Berpuasa bersama Para Nation Hetalia di Indonesia

Summary : Sama kayak kemaren~...

Chapter 5 : Hari pertama buka puasa bersama

Disclaimer : untuk yang kesekian kalinya, bukan punya saya kok. Saya cuma pinjem karakternya doang! Kalo punya saya, Spain ama Romano juga udah saya buat nikah! *dilemparin tomat*

Pairing : kali ini lebih dibanyakin NetherIndo,, namun pair lain masih coba nyelip-nyelip~

Warning! : yang puasa awas batal ya, agak abal(mungkin?), OC male!Indonesia, mohon maaf jika ketidak sukaan menyangkut agama, awas typo ya karena editor saya lagi males ngedit katanya, bahasa sesuka author, nyelip sho-ai, bagi yang tidak suka silahkan langsung 'back', AU, OOC—mungkin atau memang—.

Tidak ada keuntungan material apapun yang didapat author dengan menulis fic ini, kalaupun ada itu hanya kesenangan tersendiri saat menulis :D

.

.


Maka, karena waktu sudah menunjukkan hampir jam tiga lewat tigapuluh lima menit sore hari mendekati waktu berbuka puasa, Bandung 'pun pamit. Sebenarnya ia ingin buka puasa bersama dengan kakaknya, namun panggilan tugas-tugas daerah harus ia selesaikan terlebih dahulu.

Jadi, sebelum ia pergi Indonesia mewajibkannya meminta maaf dahulu pada Netherland. Walau sepertinya Netherland sendiri tidak mengerti karena Bandung tidak mengatakan kenapa ia meminta maaf.

Mereka semua'pun akhirnya pulang ke rumah Indonesia dengan langkah yang cukup berat, mengingat kebanyakan dari mereka tadi sudah melakukan banyak aktifitas. Sesampainya di rumah, Japan, Germany, dan Spain ternyata sudah menunggu. Bahkan sudah mulai memasak. Dan juga French, sepertinya ia sudah kembali lagi.

"Minna-san! Kalian dari mana saja?" tanya Japan khawatir melihat wajah para nation—kecuali Indonesia—sangat lemas sekali. Tak menjawab apa-apa mereka 'pun berlalu begitu saja.

America langsung terjun ke sofa di ruang tamu, Romano dan Italia ingin segera mandi, tadinya Spain mau mandi bareng Romano tapi ia dihajar duluan dengan yang bersangkutan, England duduk bersender pada sofa yang sudah penuh karena America, dan Netherland yang lumayan terkapar menempelkan pipinya pada meja makan.

"Semuanya kelihatan lelah. Ada apa memangnya, Indonesia?" tanya Germany.

"Haha, mereka cuma kebanyakan aktifitas. Tadi adikku kesini ngajakin mereka main di taman." jawab Indonesia. "Sudah mulai masaknya?"

"Ah, iya. Bahan-bahan yang diminta Indonesia-san juga sudah saya rebus."

"Ok, dagingnya biar aku aja yang iris."

"Ha'i."

Untuk kedua kalinya di fanfic ini, mari kita skip adegan masak-memasak yang akan ngebuat ngiler kalau ngebayanginnya. Mari kita ke bagian di saat jam sudah menunjukkan pukul lima sore lebih duapuluh empat menit, tepat saat Indonesia mengeluarkan batu ulekan yang lumayan besar dari lemari peralatan.

"Indonesia-san, batu itu buat apa?" tanya Japan yang penasaran.

"Hm? Oh, ini. Kalo aku nyebutnya batu ulekan, biasanya buat ngulek bumbu dan sambel." jelas Indonesia singkat.

"'Ngulek'? Apakah kata itu ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia?" tanya Japan lagi dengan SPOK yang membuat Indonesia bingung sendiri mau menjawab apa.

"Ya sudahlah kalau kau tidak mengerti..." Indonesia menghela nafas, "Yang lain pasti sudah mandi, kau bisa mandi duluan, Japan."

"Baiklah." akhirnya Japan 'pun meninggalkan Indonesia sendirian dengan cabe dan beberapa rempah lainnya.

"Oke! Ayo buat sambel! Hehe..." oh, rupanya negara kita tercinta ini ingin membuat sambal untuk lalap berbuka nanti. Dan juga sekali-kali mengerjai orang-orang barat—dan Japan juga— dengan rasa pedasnya sambal buatan Indonesia. Hehehe...

Cabe dan garam sudah dihaluskan, mengambil terasi M*ma S*ka lalu menghaluskannya bersama lagi. Semuanya sudah halus, tinggal diberi rampai, ituloh seperti tomat kecil begitu. (authornya ketahuan sering diseret ibu untuk bantu-bantu di dapur)

"Indonesia, sedang buat apa?"

"WOI JANGKRIK!—abang Nether enggak usah ngagetin ngapa sih?!" kaget Indonesia kelepasan saat suara berat itu mengagetkannya. Netherland yang memang tiba-tiba ada di belakangnya cuma diam memperhatikan apa yang sedang dilakukan Indonesia.

"Kamu lagi buat apa?" Netherland kembali bertanya, tak menghiraukan Indonesia yang sempat ngomel-ngomel sendiri tadi.

"Sambel, kena—ah, woi! Jangan asal nyomot dulu! Batal lho!" Indonesia kembali mengomel saat Netherland iseng mengambil beberapa sambal berniat mencobanya. Namun berhasil dihentikan Indonesia.

"Oh iya, puasa, lupa." ucap Netherland sok polos.

"Udah abang duduk aja, bentar lagi juga buka puasa kok." ujar Indonesia beralih kembali pada ulekan sambelnya. Netherland masih tetap berdiri di sana memperhatikan Indonesia yang sibuk memasukkan beberapa rampai di batu ulekan tersebut.

Semuanya awalnya tenang saja, Indonesia juga tidak masalah diperhatikan Netherland, asal dia tidak mengganggu saja seperti tadi. Ya, semua aman sampai insiden itu terjadi.

Creet

"Aduh-duh! Ah, kena mata nih..." yap, tepat saat Indonesia ingin menggiling rampainya dan terkena cipratan air yang ada di sayuran tersebut tepat di mata.

"Indonesia! Kamu enggak apa-apa?" Netherland yang mendengar Indonesia mengaduh sambil memegangi matanya langsung mendekatinya.

"Enggak kok, cuma kena cipratan rampenya doang tadi."

"Coba aku lihat mata kamu." Netherland mengangkat wajah Indonesia dan mengarahkan tangannya kearah lain untuk bisa melihat mata yang terkena cipratan tadi.

"Enggak apa-apa kok." ucap Indonesia kedua kalinya meyakinkan Netherland, namun tangannya malah menggosok matanya yang terkena cipratan tadi.

"Jangan dikucek."

"Aduh, mulai perih." Netherland makin mnedekatkan wajahnya mencoba melihat mata Indonesia yang mulai mengeluarkan air mata karena perih.

Sementara itu Japan yang sudah selesai mandi berencana ingin membantu Indonesia lagi. Namun belum sempat ia ingin memasuki area dapur, Japan sudah membeku di tempatnya. Karena tiba-tiba melihat Netherland yang memunggunginya dengan wajah Netherland yang didekatkan pada wajah Indonesia, tak lupa kedua tangan Netherland yang menyangga wajah Indonesia makin mendekat padanya.

Sudah seperti... seperti... berciuman?

Japan yang melihat itu tiba-tiba langsung berbalik badan dan berlari menuju ruang tamu, lebih tepatnya ruang dimana para nation lain sedang menunggu buka puasa. Dengan langkah seribunya Japan melesat dan langsung berteriak disana.

"INDONESIA-SAN DAN NETHERLAND-SAN BERCIUMAAAAN!"

"UHUUK!"

"Hah?!"

"Apaan lu, bastard?!"

"WOI! PUASA WOI, PUASA!"

"Bo'ong!"

"Kalau begitu, abang perlu lihat nih!"

Beberapa nation yang heboh antara lain, America, England, France, Romano, dan Spain yang mendengar kabar burung(?) yang dibawa tiba-tiba oleh Japan yang berlari kencang dari arah dapur. Dan benar saja, mereka datang tepat di adegan saat Netherland mengusap airmata Indonesia yang mengalir cukup banyak.

"NETHERLAND LU NGAPAIN INDONESIA HAH?!"

"Eh—?"

"Woi, kalian salah paham, tadi matanya Nesia itu—"

"AAAH! Dia memanggil Indonesia dengan nama kecilnya!" sepertinya France mencoba memprovokasi di sini.

"Ternyata benar kau ya! Hero sepertiku ini tidak akan memaafkanmu!"

"Bloody hell! Kau berencana mengkompeninya sendirian lagi ya?!" tuduh England.

"Kalian dengerin dulu ngapa! Tadi gua lagi ngulek sam—"

"Germany! Panggil Germany! Suruh dia tangkap tukang kompeni egois ini!" France makin memprovokasi.

"ROGER! MANIAK KENTANG! SINI LOOO!" Romano melesat sambil berteriak dengan toa yang entah dari mana asalnya.

"Romano—tunggu!" Spain menyusul Romano.

"ENGGAK! KITA PANGGIL SALAH-SATU SUKU ADEKNYA INDONESIA AJA! PANGGIL KALIMANTAN TERUS SURUH DIA BAWA KESATRIA SUKU DAYAK!" England ikut memprovokasi.

"GILE LU N'DRO!"

"GUE BUKAN INDRO, GIT!"

"Ada apa sih? Enggak usah narik-narik segala!" Germany yang baru selesai mandi sudah datang dengan Italia yang mengekor di belakangnya.

"Ve~, apa ada ini?!"

"NETHERLAND-SAN BERUSAHA MENGKOMPENI INDONESIA-SAN SENDIRIAN LAGI!" Japan entah kenapa malah ikut memprovokasi juga.

"APAAAA?!"

"VEE~! Germany tidak perlu teriak-teriak! Aku kaget!"

"NETHERLAND! KAU AKU TAHAN!" Germany mengeluarkan borgolnya.

"Yeaaay~! Bagus Germany!" girang France.

"WOI—APAAN NIH!"

"INDONESIA-SAN! DARI PADA DENGANNYA KENAPA TIDAK BERSATU DENGANKU SAJA?!" entah kenapa jiwa penghasut Japan kini keluar, sambil ia memikirkan dalam hati, 'Romusha'.

"HAH? TIDAK! DENGAN HERO SEPERTIKU SAJA!"

"Ve~? Ini kenapa sih?"

"DENGAN KEKAISARANKU KAU PASTI BAHAGIA INDONESIA!"

"TIDAK, TIDAK! DENGAN ABANG AJA! SETIAP HARI ABANG KASIH CINTA ABANG KE KAMU!"

"INDONESIA! JIKA BERSAMAKU AKU JAMIN KAU AMAN DARI PARA KOMPENI!"

"WOI—GUA BILANG DENGERIN GUA DULU! TADI NESIA MATANYA KENA—"

"DIAM KAU, DASAR KOMPENI!"

"Romano, kau tetap denganku 'kan?" ucap Spain OOT dengan sok imutnya yang lalu dibalas wajah seolah merasa jijik dari Romano.

Merasa tak akan menemukan jalan keluar, Japan sudah mengeluarkan katana miliknya dan mulai menyerang nation lain. Nation lain yang tidak mau menyerahkan Indonesia begitu saja langsung menghadapi Japan juga.

BRUK

BAKK

DUAK

DUAR

Indonesia yang mulai muak dengan adegan anarkis yang terjadi di dapurnya mulai kehilangan kesabaran dan meledak, "WOI BERISIK! A*JING! S**LAN! DIEM KAGAK LU PADA—" dan tiba-tiba...

DUG DUG DUG

"Selamat Berbuka Puasa~"

"Allahuakbar... Allahuakbar..."

Semua sunyi senyap, adegan anarkis yang bermain pedang-pedangan dan pistol-pistolan berhenti seketika, dan tergantikan dengan suara adzan maghrib yang berkumandang.

"AKHIRNYA BUKA PUASA! VEEE~!" Italia berlonjak dari tempatnya.

"Spain, kau bastard! Udah buka puasa tau!" seru Romano yang sudah duduk di salah satu kursi meja makan dengan Italia.

Mendengar seruan dari kedua Italia bersaudara tersebut, Japan segera menyimpan kembali katana miliknya dan berdeham sok bijaksana. Seakan kejadian dimana ia berubah menjadi anarkis tidak pernah terjadi. Dan anggaplah tidak pernah terjadi.

"Well...um, selamat berbuka?" England menggaruk tengkuknya canggung. Malu pada kelakuannya tadi.

"HAMBURGER! PAPA DATANG SAYANG!" England menarik kerah baju America yang kalap berlari ke arah meja makan.

"Git! Jangan langsung makan-makanan tidak sehat macam itu! Kasihanilah perutmu, bastard! Harusnya...bla..bla..bla.."

Bagi America suara ocehan England hanya masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri, cuma mampir sekejap habis itu pergi tanpa diantar.

"E-eh?! Tapi-tapi..."

England pura-pura tuli akan suara merengek America, ia menggelengkan kepalanya. "Gak ada tapi-tapian, ini buat kesehatan kamu, git!. Bu-bukan berarti, aku peduli denganmu, ya!"

Kita tinggalkan saja pasangan yang entah akan menjadi canon di animenya itu atau enggak, mari kita tengok beberapa nationlain yang sudah duduk dengan wajah sumringah di meja makan. Dengan Indonesia yang entah sejak kapan sudah selesai mengulek sambal dan meletakkannya di meja.

Ya, langsung dengan tempat nguleknya, bukan diletakkan di piring atau wadah lainnya. Japan shock.

"A-Ano, Indonesia-san. Apa tidak apa-apa meletakkan sesuatu yang sepertinya kotor di meja makan? Tidak enak dilihat."

Indonesia bingung, ia memandang Japan. "'Sesuatu yang kotor'? Apa maks—oh! Maksudmu tempat ulekan ini? Ini biasa di negaraku." Dan Japan terdiam.

"Germany, ve~ pedas! Air, air~ hua..."

Itu suara teriakan Italia. Tapi masalahnya kenapa? Mari kita flashback sebentar. Selagi Japan dalam keadaan shock, Indonesia menjelaskan, juga Spain dan Romano yang suap-suapan, tunggu! Sejak kapan kalian main suap-suapan!? Salah fokus.

Ternyata Italia dengan polosnya—atau bodoh?menyuil sambal pedas made in Indonesia dan dengan jumawa menyicipinya. Kontan saja ada teriakan membahana. Germany panik seketika.

"Dasar bodoh! 'Kan sudah kubilang jangan bertindak seenaknya! Lihat apa yang terjadi!?" Walaupun mengomel-ngomel kepada Italia, tangan Germany dengan sigap memberikan segelas minuman. Italia menerimanya dengan senang hati dan langsung meneguk habis air tersebut.

"Indonesia, itu apa?" tanya Netherland yang-entah-sejak-kapan-borgol-di-tangannya-sudah-tidak-ada-lagi dan menunjuk sebuah mangkuk berisikan daging yang dilumuri bumbu kecoklatan.

"Ah, ini namanya 'Rendang', mau coba?"

"MAU!/ vee~!"

"Ah, woi! Itu punya gue bastard!"

"Ini masih ada kok Romano~."

"Enwhan, mihum, mihum!"

"Hah? WHA—America! Pelan-pelan makanya kalo makan! Nih minum!"

"Makanya makannya sambil liat abang dong. Pasti makin enak~." America makin tersedak saat France mulai menebarkan pesonanya.

"Japan lihat! Aku tadi coba membuat sushi dengan isi sate ayam lho! Ayo dicoba, pasti enak!"

"Indonesia-san, kenapa masih ada tusukannya disini?"

"Tapi enak, lho." komentar Netherland yang sudah mencomot resep makanan baru Indonesia tersebut.

"Netherland-san, kau memakannya?!"

"Kenapa? Enak kok."

"Dicampur ama sambel buatanku makin enak!"

"HAHAHAHA! Hamburger itu memang yang terbaik!"

"Dasar git! Jangan makan junk food melulu ngapa?!"

"Menikmati makanan seperti ini juga tidak buruk..."

"Romano, aaa~"

"Enggak usah sok nyuapin! Gua juga bisa sendiri, bastard!"

"HUAAH! Pedaaas, ve~, Germany..."

"Ya ampun! Kenapa kau makan lagi itu sambal?!"

"Italia-kun, kalau memang tidak tahan, jangan dimakan."

"Indonesia, aku mau coba sambalnya."

"Silahkan, bang! Nih tisunya juga."

"Eh, buat apa?"

"Jaga-jaga, nanti kayak Italia lagi."

Makan puas, perut kenyang, dan semuanya 'pun berakhir dengan semua nation yang tertidur pulas di ruang tamu. Mungkin karena efek kelelahan, Indonesia juga jadi ikut tertidur dengan para nation lainnya. Tak lupa dengan selimut yang diberikan Netherland tadi dan Netherland yang juga tertidur di sebelah Indonesia.

Semuanya 'pun terlelap tidur dalam damai. Namun, semua itu berubah di saat bangun sahur di hari kedua.

"EH?! Puasanya masih lanjut?!" tanya America histeris.

"Ya iyalah, 'kan sebulan penuh." Jawab Indonesia enteng.

"MATI KITA!"

"Lebay, ah."


.

.

The End?

.

.


a/n : SELESAAAAAAAAAAI! YA AMPUN ANE KAGAK PERCAYA! INI PERTAMA KALINYA ANE NGEBUAT FANFIC BERLAPIS(?) DAN BISA SELESAI! sedangkan fanfic berchapter ane yang di fandom sebelah entah mau di kemana-in lagi ane kagak tau dah... #doeng

hai semuanya! entah yang keberapa kalinya kita bertemu lagi di fanfic ini, hehe... oh ya, sekedar pemberitahuan untuk para reader, ane ngebuat chap 5 lima ini dengan sedikit bantuan dari editor saya yang mengisi idenya di bagian ending, walau cuma sedikit sih. Jadi kalau agak sedikit aneh, di paksain aja biar makin aneh yah... *slap*

dan sejujurnya ane sebenernya berencana ngebuat sekuel dari ini fanfic sih,, tapi kagak tau dah mau di buat apa enggak... kalo ada reader yang mau ane buat prequelnya bisa ngomong aja kok lewat review, ok? kalo enggak juga kagak apa sih, lenggang berarti ane ampe lebaran nanti~...

and last word... any review my reader?