Passionate Pleasure
Chapter 1
.
.
Terlihat seorang anak laki-laki berkulit albino yang sedang mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas nya. Dan disebelahnya, anak laki-laki yang sedikit lebih mungil darinya namun tetap manis sedang menatapnya dengan pandangan penasaran dan ingin tau, namun ketakutan sangat kentara diwajahnya.
"Sehun.."
Sehun menoleh pada teman sebangkunya, Byun Baekhyun. Seperti biasa, Sehun hanya akan memandang Baekhyun dengan datar.
"Kau …benar akan tinggal di asrama?"
"Ya.."
Baekhyun terlihat gugup, lagi-lagi dia seperti orang bodoh, untuk apa dia bertanya pada si wajah datar Oh Sehun. Tapi tidak dapat dipungkiri kalau dia penasaran, kenapa anak pewaris seperti Sehun mau pindah ke asrama sekolahnya.
Sebenarnya, tidak ada yang tau kalau Sehun sebenarnya adalah anak dari pewaris perusahaan terkenal 'Oh Corporation', hanya Baekhyun yang mengetahuinya karena saat pertama kali masuk sekolah, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Kepala Sekolah dengan wali Sehun. Dan menyuruh Kepala Sekolah agar merahasiakan siapa Sehun, karena Sehun sendiri yang meminta.
Baekhyun menghela nafas, lalu mengeluarkannya lagi. Kenapa susah sekali berteman dengan Oh Sehun ini. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Chanyeol, sahabatnya. Meninggalkan Sehun yang masih sibuk membaca bukunya.
.
.
"Ini kunci kamarmu, kami memberimu kamar pribadi. Jadi kau tenang saja, kau tidak akan memiliki roommate…"
Sehun hanya menatap sang kepala sekolah sebelum akhirnya sedikit menundukan kepalanya sebagai tanda terimakasih. Sehun langsung saja menuju kamarnya yang berada di lantai tiga asrama. Lantai ini masih jarang ditinggali oleh para murid. Sehun memang sengaja meminta kamar pribadi dan berada di lantai tiga, dia tidak mau terganggu jika terlalu banyak murid.
Sehun berjalan melewati kamar-kamar yang masih kosong dengan pandangan lurus kedepan. Sampai tiba-tiba langkah Sehun terhenti, menatap pemandangan yang tidak biasa di depannya. Entah ekspresi apa yang ditunjukan. Sedetik kemudian, Sehun melangkahkan lagi kakinya, menghiraukan dua pasang kekasih –sepertinya- yang sedang bercumbu di depan salah satu kamar kosong disana. Ia melewatinya dengan santai.
Sehun melirik sekilas kearah pasangan tadi yang telah melepaskan ciuman panas mereka karena sadar akan kehadiran Sehun. Sehun mengenal dua orang itu. Kim Jongin, dan Jung Soojung –atau Krystal. Krystal dengan tergesa merapikan kembali pakaiannya dan segera pergi dari tempat itu, karena merasa takut kalau akan dilaporkan ke guru pembimbing atau kedisiplinan.
"Aku baru tau, kalau ada seseorang yang tinggal di lantai ini.."
Sehun dapat melihat seringai diwajah Jongin melalui ekor matanya. Sekarang, Jongin sudah ada disamping Sehun, dan tetap mengikuti Sehun sampai ke depan pintu kamarnya.
"Ah, jadi disini kamarmu…"
Jongin memajukan wajahnya ke sisi kiri wajah Sehun. Dan membisikkan sesuatu di telinga Sehun.
"Tempat yang bagus untuk bersenang-senang…"
Lagi-lagi, Sehun dapat melihat seringai di wajah Jongin. Sehun tidak takut, dia tau kalau sekarang Jongin sedang mengancamnya agar tidak melaporkan kepada ketua asrama, karena selain melakukan hal yang 'tidak-tidak'. Sebenarnya ini adalah asrama khusus murid laki-laki, tapi, jelas-jelas Jongin membawa Krystal kesini dan itu sama saja pelanggaran. Jongin bisa terkena detensi berlipat.
Sehun yang merasa terganggu dengan kehadiran Jongin pun memilih untuk segera membuka pintu kamarnya dengan menggunakan kunci yang diberikan kepala sekolah tadi.
"Pergilah. Aku tidak akan melaporkan apa yang sudah kau lakukan tadi."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Sehun segera menutup pintu kamarnya lalu menguncinya lagi.
'Hm… benar-benar menarik.' Jongin lagi-lagi menampilkan seringainya dan beranjak pergi dari kamar Sehun.
.
.
Sehun duduk di sisi tempat tidurnya, mulai mengeluarkan barang-barang yang dibawanya tadi. Ia mengeluarkan sebuah boneka berbentuk kelinci dengan warna biru muda dan pita berwarna pink di salah satu telinganya yang panjang , ia tersenyum sambil memandangi boneka itu.
"Hyung… Apa kabar…? Aku merindukanmu…"
Sehun menaruh boneka kelinci itu di dekat meja belajarnya. Mengelus boneka itu lembut. Tiba-tiba saja Sehun merasa kalau sesuatu di dalam saku celananya bergetar. Handphone nya berbunyi menandakan ada telepon yang masuk. Sehun mengambil benda persegi itu, dan melihat siapa yang meneleponnya.
"Ne, Eomma?"
"Sehun-ah~ bagaimana asramamu, hm? Kau suka?"
"Lebih dari suka, Eomma… terimakasih sudah menyiapkan untukku."
"Ne.. Maaf Eomma belum bisa pulang minggu ini… Appamu banyak tugas disini…"
Sehun terdiam mendengar ucapan ibunya di telepon. Sebenarnya Sehun ingin mengatakan, kalau dia bosan ditinggal seperti ini. Dia merindukan keluarganya. Tapi nyatanya dia hanya terdiam sekarang.
"Sehun-ah? Kau sudah tidur?"
Sehun tersadar saat mendengar ibunya yang berbicara lagi.
"Ah, tidak… Aku belum tidur.."
"Kalau begitu, Eomma putus teleponnya ya… Kau jangan lupa makan malam. Eomma menyayangimu…"
"Ne, Aku juga.. Eomma"
Setelah itu, Sehun dapat mendengar bunyi 'piip piip', yang artinya teleponnya sudah dimatikan oleh ibunya. Dia memandang boneka kelincinya lagi dengan tatapan sendu.
"Hyung… Aku benar-benar kesepian…"
'Tok tok tok'
Sehun mengalihkan pandangannya pada pintu kamarnya. Dahinya mengernyit, siapa yang mengetuk pintunya. Bukankah kepala sekolah bilang lantai tiga ini tidak ada orang yang menempatinya selain Sehun dan beberapa orang? –Ah, beberapa orang…
Sehun segera berjalan mendekati pintu kamarnya, dan membukanya. Diepannya kini ada seorang laki-laki tinggi dengan telinga yang sangat lebar. Dan Sehun tau anak ini. Dia teman satu kelas Sehun, dan juga teman dari chairmate-nya, Byun Baekhyun. Nama laki-laki ini kalau tidak salah–
"Annyeong Oh Sehun. Aku Park Chanyeol.. Aku adalah ketua asrama di lantai tiga. Senang kau ada di lantai ini.."
Ucapnya dengan senyum yang sangat lebar. Membuat Sehun agak menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak pernah tau kalau dia punya teman sekelas seperti ini.
Sehun baru akan menutup lagi pintunya, kalau saja manusia bertelinga lebar –dan senyuman lebar itu menghentikannya untuk menutup pintunya. Sehun menatap Chanyeol dengan tatapan 'Ada-apa-lagi-?'
"A–ah, I–tu… apa kau sudah makan malam?"
Sehun menaikkan alisnya lebih tinggi. Merasa heran dengan tingkah laki-laki didepannya ini.
"Belum."
Sehun langsung menutup pintu kamarnya itu dengan bantingan yang agak keras. Membuat Chanyeol yang ada diluar berjengit kaget.
Sehun membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya. Dia tidak merasa lapar, jadi dia memilih tidak makan malam ini. Dia bangkit dari acara berbaringnya, mengambil handuk lalu menuju kamar mandi. Dia baru sadar kalau dia belum mandi.
.
.
Chanyeol masih berdiri didepan pintu kamar Sehun. Dia tidak bisa menutupi rasa kagetnya, karena suara bantingan pintu Sehun tadi. Tepat di depan wajahnya.
"Padahal, aku kan berniat baik. Kenapa dia bertingkah seperti itu? Huh… sepertinya akan sulit kalau satu lantai dengannya…"
Chanyeol melangkahkan kakinya untuk kembali ke kamarnya yang berjarak 3 kamar kosong disebelah kiri kamar Sehun, tapi baru beberapa langkah tiba-tiba dia berhenti lagi. Melihat laki-laki di depannya yang sedang mengangkat sejumlah barang-barang.
"Uh? Sedang apa kau?"
Orang itu menghentikan aktivitasnya membawa barang-barangnya. Menatap Chanyeol sekilas, lalu berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Chanyeol dan melewati Chanyeol begitu saja.
Chanyeol mengerutkan dahi, 'Heol, anak ini…'. Dia berbalik menatap punggung laki-laki itu. Dan setelah beberapa menit, dia terkejut melihat orang itu berhenti tepat disebelah kanan kamar Sehun. Membuka pintu itu dengan kunci, dan masuk ke kamarnya.
"A-apa-Apaan ini? K-kenapa dia masuk kesana? Darimana dia mendapatkan kunci itu? Apa dia pindah? T-tidak mungkin…"
"Apanya yang tidak mungkin, Yeol?"
Chanyeol lagi-lagi berjengit, kaget. Dia menoleh kearah samping, dan menemukan roommate nya berdiri disampingnya dengan wajah yang menatapnya heran.
"Ya! Byun! Kau ini mengejutkanku! Kenapa kau bisa sampai disampingku begini?"
Orang yang dipanggil Byun itu hanya mengedikkan bahunya, dan meninggalkan Chanyeol yang menatap Byun –Baekhyun dengan tidak percaya.
"Kenapa hari ini banyak sekali hal-hal aneh? Semua benar-benar mengejutkanku…"
Chanyeol bertanya pada dirinya sendiri. Dan akhirnya kembali ke kamarnya, melupakan anak laki-laki yang seenaknya masuk kekamar sebelah Sehun tadi.
Chanyeol masuk kedalam kamarnya, dan menemukan Baekhyun sudah tidur diranjangnya. 'Heol, tumben sekali anak ini sudah tidur'. Chanyeol mendekat kearah Baekhyun, menatapnya dengan lembut lalu menaikkan selimut Baekhyun agar tidak kedinginan.
"Jaljja…"
.
.
Sehun membuka matanya ketika merasa sinar matahari yang menembus jendela kamarnya. Membuatnya menggeliat sebentar. Dia melihat jam yang berada di meja nakasnya, menaruhnya lagi kemudian mulai bangun dari tempat tidur. Sehun beranjak ke kamar mandi, untuk menyikat gigi dan mencuci wajahnya lalu mandi.
Sehun keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Badannya yang mulus dan tidak ada bekas lecet pun terlihat jelas, ditambah sinar matahari yang menerpa tubuhnya membuat Sehun lebih berkilau lagi.
Sehun mulai mengeluarkan seragamnya dari dalam lemari, menaruhnya diatas tempat tidur dan memakai seragam itu setelah dia menutup lemarinya.
Dia berniat merapikan rambutnya, sampai tiba-tiba pintunya diketuk dari luar, dan menghentikan aktivitas Sehun untuk sementara. Sehun berjalan mendekati pintu, dia tidak mau kalau yang mengetuk pintunya adalah orang yang sama dengan yang mengetuk pintunya semalam.
Dan harapan Sehun terkabul. Karena orang yang ada didepannya kali ini bukanlah manusia bertelinga lebar semalam. Sehun memasang wajah datarnya saat melihat orang didepannya tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai?
"Selamat pagi…"
Sehun tidak menjawabnya, dan tetap dengan wajah datarnya yang sedatar tembok itu.
"Well… wajahmu sangat menyeramkan, bisakah kau sedikit bersikap ramah heum?"
"Bukankah, sudah kubilang kemarin kalau aku tidak akan melaporkanmu atas perbuatanmu kemarin, Kim Jongin?"
Bukannya menjawab pertanyaan laki-laki itu, Sehun malah mengucapkan kalimat yang lain, dengan nada penekanan di akhir kalimatnya itu.
"Saya ngnya, aku kesini bukan karena itu…"
Sehun mengangkat kedua alisnya, bingung dengan laki-laki didepannya ini. Apa sebenarnya maunya. Tapi Sehun tak mau mengambil pusing, dia segera memakai sepatunya dan mengambil tasnya. Menghiraukan laki-laki yang masih setia menunggu Sehun, sambil bersender di pintu dan matanya mengikuti pergerakan Sehun.
Setelah Sehun selesai, dia berdiri dan menatap laki-laki itu dengan tatapan 'minggir-kau'. Laki-laki itu mengerti, dia berdiri dan agak menyingkir dari pintu yang tadi dibuat sebagai sandarannya.
"Kau tau siapa aku bukan?"
Sehun berbalik. Bukan. Bukan untuk menatap laki-laki itu atau menanggapi ucapannya. Dia hanya ingin cepat pergi dari sini, laki-laki didepannya ini benar-benar menganggu.
"Aku–"
"Aku sudah tau. Dan berhentilah mengangguku, Kim Jongin."
Laki-laki itu –Jongin- sedikit menyeringai. Dia mensejajarkan langkahnya dengan Sehun yang sudah berada agak jauh didepannya, memasukkan tangannya ke saku celananya.
"Wah… ternyata orang sepertimu juga mengenalku ya…"
Sehun tidak menghiraukan ucapan Jongin dan mengacuhkan laki-laki itu, dia sendiri bingung kenapa Jongin bisa ada didepan kamarnya pagi-pagi sekali. Sampai mereka akhirnya berpisah karena memang kelas mereka berbeda. Namun sebelumnya, Sehun melirik ada seorang perempuan memanggil Jongin dengan manja, dan bergelayut mesra. Dan Sehun yakin kalau itu bukan Krystal, tapi seniornya, Lee Dasom. Setelahnya, Sehun memandang datar mereka yang berciuman singkat, dan melanjutkan langkahnya.
.
.
Guru Shin sedang mengajar pelajaran matematika dikelasnya, sampai bunyi bel yang menandakan bahwa pelajaran matematika sudah berakhir dan para murid boleh istirahat. Banyak murid yang bersorak karena merasa bosan saat pelajaran matematika berlangsung tadi. Ada juga yang langsung melesat keluar bahkan sebelum Guru Shin keluar.
"Oh Sehun?"
Sehun yang merasa namanya dipanggil pun menoleh kedepan pada Guru Shin. Guru Shin member isyarat supaya Sehun menghampirinya yang masih berkutat dengan hasil ujian muridnya. Bukan dari kelas Sehun pastinya, karena kelas Sehun belum ujian matematika.
Sehun berdiri didepan Guru Shin dan dia dapat mendengar helaan nafas Guru Shin yang cukup keras. Sehun hanya diam tanpa berniat bertanya, kenapa dia dipanggil. Guru Shin akhirnya menatap Sehun, dan menunjukkan sebuah kertas. Hasil ujian. Yang nilainya berwarna merah. Dan bergambar seperti telur. Nilai Nol.
Sehun sedikit mengernyit. Itu bukan kertas hasil ulangannya. Mana pernah dia mendapat nilai nol dalam pelajaran matematika. Bahkan nilai terendah yang pernah dia dapatkan adalah 98.
"Ini milik Kim Jongin…"
Sehun menatap gurunya. Dia bingung, tapi tetap saja ekspresi yang dikeluarkan Sehun hanyalah tatapan dinginnya seperti biasa. Apa hubungannya kertas ulangan itu dengannya?
"Aku ingin meminta sebuah pertolongan padamu, Oh Sehun."
"…"
"Oh Sehun?"
"Aku mendengarya seongsengnim, lanjutkanlah.." Guru Shin menautkan jari-jarinya diatas meja. Menatap Sehun dengan tatapan yang agak sulit dimengerti.
"Begini… kau tau Kim Jongin?"
"…" Guru Shin mengerti kalau Sehun tidak mau berkelit-kelit. Jadi dia langsung melanjutkan saja apa yang ingin diucapkannya.
"Aku ingin kau menjadi tutornya selama seminggu ini. Dia sudah sangat keterlaluan. Dia pandai dibidang apapun. Pelajaran apapun. Tapi tidak dengan matematika…" Guru Shin berhenti sejenak, lalu kembali melanjutkan,
"Jadi, aku harap kau mau dan bisa menolongku mengajari Jongin. Bagaimana?"
Sehun terdiam beberapa saat. Namun akhirnya mengangguk, dia dapat melihat senyuman yang merekah diwajah Guru Shin dan sempat mendengar ucapan terima kasih sebelum dia menundukkan badannya dan kembali ke bangkunya.
Banyak murid-murid yang penasaran apa yang dibicarakan Sehun dan Guru Shin, karena Guru Shin terlihat sangat bahagia sebelum meninggalkan ruangan kelas tadi. Sedangkan Oh Sehun hanya acuh tak acuh dengan teman-teman sekelasnya ini, dan mulai membuka bukunya lagi. Membaca seperti biasa.
"Ya! Pucat!"
Sehun pura-pura tidak mendengar panggilan dari seorang teman kelasnya yang duduk di kursi pojok paling belakang. Karena merasa diacuhkan, orang yang memanggilnya tadi mendekati Sehun dan menarik paksa buku yang sedang dibaca Sehun. Sehun menatapnya tajam.
"Wae? Mau menghajarku? Hajarlah.. ini.. disini.. cepat!"
Ucap Yongguk –orang yang memanggil Sehun sambil menunjuk nunjuk pipinya sebelah kiri, dan menggebrak meja Sehun.
"Kenapa? Kau tak berani memukulku? Ini, pukullah!"
Tiba-tiba saja Yongguk tersungkur di lantai, banyak yang berteriak takut atau kaget saat melihat Yongguk yang dipukul. Bukan Sehun yang memukul. Tapi seseorang yang sekarang berada disamping meja Sehun yang memandang Sehun dengan tatapan meremehkan, lalu mengalihkan pandangannya pada Yongguk yang masih terduduk dilantai, dia melayangkan pandangan yang penuh dengan kemarahan pada orang yang berada tak jauh didepannya itu.
.
.
To Be Continue
A/N : Heihei, saya bawa cerita baru. Sebenernya ini udah lama banget ada di laptop. Nulis juga udah lama sih. Dan baru dapet 6 chapter lololol xD jadi maaf kalo masih agak aneh tulisannya hiks. Ohya, buat Let It Out juga belum bisa update. Masih dalam proses, dan saya lagi kena WB buat itu :""") maap juga kalo banyak typo.. gak sempet nge-cek. Ini fanfic yang aku buat masih sangat sangat sangat amatir.
P.S : Buat yang puasa, jangan dihayati. Aku tau ini gak seberapa, tapi adegan kiss termasuk hal yang gaboleh dibayangin kan? xD
P.S.S : Please tinggalkan jejak :3