunakan punggung tanganku, mencoba untuk membuat senyuman pahit diwajahku namun tak bisa. Sia-sia aku mengucapkan itu semua, sepertinya kau tidak peduli dengan perasaanku.
Chanyeol merogoh kantung jaketnya, hendak mengambil sesuatu dari dalam sana. "Sebenarnya aku mengajakmu kesini bukan hanya untuk menanyakanmu tentang hal ini. Tapi untuk memberikanmu ini.", Chanyeol mengeluarkan sesuatu dari kantung jaketnya lalu memberikannya padaku.
Aku mengambilnya. "U..Undangan pernikahan?", tanganku gemetar saat memegang benda itu. "Ka..Kau akan menikah.. Dengan Kyungsoo?"
Kali ini aku bisa membuat senyuman pahit. Ya, itu muncul sendiri di wajahku. Air mata yang sudah kuseka tadi muncul lagi dari pelupuk mataku. Tidak, ini tidak mungkin. Semua ini pasti sandiwara lainnya yang dibuat olehnya. "Kau sedang bersandiwara, bukan?", tanyaku pada Chanyeol dengan diiringi sedikit tawa yang keluar dari mulutku juga air mata yang jatuh membasahi pipiku.
"Tidak. Aku akan menikah dengannya lusa. Tepat pada hari Sabtu.", jawabnya tanpa melihat ke arahku. "Aku sudah memberikan undangan ini kepada semua teman-teman lama kita. Termasuk Luhan.", lanjutnya lagi.
Aku masih menatap kearah undangan pernikahan ini. "Satu lagi yang harus kau tahu. Cintaku padamu lebih besar daripada cinta Kyungsoo padamu.", air mataku jatuh membasahi plastik pembungkus undangan itu. "Maafkan aku.", ucapnya pelan. Aku kembali menyeka air mataku lalu tersenyum ke arahnya.
"Haha. Tak apa, aku tahu cintamu hanya untuknya. Tak usah pikirkan aku. Aku tidak apa-apa. Selamat atas pernikahanmu nanti.", ucapku padanya dengan sebuah senyuman pahit. Aku memasukkan benda itu ke dalam tasku, lalu bangkit berdiri. "Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa nanti.", pamitku padanya yang masih duduk diatas bangku itu. "Datanglah, kumohon.", pintanya. Aku mengangguk, "Pasti."
Aku membalikkan badanku lalu berjalan pergi meninggalkannya. Air mataku menetes lagi.
Selamat atas pernikahanmu, Chanyeol. Kau akan selalu ada di hatiku.
.
3 Juli, 2015
.
.
.
Aku menatap gambaran diriku di depan cermin, melihat kearah rambutku lalu merapikan pita berwarna merah yang aku kenakan sedikit. Ya, sempurna. Kemudian pandanganku teralihkan ketika aku melihat secarik kertas bermotif floral yang masih lengkap dengan plastik pembungkusnya diatas meja kayu yang tepat berada disampingku. Ya, undangan pernikahan Chanyeol dan Kyungsoo.
Aku mengambilnya, tanpa kusadari sebuah senyuman terukir sempurna diwajahku ketika aku mulai membaca suatu nama didalamnya. Park Chanyeol.
"Kau tahu? Aku sangat senang. Aku tidak sabar untuk melihatmu, kau pasti akan sangat tampan.". Aku kembali meletakkan benda itu ke atas meja.
Ada satu hal lagi yang terbesit dipikiranku. "Dimana benda itu berada?", batinku. Aku mencari-carinya di rak buku, laci meja bahkan di bawah tempat tidur. Tapi nihil, aku tidak menemukannya. Sejak aku tahu diaryku hilang, setiap harinya aku masih saja mencoba untuk menemukannya. Tapi hasil yang sama juga kudapatkan setiap harinya. Tidak berhasil kutemukan.
Putus asa, aku hanya bisa terduduk diatas tempat tidur sambil berpikir kembali dimana aku meletakkan benda berhargaku itu.
"Baekhyun-ah, kau sangat cantik!" Luhan, sahabatku, datang membuyarkan lamunanku.
Aku menoleh kearahnya. "Sejak kapan kau berada disitu?", tanyaku.
"Baru saja. Apa kau sudah siap? Ayo kita berangkat."
Aku membalasnya dengan anggukan dan sedikit senyuman.
Aku menarik nafas dalam-dalam lalu berjalan keluar kamar dengan sedikit senyuman yang masih mengembang di wajahku. Aku harus bergegas, aku tidak ingin terlambat karena hari ini adalah hari yang spesial. Bagiku.
.
Aku melihat kearah gedung dari dalam mobil yang dikendarai Luhan ini. "Kau yakin ini tempatnya?", tanyaku pada Luhan yang masih fokus menyetir. "Tentu saja.", jawabnya dengan pasti lalu menghentikan mobilnya di lobby gedung itu. "Sebaiknya kau tunggu aku di lobby ini, aku akan memarkirkan mobil ini.", ucap Luhan. "Um.. Baiklah. Tapi jangan terlalu lama.", pintaku padanya lalu turun dari mobil itu.
Aku berdiri di lobby gedung itu. Melongok ke dalam gedung itu, sepertinya sepi-sepi saja. Apa aku terlalu cepat untuk datang kesini?
Sebenarnya hatiku masih belum siap untuk menyaksikan semua ini. Melihat orang yang sangat kucintai menikah bersama yeoja lain. Tak kuat hati ini rasanya untuk menanggung rasa sakit yang terlalu dalam ini.
Sudah 15 menit aku menunggu Luhan disini. Dimana dia? Memarkir mobil mengapa sangat lama? Apa dia memarkirkan mobilnya di Busan? Huh.
Seketika ponsel yang berada digenggaman tanganku ini bergetar. Luhan menelponku.
"Yeoboseyo Luhan-ah?"
"Maafkan aku Baekhyun-ah, aku sudah berada di dalam gedung ini. Masuklah sekarang."
"Ya! Apa-apaan kau ini. Aku menunggumu sejak tadi, kau malah sudah masuk terlebih dahulu. Baiklah, aku akan masuk ke dalam."
Aku mematikan ponselku lalu berjalan ke dalam. Aku sangat bingung, sebenarnya dimana ruang pernikahannya? Kulihat seorang ahjussi lewat di depanku, sepertinya ia petugas di gedung ini. Segera aku menghampiri dia. "Permisi, bolehkah aku bertanya sesuatu? Dimana ruang pernikahan Park Chanyeol dengan Do Kyungsoo?", tanyaku padanya.
"Kau naik saja ke lantai 4 menggunakan lift, disitulah ruangannya.", jelasnya. Aku membungkuk dihadapannya, "Kamsahamnida." Aku berjalan ke masuk kedalam lift itu lalu menekan tombol bertuliskan angka '4' disana. Tak berapa lama, aku berada di lantai 4.
Aku terdiam heran. "Mengapa sangat sepi? Apa benar ini tempatnya?", aku menoleh ke arah kanan. Disitu ada pintu besar dan di pintu itu terdapat tulisan "Hanya tamu undangan yang diperbolehkan masuk."
Aku bertambah heran sekarang. "Apa ini pernikahan tertutup? Aku tamu undangan, bukan? Apa aku masuk saja?", aku menarik nafas panjang dan bersiap untuk masuk kedalam. Mencoba menyiapkan hati ini, karena aku tahu, ini pasti akan sangat menyakitkan melihat mereka berbahagia di dalam sana.
Aku membuka pintu besar itu dan melangkah masuk ke dalam. Gelap.
Ya, aku tidak dapat melihat apapun di dalam sini. "Apa ini? Apa ada seseorang disana?", teriakku, berharap seseorang menjawabku. Namun nihil, tak ada jawaban satupun. "Siapapun keluarlah dari sana! Atau aku akan..."
Seketika lampu sorot itu menyala lalu menyorot seseorang yang sedang berdiri di tengah-tengah ruangan gelap ini. Seseorang yang sangat kukenal bahkan seseorang yang sangat kucintai berdiri disana. Berdiri dengan mengenakan sebuah jas hitam dan memegang sebucket bunga di tangannya.
"A..Apa ini?", tanyaku gagap lalu melihat kesekelilingku tapi aku tidak dapat melihat apapun selain Chanyeol yang berdiri disana.
Chanyeol tersenyum ke arahku. "Baekhyun-ah, aku tahu ini terlihat mengejutkan untukmu. Tapi aku sudah mempersiapkan ini sejak lama. Aku tidak menikah dengan Kyungsoo, aku dan Kyungsoo juga tidak pernah menjadi sepasang kekasih. Semua tentang kedekatan diriku dan Kyungsoo hanyalah sebatas teman. Maafkan aku, aku telah mempermainkan hatimu. Aku hanya ingin mengetahui apakah kau menyukaiku atau tidak. Tapi sepertinya caraku ini salah, aku justru menyakiti hatimu. Aku merasa seperti orang yang paling bodoh di permukaan bumi ini karena telah melakukan semua tindakan itu. Pada malam kau berangkat ke New York, aku datang ke rumahmu, hendak mengajakmu makan malam, sekaligus ingin menyatakan cintaku padamu. Tapi semua itu terlambat, kau sudah pergi. Aku menunggumu selama 4 tahun, dengan hati yang masih sangat mencintaimu. Saat kemarin kau menyatakan cintamu padaku, lalu kau menangis dihadapanku, saat itu aku sangat ingin memelukmu, saat itu aku sangat ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu, tapi kupikir itu bukan saat yang tepat. Aku sengaja membuat skenario bahwa aku dan Kyungsoo akan menikah hari ini, agar kau datang ke tempat ini. Aku tahu, aku tak pantas berkata seperti ini setelah membuatmu sakit hati. Tapi aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk yang kedua kalinya."
Bicara apa dia? Aku benar-benar tidak mengerti. Air mataku mulai mengalir melewati pipiku, aku tidak tahu apakah ini air mata kesedihan atau air mata kebahagiaan.
Chanyeol berjalan mendekat ke arahku dengan lampu sorot yang masih terus mengikuti langkahnya. "Orang yang kumaksud 6 tahun yang lalu itu bukan Kyungsoo. Melainkan dirimu. Byun Baekhyun." Aku masih terus memandanginya dengan tatapan tidak percaya, aku berkali-kali menyeka air mataku namun air mata ini tak kunjung berhenti.
Kali ini, Chanyeol berlutut dihadapanku dan menyodorkan sebucket bunga itu padaku. Betapa terkejutnya diriku saat melihat secarik kertas kecil diatas tumpukan bunga itu, disana juga terdapat kotak kecil yang diletakkan tak jauh dari kertas itu. Disana tertulis "Will you marry me?"
"Chanyeol... I..Ini apa?", ucapku yang masih sangat bingung dengan ini semua.
Chanyeol menatapku dan berkata, "Maukah kau menikah denganku?"
Apa ini sandiwara yang dibuatnya lagi? Apa ini mimpi? Masih banyak pertanyaan lainnya di kepalaku. Aku masih tidak percaya ini, air mataku pun sekarang sudah berhenti. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Apa dia.. melamarku?
"Ini semua bukan sandiwara. Sekali lagi, maukah kau menikah denganku?", ucapnya sekali lagi. Aku memegang tangannya bermaksud untuk memintanya berdiri. Mata kami saling memandang satu sama lain. "Tentu saja aku mau.", ucapku padanya.
Sebuah senyuman mengembang diwajahnya, begitu pula dengan di wajahku. Chanyeol memelukku erat. Pelukan yang sudah sangat lama kudambakan. "Terima kasih, chagiya.", godanya. Aku melepaskan pelukannya, "Chagiya? Bahkan kita bukan sepasang kekasih.", ledekku lagi. Aku memeluknya sekali lagi, aku memejamkan mataku dan tersenyum. Dan sekarang, seorang Park Chanyeol menjadi milikku seutuhnya.
Seketika semua lampu menyala dan semua orang keluar dari pintu-pintu lain yang berada di ruangan besar ini. Aku melepaskan pelukanku dari Chanyeol dan menatap mereka semua dengan ekspresi terkejut. Mereka semua melihat kearah kami berdua dan terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah. Aku melihat orangtuaku juga berdiri disana, bertepuk tangan dan tersenyum ke arahku.
"Hey kalian! Aku ucapkan selamat pada kalian berdua.", Kyungsoo pun datang menghampiri kami berdua. "Haha, terima kasih atas bantuanmu selama ini. Tanpa bantuanmu, semua ini tidak akan terjadi.", ucap Chanyeol pada Kyungsoo. Luhan pun datang memelukku, "Akhirnya sahabatku akan menikah.", ucapnya dalam pelukanku. "Kau ini. Haha.", jawabku.
"Um.. Chagiya, kau tahu apa ini?", Chanyeol mengeluarkan sesuatu dari dalam jasnya dan menunjukkannya padaku. "Ya! Itu diaryku, bagaimana bisa ada padamu?", teriakku pada calon suamiku itu. "Kau tak perlu tahu. Yang jelas aku sudah membaca semuanya, dari awal hingga akhir. Ternyata kau memang fans beratku. Haha.", ledeknya. Aku memukulnya pelan, lalu kami berdua tertawa.
Aku menyadari bahwa sedaritadi Chanyeol memperhatikanku. Aku menoleh ke arahnya, "Kau melihat apa?", tanyaku. Tanpa ba-bi-bu dia menarik tanganku lalu mencium bibirku. Mataku terbelalak melihat tingkah anak ini. Semua orang yang ada disana tertawa melihat kami berdua.
Pada akhirnya, aku dan Chanyeol menikah pada hari itu juga.
Dan,
Itulah akhir kisah cinta dari seorang kutu buku bernama Byun Baekhyun.
.
.
.
.
.
The End
Author's Note:
Yeay! Selesai juga FF ini, ihiw ihiw/?
Sejujurnya ChanSoo itu otp fav author, ya secara mereka berdua 2 bias teratas author. Tapi kalo endingnya ChanSoo kan ga asik/? Jangan gorok sayaaa~ Hahaha
Makasih buat semuanya yang udah mau nungguin chapter demi chapter. Makasih juga buat review, kritik dan sarannya!^^
Meskipun ada beberapa review kalian yang ga muncul di acc ffn author:' Tapi author udah baca semuanya via email kok:D
Nantikan FF author lainnya ya/? /bahasanya kayak apa tau/
Yang masih mau review, silakaann~:D
Pai-pai!
XOXO!